B. Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-
usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu
pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya
sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
1. Kontrasepsi Hormonal
a. Kontrasepsi Pil
Pengertian Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus
haid yang normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya
mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi,
tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti
mual, muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002). Efektivitas
pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9% dan 97% (Handayani, 2010).
Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu: a) Tidak
mengganggu hubungan seksual b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang d) Dapat digunakan pada
masa remaja hingga menopouse e) Mudah dihentikan setiap saat f) Kesuburan
cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan g) Membantu mencegah:
kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, acne,
disminorhea.
Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu: a) Amenorhea b)
Perdarahan haid yang berat c) Perdarahan diantara siklus haid d) Depresi e)
Kenaikan berat badan f) Mual dan muntah.
b. Kontrasepsi Suntik
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai
efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan
jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan
gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil,
klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia
lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium
dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan
mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013)
yaitu: a) Gangguan haid b) Leukorhea atau Keputihan c) Galaktorea d) Jerawat e)
Rambut Rontok f) Perubahan Berat Badan g) Perubahan libido.
c. Kontrasepsi Implant
Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: a) Daya
guna tinggi b) Perlindungan jangka panjang c) Pengembalian tingkat kesuburan
yang cepat setelah pencabutan d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam e) Tidak
mengganggu dari kegiatan senggama f) Tidak mengganggu ASI g) Klien hanya
kembali jika ada keluhan h) Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan i)
Mengurangi nyeri haid j) Mengurangi jumlah darah haid k) Mengurangi dan
memperbaiki anemia l) Melindungi terjadinya kanker endometrium m)
Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara n) Melindungi diri dari
beberapa penyebab penyakit radang panggul o) Menurunkan kejadian
endometriosis.
Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: Pada
kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan
bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid, serta
amenorhea.
d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD AKDR
Alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang dililit tembaga (Cu),
dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya hanya berisi
hormon progesteron.
Cara kerjanya, meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu
blastokista sampai ke rahim endometrium belum siap menerima nidasi,
menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan sel darah putih
yang melarutkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas.
Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1%.
Permasalahan
- Cakupan imunisasi yang rendah sebagai akibat dari pandemi COVID-19
- Gangguan gizi masih menjadi masalah kesehatan yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak
- Tingginya angka kejadian penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi dasar
Perencanaan
- Rencana: pelayanan pemantauan gizi anak dengan pemeriksaan berat badan dan
panjang/tinggi badan, pelayanan pemberian imunisasi pada anak sesuai jadwal
imunisasi pada buku KIA
- Peserta: bayi, balita, dan anak yang belum melakukan imunisasi di Pos Posyandu saat
jadwal imunisasi
- Tempat: Ruang Imunisasi Puskesmas woha
- Tanggal: 4 juni 2021
- Jam: 09.30-selesai
Pelaksanaan
- Persiapan alat dan vaksin
- Dilakukan pelayanan jam 08.30 (pengukuran BB/TB, imunisasi)
- Pencatatan di buku register dan buku KIA
Monitoring
Monitoring dan evaluasi dilakukan tiap bulan di Puskesmas.
Penyuluhan Imunisasi Dengan Tema “Pentingnya Melakukan Imunisasi” di Desa
Taman Baru
Latar belakang
Saat ini di Indonesia masih ada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi secara
lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sedari lahir. Hal itu menyebabkan
mereka mudah tertular penyakit berbahaya karena tidak adanya kekebalan terhadap penyakit
tersebut.
Dalam rangka mencapai cakupan imunisasi yang tinggi dan merata di setiap wilayah,
Menteri Kesehatan mengimbau agar seluruh Kepala Daerah (1) mengatasi dengan cermat
hambatan utama di masing-masing daerah dalam pelaksanaan program imunisasi; (2)
menggerakkan sumber daya semua sektor terkait termasuk swasta; dan (3) meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi rutin lengkap sehingga mau dan mampu
mendatangi tempat pelayanan imunisasi.
Permasalahan
Target sasaran: 80% ibu balita menghadiri acara ini dan 95% balita mendapat imunisasi tepat
jadwal
Intervensi:
Tujuan:
Pelaksanaan
Waktu : 09.00-selesai
Peserta: Kegiatan ini dihadiri oleh Dokter Internsip (1 orang), Bidan Desa Taman Baru(1
orang), Asisten Bidan (1 orang), ibu-ibu Kader ( 1 orang), masyarakat (ibu balita 11 orang).
Monitoring kegiatan:
1. Dilakukan absensi dan pendataan jadwal imunisasi pada buku ibu dan anak
Evaluasi Kegiatan:
1. 100% balita mendapat imunisasi sesuai jadwal dan lebih dari 80% ibu balita mendatangi
acara ini
Saran
1. Perlu diadakan evaluasi tentang kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI), dimana yang
paling sering adalah demam. Untuk mencari tau balita mana yang beresiko tinggi
terjadi KIPI.
Penyuluhan Gizi Balita dengan Tema “Makanan yang tepat untuk balita sesuai usia” di
Posyandu Desa Buwun mas
Latar belakang
Arah pembangunan gizi sesuai Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
pasal 141, dimana upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat yang dapat ditempuh melalui perbaikan pola konsumsi
makanan, sesuai dengan 13 Pesan Umun Gizi Seimbang (PUGS) dan perbaikan perilaku
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).
Penanganan masalah gizi sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam
menciptakan SDM yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan SDM yang
berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak sebagai bagian dari keluarga
dengan asupan gizi dan perawatan yang baik.
Berikut adalah porsi MPASI berdasarkan usia anak yang berdasarkan buku panduan
Makanan pendamping Air Susu Ibu (MPASI) oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Usia 0-6 Bulan : kebutuhan energi dan nutrisi bayi dapat dipenuhi oleh ASI Usia 6-9 Bulan :
3 sendok makan hingga setengah mangkuk ukuran 250 ml dengan tekstur Puree (Saring)
Mashed (Lumat) dengan pemberian 2-3 kali makan besar dan 1-2 kali makan selingan. Usia
9-12 Bulan : Setengah mangkok ukuran 250 ml dengan tekstur Minced (Cincang Halus),
Chopped (Cincang Kasar) dan Finger Food yang diberikan sebanyak 3-4 kali makan besar
dan 1-2 kali makan selingan Usia 12-23 bulan : Tiga perempat hingga satu mangkuk penuh
ukuran 250 ml dengan tekstur makanan keluarga yang dihaluskan seperlunya dan disa
diberikan sebanyak 3-4 kali makan besar dan 1-2 kali makan selingan.
Permasalahan
Masalah gizi utama di Indonesia terdiri dari masalah gizi pokok yaitu Kekurangan
Energi Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY), dan Anemia Gizi Besi (AGB), selain gizi lebih (obesitas). Indonesia
sekarang mengalami 2 masalah gizi sekaligus atau lebih dikenal dengan masalah gizi ganda.
Pelaksana: Dokter
Intervensi:
Pelaksanaan
Waktu : 08.30-Selesai
Peserta: Kegiatan ini dihadiri oleh Dokter Internsip (1 orang), Bidan Desa Buwun Mas (1
orangibu-ibu Kader ( 2 orang), masyarakat (ibu balita 17 orang).
Monitoring kegiatan:
Evaluasi Kegiatan:
2. Para ibu balita banyak yang belum sadar pentingnya ASI eksklusif
Saran
1. Perlu dilakukan evaluasi 1 bulan kemudian tentang pemberian MPASI dan ASI
eksklusif pada balita apakah sudah dijalankan dengan baik atau tidak
Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan di Indonesia saat ini. Status gizi yang baik mempengaruhi tingkat kesehatan
seseorang. Berdasarkan data WHO, masalah gizi berkontribusi pada sekitar 45% kematian
pada anak di bawah usia 5 tahun. Hal tersebut dapat dicegah melalui intervensi sederhana dan
terjangkau yaitu dengan pemantauan status gizi anak secara rutin. Penilaian status gizi
berperan untuk mengetahui ada tidaknya masalah pada status gizi seseorang yang dilakukan
melalui pengukuran dari beberapa parameter (berat badan dan panjang/tinggi badan) dimana
hasilnya kemudian dibandingkan dengan nilai rujukan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
status gizi anak adalah adanya penyakit infeksi, yang mengganggu masukan makanan dan
meningkatkan kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Imunisasi merupakan pencegahan
primer terhadap penyakit infeksi yang paling efektif dan terjangkau, guna menekan angka
kematian anak yang tinggi akibat berbagai penyakit yang dapat dicegah, seperti tuberkulosis,
difteri, tetanus, hepatitis B, pertusis, campak, polio, radang selaput otak dan radang paru-
paru. Kementrian Kesehatan RI melalui program imunisasi dasar lengkap, memberikan
kewajiban bagi bayi sebelum usia 1 tahun untuk mendapatkan imunisasi dasar.
Permasalahan
- Penggunaan KB yang masih kurang
- Cakupan imunisasi yang rendah sebagai akibat dari pandemi COVID-19
- Gangguan gizi masih menjadi masalah kesehatan yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak
- Tingginya angka kejadian penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi dasar
Perencanaan
- Rencana: pelayanaan edukasi pentinggnya penggunaan KB DAN pelayanan
pemantauan gizi anak dengan pemeriksaan berat badan dan panjang/tinggi badan,
pelayanan pemberian imunisasi pada anak sesuai jadwal imunisasi pada buku KIA
- Peserta: bayi, balita, dan anak yang belum melakukan imunisasi di Pos Posyandu saat
jadwal imunisasi
- Tanggal: 10 Juni 2021
- Jam: 08.30-selesai
Pelaksanaan
- Persiapan penyuluhan
- Persiapan alat dan vaksin
- Dilakukan pelayanan jam 08.30 (pengukuran BB/TB, imunisasi)
- Pencatatan di buku register dan buku KIA
Monitoring
Monitoring dan evaluasi dilakukan tiap bulan di Pos Posyandu