BAB I
PENDAHULUAN
dalam
rangka
meningkatkan
kesejahteraan
ibu
dan
anak.
Dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Keluarga Berencana
2.2 Kontrasepsi
2.2.1
Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,
sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan
sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan, sebagai akibat adanya pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Maryani, 2008).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat
bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (Wiknjosastro, 2005).
2.2.2
2.2.3
2.2.4
Metode Kontrasepsi
Pada umumnya cara untuk metode kontrasepsi dapat dibagi dalam beberapa
metode, yakni :
Metode Sederhana
1. Tanpa alat :
KB alamiah : metode kalender (osino-knaus), metode suhu basal (termal), metode lendir
servik (bllings), metode simto termal.
2. Dengan alat :
1) Mekanis
Kondom pria, barier intra vaginal (diafragma, kap serviks/serviksl kap, spons/sponge,
kondon wanita).
2) Kimiawi
Spermisid.
Metode modern
1. Kontrasepsi hormonal
Per oral (Pil Oral Kombinasi/POK, mini pil, morning after pil), injeksi/suntikan (DMPA),
sub cutis (implant).
2.3
2.3.1
2.3.2
1. Monofasik
Yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progesteron (E/P) dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
2. Bifastik
Yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet yang mengandung 35 mcg EE+0,05 mg
norethindrone untuk hari 1-10, 35 mcg EE+1,0 mg norethindroneuntuk hari 11-21 dari
tiap siklus.
3. Triphastik
Yaitu pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet yang mengandung 30 mcg+0,05 mg
levonogestreluntuk hari 1-6, 40 mcg EE+0,075 mg levonogestrel untuk hari ke 7-11 dan
30 mcg EE+0,125 mg levonogestrel untuk hari ke 12-21 (Saifuddin, 2006).
2.3.3
Kontraindikasi
Hamil atau dicurigai hamil, menyusui eksklusif, perdarahan pervaginam yang belum
diketahui penyebabnya, penyakit hati akut, perokok usia >35 tahun, riwayat penyakit
jantung, migrain (pusing kepala yang hebat), kanker payudara atau dicurigai kanker
payudara, tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari (Saifuddin, 2003).
2.3.4
1) Pil pertama diminum hari kelima haid seterusnya berturut-turut setiap hari satu pil.
Khususnya untuk pil-pil dengan kemasan khusus dimulai pada hari pertama haid sesuai
dengan petunjuk pada kemasan.
2) Pada pasca persalinan pil mulai dimakan sesudah bayi berumur 30-40 hari, sedang
pada pasca keguguran 1-2 minggu pada pasca kejadian.
3) Pada paket yang berisi 28 pil, mulai minum pil sejak hari pertama haid dan diteruskan
setiap hari.
4) Pada paket yang berisi 21 pil, minum pil mulai hari kelima haid. Bila telah habis istirahat
dan tunggu haid, kemudian diteruskan dengan kemasan yang selanjutnya pada hari
kelima haid.
5) Bila lupa satu pil, segera minum pil ketika ingat atau minum dua pil pada waktu yang
sama.
6) Bila lupa dua pil atau lebih, sebaiknya minum dua pil setiap hari selama pil yang
tertunda pada jadwal yang ditetapkan (Maryani, 2008).
2.3.5
2.3.6
2.3.7
Semakin bertambah umur ibu, pengalaman ibu waktu hamil, melahirkan dan mengasuh
anak menyebabkan ibu menjadi lebih rasional dalam bersikap, menyadari semakin
banyak jumlah anak dan semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, mendorong
ibu untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya mengenai kesehatan pemilihan
kontrasepsi yang tepat (Notoadmojo, 2007).
2.4.2
Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
(Alwi, 2003).
Menurut Suwarno yang dikutip oleh Nursalam (2001), pendidikan berarti bimbingan yang
diberikan oleh seseorang terhadap pekembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang, karena dapat membuat seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide atau
teknologi baru (Notoadmojo, 2003).
Menurut Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam (2001) makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi. Sehingga semakin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
2.4.3
Paritas
Paritas adalah keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan
(Ramli, 2003).
Paritas dua sampai tiga merupakan palitas paling aman ditinjau dari sudut kamatian
maternal. Resiko pada paritas satu dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik,
sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga
berencana (Winknjosastro, 2005).
Ketika seorang ibu melahirkan anak pertama sampai anak ketiga maka resiko
kematian rendah. Tetapi resiko kematian yang paling rendah ketika si ibu melahirkan
anak yang kedua (Winjosastro, 2005).
Wanita usia subur dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah terlalu
yaitu; terlalu banyak, seorang wanita dengan jumlah anak lebih dari 4 orang akan lebih
sering mengalami kematian karena perdarahan setelah persalinan atau penyebab yang
lain (Hartanto, 2004).
Pada usia subur dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah terlalu
dekat jarak anak, sehingga wanita membutuhkan waktu untuk memulihkan tenaga dan
kekuatan diantara kehamilan. Jarak antara kehamilan yang dianggap cukup aman
adalah 3-4 tahun, karena jarak kelahiran < 2 tahun dapat mengakibatkan kehamilan
resiko tinggi yang dapat menyebabkan berat badan lahir rendah, nutrisi kurang, waktu
atau lama menyusui berkurang, lebih sering terkena penyakit dan tumbuh kembang
menjadi lebih lambat (Hartanto, 2004).
2.5.4. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah tahap perkembangan pemikiran manusia dapat dilihat dari
sedikit banyaknya sumber informasi yang didapat.
Dari informasi yang diperoleh tersebut dapat membuat masyarakat mengetahui apa
yang tidak mereka ketahui. Dalam persoalan tentang pemilihan Alat Kontrasepsi yang
baik memang sangat tergantung kepada pemakaiannya sendiri. Untuk itu informasi
sangat dibutuhkan bagi pasangan usia subur yang belum mengetahui tentang Alat
Kontrasepsi (Notoatmodjo, 2007).
Menuruut Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa sumber informasi yaitu alat
atau media informasi yang memungkinkan responden mengetahui tentang alat
kontrasepsi pil kombinasi, dengan kategori :
1.
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Gengbeng. 2009. Pus di Sumut, http://tapselkab.go.id. diakses oleh Elvi Sartika, 10 Mei, 16,20
wib.
Glasier, Anna & Gabbie, Alisa. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta :
EGC.
Hartanto. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : EGC.
Jones. 2005. Setiap Wanita. Jakarta : Delup Ratansa Publhising.
Maryani, Sri. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : TIM.
Machfoedz, Ircham. 2009. Metodologi Penelitian. Yogyakarta :Fitramaya.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Saifuddin, BA. 2006. Buku Panduan praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sirait, Augusta. 2008. Kontrasepsi Pil, http://www.Inilah.com. diakses oleh Elvi Sartika 12 Mei,
15.00 wib.
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo