DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A.
Latar belakang.................................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
C.
Tujuan............................................................................................................ 2
Definisi........................................................................................................... 3
B.
Etiologi........................................................................................................... 4
C.
Klasifikasi....................................................................................................... 5
D.
Patofisiologi..................................................................................................... 5
E.
Manifestasi Klinis.............................................................................................. 9
F.
Komplikasi...................................................................................................... 9
G.
Pemeriksaan Penunjang..................................................................................... 12
H.
I.
ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................18
1.Pengkajian.................................................................................................. 18
2.Diagnosa Keperawatan.................................................................................. 25
3.Intervensi................................................................................................... 26
4 .Implementasi.............................................................................................. 28
5. Evaluasi.................................................................................................... 28
Kesimpulan.................................................................................................... 29
B.
Saran............................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 30
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis,
yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada
ibu. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan, pada keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami
ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2008).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan suatu
masalah yang harus mendapatkan penanganan yang sesuai dengan prosedur agar tidak
terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Penanganan segera pada ketuban pecah dini
yaitu dengan pemberian antibiotik dan segera lakukan induksi persalinan jika umur
kehamilan sudah aterm tapi jika belum aterm (prematur) pertahankan. Asuhan ini
dilaksanakan dengan tujuan agar janin dan ibu bisa menjalani proses persalinan dengan
normal dan tanpa adanya komplikasi. Pada proses persalinan ini membutuhkan asuhan
yang optimal dan dukungan dari semua pihak khususnya keluarga dan penolong yang
terampil agar proses persalinan berjalan dengan lancar, bayi dan ibu sehat sehingga dapat
menurunkan adanya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.
Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan 80% kematian
ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan (25%) biasanya perdarahan
pasca persalinan,sepsis (15%) hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%)
komplikasi abortus tidak aman (13%), ketuban pecah dini (4%) dan sebab-sebab lainnya
(8%) (Wikjosastro, 2008).
Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak
35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil
aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua
kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi
pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak
30%.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep Ketuban pecah dini dan mengetahui bagaiman asuhan
keperawtan ketuban pecah dini
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya pada
masa kehamilan, seperti :
a. Definisi Ketuban Pecah Dini.
b. Mengetahui Penyebab Terjadinya ketuban pecah didni.
c. Mengetahui komplikasi dan penanganan Ketuban pecah dini.
d. Mengetahui bagaiman asuhan keperawatan Ketuban pecah dini.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu apabila
pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm
(mohtar,1998)
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan
berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada
kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
(saifudin,2002)
Ketuban pecah dini terjadi jika terdapat kelambatan lebih dari 1 jam sampai
dimulainya persalinan. Ketuban pecah premature dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu (Graber, 2006).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu
tidak terlalu banyak (Bagus Gde, 2001).
Ketuban dinyatakan pecah dini bila
terjadi
sebelum
proses
persalinan
atau
meningkatnya
tekanan
intra
uteri
atau
kedua
faktor
B. Etiologi
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme
yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan
terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik
sehingga memudahkan ketuban pecah.
2. Serviks inkompetensi
Inkompetensi serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin
yang semakin besar.Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu
kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi
berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua
atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput
janin serta keluarnya hasil konsepsi.
Servik yang inkompetensia kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli.
4. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab
terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya
disertai infeksi.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.
6. Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan
antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh Chlamydia
trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae
C. Klasifikasi
Terdapat 2 jenis ketuban pecah dini ialah:
a. Ketuban Pecah Prematur
Ketuban Pecah Prematur ialah Pecahnya membran chorion amniotic
sebelum onset persalinan atau yang disebut dengan Premature Rupture of
Membrane atau Prelabour Rupture of Membrane /PROM).
b. Ketuban Pecah Prematur pada Preterm
Ketuban Pecah Prematur pada Preterm yaitu Pecahnya membran chorionamniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu
yang disebut dengan Preterm Premature Rupture of Membrane atau Preterm
Prelabour Rupture of membrane / PPROM. Faktor faktor resiko yang diketahui
yang dapat menyebabkan rupture membrane premature ialah riwayat persalinan
premature, infeksi tersamar cairan amnion, janin multiple, dan solusio plasenta.
Sedangkan menurut Joseph HK,dkk (2010:185) dalam (Lenovo, 2009)
Ketuban Pecah Dini terdiri dari:
a. KPD Preterm
KPD Preterm yaitu Ketuban Pecah Dini yang terjadi sebelum usia 37 minggu.
b. KPD Memanjang
KPD Memanjang yaitu Ketuban Pecah Dini yang terjadi lebih 12 jam
sebelumwaktunya melahirkan.
D. Patofisiologi
Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis yang berisi cairan dan
janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama disebut amnion, terdapat di sebelah dalam. Sedangkan, bagian kedua, yang
terdapat di sebelah luar disebut chorion.
Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan ketuban
ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta bahan organik. Cairan
ini dihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-sel amnion, ditambah air
kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus. Pada ibu hamil, jumlah cairan
ketuban ini beragam. Normalnya antara 1 liter sampai 1,5 liter. Namun bisa juga
kurang dari jumlah tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5 liter. Diperkirakan janin
menelan lebih kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen dari seluruh volume dalam
tiap jam.
Manfaat air ketuban Pada ibu hamil, air ketuban ini berguna untuk
mempertahankan atau memberikan perlindungan terhadap bayi dari benturan yang
diakibatkan oleh lingkungannya di luar rahim. Selain itu air ketuban bisa membuat
janin bergerak dengan bebas ke segala arah. Tak hanya itu, manfaat lain dari air
ketuban ini adalah untuk mendeteksi jenis kelamin, memeriksa kematangan paru-paru
janin, golongan darah serta rhesus, dan kelainan kongenital (bawaan), susunan
genetiknya, dan sebagainya. Caranya yaitu dengan mengambil cairan ketuban melalui
alat yang dimasukkan melalui dinding perut ibu.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah
dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
2. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler
korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh
sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada
infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada
selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah
pecah spontan.
E. Fathway
KALA 1
PERSALINAN
HIS yang
berulang
Kesiapan
meningkatkan proses
kehamilan-persalinan
Peningkatan
kontraksi dan
Mengiritasi
nervus
Mudahnya
pengeluaran air
Stimulus nyeri
Nyeri akut
Kelainan letak
janin (sungsang)
Tidak ada
bagian terendah
yang menutupi
pintu atas
panggul yang
menghalangi
tekanan
terhadap
Infeksi
genitalia
Proses
biomekanik
bakteri
mengeluarkan
enzim
Selaput
ketuban
mudah
Klien melaporkan
tidak nyaman
Gangguan
rasa nyaman
Gemeli,
hidramnio
n
Dilatasi
berlebih
serviks
Keteganggan
uterus
Selaput
ketuban
menonjol
dan mudah
pecah
Serviks tidak
bisa
menahan
tekanan
KETUBAN PECAH
DINI
Air ketuban terlalu banyak
keluar
Ditoksia (partus
kering)
Laserasi pada
lahir
Ansiet
Serviks
inkompet
en
Kecemasan ibu
terhadap
keselamatan janin
dan dirinya
Klien tidak
mengetahui
penyebab dan
akibat KPD
Tidak adanya
pelindung dunia luar
dengan daerah rahim
Mudahnya mikroorganisme
masuk secara asendens
Defisit
Resiko
F. Manifestasi Klinis
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila
Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
"mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk sementara.
Tanda dan gejala ketuban pecah dini menurut Dr. Taufan (Nugroho, 2011) :
1. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina
2. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti berbau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah.
3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila ibu hamil duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak
dibawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara
4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin teraba cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
G. Komplikasi
Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan bayi adalah meningkatnya mortalitas
dan morbiditas perinatal. Pengaruh KPD terhadap janin dan ibu yaitu :
1. Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin
sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi (amnionitis,
vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas
dan morbiditas perinatal. Janin yang mengalami takhikardi mungkin mengalami
infeksi intrauterin.
2. Terhadap ibu
Karena jalan terlalu terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila
terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis
(nifas), peritonitis dan septikemia, serta dry labor. Ibu akan merasa lelah karena
terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, nadi cepat dan nampaklah
gejala-gejala infeksi. Hal tersebut akan meninggikan angka kematian dan angka
morbiditas pada ibu
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan
ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi ascenden. Salah
satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar
dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin
lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan
prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu
dan bayi atau janin dalam rahim (Manuaba, 1998). Tanda adanya infeksi bila suhu
ibu 38oC, air ketuban yang keruh dan bau, lekosit darah >15.000/mm3.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH
nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau
sekret vagina.
a. Tes Lakmus (tes Nitrazin).
yaitu dengan memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Kertas mustard emas
yang sensitive, pH ini akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan
basa. pH normal vagina selama kehamilan adalah 4,5-5,5, pH cairan amniotik
adalah 7-7,5. Tempatkan sepotong kertas nitrazin pada mata pisau spekulum
setelah menarik spekulum dari vagina, jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
b. Pemeriksaan leukosit darah
Bila jumlah leukosit >15000/mm2 kemungkinan besar sudah terjadi infeksi
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.
I. Pencegahan dan Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan indikasi ketuban pecah dini (Morgan dkk, 2009) :
1. Pencegahan
a. Obati infeksi gonokokus, klamidia, dan vaginosis bakterial.
b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung usaha untuk
mengurangi atau berhenti.
c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil.
d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester terakhir bila ada
faktor presdisposisi.
2. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan ketuban pecah dini bergantung pada umur kehamilan dan
tanda infeksi intrauterine
b. Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke
rumah sakit dan melahirkan bayi yang berumur <37 minggu dalam 24 jam dari
pecahnya ketuban untuk meminimalkan resiko infeks intrauterine
c. Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan ) kolaborasi dengan dokter
diantaranya dalam pemberian antibotik dan cegah infeksi (tidak melakukan
pemeriksaan dalam ), tokolisis, pematangan paru, amnioinfusi, epitelisasi,
(vitamin C dan trace element, masih kontroversi ), monitoring vetal dan
material.
KPD
pada
kehamilan
aterm
(>
37
Minggu)
Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode
latent = L.P = lag period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.Pnya. Di samping itu makin kecil umur kehamilan, makin besar peluang terjadi
infeksi dalam rahim yang dapat memacu terjadinya persalinan prematuritas
bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan
dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan
dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit
ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi
persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar.
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.
Walaupun antibiotik tidak berfaedah terhadap janin dalam uterus namun
pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya
KPD
pada
kehamilan
preterm
(<
37
minggu)
Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak
dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat konservatif disertai
pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksis. Penderita perlu dirawat di
rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenburg, tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan
bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent
diberikan juga tujuan menunda proses persalinan.
Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada
pnderita KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru,
jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul
tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang
umur kehamilan
Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlansung dengan
jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulakan komplikasikomplikasi yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-kompliksai yang dapat
terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan
juga mungkin terjadi intoksikasi.
Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan
bedah sesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan
bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin
tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat
janin, partus tak maju, dll.
Selain komplikasi-kompilkasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif.
Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang
berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatan
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tanggal masuk:
Jam masuk:
Ruang/kelas:
No.Registrasi:
Pengkajian tanggal:
Jam:
a) Biodata klien
j)
b)
Nama Pasien :
c)
Umur
d)
Suku/bangsa :
e)
Agama
f)Pendidikan
:
:
g)
Pekerjaan
h)
Alamat
i)Status perkawinan:
k) Penanggung jawab
l)
Nama
m) Umur
n) Jenis kelamin
Pendidikan
:
:
o) Pekerjaan
p) Agama
q) Alamat
:
r)
s)
t) Riwayat Kesehatan:
1.
Kehamilan saat ini
u) Berisi tentang usia kehamilan klien, adakah gangguan kehamilan klien,
penyebab terjadinya gangguan kehamilah klien, HPHT, dan HPL.
Kehamilan dahulu
v) Pengkajian yang berisi tentang kehamilan klien yang terdahulu seperti
1.
misalnya
pemberian
antibiotik,
pembatasan
pemeriksaan
dalam,
ap)
aq)
ar)
as)
at)
Kepala
(a) Pemeriksaan bentuk kepala, kebersihan kepala, terdapat ada atau
tidaknya cloasma gravidarum, dan atau benjolan.
(b) Pemeriksaan leher ditemukan ada/tidaknya pembesaran kelenjar tioroid.
(c) Pemeriksaan mata ditemukan/tidaknya pembengkakan pada kelopak
mata, konjungtiva anemis/tidak, dan biasanya selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera
kuning.
(d) Kaji simetris/tidaknya
bentuk
telinga,
kaji
kebersihan
telinga,
Jantung
Murmur jantung sistolik (90% pd wanita hamil) 1/6 atau 2/6 adalah
Dada
Biasanya pada ibu hamil terdapat adanya pembesaran payudara,
1.
Genitalia
(a) Mengkaji ada/tidaknya kelainan pada genetalia dan pengeluarannya.
Misalnya, pengeluaran darah campur lendir, adakah pengeluaran air
ketuban, adakah pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
(b) Pengkajian genitalia eksterna: bentuk, ukuran dan ada/tidaknya lesi,
etitema, perubahan warna, ekskoriasi, memar, dan bau.
(c) Pengkajian vagina dan serviks: ada/tidaknya rabas vagina, servisitis
mukopurulen, lesi, nyeri dan perdarahan.
(d) Pengkajian uterus: dilakukan dengan pemeriksaan bimanual untuk
mengetahui panjang uterus, evaluasi adneksa serta panjang dan dilatasi
serviks. Jika panjang serviks 1cm atau kurang atau serviks berdilatasi
karena
bk)
timbul, dan karena air ketuban yang keluar menimbulkan rasa tidak nyaman,
bokong basah sehingga pola tidur klien menjadi terganggu. Kaji apakah tidur
klien mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada
perineum).
Integritas ego
bm) Pengkajian mengenai ada/tidaknya kegelisahan maupun kecemasan
1.
1.
urin). Adakah kesulitan BAK dan pengosongan kandung kemih yang tidak
tuntas. Kaji ada/tidaknya rasa seperti terbakar bila BAB hal tersebut
merupakan tanda infeksi saluran kemih.
1.
1.
bs)
1.
seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena keterbatasan gerak
ibu hamil, menurunan libido.
Penyuluhan
bu) Mengkaji pengetahuan klien mengenai kondisi dirinya, hal yang perlu
1.
cb) Etiologi
cc) Diagn
cd) DS
ce) Klien mengeluh keluar cairan
cr) Ketuban
osa
ct) Resiko
cs)
pecah dini
tinggi
terhad
ap
infeksi
cu) DS
cv) Mengeluh keluar cairan dari
jalan lahir.
cw)
Klien mengatakan tidak bisa
df) Perubahan
dalam status
dg) Ansiet
as
kesehatan
du) Kontraksi
dv) Nyeri
uterus
bagian perut
dj) Klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk
dk) Klien mengatakan nyeri pada
bagian pinggang.
dl) Klien mengatakan nyeri hilang
timbul.
dm)
dn) DO
do) Keadaan umum klien lemah.
dp) Ekspresi wajah klien tampak
meringis.
dq) Klien tampak menangis.
dr) Klien menunjukkan skala nyeri
4.
ds) Frekuensi kontraksi 3X/10 menit.
dt) Durasi kontraksi 30 detik dalam
30-60 menit
dw) DS
dx) Klien tampak gelisah dan cemas.
dy) Klien tampak bingung
dz) DO
ea)
ed)
eb) Kurang
ec) Defisit
pajanan
Penget
ahuan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat (ketuban pecah dini)
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi dan pembukaan serviks
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan Persalinan
prematur dan neonatus berpotensi lahir prematur
d. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
ee)
3. Intervensi
ef)
eg) Diagnos
N
ej)
1
ei) Intervensi
a
ek) Resiko
infeksi
berhubu
perlu
b. Monitor TTV
c. Tingkatkan intake nutrisi dan
ngan
dengan
pertahan
an
tubuh
primer
yang
tidak
el)
gejala infeksi
b. Menunjukkan
untuk
kemampuan
mencegah
timbulnya
infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas
normal
d. Menunjukkan
perilaku
hidup
tanda
dan
gejala
mukosa
terhadap
sehat
adekuat
cairan
d. Monitor
en)
infeksi
eo)
(ketuba
n pecah
ep)
2
dini)
eq) Nyeri
er) Setelah
dilakukan a. Lakukan
Akut
tindakan
berhubu
ngan
klien
dengan
peningk
atan
kontraks
dapat
keperawatan
berkurang
pengkajian
nyeri
nyeri seperti
i dan
pembuk
(tahu cara)
c. Menyatakan
aan
serviks.
rasa
nyaman
farmakologi
dalam)
f. Berikan
(teknik
nafas
analgetik
untuk
mengurangi nyeri
g. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
et)eu)
Ansietas
ew)
3 berhubungan
Setelah
asuhan
dengan perubahan
selama
dalam
status
kesehatan
2x24
jam
ev)
mengungkapkan
gejala
cemas
b. Mengidentifikasi,
mengungkapkan
menenangkan
b. Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama
prosedur
c. Pahami
prespektif
pasien
untuk
memberikan
menunjukkan
keamanan
mengurangi takut
e. Dorong
keluarga
dan f.
menunjukkan teknik untuk
g.
mengontrol cemas
h.
c. Vital sign dalam batas normal
d. Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat i.
aktivitas
menemani anak
Dengarkan dengan
dan
untuk
penuh
perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan
ketakutan, persepsi
j. Instruksikan
berkurangnya kecemasan
yang
perasaan,
pasien
ey) Defisit
ez) Setelah
kecemasan
dilakukan a. Berikan penilaian
pengeta
tindakan
keperawatan
huan
selama
berhubu
ngan
2x24
jam
tentang
dengan
keterbat
asan
kognitif
hasil :
yang muncul
d. Identifikasi
kemungkinan
penyebab
pemahaman tentang kondisi e. Diskusikan perubahan gaya
hidup ang mungkin diperlukan
penyakit,
dan
program
mencegah komplikasi dimasa
pengobatan.
b. Pasien dan keluarga mampu
yang akan dating
f.
Instruksikan klien mengenai
lmelaksanakan prosedur dan
dijelaskan secara benar
c. Pasien dan keluarga mampu
dan
gejala
melaporkan
fa)
pada
4. Implementasi
fb) Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan
implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah rencana
keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat
diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu
yang ditentukan
5.
untuk
Evaluasi
fc) Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada
tahap perencanaan
fe) PENUTUP
A. Kesimpulan
ff) Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membranatau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
pemberi
fg) Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
fh) Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu
dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai
kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala
korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan untuk
segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi
persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC)
bergantung pada usia gestasi, presentasi dan berat korioamnionitis.
B. Saran
fi) Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya.
Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai
perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis.
Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan
hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya.
Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk
kelanjutan kehamilan.
fj)
fk)
fl)
fm)
fn)
fo)
fp)
fq)
fr)
fx)
fy)
fz)
ga)
gb)
gc)
gd)
ge)
gf)
gg)
gh)
gi)
gj)