Anda di halaman 1dari 3

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


Kampus 2 dan 3: Jl. Fatahillah – Watubelah Cirebon Telp.+62-231-209608, +62-231-
204276, Fax+62-231-209608, +62-231-209617
Email: fikes.umc@gmail.com Website: www.umc.ac.id
Kampus 1: Jl. Tuparev no 70 Cirebon 45153, Email: rektorat@umc.ac.id, Website: www.umc.ac.id

PROSEDUR TINDAKAN

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM KARDIOVASKULER

A. Tujuan
1. Mengkaji ketidaknormalan denyut jantung
2. Mengkaji ukuran dan bentuk jantung
3. Mengkaji bunyi jantung
4. Mengidentifikasi adanya gangguan kardiovaskuler
B. Persiapan Alat
1. Stetoskop
2. Spigmomanometer
3. Jam/penghitung waktu
4. Penggaris dalam cm (2 buah)
C. Prosedur Pelaksanaan
Nilai
No. Tindakan
0 1 2
1. Beri salam terapeutik kepada klien dan keluarga
2. Beritahu klien dan/keluarga tentang prosedur tindakan (pemeriksaan fisik) yang akan
dilaksanakan (alasan, tujuan, kerjasama yang diharapkan dari klien)
3. Kaji kesiapan klien
4. Atur posisi klien
5. Cuci tangan
6. Tutup sampiran dan atur pencahayaan
7. Dekatkan alat-alat pemeriksaan fisik ke dekat klien
8. Kaji tingkat kesadaran, GCS (E4, M6, V5)
9. Periksa warna kulit, warna kuku, suhu akral, edema, clubbing finger, CRT
10. Palpasi ringan dan hitung denyut radial sepanjang lekuk radial pada pergelangan tangan
11. Palpasi denyut brachial pada lekuk otot bisep dan trisep di atas siku
12. Ukur tekanan darah di kedua lengan
Nilai
No. Tindakan
0 1 2
13. Ukur tekanan vena jugularis dengan cara:
 Minta klien duduk tegak lurus 90o
 Minta klien untuk berbaring terlentang dengan kepala sedikit terangkat sekitar 30 o-45o.
Kadar denyutan vena meningkat diatas batas manubrium, 1-2 cm saat kepala klien mencapai
sudut 45o
 Pastikan bahwa leher dan toraks atas sudah terbuka, jangan memfleksikan atau
menghiperekstensikan leher
 Ukur titik tertinggi vena jugular interna yang terlihat dengan menggunakan dua penggaris.
Sejajarkan ujung dasar penggaris dengan puncak area denyutan di vena. Kemudian dengan
tempatkan penggaris tegak lurus terhadap penggaris yang pertama setinggi sudut sterna.
Ukur dalam sentimeter jarak antara penggaris kedua dan sudur sterna.
 Ulangi pengukuran yang sama di sisi yang lain. Tekanan bilateral lebih dari 2,5 cm dianggap
meningkat dan merupakan tanda gagal jantung kanan. Peningkatan tekanan di satu sisi dapat
disebabkan oleh obstruksi.
14. Palpasi nadi karotis, kaji denyutan, irama, frekuensi.
15. Inspeksi wajah, mata ada tidaknya xanthelasma (hiperkolesterol), corneal arcus (hiperlipidemia),
konjungtiva, malar flush (mitral stenosis).
16. Minta klien untuk membuka mulut dan mengeluarkan lidah. Kaji mukosa mulut untuk
mengetahui ada tidaknya hipoksia. Kaji kesehatan gigi, jika gigi jelek bisa memungkinkan tanda
endokarditis. Stomatitis tanda defisiensi iron.
17. Inspeksi dada secara keseluruhan, lihat warna, kesimetrisan, bentuk dan ada tidaknya lesi
18. Tentukan lokasi sudut Louis/sternal angel dengan palpasi. Sudut ini terletak diantara manubrium
dan badan sternum. Ini akan terasa seperti bagian dari sternum.
19. Pindahkan jari-jari ke bawah ke arah tiap sisi sudut sehingga akan teraba spasium interkostalis
ke-2. Area aorta terletak di spasium interkostalis ke-2 kanan dan area pulmonal terletak pada
spasi intercostalis ke-2 kiri.
20. Inspeksi dan kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada atau tidaknya
pulsasi.
21. Dari area pulmonal, pindahkan jari-jari Anda ke bawah sepanjang tiga spasi interkosta kiri
menghadap ke sternum. Rasakan ada tidaknya pulsasi tricuspid.
22. Dari area trikuspidalis, pindahkan tangan Anda secara lateral 5-7 cm ke garis midklavikularis
kiri dimana akan ditemukan area apikal atau PIM (point of max impulse) Inspeksi dan palpasi
pulsasi pada area apikal. Sekitar 50% orang dewasa akan terlihat. Ukuran jantung dapat
diketahui dengan mengamati pulsasi apikal, jika jantung membesar maka pulsasi ini bergeser ke
lateral ke garis midklavikula.
23. Lakukan inspeksi dan palpasi pada area aorta abdominal yaitu pada area epigastrik di dasar
sternum
24. Perkusi area jantung dari sisi luar ke arah jantung. Normalnya berbunyi dullness (pekak). Bila
terjadi hipertrofi ventrikel maka suara dullnesss akan meluas.
25. Anjurkan klien untuk bernapas secara normal dan kemudian tahan napas saat ekspirasi.
Nilai
No. Tindakan
0 1 2
 Dengarkan S1 sambil melakukan palpasi nadi karotis. Bunyi S1 seirama dengan saat nadi
karotis berdenyut. Perhatikan intensitas adanya kelainan/variasi, pengaruh respirasi, dan
adanya splitting S1 (bunyi S1 ganda yang terjadi dalam waktu yang sangat berhimpitan).
Buyi S1 adalah “dub”.
 Dengarkan S2 secara seksama untuk mengetahui apakah ada splitting saat inspirasi.
Anjurkan klien untuk menghembuskan dan menahan napas. Kemudian menghirup/inhalasi
dan menahannya. Dengarkan S2 untuk mengetahui apakah S2 menjadi bunyi tunggal atau
tidak. Bunyi S2 adalah “lub”
26. Konsentrasikan pada systole, dengarkan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi
tambahan seperti bunyi murmur sistolik.
27. Konsentrasikan pada diastole yang merupakan interval yang lebih panjang daripada systole,
perhatikan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan/murmur diastolic. Durasi
systole dan diastole sebanding saat frekuensi jantung meningkat.
28. Auskultasi nadi karotis untuk mengetahui ada tidaknya bruits
29. Inspeksi dan palpasi denyut femoral dengan klien pada posisi terlentang
30. Inspeksi ekstremitas bawah mengenai adanya varises, edema perifer, phlebitis
31. Inspeksi vena pedal betis. Bila vena tampak kemerahan/bengkak, palpasi lembut otot betis.
Perhatikan adanya perlunakan atau ketegangan otot.
32. Palpasi denyutan popliteal di belakang lutut dengan klien berbaring tengkurap atau terlentang
dan lutut sedikit fleksi, otot-otot tungkai rileks
33. Kaji adanya edema tekan pada sekitar tumit. Tekan dengan jari telunjuk setidaknya 5 detik di
atas masing-masing malleolus medial atau pada tulang kering
34. Minta klien untuk berbaring terlentang, palpasi denyut dorsalis pedis
35. Palpasi denyut tibia posterior tepat di belakang dan di bawah malleous medial dengan kaki rileks
dan sedikit ekstensi
36. Beritahu klien bahwa pemeriksaan sudah selesai
37. Kaji respon klien selama dan setelah tindakan.
38. Rapikan klien dan posisikan klien senyaman mungkin.
39. Bereskan alat
40. Cuci tangan
41. Evaluasi respon klien selama tindakan
42. Merencanakan tindak lanjut
43. Dokumentasi: identitas klien, tindakan yang dilakukan, waktu, jumlah dan karakteristik sekret,
hasil pemeriksaan suara nafas, frekuensi pernafasan, paraf dan nama jelas perawat yang
melakukan tindakan.

JUMLAH
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉
NILAI= x 100%
𝟖𝟔

Anda mungkin juga menyukai