Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN PASIEN HARGA DIRI RENDAH


PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN (PKK)
Dibuat untuk memenuhi syarat Praktik Klinik Keperawatan
dengan dosen pembimbing H. Tantan Hadiansyah., S.Kep. ,M.Kep

Oleh:
Davin Arya M.P
21.005

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN RUMAH SAKIT DUSTIRA
CIMAHI
2023
FORMAT PEMBUATAN LAPORAN PENDAHULUAN

RS/RUANGAN TGL/PARAF NILAI TGL/PARAF NILAI NILAI


PEMBIMBING PEMBIMBIN RATA-
AKADEMIK G RATA

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


1. Definisi Harga Diri Rendah
Harga Diri Rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri, perasaan tidak
Harga diri rendah adalah pencapaian penilaian pribadi terhadap
seberapa jauh pemenuhan ideal diri perilakunya, apabila individu
mengalami kegagalan, tidak dicintai, atau tidak diterima
dilingkungan maka harga diri rendah dapat terjadi (Yusuf. Dkk,
2015).
Harga Diri Rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri,
perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadapt diri sendri dan
kemampuan diri (Fajariyah, 2012)
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap dirinya sendiri
menyebabkan kehilangan rasa percaya diri, pesimis, dan tidak
berharga dikehidupan (Dermawan, 2013).
2. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala harga diri rendah yaitu mengkritik diri sendiri,
perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan
produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri. Selain tanda dan gejala
diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah
yang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara yang rendah (Keliat, 2011).
Pada klien dengan harga diri rendah dapat dterapkan menggunakan
terapi hubungan interpersonal. Terapi hubungan interpersonal memfokuskan
pada hubungan interpersonal pasien, sifat-sifat dan kelemahannya dan
meningkatkan hubungan tersebut. Idenya adalah apabila seseorang memiliki
hubungan yang kuat , kuat dan penuh penghargaan dengan orang lain, kecil
kemungkinannya untuk menjadi depresi atau tetap depresi (atau ansietas,dll),
dan mereka akan lebih merasakan kebahagiaan.

3. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah yaitu :
1. Perkembangan individu yang meliputi :
a. Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak
dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan
gagal pula untuk mencintai orang lain.
b. Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang – orang
tuanya atau orang tua yang penting/ dekat dengan individu yang
bersangkutan.
c. Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna, orang
tua atau orang terdekat sering mngkritik individu.
d. Cara mendidik anak yang menyebabkan anak kurang mempunyai
tanggung jawab personal dan memiliki ketergantungan pada orang lain.
e. Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa
rendah diri akibat kegagalan berulang.

2. Ideal diri
a. Individu selalu dituntut untuk berhasil.
b. Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
c. Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya
diri.

4. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi atau stresor pencetus dari munculnya harga diri rendah mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:
1. Gangguan fisik dan mental,
misal ada persaingan saudara dalam keluarga,salah satu anggota
keluarga merasa tidak memiliki kemampuan yang positif seperti
saudaranya yang pintar dan selalu memenangkan maca-macam lomba,
sehingga dia merasa malu dan rendah diri.

2. Pengalaman traumatik berulang.


Misal penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan,
bencana alam dan perampokan. Respon terhadap trauma pada
umumnya akan mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya adalah
represi dan denial.

3. Hilangnya sebagian anggota tubuh.


Seseorang yang mengalami penyakit kusta sehingga merasa malu
karena jari-jari tangannya tidak sempurna.

4. Berubahnya penampilan.
Karena terserang penyakit CA Mamae kronik, seorang perempuan
harus diangkat salah satu payudaranya padahal dia belum menikah.

5. Menurunnya produktivitas
Seseorang yang pada mulanya bekerja sebagai manager suatu
perusahaan, kemudian perusahaan tersebut bangkrut dan dia
kehilangan pekerjaannya, pada akhirnya merasa tidak berguna karena
tidak kunjung mendapat pekerjaan baru untuk memenuhi kebutuhan
anak dan istrinya.

5. Rentang respon harga diri rendah


Rentang respon harga diri rendah sepanjang sehat sakit berkisar dari status
aktualisasi diri yang paling adaptif sampai dengan status maldaptif berupa kerancuan
identitas serta depersonalisasi yang lebih maladaptif.
Jika seseorang yang mengalami harga diri rendah mampu beradaptasi dengan baik
maka dia akan memiliki konsep diri yang semakin positif dimana seseorang mampu
memandang apa yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya,
penampilan peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukkan bahwa
individu itu akan menjadi individu yang sukses. Konsep diri yang semakin positif akan
menghasilkan aktualisasi diri yakni berupa pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan diterima.
Sebaliknya, jika seseorang yang mempunyai harga diri rendah tidak mampu
beradaptasi dengan baik, maka akan menimbulkan kerancuan identitas yang ditandai
dengan kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak –
kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis, misal tidak ada kode
moral, sifat kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif, perasaan
hampa, perasaan mengambang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak
mampuan untuk empati terhadap orang lain. Kerancuan identitas yang tidak segera
diadaptasi, maka akan menyebabkan depersonalisasi, yakni suatu perasaan yang tidak
realistis dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya.
Individu mengalami kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan
tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya (Stuart & Sundeen, 1998 dalam
Damaiyanti, 2012).
6. Data yang perlu dikaji
a. Identitas
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
status mental, suku bangsa, alamat, nomor rekam medis, ruang rawat, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosis medis.Identitas penanggung jawab : nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat.

b. Alasan Masuk
1. Apa penyebab klien datang ke RSJ?
2. Apa yang sudah dilakukan keluarga?
3. Bagaimana hasilnya?

7. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin munculYosep (2014) menjelaskan terdapat
beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah
diantaranya adalah:
1. Harga diri rendah kronik
2. Koping Individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Defisit Perawatan Diri

8. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan pada pasien menurut Kemenkes RI (2012),
yaitu:
a) Strategi pelaksanaan pertama pasien: pengkajian dan latihan kegiatan
pertama
(1) Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri dan pengaruhnya terhadap
hubungan dengan orang lain, harapan yang telah dan belum tercapai, upaya yang dilakukan
untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi
(2) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan)
(3) Membantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan
mana kegiatan yang dapat dilaksanakan)
(4) Membuat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
(5) Membantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih
(6) Melatih kegiatan yang dipilih oleh pasien (alat dan cara melakukannya)
(7) Memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan untuk dilatih dua kali per hari
Poltekkes Kemenkes Padang

b) Strategi pelaksanaan kedua pasien: latihan kegiatan kedua


(1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah.
(2) Memvalidasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama yang tela dilatih dan berikan
pujian.
(3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama
(4) Membantu pasien memilih kegiatan kedua yang telah dilatih
(5) Melatih kegiatan kedua (alat dan cara)
(6) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: dua kegiatan, masingmasing dua kali per
hari

c) Strategi pelaksanaan ketiga pasien: latihan kegiatan ketiga


(1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
(2) Memvalidasi kemampuan melakukan kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan
berikan pujian
(3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan kedua
(4) Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih
(5) Melatih kegiatan ketiga (alat dan cara)
(6) Memasukkan jadwal kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan, masingmasing dua kali per hari.

d) Strategi pelaksanaan keempat pasien: latihan kegiatan keempat


(1) Mengevaluasi data harga diri rendah
(2) Memvalidasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang telah dilatih
dan berikan pujian
(3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua dan ketiga.
(4) Membantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih
(5) Melatih kegiatan keempat (alat dan cara)
(6) Memasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan: empat kegiatan masingmasing dua kali per
hari.
Strategi tindakan keperawatan keluarga menurut Suhron (2017) yaitu:
a) Strategi pelaksanaan pertama keluarga: mengenal masalah harga diri rendah dan megenal
masalah harga diri rendah dan latihan cara merawat (melatih kegiatan pertama)
(1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien harga diri rendah.
(2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri rendah dan akibat
harga diri rendah (gunakan booklet).
(3) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah .
(4) Memberikan pujian terhadap semua hal positif yang dimiliki pasien.
(5) Melatih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang dipih pasien.
(6) Menganjurkan kepada keluarga untuk membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan
pujian.

b) Strategi pelaksanaan kedua keluarga: latihan cara merawat/membimbing


melakukan kegiatan kedua
(1) Mengevaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri rendah.
(2) Memvalidasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan yang
telah dilatih.
(3) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat dan berikan pujian.
(4) Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiatan kedua yang dipilih.
(5) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien sesuai jadwal dan
berikan pujian.
c) Strategi pelaksanaan ketiga keluarga: latihan cara merawat/membimbing
melakukan kegiatan ketiga
(1) Mengevaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri rendah
(2) Memvalidasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan yang
telah dilatih
(3) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat dan berikan pujian
(4) Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiatan ketiga yang dipilih
(5) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian

d) Strategi pelaksanaan keempat keluarga: latihan cara merawat/membimbing


melakukan kegiatan keempat
(1) Mengevaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri
rendah
(2) Memvalidasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
(3) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat dan
berikan pujian
(4) Bersama keluarga melatih pasien melakukan kegiatan ketiga yang
dipilih
(5) Menganjurkan pada keluarga untuk membantu pasien sesuai jadwal dan
berikan pujian.

Anda mungkin juga menyukai