Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


Kampus 2 dan 3: Jl. Fatahillah – Watubelah Cirebon Telp.+62-231-209608, +62-231-
204276, Fax+62-231-209608, +62-231-209617
Email: fikes.umc@gmail.com Website: www.umc.ac.id
Kampus 1: Jl. Tuparev no 70 Cirebon 45153, Email: rektorat@umc.ac.id, Website: www.umc.ac.id

Nama :
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
NIM :

Pemeriksaan
Sistem Pencernaan

Deskripsi : Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem pencernaan dimulai dari


pemeriksaan bibir, rongga mulut, abdomen, rectum dan anus.

 Rongga Mulut
Pemeriksaan pada rongga mulut dilakukan untuk menilai adanya atau lesi yang
mempengaruhi ada fungsi ingesti dan digesti. Adanya ketidaknyamanan di dalam
rongga mulut dapat mempengaruhi status nutrisi seseorang. Perubahan dalam
rongga mulut dapat mempengaruhi tipe dan jumlah makanan yang dicerna. Untuk
mengkaji rongga oral, perawat menggunakan senter dan spatel lidah atau kasa segi
empat. Posisi pasien saat pengkajian rongga mulut adalah bisa dengan duduk dan
berbaring. Pemeriksaan bibir meliputi pengkajian warna, tekstur, hidrasi /
kelembapan, kontur serta tindakan lesi. Bibir yang normal berwarna merah muda,
lembab, simetris dan halus. Bibir yang berwarna pucat dapat disebabkan oleh
anemia, sedangkan sianosis biasanya berhubungan dengan gangguan pada
pernafasan dan kardiovaskuler. Bibir yang terkena lesi berhubungan dengan
infeksi, iritasi atau kanker kulit.
 Abdomen
Saat pemeriksaan abdomen, ada garis batas yang membantu perawat untuk
memetakan region abdomen. Abdomen dibagi secara imajiner menjadi metode 4
kuadran dan 9 kuadran. Perawat bisa merujuk hasil pemeriksaan dan mencatatnya
berdasarkan dengan keterkaitan kuadran dengan organ yang berada dilokasi
kuadran tersebut. Sebagai contoh, perawat bisa menentukan nyeri tekan yang
dirasakan pasien kuadran kiri bawah berkaitan dengan lokasi kolon descenden dan
sigmoid.
 Identifikasi Kuadran Abdomen dan Proyeksi Alat / Organ Dalam Abdomen
Bila kita memeriksa abdomen, beberapa struktur organ normal dalam abdomen
dapat diidentifikasi. Kolonsigmoid dapat diraba seperti tabung di kuadran kiri
bawah sedangkan caecum dan bagian dari kolon asenden seperti tabung yang lunak
dan lebih lebar pada kuadran kanan bawah. Kolon transversum dan kolon desenden
juga mungkin dapat diraba.

Pembagian Abdomen 4 Kuadran

Kuadran Kanan Atas Kuadran Kiri Atas


 Hepar  Lobus kiri dari hepar
 Vesicafellea  Lambung
 Pylorus  Corpus pancreas
 Duodenum  Fleksura lienalis kolon
 Caput Pancreas  Sbagian dari kolon tranversum
 Fleksura hepatika colon  Kolon desenden
 Sebagian kolon asendens
 Kolon tranversum

Kuadran Kanan Bawah Kuadran Kiri Bawah


 Cecum dan appendik  Kolon sigmoid
 Sebagian kolon asenden  Sebagian kolon deseden

Pembagian Abdomen 9 Kuadran

Hipochondrium Kanan : Epigastrik : Hipochondrium Kiri :


 Lobushepar kanan  Pylorus dan gaster  Gaster
 Vesikafelea  Duodenum  Ekor pankreas
 Fleksura lienalis

Lumbal Kanan : Umbilikal : Lumbal Kiri :


 Bagian duodenum  Omentum  Kolon desenden
 Jejunum  Mesenterium  Bagian distal
 Bagian distal
duodenum

Inguinal Kanan : Suprapubik / Hypogastrik: Inguinal Kiri :


 Caecum  Ileum  Colon sigmoid
 Appendik  Vesical Urinaria
 Pemeriksaan Abdomen
Persiapan Ruangan dan Pasien
Keadaan yang penting diperhatikan sewaktu Untuk mendapatkan relaksasi dari pasien
pemeriksaan adalah
1) Cahaya ruangan cukup baik 1) Vesika urinaria harus dikosongkan
2) Pasien harus relaks lebih dahulu
3) Pakaian harus terbuka dari processus 2) Pasien dalam posisi tidur dengan
xyphoideus sampai sympisis pubis. bantal dibwah kepala dan lutut pada
posisi fleksi (bila diperlukan)
3) Kedua tangan disamping atau dilipat
diatas dada. Bila tangan diatas kepala
akan menarik dan menegangkan otot
perut.
4) Telapak tangan pemeriksa harus
cukup hangat, stetoskop juga cukup
hangat, dan kuku harus pendek.
Dengan jalan menggesek-gesekan
tangan akan membuat telapak tangan
jadi hangat.
5) Suruh pasien menunjukan tempat /
area yang sakit, dan periksa area ini
paling terakhir.
6) Lakukan pemeriksaan perlahan-
lahan, hindari gerakan yang cepat
dan tak diinginkan.
7) Jika perlu ajak pasien berbicara
sehingga pasien akan lebih relaks
8) Jika pasien sangat sensitif dan
penggeli mualilah palpasi dengan
tangan pasien sendiri dibawah
tangan pemeriksa kemuadian secara
perlahan lahan tangan pemeriksa
menggantikan tangan pasien.
9) Perhatikan hasil pemeriksaan dengan
memperhatikan raut muka dan emosi
pasien
A. Inspeksi
Skor
Inspeksi Apa yang diinspeksi
Inspeksi abdomen dari 1) Kulit : lihat apakah ada
posisi berdiri di sebelah jaringan perut.
kanan pasien. Bila akan Terangkan lokasinya,
melihat contour abdomen striae, dilatasi vena
dan memperhatikan 2) Umbilikus : Lihat kondisi
peristaltik, maka sebaiknya umbilikus, identifikasi
duduk atau jongkok adanya peradangan dan
sehingga abdomen terlihat hernia umbilicus
dari samping (tangensial). 3) Kontour dari abdomen.
Apakah datar (flat),
gembung (protuberant),
“rounded” Scapphoid,
(concave atau hellowed).
Juga dilihat daerah
inguinal dan femoral
4) Simetrisitas dari
abdomen
5) Adanya organ yang
membesar: Pada saat
pasien bernafas
perhatikan apakah hepar
membesar atau limpa
membesar turun
dibawah arcus costarum.
6) Apakah ada masa /
tumor
7) Lihat peristaltik usus:
Peristaltik usus akan
terlihat dalam keadaan
normal pada orang yang
sangat kurus. Bila ada
obstruksi usus
perhatikan beberapa
menit
8) Pulpasi : Dalam keadaan
normal pulpasi aorta
sering terlihat diregio
epigastrica.

INSPEKSI ABDOMEN
Jenis Inspeksi Tekhnik Pengkajian Skor
1) Inspeksi Permukaan  Beritahu pasien untuk
Abdomen mengosongkan kandung
kemih
 Posisikan pasien supinasi
dengan kaki yang rileks
 Inspeksi abdomen secara
keseluruhan
 Dokumentasikan ukuran,
bentu, kesimetrisan,
pergerakan (respirasi,
peristaltic dan palpasi),
karakteristik permukaan
seperti seperti warna,
pertumbuhan rambut, lesi,
dan striae.
2) Inspeksi Umbilicus  Lakukan inspeksi umbilicus
dari segi bentuk, warna,
dan perubahan.
 Identifikasi letak normal
umbilicus masuk ke dalam
dan berada di midline
3) Inspeksi kesimetrisan  Lihatlah kesimetrisan 
abdomen abdomen dari semua sudut.
 Abdomen yang normal :
simetris dengan letak
umbilicus dibagian tengah.
4) Inspeksi bentuk dan  Inspeksi bentuk abdomen 
adanya distensi apakah ada distensi
abdomen
 Temuan yang abnormal :
Distensi abdomen
disebabkan karena adanya
lemak, udara, feces dan
tumor.

B. Aukultasi
Aukultasi berguna dalam menilai pergerakan usus dan adanya stenosis arteri atau
adanya obstruksi vascular lainnya. Aukultasi paling baik dialakukan sebelum palpasi
dan perkusi akan mempengaruhi frekuensi dari bising usus.
Tahap Kerja :
Letakan stetoskop secara baik. Dengarlah bunyi usus dan catatlah frekuensi dan
karakternya. Normal bunyi usus terdiri dari “Clicks” dan Gurgles” dengan
frekuensi 5-15 kali permenit. Kadang – kadang bisa didengar bunyi “Borborgymi”
yaitu bunyi usus gurgles yang memanjang dan lebih keras karena hypereristaltik.
Bunyi usus dapat berubah dalam keadaan seperti diare, obstruksi intestinal, ileus
paralitik, dan peritonitis.

Pada pasien dengan hypertensi dengarkan di epigastrium dan pada masing-masing


kuadran atas bunyi “bruit vaskular” yang hampir sama dengan bunyi bising jantung
(murmur). Adanya bruit sistolik dan distolik pada pasien hypertensi akibat dari
stenosis arteri renalis. Bruit sistolik di epigastrium dapat terdengar pada orang
normal. Jika kita mencurigai adanya insufisiensi arteri pada kaki maka dengarkanlah
bruits sistolik diatas aorta, arteri iliaca, dan arteri femoralis.

Aukultasi Abdomen

No Jenis Aukultasi Teknik Pengkajian Skor


1 Aukultasi Bising Usus  Lakukanlah aukultasi
sebelum melakukan
palpasi sbdomen.
 Gunakan identifikasi
kuadran abdomen
sebagai pedoman.
 Gunakan bagian
diafragma pada
stetoskop untuk
aukultasi bising usus di
keempat kuadran.
 Bunyi rata-rata bising
usus terdiri dari 5-30 x
/ menit di setiap
kuadran
 Bunyi rata-rata bising
usus terdiri dari 5-30 x
/ menit di setiap
kuadran
2 Aukultasi suara arteri  Gunakan stetoskop 
dan vena bagian bel untuk
aukultasi suara vaskuler
(arteri (bruits) dan
Vena ).
 Dengarkan suara arteri
dan vena dengan
seksama karena hal ini
agak sulit dibedakan.
 Jika diindikasikan,
lakukan aukultasi dari
bagian medline ke
kuadran epigastrium.

C. Perkusi
Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, guna mengukur besarnya hepar dan
kadang limpa, mengetahui adanya cairan ascites, masa padat, masa yang berisi
cairan, dan adanya udara dalam gaster dan usus.
Lakukan perkusi yang benar di atas keempat kuadran untuk menilai distribusi dari
tympani dan pekak (dullness). Tympani biasanya menonjol bila adanya gas dalam
traktus digestivus, sedangkan cairan normal dan feces menyebabkan bunyi pekak
(dullness). Catat dimana tympani berubah menjadi pekak pada masing-masing sisi.
Cek area supra pubik, adakah pekak karena vesika urinaria yang penuh atau karena
uterus yang membesar.
PERKUSI ABDOMEN
No Jenis Perkusi Teknik Pengkajian Skor
1 Perkusi Abdomen  Lakukan perkusi pada
semua kuadran
abdomen
 Catat bunyi perkusi
dullnes dan tympani
 Bunyi tympany dan
dullnes tergantung
kontur dari abdomen
2 Perkusi Hepar Lakukan perkusi pada linea
mid klavikularis kanan,
mulailah setinggi bawah
umbilikus (area tympani)
bergerak kearah atas ke
hepar (area pekak, pinggir
bawah hepar). selanjutnya
lakukan perkusi dari arah
paru pada linea
midklavikularis kanan ke
arah bawah ke hepar
(pekak) sekarang ukurlah
dalam sentimeter “vertical
span” / tingginya dari
pekak hepar. Biasanya
ukurannya lebih besar pada
laki-laki daripada wanita,
orang yang tinggi dari
orang pendek. Hepar dinilai
membesar, bila pinggir atas
hepar diatas dari ruang
costalik, atau panjang
pekak hepar lebih dari 6-12
cm, dan lobus kiri hepar 2
cm di bawah processus
xyphoideus.
3 Perkusi limpa/spleen Normal limpa terletak pada
lengkung difragma
posterior dari linea mid
aksilaris kiri. Perkussi
limpa penting bila limpa
membesar (Splenomegali).
Limpa dapat membesar ke
arah anterior, ke bawah
dan ke medial yang
menutupi daerah gaster
dan kolon, yang biasanya
adalam timpani dengan
pekak karena organ padat.
Membesar (Splenomegali).
Limpa dapat membesar ke
arah anterior, kebawah,
dan ke medial yang
menutupi daerah gaster
dan kolon, yang biasanya
adalah timpani dengan
pekak karena organ padat.
Bila kita mencurigai
splenomegali maka
lakukanlah manuver ini :
1. Lakukanlah perkusi
pada ruang intercostalis
terakhir pada linea
aksilaris anerior kiri.
Ruangan ini biasanya
timpani. Sekarang suruh
pasien menarik nafas
dalam dan perkusi lagi.
Bila limpa normal maka
suaranya tetap timpani
ke pekak pada saat
inspirasi menyokong
untuk pembesaran
limpa. Kadang-kadang
mungkin saja terdengar
pekak dalam inspirasi
tapi limpa masih
normal. Hal ini
memberikan tanda
positif palsu.
2. Lakukan perkusi dari
beberapa arah timpani
kearah area pekak dari
limpa. Cobalah untuk
membayangkan ukuran
limpa. Jika area pekak
besar maka menyokong
untuk spenomegali.
Perkusi dari limpa akan
dipengaruhi oleh gaster
dan kolon, tetapi
menyokong suatu
splenomegali sebelum
organ terebut teraba.

3 Perkusi Bladder  Jika terdapat indikasi, 


laukan perkusi pada
bagian bladder dan
apabila normal akan
terdengar suara
dullness. Untuk
pemeriksaan ini harus
ditawarkan kepada
pasien karena ada
pasien yang merasa
tidak nyaman.

D. Palpasi
Palpasi superficial berguna untuk mengidentifikasi adanya tahanan otot (muscular
resitence), nyeri tekan dinding abdomen, dan bebarapa organ dan masa yang
superficial. Dengan tangan dan lengan dalam posisi horizontal, mempergunakan
ujung-ujung jari cobalah gerakan yang enteng dan gentle. Secara pelan gerakan dan
rasakan seluruh kuadran. Identifikasi setiap organ ata masa, area yang nyeri tekan,
atau tahanan otot yang meningkat (spasme). Gunakanlah kedua telapak tangan, satu
diatas yang lain pada tempat yang susah dipalpasi. Palpasi dalam dibutuhkan untuk
mencari massa dalam abdomen. Dengan menggunakan permukaan palmaris dari
jari-jari anda, lakukanlah palpasi diseluruh kuadran untuk mengetahui adanya
massa, lokasi, ukuran, bentuk, mobilitas terhadap jaringan sekitarnya dan nyeri
tekan. Massa dalam abdomen dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara : Fisiologis
seperti uterus yang hamil : inflamasi seperti di vertikulitis kolon, pseudokista
pancreas; vascular seperti aneurysma aorta; neo plastik seperti mioma uteri, kanker
kolon atau kanker ovarium atau karena obstruksi seperti pembesaran vesika urinaria
karena retensiurin.

PALPASI

No Jenis Pemeriksaan Prosedur pemeriksaan Skor


1 Palpasi Hepar Letakan tangan kiri anda di
bawah dan dorong setinggi
iga 11 dan 12 pada posisi
pasien tidur terlentang.
Suruh pasien relaks. Dengan
cara menekan tangan kiri ke
arah depan maka hepar akan
mudah diraba dengan
tangan kanan anterior.
Letakkan tangan kanan pada
perut sebelah kanan, lateral
dari muskulus rektus
dengan ujung jari di bawah
dari batas pekak hepar.
Posisikan jari-jari ke arah
cranial atau obloq, tekanlah
ke bawah dan ke atas. Suruh
pasien mengambil nafas
dalam.
Usahakan meraba hepar
pada ujung jari karena hepar
akan bergerak ke caudal. jika
kamu telah merabanya,
lepaskan tekanan palpasi
sehingga hepar dapat
bergeser dibawah jari-jari
anda dan anda akan dapat
meraba permukaan anterior
dari hepar.
Pinggir hepar normal teraba
lunak, tajam, dan rata.
hitunglah pembesaran hepar
dengan menggunakan jari-
jari pemeriksa untuk
menentukan :
a. Jarak antara arkus
kostarum dengan
pinggir hepar terbawah
b. Antara prosessus
xyphoideus dengan
pinggir heparterbawah
Cara lain meraba hepar
dengan metode “Teknik
hooking”
Caranya berdiri pada
sebelah kanan pasien.
Letakan kedua tangan pada
perut sebelah kanan,
dibawah dari pinggir pekak
hepar.
Tekankan dengan jari-jari
mengarah ke atas dan
pinggir costa. Suruh pasien
bernafas abdomen dalam,
akan teraba hati.
2 Palpasi Limpa Dalam menentukan
pembesaran limpa secara
palpasi, teknik
pemeriksaannya tidak
banyak berbeda dengan
palpasi hati.
Pada keadaan normal limpa
tidak teraba. Limpa
membesar mulai lengkung
iga kiri, melewati umbilikus
sampai regioiliaka kanan.
Seperti halnya hati, limpa
juga bergerak sesuai dengan
gerakan pernapasan.

Keterangan Skor Note

1 = Mahasiswa tidak dapat melakukan


tindakan

2 = Mahasiswa mampu melakukan


tindakan dengan bimbingan maksimal

3 = Mahasiswa mampu melakukan


tindakan dengan bimbingan minimal
4 = Mahasiswa mampu melakukan tindakan
dengan bimbingan mandiri

Total Nilai Jumlah Bobot x skor x 100

40

Cirebon,

(Evaluator: )

Anda mungkin juga menyukai