Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A.

Latar belakang.................................................................................................. 1

B.

Rumusan Masalah.............................................................................................. 2

C.

Tujuan............................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................... 3


A.

Definisi........................................................................................................... 3

B.

Etiologi........................................................................................................... 4

C.

Klasifikasi....................................................................................................... 5

D.

Patofisiologi..................................................................................................... 5

E.

Manifestasi Klinis.............................................................................................. 9

F.

Komplikasi...................................................................................................... 9

G.

Pemeriksaan Penunjang..................................................................................... 12

H.

Pencegahan dan Penatalaksanaan.........................................................................13

I.

ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................18
1.Pengkajian.................................................................................................. 18
2.Diagnosa Keperawatan.................................................................................. 25
3.Intervensi................................................................................................... 26
4 .Implementasi.............................................................................................. 28
5. Evaluasi.................................................................................................... 28

BAB III PENUTUP................................................................................................... 29


A.

Kesimpulan.................................................................................................... 29

B.

Saran............................................................................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 30

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis,
yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada
ibu. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan, pada keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami
ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2008).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan suatu
masalah yang harus mendapatkan penanganan yang sesuai dengan prosedur agar tidak
terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. Penanganan segera pada ketuban pecah dini
yaitu dengan pemberian antibiotik dan segera lakukan induksi persalinan jika umur
kehamilan sudah aterm tapi jika belum aterm (prematur) pertahankan. Asuhan ini
dilaksanakan dengan tujuan agar janin dan ibu bisa menjalani proses persalinan dengan
normal dan tanpa adanya komplikasi. Pada proses persalinan ini membutuhkan asuhan
yang optimal dan dukungan dari semua pihak khususnya keluarga dan penolong yang
terampil agar proses persalinan berjalan dengan lancar, bayi dan ibu sehat sehingga dapat
menurunkan adanya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.
Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan 80% kematian
ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan (25%) biasanya perdarahan
pasca persalinan,sepsis (15%) hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%)
komplikasi abortus tidak aman (13%), ketuban pecah dini (4%) dan sebab-sebab lainnya
(8%) (Wikjosastro, 2008).
Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak
35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil
aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua
kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi
pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak
30%.

B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Definisi Ketuban Pecah Dini?


Mengetahui Penyebab Terjadinya ketuban pecah didni?
Mengetahui Patofisiologi ketuban pecah dini?
Mengetahui komplikasi dan penanganan Ketuban pecah dini?
Mengetahui bagaiman asuhan keperawatan Ketuban pecah dini?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep Ketuban pecah dini dan mengetahui bagaiman asuhan
keperawtan ketuban pecah dini
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya pada
masa kehamilan, seperti :
a. Definisi Ketuban Pecah Dini.
b. Mengetahui Penyebab Terjadinya ketuban pecah didni.
c. Mengetahui komplikasi dan penanganan Ketuban pecah dini.
d. Mengetahui bagaiman asuhan keperawatan Ketuban pecah dini.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Ketuban pecah dini

(KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion

sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion


sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi.
Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau ketuban pecah dini (KPD)
atau ketuban pecah premature (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina
sebelum proses persalinan.

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu apabila
pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm
(mohtar,1998)
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan
berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada
kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
(saifudin,2002)
Ketuban pecah dini terjadi jika terdapat kelambatan lebih dari 1 jam sampai
dimulainya persalinan. Ketuban pecah premature dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu (Graber, 2006).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu
tidak terlalu banyak (Bagus Gde, 2001).
Ketuban dinyatakan pecah dini bila

terjadi

sebelum

proses

persalinan

berlangsung.ketuban pecah dini di sebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan


membrane

atau

meningkatnya

tekanan

intra

uteri

atau

kedua

faktor

tersebut.berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat


berasal dari vagina servik (sarwono prawiroharjop,2002)

B. Etiologi
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme
yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan
terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik
sehingga memudahkan ketuban pecah.
2. Serviks inkompetensi
Inkompetensi serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin
yang semakin besar.Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu
kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi

berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua
atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput
janin serta keluarnya hasil konsepsi.
Servik yang inkompetensia kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli.
4. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab
terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya
disertai infeksi.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.
6. Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan
antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh Chlamydia
trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae

C. Klasifikasi
Terdapat 2 jenis ketuban pecah dini ialah:
a. Ketuban Pecah Prematur
Ketuban Pecah Prematur ialah Pecahnya membran chorion amniotic
sebelum onset persalinan atau yang disebut dengan Premature Rupture of
Membrane atau Prelabour Rupture of Membrane /PROM).
b. Ketuban Pecah Prematur pada Preterm
Ketuban Pecah Prematur pada Preterm yaitu Pecahnya membran chorionamniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu
yang disebut dengan Preterm Premature Rupture of Membrane atau Preterm
Prelabour Rupture of membrane / PPROM. Faktor faktor resiko yang diketahui
yang dapat menyebabkan rupture membrane premature ialah riwayat persalinan
premature, infeksi tersamar cairan amnion, janin multiple, dan solusio plasenta.
Sedangkan menurut Joseph HK,dkk (2010:185) dalam (Lenovo, 2009)
Ketuban Pecah Dini terdiri dari:
a. KPD Preterm
KPD Preterm yaitu Ketuban Pecah Dini yang terjadi sebelum usia 37 minggu.
b. KPD Memanjang

KPD Memanjang yaitu Ketuban Pecah Dini yang terjadi lebih 12 jam
sebelumwaktunya melahirkan.
D. Patofisiologi
Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis yang berisi cairan dan
janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama disebut amnion, terdapat di sebelah dalam. Sedangkan, bagian kedua, yang
terdapat di sebelah luar disebut chorion.
Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan ketuban
ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta bahan organik. Cairan
ini dihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-sel amnion, ditambah air
kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus. Pada ibu hamil, jumlah cairan
ketuban ini beragam. Normalnya antara 1 liter sampai 1,5 liter. Namun bisa juga
kurang dari jumlah tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5 liter. Diperkirakan janin
menelan lebih kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen dari seluruh volume dalam
tiap jam.
Manfaat air ketuban Pada ibu hamil, air ketuban ini berguna untuk
mempertahankan atau memberikan perlindungan terhadap bayi dari benturan yang
diakibatkan oleh lingkungannya di luar rahim. Selain itu air ketuban bisa membuat
janin bergerak dengan bebas ke segala arah. Tak hanya itu, manfaat lain dari air
ketuban ini adalah untuk mendeteksi jenis kelamin, memeriksa kematangan paru-paru
janin, golongan darah serta rhesus, dan kelainan kongenital (bawaan), susunan
genetiknya, dan sebagainya. Caranya yaitu dengan mengambil cairan ketuban melalui
alat yang dimasukkan melalui dinding perut ibu.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah
dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
2. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler
korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh
sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada
infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada
selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah
pecah spontan.

Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan


menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid A2 dan fosfolipid C yang
dapat meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut
menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan
kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivasi
monosit/ makrofag, yaitu sitokin, interleukin 1, factor nekrosis tumor dan interleukin
6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janin yang
ditemukan dalam cairan amnion, secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan
sitokin. Endotoksin yang masuk ke dalam cairan amnion juga akan merangsang seslsel desidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang
menyebabkan dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bacterial dan atau
produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan ruptur kulit ketuban. Banyak flora servikovaginal komensal dan
patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang
menurunkan kekuatan tegangan kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear
secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III pada manusia, membuktikan bahwa
infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi
dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah
dini.
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, dan kolagenase yang
dihasilkan netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel
inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin, potensial menjadi penyebab ketuban pecah dini.

E. Fathway

KALA 1
PERSALINAN

HIS yang
berulang

Klien mengaku sudah


merencanakan kehamilan
sejak lama

Kesiapan
meningkatkan proses
kehamilan-persalinan

Gangguan pada kala 1


persalinan

Peningkatan
kontraksi dan

Kanalis servikalis selalu


terbuka akibat kelainan
serviks uteri (abortus
dan riwayat kuretase)

Mengiritasi
nervus

Mudahnya
pengeluaran air

Stimulus nyeri
Nyeri akut

Kelainan letak
janin (sungsang)
Tidak ada
bagian terendah
yang menutupi
pintu atas
panggul yang
menghalangi
tekanan
terhadap

Infeksi
genitalia
Proses
biomekanik
bakteri
mengeluarkan
enzim
Selaput
ketuban
mudah

Rasa mulas dan


ingin mengejan

Klien melaporkan
tidak nyaman

Gangguan
rasa nyaman

Gemeli,
hidramnio
n

Dilatasi
berlebih
serviks

Keteganggan
uterus

Selaput
ketuban
menonjol
dan mudah
pecah

Serviks tidak
bisa
menahan
tekanan

KETUBAN PECAH
DINI
Air ketuban terlalu banyak
keluar
Ditoksia (partus
kering)
Laserasi pada
lahir

Ansiet

Serviks
inkompet
en

Kecemasan ibu
terhadap
keselamatan janin
dan dirinya

Klien tidak
mengetahui
penyebab dan
akibat KPD

Tidak adanya
pelindung dunia luar
dengan daerah rahim
Mudahnya mikroorganisme
masuk secara asendens

Defisit
Resiko

F. Manifestasi Klinis
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila
Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
"mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk sementara.
Tanda dan gejala ketuban pecah dini menurut Dr. Taufan (Nugroho, 2011) :
1. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina
2. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti berbau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah.

3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila ibu hamil duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak
dibawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara
4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin teraba cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
G. Komplikasi
Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan bayi adalah meningkatnya mortalitas
dan morbiditas perinatal. Pengaruh KPD terhadap janin dan ibu yaitu :
1. Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin
sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi (amnionitis,
vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas
dan morbiditas perinatal. Janin yang mengalami takhikardi mungkin mengalami
infeksi intrauterin.
2. Terhadap ibu
Karena jalan terlalu terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila
terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis
(nifas), peritonitis dan septikemia, serta dry labor. Ibu akan merasa lelah karena
terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, nadi cepat dan nampaklah
gejala-gejala infeksi. Hal tersebut akan meninggikan angka kematian dan angka
morbiditas pada ibu
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan
ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi ascenden. Salah
satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar
dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin
lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan
prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu
dan bayi atau janin dalam rahim (Manuaba, 1998). Tanda adanya infeksi bila suhu
ibu 38oC, air ketuban yang keruh dan bau, lekosit darah >15.000/mm3.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboraturium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH
nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau
sekret vagina.
a. Tes Lakmus (tes Nitrazin).
yaitu dengan memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Kertas mustard emas
yang sensitive, pH ini akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan
basa. pH normal vagina selama kehamilan adalah 4,5-5,5, pH cairan amniotik
adalah 7-7,5. Tempatkan sepotong kertas nitrazin pada mata pisau spekulum
setelah menarik spekulum dari vagina, jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
b. Pemeriksaan leukosit darah
Bila jumlah leukosit >15000/mm2 kemungkinan besar sudah terjadi infeksi
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.
I. Pencegahan dan Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan indikasi ketuban pecah dini (Morgan dkk, 2009) :
1. Pencegahan
a. Obati infeksi gonokokus, klamidia, dan vaginosis bakterial.
b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung usaha untuk
mengurangi atau berhenti.
c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil.
d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester terakhir bila ada
faktor presdisposisi.
2. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan ketuban pecah dini bergantung pada umur kehamilan dan
tanda infeksi intrauterine
b. Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke
rumah sakit dan melahirkan bayi yang berumur <37 minggu dalam 24 jam dari
pecahnya ketuban untuk meminimalkan resiko infeks intrauterine
c. Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan ) kolaborasi dengan dokter
diantaranya dalam pemberian antibotik dan cegah infeksi (tidak melakukan
pemeriksaan dalam ), tokolisis, pematangan paru, amnioinfusi, epitelisasi,
(vitamin C dan trace element, masih kontroversi ), monitoring vetal dan
material.

Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan SC ataupun


partus per vaginam
d. Dalam penatapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah
langkah konservatif ataukah aktif, sebaliknya prlu mempertimbangkan usia
kehamilan , kondisi ibu dan janin, fasilitas perawat intensif, kondisi, waktu,
dan tempat perawatan, fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status
imunologi ibu, dan kemampuan financial keluarga
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan
tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk
mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD
dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu
pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang
optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paruparu sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin
merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada
kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya
selaput ketuban atau lamanya perode laten.
a. Penatalaksanaan

KPD

pada

kehamilan

aterm

(>

37

Minggu)

Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode
latent = L.P = lag period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.Pnya. Di samping itu makin kecil umur kehamilan, makin besar peluang terjadi
infeksi dalam rahim yang dapat memacu terjadinya persalinan prematuritas
bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan
dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan
dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit
ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi
persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar.
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.
Walaupun antibiotik tidak berfaedah terhadap janin dalam uterus namun
pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya

sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian


antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan
pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah
terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam.
b. Penatalaksanaan

KPD

pada

kehamilan

preterm

(<

37

minggu)

Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak
dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat konservatif disertai
pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksis. Penderita perlu dirawat di
rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenburg, tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan
bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent
diberikan juga tujuan menunda proses persalinan.
Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada
pnderita KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru,
jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul
tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang
umur kehamilan
Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlansung dengan
jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulakan komplikasikomplikasi yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-kompliksai yang dapat
terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan
juga mungkin terjadi intoksikasi.
Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan
bedah sesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan
bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin
tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat
janin, partus tak maju, dll.
Selain komplikasi-kompilkasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif.
Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang
berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatan

pengolahan konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap


kemungkinan infeksi intrauterin.
Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari,
pemeriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan
denyut jantung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan
selanjutnya stiap 6 jam. Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD
telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. The National
Institutes of Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid
pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi
intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m
tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam.

J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tanggal masuk:

Jam masuk:

Ruang/kelas:

No.Registrasi:

Pengkajian tanggal:

Jam:

a) Biodata klien

j)

b)

Nama Pasien :

c)

Umur

d)

Suku/bangsa :

e)

Agama

f)Pendidikan

:
:

g)

Pekerjaan

h)

Alamat

i)Status perkawinan:

k) Penanggung jawab
l)

Nama

m) Umur

n) Jenis kelamin
Pendidikan

:
:

o) Pekerjaan

p) Agama

q) Alamat

:
r)

s)
t) Riwayat Kesehatan:
1.
Kehamilan saat ini
u) Berisi tentang usia kehamilan klien, adakah gangguan kehamilan klien,
penyebab terjadinya gangguan kehamilah klien, HPHT, dan HPL.
Kehamilan dahulu
v) Pengkajian yang berisi tentang kehamilan klien yang terdahulu seperti

1.

kehamilan yang ke berapa, riwayat partus (abortus, aterm, immature,


premature), adakah gangguan pada kehamilan sebelumnya.
w)
x)
y) Riwayat Ginekologi
z)
Pengkajian mengenai riwayat mentruasinya seperti usia menarce,
adakah keluhan saat menstruasi, bagaimana siklusnya dan berapa lamanya
menstruasi
aa) Riwayat Pengobatan Sekarang
ab)
Merupakan pengobatan yang diberikan kepada klien saat masuk rumah
sakit

misalnya

pemberian

antibiotik,

pembatasan

pemeriksaan

dalam,

pemeriksaan air ketuban, kultur dan lain-lain.


ac) Riwayat Medis
ad)
Penyakit terdahulu yang pernah diderita klien, mungkin klien pernah
mengalami ketuban pecah dini atau penyakit lainnya pada kehamilan
sebelumnya.
ae) Riwayat Medis Keluarga
af)
Pengkajian mengenai penyakit keturunan pada keluarga klien seperti
jantung, DM, hipertensi, maupun kejadian ketuban pecah dini pada anggota
keluarga yang lain.
ag) Riwayat Pekerjaan
ah)
Pekerjaan yang dapat mempengaruhi aktifitas klien seperti kelelahan
fisik.
ai) Informasi Personal
1.
Penentuan Taksiran Partus
aj) Penentukan perkiraan bayi lahir
ak) HTHP = + 7 pada tanggal pertama dari haid terakhir, - bulan dengan 3
dan + 1 pada tahunnnya, sedangkan untuk bulan yang tidak bisa dikurangi 3,
misalnya Januari, Februari, dan Maret, maka bulannya + 9, tapi tahunnya
tetap tidak ditambah atau dikurangi.
al) Contohnya :
am) HPHT : 10 Mei 2013
an)
`
: 10 05 2013
ao)

Rumus : (Tanggal HPHT)+7, (Bulan HPHT)-3, (Tahun HPHT)


+1

ap)
aq)
ar)
as)
at)

Maka : 10+7, 5-3, 2013+1


Hasilnya
: 17 02 2014
Taksiran Partus (HPL : 17 Februari 2014)

au) Pemeriksaan Fisik


1.
Umum
(a) Tinggi badan: tubuh yang terlalu pendek dibanding anggota keluarga lain
atau lebih tinggi dari 2 deviasi standar di bawah rerata mungkin
mengalami kelainan genetik.
(b) Berat badan : digunakan untuk membuat rekomendasi penambahan dan
mengontrol berat badan pada wanita hamil.
(c) TTV : Pantau tanda-tanda vital pasien untuk menentukan keseimbangan
metabolism tubuh pasien misalnya tekanan darah yang naik/ turun, nadi
biasanya cepat, pernafasan meningkat, dan suhu tubuh turun.
2.

Kepala
(a) Pemeriksaan bentuk kepala, kebersihan kepala, terdapat ada atau
tidaknya cloasma gravidarum, dan atau benjolan.
(b) Pemeriksaan leher ditemukan ada/tidaknya pembesaran kelenjar tioroid.
(c) Pemeriksaan mata ditemukan/tidaknya pembengkakan pada kelopak
mata, konjungtiva anemis/tidak, dan biasanya selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera
kuning.
(d) Kaji simetris/tidaknya

bentuk

telinga,

kaji

kebersihan

telinga,

ada/tidaknya cairan yang keluar dari telinga.


(e) Pemeriksaan hidung adakah polip dan pernapasan cuping hidung.
3.
av)

Jantung
Murmur jantung sistolik (90% pd wanita hamil) 1/6 atau 2/6 adalah

ringan. Bila murmur sistolik 2/6< harus dilakukan pemeriksaan lanjutan.


1.
aw)

Dada
Biasanya pada ibu hamil terdapat adanya pembesaran payudara,

adanya hiperpigmentasi areola mamae, papila mamae, dan normalnya tidak


ada massa saat payudara diraba.
Abdomen
(a) Pemeriksaan meliputi denyut jantung bayi (minggu ke-10), tinggi fundus

1.

(ukuran uterus), bagian presentasi janin (minggu ke-28), dan bentuk

serta ukuran perut. Evaluasi adakah nyeri tekan, massa, hernia,


pembesaran hati dan kelenjar getah bening.
(b) Pemeriksaan Leopold Leopold I
ax)
Pemeriksaan menghadap kearah muka ibu hamil
ay)
Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam uterus
az)
Konsistensi uterus
(a) Leopold II
ba)
Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
bb)
Menentukan letak punggung janin
bc)
Pada letak lintang bawah tentukan dimana kepala janin
(d) Leopold III
bd)
Menentukan bagian terbawah janin
be)
Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau goyang
(e) Leopold IV
bf)
Pemeriksaan menghadap ke arah kaki ibu hamil
bg)
Bisa juga menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh
sudah masuk pintu atas panggul
1.

Genitalia
(a) Mengkaji ada/tidaknya kelainan pada genetalia dan pengeluarannya.
Misalnya, pengeluaran darah campur lendir, adakah pengeluaran air
ketuban, adakah pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
(b) Pengkajian genitalia eksterna: bentuk, ukuran dan ada/tidaknya lesi,
etitema, perubahan warna, ekskoriasi, memar, dan bau.
(c) Pengkajian vagina dan serviks: ada/tidaknya rabas vagina, servisitis
mukopurulen, lesi, nyeri dan perdarahan.
(d) Pengkajian uterus: dilakukan dengan pemeriksaan bimanual untuk
mengetahui panjang uterus, evaluasi adneksa serta panjang dan dilatasi
serviks. Jika panjang serviks 1cm atau kurang atau serviks berdilatasi

sebelum minggu ke-8 /setelahnya (>2cm) terdapat resiko PTL.


2.
Anus
bh) Pemeriksaan untuk melihat ada/tidaknya oedema dan nyeri. Periksa
juga bagian rectum untuk mengetahui ada/tidaknya haemoroid.
1.
Ekstermitas
bi) Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan

karena

membesarnya uterus, karenan preeklamsia, penyakit jantung atau ginjal.


bj) Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia
1.
Aktifitas

bk)

Berisi pengkajian terhadap aktivitas klien apakah terbatas pada

aktifitas ringan, apakah klien mudah merasa lelah, adakah keterbatasan


aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri. Biasanya kemampuan
mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di anjurkan untuk bedrest
total.
1.
bl)

Istirahat dan tidur


Pada pasien KPD biasanya akan terganggu istirahatnya karena rasa

mulas serta nyeri pada daerah pinggang

yang kadang kadang hilang

timbul, dan karena air ketuban yang keluar menimbulkan rasa tidak nyaman,
bokong basah sehingga pola tidur klien menjadi terganggu. Kaji apakah tidur
klien mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada
perineum).
Integritas ego
bm) Pengkajian mengenai ada/tidaknya kegelisahan maupun kecemasan

1.

klien saat akan mengahadapi persalinan.


Eliminasi
bn) Kaji adakah diuresis, inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran

1.

urin). Adakah kesulitan BAK dan pengosongan kandung kemih yang tidak
tuntas. Kaji ada/tidaknya rasa seperti terbakar bila BAB hal tersebut
merupakan tanda infeksi saluran kemih.

Biasanya ada perasaan susah

kencing yang ditimbulkan karena terjadinya oedema dari trigono, yang


menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.
Nutrisi dan cairan
bo) Pengkajian mengenai kebutuhan nutrisi klien apakah sudah terpenuhi

1.

atau belum, biasanya klien mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi


minum klien juga mengalami penurunan. Klien mengalami pengeluaran air
ketuban yang banyak.
1.
Nyeri dan kenyamanan
bp) Biasanya ada gangguan ketidaknyamanan dan nyeri pada daerah
pinggang karena kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang
dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit. Kaji skala
nyeri klien, durasi dan awitan nyeri yang dialami klien.
Personal Hygiene
bq) Kaji pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan

1.

kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.


Keamanan
br) Mengkaji adakah riwayat alergi yang dimiliki klien.
1.
Interaksi Sosial
1.

bs)

Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, kegagalan

dukungan, penyakit lama, keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian hubungan


dengan orang lain.
Seksualitas
bt) Biasanya terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan

1.

seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena keterbatasan gerak
ibu hamil, menurunan libido.
Penyuluhan
bu) Mengkaji pengetahuan klien mengenai kondisi dirinya, hal yang perlu

1.

dilakukan dan kondisi-kondisi yang memungkinkan untuk dicegah.


k. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
bv) Periksa jumlah cairan ketuban, biasanya air ketuban tampak hanya
sedikit, namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.
2. Tes Lakmus (tes Nitrazin)
bw) Kertas lakmus merah yang berubah menjadi biru menunjukkan adanya
air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 7,5.
3. Pemeriksaan laboratorium
bx) Hemoglobin tidak normal : < 10.3 g/dl
by)
bz) ANALISA DATA
ca) Data

cb) Etiologi

cc) Diagn

cd) DS
ce) Klien mengeluh keluar cairan

cr) Ketuban

osa
ct) Resiko

dari jalan lahir.


cf) Klien mengatakan tidak bisa

cs)

beraktivitas dengan baik.


cg)
ch) DO
ci) Keadaan umum klien lemah.
cj) Terlihat adanya pengeluaran
darah yang bercampur lendir
pada genetalia.
ck) Adanya kemerahan dan edema
pada anus.
cl) Suhu tubuh turun.
cm) TD: 130/100 mmHg
cn) Nadi: 100 kali
co) RR: 25 x/menit
cp) PH: 7-7,5
cq)

pecah dini

tinggi
terhad
ap
infeksi

cu) DS
cv) Mengeluh keluar cairan dari
jalan lahir.
cw)
Klien mengatakan tidak bisa

df) Perubahan
dalam status

dg) Ansiet
as

kesehatan

beraktivitas dengan baik.


cx) Klien tampak gelisah dan cemas
menghadapi persalinan.
cy) Klien mengatakan pola tidur
terganggu.
cz)
da) DO
db) TD: 130/100 mmHg
dc) Nadi: 100 kali
dd) RR: 25 x/menit
de) PH: 7-7,5
dh) DS
di) Klien mengatakan nyeri pada

du) Kontraksi

dv) Nyeri

uterus

bagian perut
dj) Klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk
dk) Klien mengatakan nyeri pada
bagian pinggang.
dl) Klien mengatakan nyeri hilang
timbul.
dm)
dn) DO
do) Keadaan umum klien lemah.
dp) Ekspresi wajah klien tampak
meringis.
dq) Klien tampak menangis.
dr) Klien menunjukkan skala nyeri
4.
ds) Frekuensi kontraksi 3X/10 menit.
dt) Durasi kontraksi 30 detik dalam
30-60 menit
dw) DS
dx) Klien tampak gelisah dan cemas.
dy) Klien tampak bingung
dz) DO
ea)
ed)

eb) Kurang

ec) Defisit

pajanan

Penget
ahuan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat (ketuban pecah dini)
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi dan pembukaan serviks
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan Persalinan
prematur dan neonatus berpotensi lahir prematur
d. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
ee)
3. Intervensi
ef)
eg) Diagnos
N
ej)
1

eh) Tujuan dan Kriteria Hasil

ei) Intervensi

a
ek) Resiko

Setelah dilakukan tindakan

a. Berikan terapi antibiotik bila

infeksi

keperawatan selama 1x24 jam, resiko

berhubu

terjadinya infeksi berkurang.


em) Kriteria hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan

perlu
b. Monitor TTV
c. Tingkatkan intake nutrisi dan

ngan
dengan
pertahan
an
tubuh
primer
yang
tidak

el)

gejala infeksi
b. Menunjukkan
untuk

kemampuan

mencegah

timbulnya

infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas
normal
d. Menunjukkan

perilaku

hidup

tanda

dan

gejala

infeksi sistemik dan lokal


e. Hitung granulosit, WBC
f. Lakukan inspeksi kulit dan
membran

mukosa

terhadap

kemerahan, panas, drainase


g. Intruksikan
pasien
untuk
minum antibiotik sesuai resep
h. Ajarkan cara menghindari

sehat

adekuat

cairan
d. Monitor

en)

infeksi
eo)

(ketuba
n pecah
ep)
2

dini)
eq) Nyeri

er) Setelah

dilakukan a. Lakukan

Akut

tindakan

berhubu

selama 2x24 jam nyeri

ngan

klien

dengan

dengan kriteria hasil :

peningk
atan
kontraks

dapat

keperawatan
berkurang

a. Level nyeri menurun jadi skala


3

pengkajian

nyeri

secara komprehensif (PQRST)


b. Observasi reaksi non verbal
dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
d. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi

nyeri seperti

i dan

b. Klien mampu mengontrol nyeri

pembuk

(tahu cara)
c. Menyatakan

aan
serviks.

rasa

suhu, pencahayaan, kebisingan.


e. Ajarkan tentang teknik non

nyaman

setelah nyeri berkurang

farmakologi
dalam)
f. Berikan

(teknik

nafas

analgetik

untuk

mengurangi nyeri
g. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan

et)eu)

Ansietas

ew)

3 berhubungan

Setelah
asuhan

nyeri tidak berhasil


es)
diberikan a. Gunakan pendekatan
keperawatan

dengan perubahan

selama

dalam

diharapkan klien merasa

status

kesehatan

2x24

jam

nyaman dengan kriteria


hasil :

ev)

a. Klien mampu mengidentifikasi


dan

mengungkapkan

gejala

cemas
b. Mengidentifikasi,
mengungkapkan

menenangkan
b. Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama
prosedur
c. Pahami

prespektif

pasien

terhadap situasi stress


d. Temani
pasien

untuk

memberikan

menunjukkan

keamanan

mengurangi takut
e. Dorong
keluarga

dan f.
menunjukkan teknik untuk
g.
mengontrol cemas
h.
c. Vital sign dalam batas normal
d. Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat i.
aktivitas

menemani anak
Dengarkan dengan

dan
untuk
penuh

perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan

ketakutan, persepsi
j. Instruksikan

berkurangnya kecemasan

yang

perasaan,
pasien

menggunakan teknik relaksasi


k. Berikan obat untuk mengurangi
ex)
4

ey) Defisit

ez) Setelah

kecemasan
dilakukan a. Berikan penilaian

pengeta

tindakan

keperawatan

huan

selama

berhubu

pengetahuan klien dapat

ngan

bertambah dengan kriteria

2x24

jam

tentang

tingkat pengetahuan klien


b. Jelaskan patofisiologi dari
KPD
c. Gambarkan tanda dan gejala

dengan
keterbat
asan
kognitif

hasil :

yang muncul
d. Identifikasi

kemungkinan

a. Pasien dan keluarga menyatakan

penyebab
pemahaman tentang kondisi e. Diskusikan perubahan gaya
hidup ang mungkin diperlukan
penyakit,
dan
program
mencegah komplikasi dimasa
pengobatan.
b. Pasien dan keluarga mampu
yang akan dating
f.
Instruksikan klien mengenai
lmelaksanakan prosedur dan
dijelaskan secara benar
c. Pasien dan keluarga mampu

tanda dan gejala mengenai


tanda

dan

gejala

menjelaskan kembali apa yang

melaporkan

yang dijelaskan perawat atau

perawatan kesehatan dengan

tim kesehatan lain

cara yang tepat

fa)

pada

4. Implementasi
fb) Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan

implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah rencana
keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat
diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu
yang ditentukan
5.

untuk

Evaluasi
fc) Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada
tahap perencanaan

fd) BAB III

fe) PENUTUP
A. Kesimpulan
ff) Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membranatau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut.Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.

pemberi

fg) Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
fh) Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu
dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai
kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala
korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan untuk
segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna menginduksi
persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC)
bergantung pada usia gestasi, presentasi dan berat korioamnionitis.
B. Saran
fi) Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya.
Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai
perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis.
Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan
hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya.
Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk
kelanjutan kehamilan.
fj)
fk)
fl)
fm)
fn)
fo)
fp)
fq)
fr)

fs) DAFTAR PUSTAKA


ft) Fadlun dan Feryanto, Achmad.2012.Asuhan Kebidanan Patologis.Jakarta:
Salemba Medika
fu) Mitayani.2012.Asuhan Keperawatan Matermitas.Jakarta: Salemba Medika
fv) www.academia.edu/8338611/Askep_Pada_Pasien_dengan_Ketuban_Pec
ah_Dini
fw)https://www.scribd.com/doc/215885387/Askep-Ketuban-Pecah-Dini

fx)
fy)
fz)
ga)
gb)
gc)
gd)
ge)
gf)
gg)
gh)
gi)
gj)

Anda mungkin juga menyukai