Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH HIV/AIDS

“Asuhan keperawatan pada HIV/AIDS pada berbagai tatanan klinik dan pada berbagai
kondisi khusus ibu hamil

Dosen Pengampu :Ns. Parliani, MSN

Di Susun Oleh :

Winda ( S18127006)
Rahayu Fitrianingsih ( S18127013)
Renny Febrianti ( S18127026)
Yuda Fazriansyah ( S18127010)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMESTER VI


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMDIYAH PONTIANAK
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongannya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan
berdasarkan berbagai sumber pengetahuan yang bertujuan untuk membantu proses belajar
mengajar mahasiswa agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Sehingga dapat di
terbitkan sesuai dengan yang di harapkan dan dapat di jadikan pedoman dalam melaksanakan
kegiatan keperawatan dan sebagai panduan dalam melaksanakan makalah dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN GANGGUAN HIV/ AIDS”
Sebagai pembuka, kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Ns. Parliani, MSN . Selaku pembimbing mata kuliah HIV/AIDS yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan,
dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini

Penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,namun selalu
ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi.Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita namun kehamilan dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada kehamilan trimester pertama .
Wanita hamil trimester pertama pada umumnya mengalami mua, muntah, nafsu makan
berkurang dan kelebihan. Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat
kondisi kliniks wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV – AIDS .
HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.Ini adalah
retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi
kembali dirinya.Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari sampel darah
yang dikumpulkan tahun 1959 dari seorang laki–laki dari Kinshasa di Republik Demokrat
Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi.
Saat ini terdapat dua jenis HIV: HIV–1 dan HIV–2. HIV–1 mendominasi seluruh
dunia dan bermutasi dengan sangat mudah.Keturunan yang berbeda–beda dari HIV–1 juga
ada, mereka dapat dikategorikan dalam kelompok dan sub–jenis (clades).Terdapat dua
kelompok, yaitu kelompok M dan O. Dalam kelompok M terdapat sekurang–kurangnya 10
sub–jenis yang dibedakan secara turun temurun.Ini adalah sub–jenis A–J. Sub–jenis B
kebanyakan ditemukan di America, Japan, Australia, Karibia dan Eropa.Sub–jenis C
ditemukan di Afrika Selatan dan India.HIV–2 teridentifikasi pada tahun 1986 dan semula
merata di Afrika Barat. Terdapat banyak kemiripan diantara HIV–1 dan HIV–2, contohnya
adalah bahwa keduanya menular dengan cara yang sama, keduanya dihubungkan dengan
infeksi–infeksi oportunistik dan AIDS yang serupa. Pada orang yang terinfeksi dengan HIV–
2, ketidakmampuan menghasilkan kekebalan tubuh terlihat berkembang lebih lambat dan
lebih halus. Dibandingkan dengan orang yang terinfeksi dengan HIV–1, maka mereka yang
terinfeksi dengan HIV–2 ditulari lebih awal dalam proses penularannya.
HIV dapat menular melalui kontak darah, namun disini kami akan mencoba
membahas bagaiamana HIV AIDS yang dialami ibu hamil dan bagaimana melakukan
sebuah proses keperawatan pada ibu hamil dengan HIV AIDS.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
1. Bagaimana pengertian penyakit HIV /AIDS?
2. Bagaimana dampak psikologis ibu hamil dengan HIV/AIDS?
3. Bagaimana Insiden HIV/AIDS pada ibu hamil?
4. Bagimana etiologi dari HIV /AIDS?
5. Bagaimana dampak klinik ibu hamil dengan HIV/AIDS?
6. Bagimana patofisiologi dari HIV /AIDS?
7. Bagaimana periode penularan HIV/AIDS pada ibu hamil?
8. Bagaimana cara mengurangi resiko penularan pada bayi?
9. Bagaimana infeksi pada bayi dengan kehamilan ibu yang terkena HIV/AIDS?
10. Bagaimana cara pengobatan HIV/AIDS pada ibu hamil atau menyusui?
11. Bagaiman manifestasi klinis dari HIV /AIDS?
12. Bagaimana penatalaksanaan saat persalinan?
13. Bagaimana pemeriksaan penumjang dari HIV /AIDS?
14. Bagaimana asuhan keperawatan HIV /AIDS pada ibu hamil?

C. Tujuan

a. Tujuan umum
Dengan disusunnya makalah ini, Mahasiswa dan semua pihak yang bersangkutan
dengan dunia kesehatan semoga bisa menjadikan makalah ini sebagai salah satu sumber
refrensi untuk mengembembangkan dan memberikan asuhan keperawatan di klinik
dengan baik khususnya pada ibu hamil dengan penderita HIV/ AIDS

b. Tujuan khusus

1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami pengertian dari HIV/ AIDS
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami etiologi dari HIV/ AIDS
3. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami klasifikasi dari HIV/ AIDS
4. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari HIV/
AIDS
5. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami pathofisiologi dari HIV/
AIDS
6. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang
dari HIV/ AIDS.
7. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari HIV/
AIDS
8. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami komplikasi dari HIV/
AIDS.
9. Mahasiswa diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil
dengan penyakit HIV/ AIDS

D. Manfaat

a. Manfaat Teoristi
Dengan disusunnya makalah yang berjudul Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan pada Kasus HIV/ AIDS ini, diharapkan bisa memeberikan manfaat dan
menjadi salah satu sumber refrensi bagi para pembaca.

b. Manfaat Klinis
Diharapkan dengan disusunnya makalah yang berjudul Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan pada HIV/ AIDS ini, bisa menjadi sumber refrensi dalam
pengembangan penerapan asuhan keperawatan di klinik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu penyakit yang
ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4)
sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya
daya tahan tubuh membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit
termasuk penyakit ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel putih dan menjadikannya tempat berkembang biaknya
Virus. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan
tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak mampu
melawan penyakit yang datang dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena
influenza atau pilek biasa.
Ketika tubuh manusia terkena virus HIV maka tidaklah langsung menyebabkan atau
menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-
tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.
HIV, virus penyebab AIDS, dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya.
Tanpa upaya pencegahan, kurang-lebih 30 persen bayi dari ibu yang terinfeksi HIV menjadi
tertular juga. Ibu dengan viral load tinggi lebih mungkin menularkan HIV kepada bayinya.
Namun tidak ada jumlah viral load yang cukup rendah untuk dianggap "aman". Infeksi dapat
terjadi kapan saja selama kehamilan, namun biasanya terjadi beberapa saat sebelum atau
selama persalinan. Bayi lebih mungkin terinfeksi bila proses persalinan berlangsung lama.
Selama persalinan, bayi yang baru lahir terpajan darah ibunya. Meminum air susu dari ibu
yang terinfeksi dapat juga mengakibatkan infeksi pada si bayi. Ibu yang HIV-positif
sebaiknya tidak memberi ASI kepada bayinya. Untuk mengurangi risiko infeksi ketika sang
ayah yang HIV-positif, banyak pasangan yang menggunakan pencucian sperma dan
inseminasi buatan.
B. Dampak Psikologis Ibu Hamil dengan HIV/AIDS

Penyakit HIV Aids merupakan penyakit yang penderitanya terus berkembang, baik di
dunia maupun di indonesia. Perkembangan tersebut dipicu oleh gaya hidup, penggunaan
narkoba dengan jarum suntik, serta belum adanya pengobatan yang dapat membunuh virus
penyebab HIV Aids sepenuhnya. Dari beberapa data yang telah ditampilkan oleh
kementerian kesehatan indonesia, jumlah penderita HIV sebesar 25% diderita oleh
perempuan dari total keseluruhan penderita HIV yang ada. Sebagian besar penularan
terhadap perempuan tersebut terjadi melalui pasangannya. Perempuan yang terinfeksi HIV
Aids apabila hamil dapat menimbulkan dampak negatif pada proses kehamilannya.

Infeksi HIV Aids pada bayi saat proses kehamilan ini terjadi karena ketidaktahuan ibu
bila dia telah terinfeksi oleh HIV Aids.  Bila ibu dapat mendeteksi secara dini adanya infeksi
tersebut, dengan penanganan yang baik resiko penularan kepada bayi dapat ditekan.
Penularan HIV Aids dari ibu kepada bayi termasuk kedalam dampak negatif penyakit
tersebut selama proses kehamilan. Infeksi HIV Aids pada ibu dapat menimbulkan dampak
melalui gangguan kehamilan. Berikut dampak HIV Aids pada ibu hamil lainnya yang perlu
diketahui

1. Penularan HIV Aids pada Janin

Ibu hamil yang terinfeksi oleh HIV Aids dapat beresiko menularkan
infeksinya kepada janin yang dikandungnya. Resiko penularan HIV Aids pada ibu
hamil terhadap bayinya sangat kecil. Kondisi ini dikarenakan virus HIV tidak dapat
menembus plasenta dan selaput serta air ketuban yang membungkus janin pada rahim.
Apabila tidak ada kelainan pada bagian tersebut maka resiko penularan HIV Aids
pada janin sangat kecil kemungkinannya bahkan bisa jadi tidak akan terjadi. Resiko
penularan HIV Aids dari ibu hamil kepada janinnya dapat meningkat pada saat proses
persalinan.

2. Bayi Lahir Prematur

Apabila infeksi HIV aids yang telah menyerang ibu menural kepada janin
yang dikandungnya akan dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan janin.
Kelainan pada janin yang pastinya akan terpengaruh adalah penurunan daya tahan
tubuh sehingga tubuh mudah terserang berbagai macam infeksi baik bakteri maupun
virus. infeksi HIV pada bayi dapat menjadi penyebab janin cacat sejak dalam
kandungan.

3. Melemahnya Daya Tahan Ibu

Bagian pada tubuh manusia yang akan diserang apabila terjadi infeksi HIV
adalah imunitasnya. Kondisi ini apabila terjadi pada ibu hamil makan dapat
melemahkan daya tahan ibu. Dampak HIV Aids pada ibu hamil tersebut akan sangat
berpengaruh besar pada setiap proses kehamilan yang dijalani. Ibu akan mudah
terserang berbagai penyakit infeksi baik infeksi bakteri maupun infeksi virus lainnya
karena berkuranngnya kinerja pertahanan tubuh untuk menangkal bakteri dan virus
tersebut berkembang. Selain itu ibu hamil yang terinfeksi HIV Aids harus lebih
banyak mengkonsumsi nutrisi untuk asupan pada janinnya.

Dampak HIV Aids pada ibu hamil diatas memiliki resiko yang berbeda –
beda. Resiko terbesar yang terjadi apabila ibu terinfeksi HIV Aids adalah kondisi
imunitas dan fisik ibu sendiri. Sedangkan pada janin yang dikandungnya, resiko
dampat HIV Aids pada masa kehamilan cukup kecil bahkan penularan dari ibu
kepada janin hampir tidak pernah terjadi. Namun apabila kondisi ini tidak ditangani
dengan baik, dampak HIV Aids pada ibu hamil yang negatif tersebut dapat terjadi dan
resikonya bisa meningkat. Bagi wanita ibu yang telah mengetahui adanya infeksi HIV
Aids pada dirinya akan lebih mudah melakukan penanganan dan perawatan saat hamil
dibandingkan ibu yang tidak tahu bahwa dirinya terinfeksi HIV Aids

C. Insiden
Sejumlah infeksi virus HIV terdiagnosis baru di tahun 2000 merupakan yang tertinggi
sejak pelaporan di mulai dan jumlah infeksi yang di dapat baru adalah melalui hubungan
seksual heteroseksual.Kira- kira 30.000orang hidp dengan HIV di inggris, sepertiganya tidak
terdiagnosis.
Bagi ibu positif HIV, kehamilan dan kelahiran bayi bias merupakan kejadian yang
sangat emosional. Ibu akan merasa sangat waspada terhdapa penyakitnya yang serius dan
kemungkinan bayinya akan di lahirkan postif HIV. Penularan intrauterine dapat terjadi
selama kehamilan, kelahiran, atau menyusui. Di perkirakan bahwa ibuyang baru saja
terinfeksi, atau ibu yang menderita sindrom imnunodefisiensi didapat (AIDS) lebih besar
kemungkinnya mendapat bayi yang terinfeksi (AVERT,2003). Ibu positif HIV memerlukan
asuhan sensitive dari semua staf, bimbingan, dan waktu khusus untuk bicara. Ibu mungkin
meminta kamar samping tetapi banyak ibu lain ingin bersama orang tua lainnya dan tidak di
pisahkan. Kerahasiaan adalah vital.

D. Etiologi
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency
virus (HIV).HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut
HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2.
HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1.Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 tahun atau lebih dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari,
BB menurun, diare, neuropati, lemah, ruam kulit, limadenopati, perlambatan
kognitif, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist (NANDA nic-noc).
Cara penularan HIV:
1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah terinfeksi.
Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah
tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang
yang telah terinfeksi.
4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan
atau persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan secara perinatal
1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang dikandungnya.
2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu
terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu
dapat menular pada bayi.
3. Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewaktu berada dalam kandungan atau
juga melalui ASI
4. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI
Kelompok resiko tinggi:
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi (purwaningsih,wahyu.2010).
E. Dampak Klinik Ibu Hamil
Dampak yg merugikan dari luaran Hubungan dengan infeksi HIV
kehamilan
Abortus spontan Data terbatas, terbukti kemungkinan
meningkat
Malformasi janin Risiko tidak meningkat
Mortalitas perinatal Tidak ada hubungan dengan negara
berkembang Risiko meningkat negara
berkembang
PJT Terbukti kemungkinan meningkat
Preterm delivery Terbukti kemungkinan risiko meningkat
F. Patofisiologi
HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan melekatkan dirinya pada
protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubuh penderita)
turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic
acid) dengan suatu enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi
bagian dari DNA manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya,
benda tersebut mulai menghasilkan virus–virus HI.Enzim lainnya, protease, mengatur viral
kimia untuk membentuk virus–virus yang baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel
tubuh dan bergerak bebas dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini
adalah sebuah proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan
tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi dan penyakit–penyakit
yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus tersebut dari orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel–sel yang
terinfeksi dan menggantikan sel–sel yang telah hilang.Respons tersebut mendorong virus
untuk menghasilkan kembali dirinya.Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang
yang sehat adalah 800–1200 sel/ml kubik darah.Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel
CD4+ T–nya terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–
infeksi oportunistik.Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika
system kekebalan tubuh tertekan.Pada seseorang dengn system kekebalan yang sehat. Infeksi
infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang pengindap HIV
hal tersebut dapat teradi fatal (purwaningsih, wahyu.2010)

G. Periode Penularan HIV/ AIDS Pada Ibu Hamil


Penyebab penularan AIDS pada ibu dan bayi adalah cairan serviks vagian, cairan
amnion, jaringan plasenta dan air susu yang berasal dari ibu yang darah darahnya terdapat
virus HIV.
Cara penularannya secara:
1. Transmisi vertical
Melalui inutera, lewat plasenta
Dimana antigen HIV dapat di deteksi dalam cairan amnion dan jarinanvetus yang terlihat
dari terminasi kehamilan yang berusia 15 minggu.
2. Transmisi horizontal
Transmisinya melalui air susu (purwaningsih,wahyu.2010).
H. Cara Mengurangi Resiko penularan pada Bayi
Ibu HIV-positif dapat mengurangi risiko bayinya tertular dengan:
1.      Mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV)
Resiko penularan sangat rendah bila terapi ARV (ART) dipakai. Angka penularan hanya
1 persen bila ibu memakai ART. Angka ini kurang-lebih 4 persen bila ibu memakai AZT
selama minggu enam bulan terahkir kehamilannya dan bayinya diberikan AZT selama
enam pertama hidupnya.
Namun jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara
yang dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu
persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet
nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi
3 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi
penularan menjadi hanya 2 persen. Namun, resistansi terhadap nevirapine dapat muncul
pada hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal ini
mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistansi ini juga dapat
disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu, terapi jangka pendek ini lebih
terjangkau di negara berkembang.

2.      Menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya


Semakin lama proses kelahiran, semakin besar risiko penularan. Bila si ibu
memakai AZT dan mempunyai viral load di bawah 1000, risiko hampir nol. Ibu dengan
viral load tinggi dapat mengurangi risiko dengan memakai bedah Sesar.

3.      Menghindari menyusui


Kurang-lebih 14 persen bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi. Risiko
ini dapat dihindari jika bayinya diberi pengganti ASI (PASI, atau formula).Namun jika
PASI tidak diberi secara benar, risiko lain pada bayinya menjadi semakin tinggi. Jika
formula tidak bisa dilarut dengan air bersih, atau masalah biaya menyebabkan jumlah
formula yang diberikan tidak cukup, lebih baik bayi disusui. Yang terburuk adalah
campuran ASI dan PASI. Mungkin cara paling cocok untuk sebagian besar ibu di
Indonesia adalah menyusui secara eksklusif (tidak campur dengan PASI) selama 3-4
bulan pertama, kemudian diganti dengan formula secara eksklusif (tidak campur dengan
ASI)

I. Infeksi Bayi
Jika dites HIV, sebagian besar bayi yang dilahirkan oleh ibu HIV-positif
menunjukkan hasil positif. Ini berarti ada antibodi terhadap HIV dalam darahnya. Namun
bayi menerima antibodi dari ibunya, agar melindunginya sehingga sistem kekebalan
tubuhnya terbentuk penuh. Jadi hasil tes positif pada awal hidup bukan berarti si bayi
terinfeksi.
Jika bayi ternyata terinfeksi, sistem kekebalan tubuhnya akan membentuk antibodi
terhadap HIV, dan tes HIV akan terus-menerus menunjukkan hasil positif. Jika bayi tidak
terinfeksi, antibodi dari ibu akan hilang sehingga hasil tes menjadi negatif setelah kurang-
lebih 6-12 bulan.Sebuah tes lain, serupa dengan tes viral load dapat dipakai untuk
menentukan apakah bayi terinfeksi, biasanya beberapa minggu setelah lahir. Tes ini, yang
mencari virus bukan antibodi, saat ini hanya tersedia di Jakarta, dan harganya cukup mahal.

J. Tanda Dan Gejala HIV/ AIDS


HIV memasuki tubuh jika serum HIV menjafi positif dalam 10 minggu suatu pemaparan
yang menunjukkan gejala awal yang tidak spesifik yaiut:
1. Respon tipe influenza.
2. Demam.
3. Malaise.
4. Mialgia.
5. Mual
6. Diare
7. Nyeri tenggorokan
8. Ruam dapat menetap 2-3 minggu
9. Berat badan menurun
10. Fatique.
11. Anoreksia.
12. Mungkin menderita kandidiasis otot faringatau vagina
Pada masa perinatal
1. Keletihan
2. Anoreksi.
3. Diare kronik selama 1 bulan.
Kemataian ibu hamil dengan HIV positif kebanyakan di sebabkan oleh penyakit
oportunistik yang menyertai terutama pneumonitis carinif pneumonia.

K. Pengobatan pada Hamil/menyusui


Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetrasiklin. Yang
direkomendasikan adalah pemberian obat golongan sefalosporin (Seftriakson 250 mg IM
sebagai dosis tunggal). Jika wanita hamil alergi terhadap penisilin atau sefalosporin tidak
dapat ditoleransi sebaiknya diberikan Spektinomisin 2 gr IM sebagai dosis tunggal. Pada
wanita hamil juga dapat diberikan Amoksisilin 2 gr atau 3 gr oral dengan tambahan
probenesid 1 gr oral sebagai dosis tunggal yang diberikan saat isolasi N. gonorrhoeae yang
sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan unutk pengobatan jika disertai
infeksi C. trachomatis.

L. Penatalaksanaan Saat Persalinan


1. Persalinan pervaginam
Wanita hamil yang direncanakan persalinan pervaginam, diusahakan selaput
amnionnya utuh selama mungkin. Pemakaian eleklroda fetal scalp dan pengambilan
sampel darah janin harus dihindari. Jika sebelumnya telah diberikanobat HAART, maka
obat ini harus dilanjutkan sampai partus. Jika direncanakan pemberian infus zidovudin,
harus diberikan pada saat persalinan dan dilanjutkan sampai tali pusat diklem. Dosis
zidovudin adalah: dosis inisial 2mg/kgBB dalam 1 jam dan dilanjutkan 1mg/kgBB/jam
sampai partus. Tablet nevirapin dosis tunggal 200 mg harus diberikan di awal persalinan.
Tali pusat harus diklem secepat mungkin dan bayi harus dimandikan segera.Seksio
sesaria emergensi biasanya dilakukan karena alasan obstetrik, menghindari partus lama,
dan ketuban pecah lama.
2. Seksio Sesaria
Pada saat direncanakan seksio sesaria secara elektif, harus diberikan antibiotik
profilaksis.Infus zidovudin harus dimulai 4 jam sebelum seksio sesaria dan dilanjutkan
sampai tali pusat diklem. Sampel darah ibu diambil saat itu dan diperiksa viral load-nya.
Tali pusat harus diklem secepat mungkin pada saat seksio sesaria dan bayi harus
dimandikan segera
M. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium darah.
a. Trombositopeni
b. Anemia.
c. HDL>
d. Jumlah limfosit total
2. EIA atau EUSA dan tes western blot: postif, tetapi invalid.
a. EIAatau EUSA: mendeteksi antibody terhadap antigen HIV.
b. Test western blot mendeteksi adanya anti body terhadapbeberapa prot spesifik HIV.
3. Kultur HIV: dengan sel mononuclear darah perifer dan bila tersedia plasma dapat
mengukur beban virus.
4. Test reaksi polimer dengan leukosit darah perifer: mendeteksi DNA viral pada adanya
kuntitas kecil sel mononuclear perifer terinfeksi.
5. Antigen P24 serum atau plasma: peningkatan nilai kuantitatif dapat menjadi indikasi dari
kemajuan infeksi.
6. Penentuan immunoglobulin G, M, A serum kualitatif: data dasar immunoglobulin.
7. IFA: memastikan seropesivitas.
8. RIPA: mendteksi protein HIV.
9. Pemeriksaan parental juga dapat menunjukkan adanya goorhoe, kandidiasis, hepatitis B,
tuberkolosis, sitomegalovirus, dan toksoplasmosis (purwaningsih,wahyu.2010).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dana kebangsaan, pendidikan, pekerjaan,
alamat, nomor regester, tanggal Masuk Rumah Sakit , diagnosa medis.

2. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun.Umur
kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens.Respon imun sangat tertekan
pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus.Pada lansia,
atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.Banyak penyakit
kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia
aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini
harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien.
Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan
kelainan hospes :
 Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapi radiasi, defisiensi nutrisi, penuaan, aplasia timik, limfoma, kortikosteroid,
globulin anti limfosit, disfungsi timik congenital.
 Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia congenital, protein
liosing enteropati (peradangan usus)

3. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Subyektif)


a) Aktifitas / Istirahat
- Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
- Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas
( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
b) Sirkulasi
- Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
- Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis,
perpanjangan pengisian kapiler.
c) Integritas dan Ego
- Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan,
mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
- Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
d) Eliminasi
- Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal,
nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
- Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering,
nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal, perubahan jumlah,
warna dan karakteristik urine.
e) Makanan / Cairan
- Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
- Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk,
edema
f) Hygiene
- Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
- Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
g) Neurosensoro
- Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status
indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.
- Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
h) Nyeri / Kenyamanan
- Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
- Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.
i) Pernafasan
- Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
- Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
j) Keamanan
- Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi
imun, demam berulang,berkeringat malam.
- Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran
kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
k) Seksualitas
- Gejala : Riwayat berprilaku seks dengan resiko tinggi, menurunnya libido,
penggunaan pil pencegah kehamilan.
- Tanda : Kehamilan,herpes genetalia.
l) Interaksi Sosial
- Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian, adanya trauma
AIDS.
- Tanda : Perubahan interaksi.

4. Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat
penelitian.Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta
responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
 Serologis
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke
T4 ) mengindikasikan supresi imun.
- P24 ( Protein pembungkus HIV)
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
- Kapsul hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
 Neurologis
- EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
- Tes Lainnya
- Sinar X dada
- Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya
komplikasi lain
- Tes Fungsi Pulmonal
- Deteksi awal pneumonia interstisial
- Skan Gallium Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia
lainnya.
- Biopsis
- Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
- Bronkoskopi / pencucian trakeobronkial Dilakukan dengan biopsy pada waktu
PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
 Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system
imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody
terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan.Hal ini
menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes
positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human
Immunodeficiency Virus(HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah
dan memudahkan evaluasi diagnostic. Pada tahun 1985 Food and Drug
Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar Human Immunodeficiency
Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu:
- Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human
Immunodeficiency Virus (HIV).ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi
hanya menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi
(HIV).Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency
Virus (HIV) disebut seropositif.
- Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan
seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
- Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.

N. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intolerans aktivitas.
4. Penurunan koping keluarga
O. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Noc Nic
keperawatan
1. Nutrisi kurang dari NOC: 1. Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan tubuh.  Nutritional status mengandung tinggi serat untuk
Definisi :asupan nutrisi  Nutritional status : mencegah konstipasi.
tidak cukuo untuk food dan fluid 2. Monitor jumlah nutrisi dari
memenuhi kebutuhan  Intake kandungan kalori.
metabolic.  Nutritional status: 3. Berikan informasi tentang
nutrient intake kebutuhan nutrisi.
 Weight control 4. Kaji kemampuan pasien untuk
Kriteria Hasil : mendapatkan nutrisi yang
 Adanya dibutuhkan.
peningkatan berat 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
badan sesuai untuk menetukan jumlah kalori
dengan tujuan. dan nutrisi yang di butuhkan
 Berat badan ideal pasien.
sesuai dengan
tinggi badan
 Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda-
tanda mal nutrisi

Nic :
 Aktivit tolraice
Intoleransi aktivitas  Energy
Definisi: ketidak converseration 1. Bantu klien untuk
kecukupan energy  Self care: ADLs mengidentifikasi aktivitas yang
2. psikologi atau fisiologi Kreteria Hasil : mampu di lakukan
untuk melanjutkan atau  berpartisipasi 2. Bantu pasien /keluarga untuk
menyelesaikan aktifitas dalam aktivitas mengintifikasi kekurangan
kehidupan sehari- hari fisik tanpa di sertai dalam beraktivitas
yang harus atau yang di peningkatan 3. Bantu pasien untuk
lakukan tekanan mengembangkan motvasi diri
darah,nadi,RR dalam penguatan
 mampu melakukan 4. Bantu pasien untuk melakukan
akivitas sehari-hari aktivitas yang di perlukan
secara mandiri
 tanda –tanda vital
normal
 energy psikomotor.
 Level kelemahan.

Noc:
 caregiver stressor
 family coping
,disable
Penurunan koping  parental 1. Peningkatan koping
keluarga. role,conflict :membantu pasien beradaptasi
Definisi :orang  therapeutic regimen dengan persepsistressor
terdekat anggota management perubahan atau ancaman yang
keluarga atau sahabat).  ineffective menggangu pemenuhan
3. Yang memberikan Kreteria Hasil : tuntutan dan peran hidup
dukungan, rasa  keluarga tidak 2. Dukungan emosi memberikan
nyaman, bantuan, atau mengalami penenangan ,penerimaan dan
motivasi tidak adekuat, penurunan koping dorongan selama proses steres
tidak efektif, atau keluarga 3. Mobilitas keluarga
mengalamu penurunan  hubungan pasien penggunaan kekuatan keluarga
yang mungkin di pemberi kesehatan untuk mempengaruhi
perlukan oleh klien adekuat kesehatan pasien kearah yang
untuk mengelola atau  kesejahteraan positif
menguasai tugas tugas emosi pemberi 4. Dukungan keluarga
adaptif terkait masalah asuhan kesehatan meningkatkan nilai,minat,dan
keperawatan. keluarga tujuan keluarga
 koping keluarga 5. Panduan system kesehatan
meningkat memfasilitasi local pasien dan
penggunaan pelayanan
kesehatan yang sesuai

NIC:
 Immune status
 Knowledge:
Resiko infeksi infection control
1. Inspeksi kulit dan membrane
Definisi : mengalami  Risk control
mukosa terhdapa kemerahan,
peningkatan resiko Kriteria Hasil:
panas, drainase.
terserang organisme  Klien bebas dari
2. Instrusikan pasien untuk minum
patogenik. tanda dan gejala
antibiotic sesuai resep.
 Mendeskripsikan
3. Ajarkan pasien dan keluarga
proses penularan
tanda dan gejala infeksi
penyakit, factor
4. Ajarakan cara menghindari
yang
infeksi.
mempengaruhi
4. penularan serta
penatalaksanaannya
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yangmenyerang
system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif lama dapat
menyebabkan AIDS. Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human
immunodeficiency virus (HIV).Cara penularan HIVmelakukan penetrasi seks, melalui darah
yang terinfeksi, dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan
seseorang yang telah terinfeksi, wanita hamil. Penularan secara perinatal terjadi terutama
pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah
ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat menular pada bayi.
Kelompok resiko tinggi: lelaki homoseksual atau biseks, orang yang ketagian obat
intravena, partner seks dari penderita AIDS, penerima darah atau produk darah (transfusi),
bayi dari ibu/bapak terinfeksi. Gejala mayor infeksi HIV adalah BB menurun lebih dari 10%
dalam 1 bulan, diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan, penurunan kesadaran dan
adanya gangguan neurologis, demensia / HIV ensefalopati. Gejala minor: batuk menetap
lebih dari 1 bulan, dermatitis generalist, adanya herpes zoster yang berulang, kandidiasis
orofaringeal, herpes simplex kronik progresif, limfadenopati generalist, infeksi jamur
berulang pada kelamin wanita, retinitis cytomegalovirus.
P. SARAN
Dengan dibuatnya makalah HIV pada ibu hamil ini, diharapkan nantinya akan
memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan
bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan maternitas terutama pada ibu
hamil yang juga menderita HIV. Tak lupa kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan guna untuk penyempurnaan makalah ini, karena mungkin makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA

Purwaningsih,wahyu, Dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogykarta.


Nuraif, Amin huda.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda. Jilid 1-3 Yogyakarta : Media Action.

Anda mungkin juga menyukai