Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Harga Diri Rendah

1. Definisi
Harga diri rendah kronik merupakan perasaan tidak berarti, tidak
berharga, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat penilaian yang
negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri (Yosep, 2009).
Harga diri rendah merupakan suatu penilaian mengenai pencapaian diri
dengan analisis seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri, dimana
penilaian diri yang muncul meliputi merasa tidak berharga, tidak berarti,
dan rendah diri akibat penilaian yang negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Fajariyah, 2012).
Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai
dirinya atau kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan menganggap
dirinya sebagai seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat bertanggung
jawab atas kehidupannya sendiri (Nurhalimah, 2016).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga diri
rendah kronik merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri yang menganggap dirinya sebagai individu yang tidak
berharga, tidak berarti, rendah diri, dan tidak dapat bertanggung jawab atas
kehidupannya sendiri.
5

2. Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga diri Keracunan Depersonalisasi


diri diri positif rendah identitas

Gambar 2.1 Rentang Respon Konsep Diri

Keterangan :
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon atau kemampuan individu dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
1) Aktualisasi diri merupakan persepsi diri terhadap dirinya yang
dapat melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya.
2) Konsep diri positif merupakan persepsi individu dalam menilai
dirinya secara positif dan dapat menerima apa yang ada pada
dirinya.
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu ketika tidak mampu
menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapinya.
1) Harga diri rendah merupakan individu yang cenderung menilai
dirinya secara negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Keracunan identitas merupakan suatu kegagalan individu dalam
mengintegrasikan masa tumbuh kembangnya.
3) Depersonalisasi merupakan perasaan yang tidak realistis terhadap
diri sendiri yang tidak dapat membedakan dirinya dengan orang
lain.
6

3. Klasifikasi
Klasifikasi harga diri rendah dapat terjadi secara:
1) Situasional
Harga diri rendah situasional adalah harga diri yang terjadi secara
tiba-tiba, misalnya harus menjalani operasi, kecelakaan, diceraikan
oleh pasangan, dan perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
2) Kronik
Harga diri rendah kronik adalah harga diri yang terjadi akibat
persepsi individu yang negatif terhadap diri yang telah berlangsung
lama seperti pemikiran negatif sebelum sakit atau sebelum dirawat di
rumah sakit. Kejadian sakit dan akan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.

4. Etiologi
Etiologi harga diri rendah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) :
a. Terpapar situasi traumatis
b. Kegagalan berulang
c. Kurangnya pengakuan dari orang lain
d. Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan
e. Gangguan psikiatri
f. Penguatan negatif berulang
g. Ketidaksesuaian budaya
Faktor penyebab harga diri rendah (Stuart dan Lararia, 2008) :
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri rendah, meliputi:
1) Biologis
Diartikan sebagai faktor heriditer (keturunan) seperti adanya
anggota yang mengalami gangguan jiwa. Selain itu, adanya riwayat
penyakit kronis atau trauma kepala.
7

2) Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan terjadinya harga diri
rendah meliputi pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan,
penolakan dari lingkungan dan orang terdekat, harapan yang tidak
realistis, kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggungjawab
personal, dan memiliki ketergantungan tinggi pada orang lain.
3) Sosial dan budaya
Pengaruh sosial budaya yang menyebabkan terjadinya harga diri
rendah meliputi adanya penilaian negatif dari lingkungan kepada
klien, sosial ekonomi rendah, pendidikan yang rendah dan adanya
riwayat penolakan dari lingkungan.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain:
1) Riwayat trauma
Meliputi adanya pengalaman tidak menyenangkan, penganiayaan
seksual, menjadi korban atau saksi dari perilaku kekerasan
2) Ketegangan peran
Ketegangan peran disebabkan oleh:
a) Transisi peran perkembangan merupakan perubahan yang
berhubungan dengan pertumbuhan manusia.
b) Transisi peran situasi terjadi karena perubahan jumlah anggota
keluarga yang disebabkan oleh kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit merupakan perubahan dari kondisi
sehat menjadi sakit. Perubahan tersebut dapat disebabkan
karena perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh
kembang normal dan kecacatan fisik.
8

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang muncul pada klien harga diri rendah (Muhith,
2015), sebagai berikut:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu dalam berbagai hal
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Produktivitas yang menurun
e. Penolakkan terhadap kemampuan diri
f. Kurang memperhatikan perawatan diri
g. Berpakaian tidak rapi
h. Tidak berani menatap lawan bicara
i. Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
j. Bicara lambat dengan nada suara lemah

6. Pohon Masalah

Effect Isolasi Sosial : Menarik Diri

Core Problem Harga Diri Rendah Kronik

Causa Terpapar situasi traumatis


Kegagalan berulang
Kurangnya pengakuan dari orang lain
Ketidakefektifan mengatasi masalah
kehilangan
Gangguan psikiatri
Penguatan negatif berulang
Ketidaksesuaian budaya

Gambar 2.2 Pohon Masalah Harga Diri Rendah (SDKI, 2016)


9

7. Akibat Harga Diri rendah


Klien yang mengalami harga diri rendah dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan interaksi sosial, antara lain menarik diri, perubahan
penampilan peran, keputusasaan maupun munculnya perilaku kekerasan
yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Purwasi &
Susilowati, 2016).

8. Mekanisme Koping
Mekanisme jangka pendek yang biasa dilakukan oleh klien harga diri
rendah yaitu kegiatan untuk lari sementara dari krisis, misalnya menonton
televisi terus menerus, pemakaian obat-obatan, dan kerja keras. Kegiatan
mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok sosial,
keagamaan, dan politik. Kegiatan yang memberikan dukungan sementara,
misalnya kompetisi olahraga, kontes popularitas.

Apabila mekanisme koping jangka pendek tidak memberikan hasil


yang diharapkan pada pasien harga diri rendah, maka klien akan
mengembangkan mekanisme koping jangka panjang seperti menutup
identitas, dimana klien mengadopsi identitas orang lain yang disenangi
tanpa mengindahkan aspirasi, hasrat, atau potensi individu tersebut.
Identitas negatif, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat. Sedangkan, mekanisme pertahanan ego berupa
regresi, fantasi, isolasi, diasosiasi, proyeksi, mengalihkan marah yang
berbalik pada diri sendiri dan orang lain.

9. Penatalaksanaan
1) Psikofarmaka
Berbagai obat psikofarmaka hanya diperoleh dengan resep dokter,
dapat dibagi dalam dua golongan yaitu golongan generasi pertama
(typical) dan golongan generasi kedua (atypical). Obat yang termasuk
golongan generasi pertama berupa Chorpromazine HCL, Thoridazine
HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk golongan generasi kedua
10

berupa Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotanine,


dan Aripiprazole.
2) Psikoterapi
Psikoterapi merupakan terapi kerja yang sangat baik untuk
mendorong klien bergaul dengan orang lain, perawat maupun dokter.
Hal ini dimaksudkan supaya klien tidak dapat melakukan kebiasaan
yang kurang baik, sehingga dianjurkan untuk mengadakan permainan
atau latihan bersama.
3) Terapi Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
elektrode yang dipasang satu atau dua temples.
4) Terapi Modalitas
Terapi modalitas bertujuan untuk mengubah perilaku klien
gangguan jiwa dengan perilaku maladaptif menjadi perilaku yang
adaptif. Terdapat beberapa jenis terapi modalitas pada gangguan jiwa
antara lain:
a. Terapi lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yang bertujuan untuk
mengubah perilaku maladaptif menjadi adaptif dengan cara
mengubah atau memodifikasi lingkungan.
b. Terapi okupasi
Terapi okupasi merupakan psikoterapi suportif berupa
aktivitas-aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara
manual, kreatif dan edukasional untuk penyesuaian diri dengan
lingkungan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental
pasien.
c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya memfasilitasi
psikoterapi terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk
memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota.
11

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu wawancara dan
observasi. Beberapa aspek yang perlu dikaji sebagai berikut:
a. Identitas klien
Hal yang perlu dikaji meliputi nama klien, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, alamat lengkap,
nomor rekam medis, tanggal masuk rumah sakit, dan keluarga yang
dapat dihubungi atau penanggungjawab.
b. Alasan masuk (Faktor presipitasi)
Faktor presipitasi yaitu pengkajian mengenai faktor pencetus yang
membuat klien mengalami gangguan jiwa. Alasan masuk klien dapat
ditanyakan kepada penanggung jawab klien. Beberapa hal yang perlu
ditanyakan kepada klien atau keluarga klien, meliputi:
1) Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit
jiwa saat ini?
2) Bagaimana perilaku klien yang membuat klien dibawa ke rumah
sakit jiwa dan sejak kapan klien berperilaku seperti itu?
3) Apa yang sudah dilakukan keluarga dalam mengatasi masalah
tersebut dan bagaimana hasilnya?
c. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang menjadi latar belakang klien
mengalami gangguan jiwa. Tanyakan kepada klien atau keluarga klien
mengenai:
1) Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
2) Jika pernah mengalami, tanyakan bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah berhasil, kurang berhasil atau tidak berhasil?
3) Apakah klien pernah melakukan atau mengalami penganiayaan
fisik, penganiayaan seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga,
dan tindakan kriminal?
12

4) Apakah ada anggota keluarga dari klien yang mengalami gangguan


jiwa. Jika ada, tanyakan bagaimana hubungan klien dengan
anggota keluarga tersebut?
5) Apakah klien mempunyai pengalaman di masa lalu yang tidak
menyenangkan seperti kegagalan, kehilangan, perpisahan,
kematian, ataupun trauma selama tumbuh kembang klien?
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan tubuh secara
menyeluruh difokuskan pada sistem dan fungsi organ tubuh, antara
lain sebagai berikut:
1) Ukur dan observasi tanda-tanda vital klien meliputi tekanan darah,
nadi, suhu, dan frekuensi pernafasan.
2) Ukur inggi badan dan berat badan klien
3) Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan oleh klien?
4) Kaji lebih lanjut sistem dan fungsi organ tubuh pada klien dan
jelaskan sesuai dengan keluhan yang dirasakan klien.
e. Psikososial
1) Genogram
a) Buatlah genogram minimal 3 generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dengan keluarga
b) Jelaskan masalah terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan, dan pola asuh dalam keluarga.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Tanyakan kepada klien mengenai persepsi klien terhadap
tubuhnya dan tanyakan bagian tubuh mana yang disukai dan
yang tidak disukai.
13

b) Identitas diri
Tanyakan kepada klien/keluarga mengenai status dan posisi
klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki/perempuan.
c) Peran diri
Tanyakan kepada klien/keluarga mengenai tugas/peran yang
dimiliki dalam keluarga/kelompok/masyarakat dan tanyakan
mengenai kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran
tersebut.
d) Ideal diri
Tanyakan kepada klien mengenai harapan klien terhadap tubuh,
posisi, status, tugas/peran yang diinginkan klien. Serta,
tanyakan mengenai harapan klien terhadap lingkungannya
(keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat) dan harapan klien
terhadap penyakit yang dideritanya.
e) Harga diri
Tanyakan kepada klien/keluarga mengenai hubungan klien
dengan orang lain sesuai dengan kondisi gambaran diri,
identitas diri, peran diri, dan ideal diri pada klien. Serta,
tanyakan mengenai penilaian/penghargaan orang lain terhadap
klien dan kehidupannya.
3) Hubungan sosial
Tanyakan kepada klien meliputi:
a) Siapa orang yang berarti dalam kehidupannnya, tempat
mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau sokongan?
b) Apa saja kegiatan yang diikuti klien dalam kelompok atau
masyarakat?
c) Sejauh mana klien terlibat dalam kelompok atau masyarakat
tersebut?
14

4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Tanyakan pada klien mengenai pandangan dan keyakinan klien
terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan
agama yang dianut, serta tanyakan mengenai pandangan
masyarakat di lingkungan klien tentang gangguan jiwa.
b) Kegiatan ibadah
Tanyakan pada klien mengenai kegiatan ibadah di rumah
dilakukan secara individu atau kelompok, serta tanyakan
pendapat klien atau keluarga mengenai kegiatan ibadah yang
dilakukan.
f. Status mental
1) Penampilan
Data ini diperoleh melalui hasil observasi perawat/keluarga.
Observasi penampilan klien meliputi:
a) Amati penampilan tidak rapi dari ujung rambut sampai ujung
kaki, misalnya rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat,
resleting tidak dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-ganti.
b) Amati penggunaan pakaian yang tidak sesuai, misalnya pakaian
dalam yang dipakai di luar baju.
c) Amati cara berpakaian tidak seperti biasanya jika penggunaan
pakaian tidak tepat.
2) Pembicaraan
Amati klien saat berbicara, apakah klien berbicara cepat, lambat,
keras, gagap, membisu, apatis, dan inkoheren.
3) Aktivitas motorik
Data ini diperoleh melalui hasil observasi perawat/keluarga.
Observasi gerakan motorik pada klien meliputi:
a) Amati apakah klien terlihat lesu, tegang, gelisah.
b) Amati apakah klien terlihat agitasi, yaitu gerakan motorik klien
yang menunjukan kegelisahan.
15

c) Amati apakah klien terlihat tik, yaitu gerakan-gerakan kecil


pada otot muka yang tidak terkontrol.
d) Amati apakah klien terlihat grimasen, yaitu gerakan otot muka
klien yang berubah-ubah dan tidak dapat dikontrol oleh klien.
e) Amati apakah klien terlihat tremor, yaitu jari-jari yang tampak
gemetar ketika klien menjulurkan tangan dan merentangkan
jari-jari.
f) Amati apakah klien terlihat kompulsif, yaitu kegiatan yang
dilakukan klien secara berulang-ulang, seperti klien berulang
kali mencuci tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan
tangan dan sebagainya.
4) Alam perasaan
Data ini diperoleh melalui hasil observasi perawat/keluarga.
Observasi tentang apa yang dirasakan klien saat ini meliputi:
a) Observasi apakah klien terlihat putus asa, gembira berlebihan,
dan sedih.
b) Observasi apakah klien terlihat khawatir, hal ini terjadi ketika
objek yang ditakuti sudah jelas
c) Observasi apakah klien terlihat ketakutan, hal ini terjadi ketika
objeknya belum jelas.
5) Afek dan emosi
Data ini diperoleh melalui hasil observasi perawat/keluarga. Hal
yang perlu di observasi meliputi:
a) Amati apakah emosi klien datar, yaitu tidak ada perubahan
roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau
menyedihkan.
b) Amati apakah emosi klien tumpul, yaitu klien hanya bereaksi
bila ada stimulus emosi yang kuat.
c) Amati apakah emosi klien labil, yaitu emosi klien yang cepat
berubah-ubah.
16

d) Amati apakah emosi klien tidak sesuai, yaitu emosi klien yang
tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang ada.
6) Interaksi selama wawancara
Data ini diperoleh melalui hasil wawancara dan observasi perawat
dan keluarga.
a) Amati apakah klien terlihat bermusuhan, tidak kooperatif,
mudah tersinggung.
b) Amati apakah klien terlihat kontak mata kurang, seperti tidak
mau menatap lawan bicara.
c) Amati apakah klien terlihat defensif, yaitu klien selalu berusaha
mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
d) Amati apakah klien terlihat curiga, yaitu klien menunjukkan
sikap/perasaan tidak percaya pada orang lain.
7) Persepsi
Kaji mengenai ada atau tidaknya gangguan halusinasi
(pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan, penghidu) dan
ilusi pada klien. Jika ada jelaskan gangguan halusinasi dan ilusi
yang dialami klien.
8) Proses pikir
Data ini diperoleh melalui observasi dan wawancara. Proses pikir
merupakan pengkajian mengenai keruntutan klien saat berbicara,
meliputi:
a) Amati apakah klien menunjukkan sirkumtansial, yaitu
pembicaraan yang berbelit-belit tetapi mencapai tujuan
pembicaraan.
b) Amati apakah klien menunjukkan tangensial, yaitu
pembicaraan yang berbelit-belit tetapi tidak mencapai tujuan
pembicaraan.
17

c) Amati apakah klien menunjukkan kehilangan asosiasi, yaitu


pembicaraan yang tidak ada hubungan antara satu kalimat
dengan kalimat lainnya, dan klien tidak menyadari akan hal
tersebut.
d) Amati apakah klien menunjukkan flight of idea, yaitu
pembicaraan yang meloncat dari satu topik pembicaraan ke
topik pembicaraan lainnya, namun masih ada hubungan yang
tidak logis dan tidak sampai pada tujuan pembicaraan.
e) Amati apakah klien menunjukkan blocking, yaitu pembicaraan
yang terhenti secara tiba-tiba tanpa ada gangguan eksternal
kemudian klien melanjutkan pembicaraan kembali.
f) Amati apakah klien menunjukkan perseverasi, yaitu
pembicaraan yang diulang berkali-kali.
9) Isi pikir
Data ini diperoleh melalui wawancara. Isi pikir merupakan
pengkajian pada klien tentang pernah atau tidaknya mengalami hal-
hal sebagai berikut:
a) Amati apakah klien mengalami obsesi, yaitu suatu pemikiran
yang selalu muncul walaupun klien sudah berusaha
menghilangkannya.
b) Amati apakah klien mengalami fobia, yaitu ketakutan yang
patologis/tidak logis terhadap objek/ situasi tertentu.
c) Amati apakah klien mengalami hipokondria, yaitu keyakinan
terhadap adanya gangguan organ dalam tubuh yang sebenarnya
tidak ada.
d) Amati apakah klien mengalami depersonalisasi, yaitu perasaan
klien yang asing terhadap diri sendiri, orang atau lingkungan.
e) Amati apakah klien mengalami ide yang terkait, yaitu
keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi lingkungan
yang bermakna dan terkait pada dirinya.
18

f) Amati apakah klien mengalami pikiran magis, yaitu keyakinan


klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang
mustahil/di luar kemampuannya.
g) Amati apakah klien mengalami waham
(1) Agama, yaitu keyakinan klien terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan secara berulang, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
(2) Somatik, yaitu klien mempunyai keyakinan tentang
tubuhnya dan dikatakan secara berulang yang tidak sesuai
dengan kenyataan.
(3) Kebesaran, yaitu klien mempunyai keyakinan yang
berlebihan terhadap kemampuannya yang disampaikan
secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
(4) Curiga, yaitu klien mempunyai keyakinan bahwa ada
seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang dan
tidak sesuai dengan kenyataan.
(5) Nihilistik, yaitu klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada
di dunia atau meninggal yang dinyatakan secara berulang
yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Waham yang bizar
(1) Sisip pikir, yaitu klien yakin ada ide pikiran orang lain yang
disisipkan di dalam pikiran yang disampaikan secara
berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
(2) Siar pikir, yaitu klien yakin bahwa orang lain mengetahui
apa yang dia pikirkan, walaupun dia tidak menyatakan
kepada orang tersebut yang dinyatakan secara berulang dan
tidak sesuai dengan kenyataan.
(3) Kontrol pikir, yaitu klien yakin pikirannya dikontrol oleh
kekuatan dari luar.
19

10) Tingkat kesadaran


a) Amati apakah klien terlihat bingung, yaitu klien tampak
bingung dan kacau. Data tersebut diperoleh melalui wawancara
dan observasi.
b) Amati apakah klien terlihat sedasi, yaitu klien mengatakan
dirinya merasa melayang-layang antara sadar dan tidak sadar.
Data tersebut diperoleh melalui wawancara dan observasi.
c) Amati apakah klien terlihat stupor, yaitu gangguan motorik
seperti kekakuan, gerakan-gerakan yang diulang, anggota tubuh
klien dapat dikatakan dalam sikap canggung dan dipertahankan
klien, tetapi mengerti semua yang terjadi di lingkungannya.
Data tersebut diperoleh melalui observasi.
d) Kaji klien mengenai orientasi waktu, tempat, dan orang.
11) Memori
Data ini diperoleh melalui wawancara. Memori adalah daya ingat
individu dalam mengingat suatu kejadian tertentu.
a) Amati apakah klien mengalami gangguan daya ingat jangka
panjang, yaitu klien tidak dapat mengingat tentang kejadian
yang terjadi lebih dari satu bulan.
b) Amati apakah klien mengalami gangguan daya ingat jangka
menengah, yaitu klien tidak dapat mengingat tentang kejadian
yang terjadi dalam minggu terakhir.
c) Amati apakah klien mengalami gangguan daya ingat jangka
pendek, yaitu klien tidak dapat mengingat tentang kejadian
yang baru saja terjadi.
d) Amati apakah klien mengalami konfabulasi, yaitu pembicaraan
klien yang tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukkan
cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya.
20

12) Tingkat konsentrasi dan berhitung


Data ini diperoleh melalui wawancara. Mengkaji klien tentang ada
atau tidaknya gangguan kemampuan klien dalam berkonsentrasi
dan berhitung, meliputi:
a) Amati apakah klien mudah dialihkan, yaitu perhatian klien
mudah berganti dari satu objek ke objek lain.
b) Amati apakah klien tidak mampu berkonsentrasi, yaitu klien
selalu minta agar pertanyaan diulang atau tidak dapat
menjelaskan kembali pembicaraan.
c) Amati apakah klien tidak mampu berhitung, yaitu klien tidak
dapat melakukan penambahan atau pengurangan pada benda-
benda nyata.
13) Kemampuan penilaian
a) Amati apakah klien mengalami gangguan kemampuan
penilaian ringan, yaitu klien dapat mengambil keputusan yang
sederhana dengan bantuan orang lain.
b) Amati apakah klien mengalami gangguan kemampuan
penilaian bermakna, yaitu klien tidak mampu mengambil
keputusan walaupun dibantu orang lain.
14) Daya tilik diri
Data ini diperoleh melalui wawancara. Daya tilik diri yaitu
kemampuan klien dalam memahami asal atau inti dari suatu
masalah.
a) Amati apakah klien menunjukkan sikap mengingkari penyakit
yang diderita, yaitu klien tidak menyadari gejala penyakit pada
dirinya dan merasa tidak perlu pertolongan.
b) Amati apakah klien menunjukkan sikap menyalahkan hal-hal
yang di luar dirinya, yaitu klien menyalahkan orang
lain/lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
21

g. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan


1) Kehidupan sehari-hari
a) Perawatan diri
Tanyakan pada klien apakah membutuhkan bantuan total atau
bantuan minimal dalam melakukan perawatan diri yang
meliputi makan, mandi, eliminasi (buang air kecil/buang air
besar), dan berpakaian/berhias.
b) Nutrisi
Tanyakan pada klien mengenai frekuensi makan sehari, nafsu
makan, kepuasan pola makan, kebiasaan makan sendiri atau
bersama, cara makan klien, dan berat badan saat ini.
c) Tidur
Tanyakan pada klien mengenai lama dan waktu tidur klien,
serta tanyakan masalah tidur yang dialami klien meliputi
perasaan klien setelah bangun tidur dan sesuatu yang menolong
klien untuk mempermudah tidurnya.
2) Kemampuan klien
Observasi kemampuan klien dalam mengantisipasi kehidupan
sehari-hari, membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri,
mengatur penggunaan obat, dan melakukan pemeriksaan
kesehatan.
3) Klien memiliki sistem pendukung
Tanyakan pada klien mengenai siapa sistem pendukung klien,
misalnya keluarga, teman sejawat, terapis, atau kelompok sosial.
4) Tanyakan pada klien apakah menikmati saat bekerja, kegiatan
produktif atau hobi yang dilakukannya.
22

h. Mekanisme koping
Data mekanisme koping diperoleh melalui wawancara pada klien atau
keluarganya. Tanyakan mengenai koping adaptif dan koping
maladaptif yang dimiliki klien. Koping adaptif meliputi bicara dengan
orang lain mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas
konstruktif, olahraga, dan lain-lain. Koping maladaptif meliputi minum
alkohol, reaksi lambat/berlebihan, bekerja berlebihan, menghindar,
mencederai diri, dan lain-lain.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Data masalah psikososial dan lingkungan diperoleh melalui wawancara
pada klien atau keluarganya. Hal yang perlu dikaji meliputi
permasalahan klien yang berhubungan dengan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, ekonomi, dan pelayanan kesehatan.
j. Pengetahuan
Data ini diperoleh melalui wawancara pada klien. Hal yang perlu dikaji
meliputi apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan
kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping,
sistem pendukung, penyakit fisik, dan obat-obatan.
k. Aspek medis
Tuliskan diagnosa medis klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang
merawat, serta tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik,
psikofarmaka, dan terapi lainnya.
23

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah Harga Diri Rendah Kronik.

3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah Kronik.
a. Rencana keperawatan pada klien
Tujuan :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki klien
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
4) Klien dapat memilih atau menetapkan kemampuan yang akan
dilatih
5) Klien dapat melatih kemampuan yang telah dipilih
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Rencana keperawatan pada klien harga diri rendah dengan


menggunakan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) adalah sebagai
berikut:

SP 1 Pasien

1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien


2) Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3) Membantu klien memilih atau menetapkan kegiatan yang akan
dilatih sesuai dengan kemampuan klien
4) Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih
5) Menganjurkan klien memasukkan kemampuan tersebut dalam
jadwal kegiatan harian
24

SP 2 Pasien

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien


2) Melatih klien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan klien
3) Menganjurkan klien memasukkan kemampuan tersebut dalam
jadwal kegiatan harian
b. Rencana keperawatan pada keluarga
Tujuan :
1) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan
yang dimiliki
2) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih
dimiliki pasien
3) Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga dapat menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien.

Rencana keperawatan pada keluarga pasien harga diri rendah dengan


menggunakan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) adalah sebagai
berikut:

SP 1 Keluarga

1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat


pasien di rumah
2) Menjelaskan pengertian, tanda gejala harga diri rendah beserta
proses terjadinya
3) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
4) Mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan
cara merawat pasien dengan harga diri rendah
25

SP 2 Keluarga

Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien harga diri


rendah secara langsung pada pasien

SP 3 Keluarga

1) Membuat perencanaan pulang bersama keluarga dan membuat


jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge
planning)
2) Menjelaskan follow up klien setelah pulang

4. Implementasi Keperawatan
Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien harga diri rendah dan
keluarga pasien harga diri rendah sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah ditetapkan.

5. Evaluasi Keperawatan
1) Evaluasi kemampuan yang diharapkan pasien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
d. Memilih kemampuan yang akan dilatih
e. Melatih kemampuan yang telah dipilih
f. Membuat jadwal kegiatan harian sesuai kemampuan yang dimiliki
2) Evaluasi kemampuan yang diharapkan keluarga pasien mampu:
a. Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien (pengertian, tanda
gejala, serta proses terjadinya harga diri rendah)
b. Menentukan cara merawat pasien harga diri rendah sesuai dengan
ajaran yang telah diberikan

Anda mungkin juga menyukai