Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dasar demam thypoid

1. Definisi

Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat

akut yang disebabkan salmonella thipi. Penyakit ini ditandai dengan panas

berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa keterlibatan struktur

endothelelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multipaksi kedalam

sel fagosip monocular dari hati, limpa, kelenjar limpa, limfe usus dan peyer’s

patcah dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang

terkontaminasi. (sumarmo, 2002)

2. Etiologi

Salmonella thypi sama dengan salmonella lain adalah bakteri gram

negative, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak berbentuk spora,

fakultatif anerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari oligo

sakarida, flagella antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen

(K) yang terdiri dari poli sakarida. Mempunyai makro molekuler

lipoposakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan

dinakan endotoksin. Salmonella thypi juga dapat diperoleh flasmid fator-R

berkaitan dengan resistensi terhadap multiple.

3. Manifestasi klinis

a. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
b. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama

c. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani akan

menyebabkan syok, stupor dan koma.

d. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari

e. Nyeri kepala, nyeri perut

f. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi

g. Bradikardi, pusing, nyeri otot

h. Batuk

i. Epistaksis

j. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepian ujung merah serta tremor)

k. Hepatomegali, splenomegali, meterosismus

l. Gangguan menelan berupa salmonella

m. Delirium atau psikosis

Table 2.1 Keluhan dan gejala demam Thipoid

Minggu Keluhan gejala Patologis

Minggu pertama Panas berlangsung Gangguan saluran Bakterimia

insidious, tipe panas cerna

stepladder yang

mencapai 39-40 °C,

menggigil, nyeri

kepala

Minggu kedua Rash, nyeri abdomen, Rose sport, Vaskulitis,


diare atau konstipasi, splenomegali, hyperplasia pada

delirium hepatomegali peyer’s patches,

nodul thipoid

pada limpa dan

hati

Minggu ketiga Komplikasi : Melena, illius, Ulserasi payer’s

perdarahan saluran ketegangan patches, nodul

cerna, perforasi, syok abdomen, koma thipoid pala

limpa dan hati

Minggu Keluhan menurun, Tampak sakit berat, Kolelitiasis,

keempat, dst relaps, penurunan BB berat, kakeksia karier kronik

Sumber : penyakit infeksi diindonesia

4. Patofisiologi

Kuman masuk melalui mulut. Sebagian akan dimusnahkan dalam

lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk keusus halus kejaringan

limfoid dan berkembang biak menyerang vilis usus halus, kemudian kuman

masuk kedalam peredaran darah (bakterimia primer) dan mencapai sel-sel

retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ-organ lain

Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir pada sel-sel

retikulo endoteleal, melepaskan kuman kedalam peredaran darah dan

menimbulkan bakterimia, untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk


kebeberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kantung empedu.

Pada minggu pertama sakit terjadi hyperplasia plaks player, terjadi pada

kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu

ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Minggu keempat terjadi penyembuhan

ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik

Gambar 2.1 : patofisiologi demam thipoid

Sumber : http://makalahkesehatanraze.blogspot.com/2016/01/makalah-askep-tifoid.html
5. Pemeriksaan diagnostic

a. Pemeriksaan darah tepi

Leucopenia, limpositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia

b. Pemeriksaan sumsung tulang belakang

Menunjukan gambaran hiperaktif sumsung tulang

c. Pemeriksaan widal

Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih,

sedangakan titer terhadap anti gen H walaupun tinggi tapi tidak bermakna

untuk menegakan diagnosis karena titer H dapat tetap tinggi setelah

dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh

6. Penatalaksanaan terapeutik

Penatalaksanaan pada pendertia tifoid adalah sebagai berikut :

a. Bed rest, untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.

Minimal 7 hari bebas demam/ ± 14 hari. Mobilisasi bertahap, sesuai

dengan pulihnya kekuatan pasien. Tingkatkan personal hygiene,

kebersihan tempat pakaian, dan peralatan oleh pasien. Ubah posisi

minimal tiap 2 jam untuk menurunkan risiko terjadi dekubitus dan

pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan

karena kadang terjadi obstipasidan retensi urin, isolasi penderita dari

desinfeksi pakaian dan ekskreta pasien.

b. Diet dan terapi penunjang. Diet makanan harus mengandung cukup cairan

dan tinggi protein, serta rendah serat. Diet bertahap dari mulai bubur
saring, bubur kasar hingga rasi. Diet tinggi serat akan meningkatkan kerja

usus sehingga risiko perforasi usus lebih tinggi.

c. Pemberian antibiotikum, anti radang anti inflamasi, dan anti piretik

1) Pemberian antibiotika

a) Amoksisilin 100 mg/kgbb/hari, oral selama 10 hari.

b) Kotrimoksazol 6 mg/kgbb/hari, oral. Dibagi dalam 2 dosis selama

10 hari.

c) Seftriakson 80 mg/kgbb/hari, IV atau IM, sekali sehari selama 5

hari

d) Sefiksim 10 mg/kgbb/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10

hari

e) Untuk anak usia dini pilihan antibiotika yang utama adalah

kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi

pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan

dipersingkat.

2) Anti radang (antiinflamas). Kortikosteroid diberikan pada kasus berat

dengan gangguan kesadaran. Deksametason 1-3 mg/kgbb/hari IV,

dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.

3) Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol.

4) Antiemetik untuk menurunkan keluhan mual dan muntah pasien.


7. Penatalaksanaan keperawat

Penatalaksanaan keperawatan meliputi :

a. Pengkajian

b. Diagnosa keperawat

c. Perencanaan atau intervensi

d. Implementasi

e. Evaluasi

B. Konsep asuahan keperawatan pada demam thypoid dan kebutuhan

1. Pengkajian secara umum

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,

suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit,

nomor register dan diagnosa medik.

b. Keluhan utama

Keluhan utama demam typhoid adalah panas atau demam yang

tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia,

diare serta penurunan kesadaran.

c. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit yang diderita pasien saat ini

d. Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pasien pernah terkena penyakit yang sama


e. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada riwayat penyakit keturunan

f. Istirat dan tidur

Gejala: gangguan pola tidur, mis., insomnia dini hari, kelemahan.

g. Eliminasi

Gejala: nyeri abdomen dan distres

Tanda: nyeri tekan abdomen, distensi

h. Makan dan minum

Gejala: anoreksia, mual, muntah nyeri ulu hati, tidak toleran

terhadap makanan contoh makanan pedas, Penurunan berat badan

Tanda: membran msukosa kering, penurunan produksi mukosa,

berat jenis urine meningkat.

1) Riwayat makanan

Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola

makanan, tipe makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang

lebih disukai, yang dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis

makanan untuk sekarang, dan rencana makanan untuk masa selanjutnya

2) Kemampuan makan

Beberapa hal yang dapat dikaji dalam hal kemampuan makan

antara lain kemampuan mengunyah, menelan, dan kemampuan sendiri

tanpa bantuan orang lain

3) Pengetahuan tentang nutrisi


Aspek lain dalam pengkajian nutrisi dalam penentuan tingkat

pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi

4) Bagai mana nafsu makan pasien, jumlah asupan makanan

5) Perubahan pola makan sebelum sakit dan selama sakit

i. Neurologis

Gejala: rasa berdenyut, pusing/sakit kepala, kelemahan, status

mental: tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung

tidur, disorientasi/ bingung, sampai pingsan dan koma.

j. Pengkajian nyeri/kenyamana

Gejala: nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,

perih; nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Nyeri epigastrium kiri

sampai tengah/ menyebar ke punggung terjadi 1-2 makan dan hilang

dengan antasida (ulkus gaster). Nyeri epigastrium terlokalisir di kanan

terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang

dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). Faktor pencetus:

makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obat tertentu (salisilat,

reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.

Tanda: wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,

berkeringat, perhatian menyempit.

2. Diagnosa keperawatan

a. Hipertermi b.d peradangan pada usus halus


b. Kekurangan volume cairan b.d peningkatan suhu tubuh, intake cairan

proral yang kurang

c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual,

muntah, anoreksia

(sumber : Aplikasi NANDA NIC-NOC Jilid 2)

3. Intervensi keperawatan

a. Hipertermia b.d peradangan pada usus

1) Tujuan NOC :

Termoregulation

2) Kriteria hasil :

a) Suhu tubuh dalam rentang normal

b) Nadi dan respirasi dalam rentang normal

c) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

3) Intervensi NIC :

a) Monitor suhu tubuh

Rasional : untuk mengetahui suhu dalam batas normal

b) Monitor warna kulit

Rasional : untuk mengetahui adanya kekurangan cairan

c) Lakukan kompres air hangat pada lipatan paha dan

aksila Rasional : untuk menurunkan panas pasien

d) Kolaborasi pemberian terapi menggunakan oabat-obatan

Rasional : untuk menurunkan demam dengan cara

farmakologi
b. Kekurangan volume cairan b.d peningkatan suhu tubuh, intake cairan

proral yang kurang

1) Tujuan NOC :

a) Nutrition status : food and fluid intake

2) Kriteria hasil :

a) Mempertahankan urine output sesuai susui usia dan berat badan

b) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,

membran mukosa lembab

3) Intervensi keperawatan

a) Monitoring status hidrasi (kelembapan membrane mukosa, nadi

adekuat)

Rasional : untuk mengetahui status dehidrasi pasien

b) Monitoring tanda-tanda vital

Rasional : untuk mengetahui tindakan selanjutnya

c) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

Rasional : untuk mengetahui intake dan output pasien

d) Kolaborasi pemberian cairan intra vena

Rasional : untuk mengganti cairan yang

hilang

c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak

mampuan mencerna makanan

a) Tujuan NOC :
1) Nutritional status : food and fluid intake

2) Nutrition status : nutrient intake

b) Kriteria hasil

1) Adanya peningkatan berat badan yang sesuai dengan tujuan

2) Berat badan ideal yang sesuai dengan tinggi badan

3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

5) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

a. Intervensi keperawatan NIC :

1) Kaji adanya alergi makanan

2) Tingkatkan intek makanan melalai :

a) Menfuranggi gangguan dari lingkungan seperti berisik dan

lain-lain

b) Jaga kebersihan lingkungan

3) Ukur intake makanan dan timbang berat badan

4) Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang

tinggi protein sesuai kebutuhan

5) Berikan nutrisi enteral, seuai kebutuhan

6) Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batas diet yang dianjurkan

7) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

nutrisi

8) Berikan informasi tentang kebutuhan gizi


4. Perencanaan keperawatan

Pada tahap ini melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang

telah dicatat dan direncanakan dalam rencana keperawatan pasien. Adar

implementasi atau pelaksanaan dapat tepat waktu dan efektif, maka perlu

mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien

terhadap setiap intervensi yang dilakukan serta mendokumentasikan

pelaksanaan keperawatan.

5. Evaluasi

Yang perlu diperhtikan atau dievaluasi pada pasien demam thypoid

dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi mengacu pada tujuan yang

ingin dicapai yaitu :

a. Adanya peningkatan intake makanan

b. Adanya peningkatan berat badan

sumber : Nursing Outcomes Classification (NOC) Dan Nursimg


Intervention Classification (NIC)

C. konsep dasar pemenuhan kebutuhan nutrisi pada demam thypoid

Diet demam thypoid adalah diet yang berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan makan penderita thypoid dalam bentuk makanan lunak rendah serat.

Tujuan utama diet demam thypoid adalah memenuhi kebutuhan nutrisi penderita

demam thypoid dan mencegah kekambuhan. Penderita penyakit demam Tifoid

selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan

oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain:


a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.

b. Tidak mengandung banyak serat.

c. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

d. Makanan lunak diberikan selama istirahat.

Makanan dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk memberikan

makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa

sehingga dapat membatasi volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna.

Pemberian bubur saring, juga ditujukan untuk menghindari terjadinya komplikasi

perdarahan saluran cerna atau perforasi usus. Syarat-syarat diet sisa rendah

adalah:

a. Energi cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktivitas

b. Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total

c. Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total

d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total

e. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat

f. maksimal 8 gr/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi

perorangan

g. Menghindari susu, produk susu, daging berserat kasar (liat) sesuai dengan

toleransi perorangan.

h. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam

dan berbumbu tajam.


i. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu

panas dan dingin

j. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil

k. Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet

perlu disertai suplemen vitamin dan mineral, makanan formula, atau

makanan parenteral.
Tabel : Berat Badan normal Berdasarkan Usia anak

Tabel : IMT normal berdasarkan usia

Anda mungkin juga menyukai