TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Harga diri rendah kronik merupakan perasaan tidak berarti, tidak
berharga, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat penilaian yang
negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri (Yosep, 2009).
Harga diri rendah merupakan suatu penilaian mengenai pencapaian diri
dengan analisis seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri, dimana
penilaian diri yang muncul meliputi merasa tidak berharga, tidak berarti,
dan rendah diri akibat penilaian yang negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Fajariyah, 2012).
Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai
dirinya atau kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan menganggap
dirinya sebagai seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat bertanggung
jawab atas kehidupannya sendiri (Nurhalimah, 2016).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga diri
rendah kronik merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri yang menganggap dirinya sebagai individu yang tidak
berharga, tidak berarti, rendah diri, dan tidak dapat bertanggung jawab atas
kehidupannya sendiri.
5
Keterangan :
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon atau kemampuan individu dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
1) Aktualisasi diri merupakan persepsi diri terhadap dirinya yang
dapat melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya.
2) Konsep diri positif merupakan persepsi individu dalam menilai
dirinya secara positif dan dapat menerima apa yang ada pada
dirinya.
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu ketika tidak mampu
menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapinya.
1) Harga diri rendah merupakan individu yang cenderung menilai
dirinya secara negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Keracunan identitas merupakan suatu kegagalan individu dalam
mengintegrasikan masa tumbuh kembangnya.
3) Depersonalisasi merupakan perasaan yang tidak realistis terhadap
diri sendiri yang tidak dapat membedakan dirinya dengan orang
lain.
6
3. Klasifikasi
Klasifikasi harga diri rendah dapat terjadi secara:
1) Situasional
Harga diri rendah situasional adalah harga diri yang terjadi secara
tiba-tiba, misalnya harus menjalani operasi, kecelakaan, diceraikan
oleh pasangan, dan perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
2) Kronik
Harga diri rendah kronik adalah harga diri yang terjadi akibat
persepsi individu yang negatif terhadap diri yang telah berlangsung
lama seperti pemikiran negatif sebelum sakit atau sebelum dirawat di
rumah sakit. Kejadian sakit dan akan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.
4. Etiologi
Etiologi harga diri rendah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) :
a. Terpapar situasi traumatis
b. Kegagalan berulang
c. Kurangnya pengakuan dari orang lain
d. Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan
e. Gangguan psikiatri
f. Penguatan negatif berulang
g. Ketidaksesuaian budaya
Faktor penyebab harga diri rendah (Stuart dan Lararia, 2008) :
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri rendah, meliputi:
1) Biologis
Diartikan sebagai faktor heriditer (keturunan) seperti adanya
anggota yang mengalami gangguan jiwa. Selain itu, adanya riwayat
penyakit kronis atau trauma kepala.
7
2) Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan terjadinya harga diri
rendah meliputi pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan,
penolakan dari lingkungan dan orang terdekat, harapan yang tidak
realistis, kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggungjawab
personal, dan memiliki ketergantungan tinggi pada orang lain.
3) Sosial dan budaya
Pengaruh sosial budaya yang menyebabkan terjadinya harga diri
rendah meliputi adanya penilaian negatif dari lingkungan kepada
klien, sosial ekonomi rendah, pendidikan yang rendah dan adanya
riwayat penolakan dari lingkungan.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain:
1) Riwayat trauma
Meliputi adanya pengalaman tidak menyenangkan, penganiayaan
seksual, menjadi korban atau saksi dari perilaku kekerasan
2) Ketegangan peran
Ketegangan peran disebabkan oleh:
a) Transisi peran perkembangan merupakan perubahan yang
berhubungan dengan pertumbuhan manusia.
b) Transisi peran situasi terjadi karena perubahan jumlah anggota
keluarga yang disebabkan oleh kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit merupakan perubahan dari kondisi
sehat menjadi sakit. Perubahan tersebut dapat disebabkan
karena perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh
kembang normal dan kecacatan fisik.
8
6. Pohon Masalah
8. Mekanisme Koping
Mekanisme jangka pendek yang biasa dilakukan oleh klien harga diri
rendah yaitu kegiatan untuk lari sementara dari krisis, misalnya menonton
televisi terus menerus, pemakaian obat-obatan, dan kerja keras. Kegiatan
mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok sosial,
keagamaan, dan politik. Kegiatan yang memberikan dukungan sementara,
misalnya kompetisi olahraga, kontes popularitas.
9. Penatalaksanaan
1) Psikofarmaka
Berbagai obat psikofarmaka hanya diperoleh dengan resep dokter,
dapat dibagi dalam dua golongan yaitu golongan generasi pertama
(typical) dan golongan generasi kedua (atypical). Obat yang termasuk
golongan generasi pertama berupa Chorpromazine HCL, Thoridazine
HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk golongan generasi kedua
10
1. Pengkajian
Pengkajian dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu wawancara dan
observasi. Beberapa aspek yang perlu dikaji sebagai berikut:
a. Identitas klien
Hal yang perlu dikaji meliputi nama klien, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, alamat lengkap,
nomor rekam medis, tanggal masuk rumah sakit, dan keluarga yang
dapat dihubungi atau penanggungjawab.
b. Alasan masuk (Faktor presipitasi)
Faktor presipitasi yaitu pengkajian mengenai faktor pencetus yang
membuat klien mengalami gangguan jiwa. Alasan masuk klien dapat
ditanyakan kepada penanggung jawab klien. Beberapa hal yang perlu
ditanyakan kepada klien atau keluarga klien, meliputi:
1) Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit
jiwa saat ini?
2) Bagaimana perilaku klien yang membuat klien dibawa ke rumah
sakit jiwa dan sejak kapan klien berperilaku seperti itu?
3) Apa yang sudah dilakukan keluarga dalam mengatasi masalah
tersebut dan bagaimana hasilnya?
c. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang menjadi latar belakang klien
mengalami gangguan jiwa. Tanyakan kepada klien atau keluarga klien
mengenai:
1) Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
2) Jika pernah mengalami, tanyakan bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah berhasil, kurang berhasil atau tidak berhasil?
3) Apakah klien pernah melakukan atau mengalami penganiayaan
fisik, penganiayaan seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga,
dan tindakan kriminal?
12
b) Identitas diri
Tanyakan kepada klien/keluarga mengenai status dan posisi
klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki/perempuan.
c) Peran diri
Tanyakan kepada klien/keluarga mengenai tugas/peran yang
dimiliki dalam keluarga/kelompok/masyarakat dan tanyakan
mengenai kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran
tersebut.
d) Ideal diri
Tanyakan kepada klien mengenai harapan klien terhadap tubuh,
posisi, status, tugas/peran yang diinginkan klien. Serta,
tanyakan mengenai harapan klien terhadap lingkungannya
(keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat) dan harapan klien
terhadap penyakit yang dideritanya.
e) Harga diri
Tanyakan kepada klien/keluarga mengenai hubungan klien
dengan orang lain sesuai dengan kondisi gambaran diri,
identitas diri, peran diri, dan ideal diri pada klien. Serta,
tanyakan mengenai penilaian/penghargaan orang lain terhadap
klien dan kehidupannya.
3) Hubungan sosial
Tanyakan kepada klien meliputi:
a) Siapa orang yang berarti dalam kehidupannnya, tempat
mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau sokongan?
b) Apa saja kegiatan yang diikuti klien dalam kelompok atau
masyarakat?
c) Sejauh mana klien terlibat dalam kelompok atau masyarakat
tersebut?
14
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Tanyakan pada klien mengenai pandangan dan keyakinan klien
terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan
agama yang dianut, serta tanyakan mengenai pandangan
masyarakat di lingkungan klien tentang gangguan jiwa.
b) Kegiatan ibadah
Tanyakan pada klien mengenai kegiatan ibadah di rumah
dilakukan secara individu atau kelompok, serta tanyakan
pendapat klien atau keluarga mengenai kegiatan ibadah yang
dilakukan.
f. Status mental
1) Penampilan
Data ini diperoleh melalui hasil observasi perawat/keluarga.
Observasi penampilan klien meliputi:
a) Amati penampilan tidak rapi dari ujung rambut sampai ujung
kaki, misalnya rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat,
resleting tidak dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-ganti.
b) Amati penggunaan pakaian yang tidak sesuai, misalnya pakaian
dalam yang dipakai di luar baju.
c) Amati cara berpakaian tidak seperti biasanya jika penggunaan
pakaian tidak tepat.
2) Pembicaraan
Amati klien saat berbicara, apakah klien berbicara cepat, lambat,
keras, gagap, membisu, apatis, dan inkoheren.
3) Aktivitas motorik
Data ini diperoleh melalui hasil observasi perawat/keluarga.
Observasi gerakan motorik pada klien meliputi:
a) Amati apakah klien terlihat lesu, tegang, gelisah.
b) Amati apakah klien terlihat agitasi, yaitu gerakan motorik klien
yang menunjukan kegelisahan.
15
d) Amati apakah emosi klien tidak sesuai, yaitu emosi klien yang
tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang ada.
6) Interaksi selama wawancara
Data ini diperoleh melalui hasil wawancara dan observasi perawat
dan keluarga.
a) Amati apakah klien terlihat bermusuhan, tidak kooperatif,
mudah tersinggung.
b) Amati apakah klien terlihat kontak mata kurang, seperti tidak
mau menatap lawan bicara.
c) Amati apakah klien terlihat defensif, yaitu klien selalu berusaha
mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
d) Amati apakah klien terlihat curiga, yaitu klien menunjukkan
sikap/perasaan tidak percaya pada orang lain.
7) Persepsi
Kaji mengenai ada atau tidaknya gangguan halusinasi
(pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan, penghidu) dan
ilusi pada klien. Jika ada jelaskan gangguan halusinasi dan ilusi
yang dialami klien.
8) Proses pikir
Data ini diperoleh melalui observasi dan wawancara. Proses pikir
merupakan pengkajian mengenai keruntutan klien saat berbicara,
meliputi:
a) Amati apakah klien menunjukkan sirkumtansial, yaitu
pembicaraan yang berbelit-belit tetapi mencapai tujuan
pembicaraan.
b) Amati apakah klien menunjukkan tangensial, yaitu
pembicaraan yang berbelit-belit tetapi tidak mencapai tujuan
pembicaraan.
17
h. Mekanisme koping
Data mekanisme koping diperoleh melalui wawancara pada klien atau
keluarganya. Tanyakan mengenai koping adaptif dan koping
maladaptif yang dimiliki klien. Koping adaptif meliputi bicara dengan
orang lain mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas
konstruktif, olahraga, dan lain-lain. Koping maladaptif meliputi minum
alkohol, reaksi lambat/berlebihan, bekerja berlebihan, menghindar,
mencederai diri, dan lain-lain.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Data masalah psikososial dan lingkungan diperoleh melalui wawancara
pada klien atau keluarganya. Hal yang perlu dikaji meliputi
permasalahan klien yang berhubungan dengan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, ekonomi, dan pelayanan kesehatan.
j. Pengetahuan
Data ini diperoleh melalui wawancara pada klien. Hal yang perlu dikaji
meliputi apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan
kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping,
sistem pendukung, penyakit fisik, dan obat-obatan.
k. Aspek medis
Tuliskan diagnosa medis klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang
merawat, serta tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik,
psikofarmaka, dan terapi lainnya.
23
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah Harga Diri Rendah Kronik.
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah Kronik.
a. Rencana keperawatan pada klien
Tujuan :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki klien
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
4) Klien dapat memilih atau menetapkan kemampuan yang akan
dilatih
5) Klien dapat melatih kemampuan yang telah dipilih
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
SP 1 Pasien
SP 2 Pasien
SP 1 Keluarga
SP 2 Keluarga
SP 3 Keluarga
4. Implementasi Keperawatan
Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien harga diri rendah dan
keluarga pasien harga diri rendah sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah ditetapkan.
5. Evaluasi Keperawatan
1) Evaluasi kemampuan yang diharapkan pasien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
d. Memilih kemampuan yang akan dilatih
e. Melatih kemampuan yang telah dipilih
f. Membuat jadwal kegiatan harian sesuai kemampuan yang dimiliki
2) Evaluasi kemampuan yang diharapkan keluarga pasien mampu:
a. Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien (pengertian, tanda
gejala, serta proses terjadinya harga diri rendah)
b. Menentukan cara merawat pasien harga diri rendah sesuai dengan
ajaran yang telah diberikan