Anda di halaman 1dari 10

Tanggal Mulai kegiatan : 25 Mei 2021

Tanggal Akhir : 25 Mei 2021


Upaya kegiatan : Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
Peserta Hadir : Masyarakat
Dan lain – lain

A. Keluarga Berencana (KB)


Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara
untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
Tujuan Program KB Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk
keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB lainnya yaitu untuk
menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan
kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan)
maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan
pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua (Hartanto,
2002).

B. Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-
usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu
pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya
sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).

1. Kontrasepsi Hormonal
a. Kontrasepsi Pil
Pengertian Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus
haid yang normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya
mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi,
tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti
mual, muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002). Efektivitas
pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9% dan 97% (Handayani, 2010).
Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu: a) Tidak
mengganggu hubungan seksual b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang d) Dapat digunakan pada
masa remaja hingga menopouse e) Mudah dihentikan setiap saat f) Kesuburan
cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan g) Membantu mencegah:
kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, acne,
disminorhea.
Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu: a) Amenorhea b)
Perdarahan haid yang berat c) Perdarahan diantara siklus haid d) Depresi e)
Kenaikan berat badan f) Mual dan muntah.
b. Kontrasepsi Suntik
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai
efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan
jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan
gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil,
klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia
lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium
dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan
mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013)
yaitu: a) Gangguan haid b) Leukorhea atau Keputihan c) Galaktorea d) Jerawat e)
Rambut Rontok f) Perubahan Berat Badan g) Perubahan libido.
c. Kontrasepsi Implant
Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: a) Daya
guna tinggi b) Perlindungan jangka panjang c) Pengembalian tingkat kesuburan
yang cepat setelah pencabutan d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam e) Tidak
mengganggu dari kegiatan senggama f) Tidak mengganggu ASI g) Klien hanya
kembali jika ada keluhan h) Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan i)
Mengurangi nyeri haid j) Mengurangi jumlah darah haid k) Mengurangi dan
memperbaiki anemia l) Melindungi terjadinya kanker endometrium m)
Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara n) Melindungi diri dari
beberapa penyebab penyakit radang panggul o) Menurunkan kejadian
endometriosis.
Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: Pada
kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan
bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid, serta
amenorhea.
d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD AKDR
Alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang dililit tembaga (Cu),
dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya hanya berisi
hormon progesteron.
Cara kerjanya, meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu
blastokista sampai ke rahim endometrium belum siap menerima nidasi,
menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan sel darah putih
yang melarutkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas.
Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1%.

2. Kontrasepsi Mantap (Kontap)


a. Tubektomi
Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara
mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke
rahim), efektivitasnya mencapai 99 %.
b. Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya
sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas defferent)
sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%.
(Suratun, 2008)
Jenis Kegiatan :  F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana
(KB)
Judul Lap. Kegiatan      :  Imunisasi dan Pengukuran Status Gizi Anak
Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan di Indonesia saat ini. Status gizi yang baik mempengaruhi tingkat kesehatan
seseorang. Berdasarkan data WHO, masalah gizi berkontribusi pada sekitar 45% kematian
pada anak di bawah usia 5 tahun. Hal tersebut dapat dicegah melalui intervensi sederhana dan
terjangkau yaitu dengan pemantauan status gizi anak secara rutin. Penilaian status gizi
berperan untuk mengetahui ada tidaknya masalah pada status gizi seseorang yang dilakukan
melalui pengukuran dari beberapa parameter (berat badan dan panjang/tinggi badan) dimana
hasilnya kemudian dibandingkan dengan nilai rujukan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
status gizi anak adalah adanya penyakit infeksi, yang mengganggu masukan makanan dan
meningkatkan kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Imunisasi merupakan pencegahan
primer terhadap penyakit infeksi yang paling efektif dan terjangkau, guna menekan angka
kematian anak yang tinggi akibat berbagai penyakit yang dapat dicegah, seperti tuberkulosis,
difteri, tetanus, hepatitis B, pertusis, campak, polio, radang selaput otak dan radang paru-
paru. Kementrian Kesehatan RI melalui program imunisasi dasar lengkap, memberikan
kewajiban bagi bayi sebelum usia 1 tahun untuk mendapatkan imunisasi dasar.

Permasalahan
- Cakupan imunisasi yang rendah sebagai akibat dari pandemi COVID-19
- Gangguan gizi masih menjadi masalah kesehatan yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak
- Tingginya angka kejadian penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi dasar
Perencanaan
- Rencana: pelayanan pemantauan gizi anak dengan pemeriksaan berat badan dan
panjang/tinggi badan, pelayanan pemberian imunisasi pada anak sesuai jadwal
imunisasi pada buku KIA
- Peserta: bayi, balita, dan anak yang belum melakukan imunisasi di Pos Posyandu saat
jadwal imunisasi
- Tempat: Ruang Imunisasi Puskesmas woha
- Tanggal: 4 juni 2021
- Jam: 09.30-selesai
Pelaksanaan
- Persiapan alat dan vaksin
- Dilakukan pelayanan jam 08.30 (pengukuran BB/TB, imunisasi)
- Pencatatan di buku register dan buku KIA
Monitoring
Monitoring dan evaluasi dilakukan tiap bulan di Puskesmas.
Penyuluhan Imunisasi Dengan Tema “Pentingnya Melakukan Imunisasi” di Desa
Taman Baru

Latar belakang

Saat ini di Indonesia masih ada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi secara
lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sedari lahir. Hal itu menyebabkan
mereka mudah tertular penyakit berbahaya karena tidak adanya kekebalan terhadap penyakit
tersebut.

Agar terbentuk kekebalan masyarakat yang tinggi, dibutuhkan cakupan imunisasi


dasar dan lanjutan yang tinggi dan merata di seluruh wilayah, bahkan sampai tingkat desa.
Bila tingkat kekebalan masyarakat tinggi, maka yang akan terlindungi bukan hanya anak-
anak yang mendapatkan imunisasi tetapi juga seluruh masyarakat.

Dalam rangka mencapai cakupan imunisasi yang tinggi dan merata di setiap wilayah,
Menteri Kesehatan mengimbau agar seluruh Kepala Daerah (1) mengatasi dengan cermat
hambatan utama di masing-masing daerah dalam pelaksanaan program imunisasi; (2)
menggerakkan sumber daya semua sektor terkait termasuk swasta; dan (3) meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi rutin lengkap sehingga mau dan mampu
mendatangi tempat pelayanan imunisasi.

Permasalahan

Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan


(Kemenkes) RI menunjukkan terhitung sekitar 1,7 juta anak belum mendapatkan imunisasi
atau belum lengkap status imunisasinya. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah
konsep imunisasi dasar lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu
terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan
imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.

Di desa RabaKodo beberapa masyarakat masih belum tau pentingnya melakukan


imunisasi tepat jadwal. Oleh karena itu perlu dilakukannya sosialisasi pengetahuan tentang
imunisasi yang akan dilanjutkan dengna pemberian imunisasi pada posyandu balita desa
RabaKodo.
Perencanaan dan pemilihan intervensi

Perencanaan: Melakukan kegiatan penyuluhan dan imunisasi

Peserta: Ibu balita dan balita

Pelaksana: Dokter dan bidan

Target sasaran: 80% ibu balita menghadiri acara ini dan 95% balita mendapat imunisasi tepat
jadwal

Intervensi:

1. Dilakukan penyuluhan secara langsung

Tujuan:

 Edukasi penyuluhan pentingnya imunisasi


 Melakukan imunisasi pada posyandu balita

Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan melalui penyuluhan pada:

Hari : Rabu, 03 Juni 2021

Waktu : 09.00-selesai

Tempat: Posyandu balita RabaKodo

Peserta: Kegiatan ini dihadiri oleh Dokter Internsip (1 orang), Bidan Desa Taman Baru(1
orang), Asisten Bidan (1 orang), ibu-ibu Kader ( 1 orang), masyarakat (ibu balita 11 orang).

Penyuluhan dengan mematuhi protocol kesehatan dengan urutan sebagai berikut

1. Memberikan salam dan perkenalan


2. Pendahuluan
3. Pembahasan
a. Menjelaskan tentang pentingnya imunisasi
b. Menjelaskan akibatnya jika tidak diimunisasi
c. Menjelaskan jadwal imunisasi
d. Menjelalskan cara mengatasi KIPI (Kejadian ikutan paska imunisasi)
4. Sesi tanya jawab
5. Penutup dan kesimpulan materi
Dilakukan imunisasi pada anak yang sesuai jadwal imunisasinya
Monitoring dan evaluasi

Monitoring kegiatan:

1. Dilakukan absensi dan pendataan jadwal imunisasi pada buku ibu dan anak

Evaluasi Kegiatan:

1. 100% balita mendapat imunisasi sesuai jadwal dan lebih dari 80% ibu balita mendatangi
acara ini

Saran

1. Perlu diadakan evaluasi tentang kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI), dimana yang
paling sering adalah demam. Untuk mencari tau balita mana yang beresiko tinggi
terjadi KIPI.

Penyuluhan Gizi Balita dengan Tema “Makanan yang tepat untuk balita sesuai usia” di
Posyandu Desa Buwun mas

Latar belakang

Arah pembangunan gizi sesuai Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
pasal 141, dimana upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat yang dapat ditempuh melalui perbaikan pola konsumsi
makanan, sesuai dengan 13 Pesan Umun Gizi Seimbang (PUGS) dan perbaikan perilaku
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).

Penanganan masalah gizi sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam
menciptakan SDM yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan SDM yang
berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak sebagai bagian dari keluarga
dengan asupan gizi dan perawatan yang baik.

Berikut adalah porsi MPASI berdasarkan usia anak yang berdasarkan buku panduan
Makanan pendamping Air Susu Ibu (MPASI) oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Usia 0-6 Bulan : kebutuhan energi dan nutrisi bayi dapat dipenuhi oleh ASI Usia 6-9 Bulan :
3 sendok makan hingga setengah mangkuk ukuran 250 ml dengan tekstur Puree (Saring)
Mashed (Lumat) dengan pemberian 2-3 kali makan besar dan 1-2 kali makan selingan. Usia
9-12 Bulan : Setengah mangkok ukuran 250 ml dengan tekstur Minced (Cincang Halus),
Chopped (Cincang Kasar) dan Finger Food yang diberikan sebanyak 3-4 kali makan besar
dan 1-2 kali makan selingan Usia 12-23 bulan : Tiga perempat hingga satu mangkuk penuh
ukuran 250 ml dengan tekstur makanan keluarga yang dihaluskan seperlunya dan disa
diberikan sebanyak 3-4 kali makan besar dan 1-2 kali makan selingan.

Permasalahan

Masalah gizi utama di Indonesia terdiri dari masalah gizi pokok yaitu Kekurangan
Energi Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY), dan Anemia Gizi Besi (AGB), selain gizi lebih (obesitas). Indonesia
sekarang mengalami 2 masalah gizi sekaligus atau lebih dikenal dengan masalah gizi ganda.

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi pada balita dapat mengakibatkan


berbagai macam masalah gizi. Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan gizi balita

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Perencanaan: Melakukan upaya penyuluhan gizi balita

Peserta: Ibu balita dan balita

Pelaksana: Dokter

Target sasaran: 80% ibu balita dan balita

Intervensi:

1. Dilakukan penyuluhan dengan media presentasi secara langsung

Tujuan: Meningkatkan pengetahuan warga tentang gizi balita

Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan melalui penyuluhan pada:

Hari : Kamis, 05 November 2020

Waktu : 08.30-Selesai

Peserta: Kegiatan ini dihadiri oleh Dokter Internsip (1 orang), Bidan Desa Buwun Mas (1
orangibu-ibu Kader ( 2 orang), masyarakat (ibu balita 17 orang).

Penyuluhan dengan urutan sebagai berikut


1. Memberikan salam dan perkenalan
2. Pendahuluan
3. Pembahasan
a. Menjelaskan tentang Gizi balita
b. Menjelaskan pentingnya memberikan gizi pada balita
c. Menjelaskan pentingnya ASI eksklusif
d. Akibat jika gizi tidak seimbang
4. Sesi tanya jawab
5. Penutup dan kesimpulan materi

Monitoring dan evaluasi

Monitoring kegiatan:

1. Dilakukan pendataan MPASI yang diberikan kepada balita

Evaluasi Kegiatan:

1. Lebih dari 80% masyarakat mendatangi acara ini

2. Para ibu balita banyak yang belum sadar pentingnya ASI eksklusif

3. Para ibu balita mendapatkan wawasan tentang MPASI yang sesuai

Saran

1. Perlu dilakukan evaluasi 1 bulan kemudian tentang pemberian MPASI dan ASI
eksklusif pada balita apakah sudah dijalankan dengan baik atau tidak

Penyuluhan Pentingnya Penggunaan KB dan Imunisasi serta Status Gizi Anak

Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan di Indonesia saat ini. Status gizi yang baik mempengaruhi tingkat kesehatan
seseorang. Berdasarkan data WHO, masalah gizi berkontribusi pada sekitar 45% kematian
pada anak di bawah usia 5 tahun. Hal tersebut dapat dicegah melalui intervensi sederhana dan
terjangkau yaitu dengan pemantauan status gizi anak secara rutin. Penilaian status gizi
berperan untuk mengetahui ada tidaknya masalah pada status gizi seseorang yang dilakukan
melalui pengukuran dari beberapa parameter (berat badan dan panjang/tinggi badan) dimana
hasilnya kemudian dibandingkan dengan nilai rujukan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
status gizi anak adalah adanya penyakit infeksi, yang mengganggu masukan makanan dan
meningkatkan kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Imunisasi merupakan pencegahan
primer terhadap penyakit infeksi yang paling efektif dan terjangkau, guna menekan angka
kematian anak yang tinggi akibat berbagai penyakit yang dapat dicegah, seperti tuberkulosis,
difteri, tetanus, hepatitis B, pertusis, campak, polio, radang selaput otak dan radang paru-
paru. Kementrian Kesehatan RI melalui program imunisasi dasar lengkap, memberikan
kewajiban bagi bayi sebelum usia 1 tahun untuk mendapatkan imunisasi dasar.
Permasalahan
- Penggunaan KB yang masih kurang
- Cakupan imunisasi yang rendah sebagai akibat dari pandemi COVID-19
- Gangguan gizi masih menjadi masalah kesehatan yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak
- Tingginya angka kejadian penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi dasar
Perencanaan
- Rencana: pelayanaan edukasi pentinggnya penggunaan KB DAN pelayanan
pemantauan gizi anak dengan pemeriksaan berat badan dan panjang/tinggi badan,
pelayanan pemberian imunisasi pada anak sesuai jadwal imunisasi pada buku KIA
- Peserta: bayi, balita, dan anak yang belum melakukan imunisasi di Pos Posyandu saat
jadwal imunisasi
- Tanggal: 10 Juni 2021
- Jam: 08.30-selesai
Pelaksanaan
- Persiapan penyuluhan
- Persiapan alat dan vaksin
- Dilakukan pelayanan jam 08.30 (pengukuran BB/TB, imunisasi)
- Pencatatan di buku register dan buku KIA
Monitoring
Monitoring dan evaluasi dilakukan tiap bulan di Pos Posyandu

Anda mungkin juga menyukai