THT-KL
DEPARTEMENT / KSM ILMU KESEHATAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA / RSUP SANGLAH
Anamnesis THT-KL
KOMPONEN ANAMNESIS
Identitas pasien Nama, umur/ tanggal lahir, nomor rekam medis, alamat, dsb
Keluhan utama Keluhan yang membuat pasien mencari pertolongan medis, bagian dari riwayat penyakit sekarang
Chief complaint Sebaiknya dipilih satu keluhan utama
Fundamental four
Riwayat penyakit Riwayat mengenai keluhan-keluhan yang dirasakan pasien saat ini
sekarang Pengembangan dari keluhan utama memakai sacred seven
Riwayat penyakit Riwayat mengenai penyakit atau kondisi yang dialami pasien di masa lalu, termasuk imunisasi, alergi (obat,
terdahulu makanan), riwayat pengobatan dan operasi
Riwayat mengenai kondisi kesehatan keluarga, meliputi penyakit kronik, infeksi, alergi, kongenital, atau
penyakit spesifik yang berhubungan dengan keluhan utama
Riwayat keluarga Riwayat ditanyakan pada pihak ibu dan ayah, secara vertikal (orang tua, kakek-nenek, paman-bibi, anak,
keponakan, cucu), dan horizontal (saudara, sepupu, suami/ istri)
Riwayat mengenai gaya hidup, pendidikan, pekerjaan, lingkungan tempat tinggal/ kerja, kebiasaan/
Riwayat pribadi dan kesehatan masyarakat sekitar
sosial Pekerjaan pasien dideskripsikan secara spesifik mengenai paparan lingkungan karena banyak penyakit di
bidang THT-KL berhubungan dengan paparan lingkungan (bising, debu, bahan kimia)
KOMPONEN ANAMNESIS
Keluhan penyerta Keluhan lain yang muncul bersama dengan keluhan utama
Cara memakai Lampu Kepala
Posisi pasien
dewasa pada
pemeriksaan THT
► Teknik:
1) Gunakan garpu tala 512 Hz dan getarkan dengan “mencubit”
kedua ujungnya.
2) Letakkan ujung gagang garpu tala pada mastoid telinga yang
diperiksa 🡪 tanyakan pasien apakah terdapat suara dengung.
3) Minta pasien memberitahu jika suara dengung telah hilang.
4) Saat suara dengung telah hilang, segera pindahkan garpu tala ke
depan KAE telinga yang sama dengan jarak +2,5 cm 🡪 tanyakan
pasien apakah dapat mendengar suara dengung garpu tala.
5) Ulangi prosedur yang sama untuk telinga sebelahnya.
Tes Rinne
Interpretasi :
► Tes Rinne positif🡪 jika pasien masih dapat
mendengar suara dengung garpu tala di depan
KAE.
► Tes Rinne negatif🡪 jika pasien tidak dapat
mendengar suara dengung garpu tala di depan
KAE. Hal ini karena terdapat gangguan
hantaran udara akibat gangguan di telinga luar
dan telinga tengah.
► Tes Rinne negatif palsu🡪 kesan sisi tersebut
negatif, padahal mengalami tuli sensorineral
unilateral yang berat.
Tes Weber
► Tujuan: membandingkan hantaran tulang telinga kiri
dan kanan pasien. Tes ini tidak dapat berdiri sendiri,
harus digabungkan dengan tes lain seperti Rinne dan
Schwabach.
► Teknik:
1. Gunakan garpu tala 512 Hz dan getarkan dengan
“mencubit” kedua ujungnya.
2. Letakkan garpu tala yang telah digetarkan di garis
tengah kepala, biasanya di vertex, mental, atau di
antara insisivus.
3. Tanyakan apakah pasien mendengar suara dengung
dan apakah lebih keras pada sisi kanan atau kiri
atau sama saja.
Tes Weber
► Interpretasi adalah ada tidaknya lateralisasi, yaitu
terdengarnya suara dengung lebih keras pada satu sisi telinga.
► Hasil tes Weber dinyatakan sebagai: tidak ada lateralisasi,
lateralisasi ke kanan atau lateralisasi ke kiri.
► Jika hasil tes Weber mendapatkan lateralisasi ke kanan, maka
kemungkinannya adalah:
1. Telinga kanan tuli konduktif, telinga kiri normal
2. Telinga kanan tuli konduktif, telinga kiri sensorineural
3. Telinga kanan normal, telinga kiri sensorineural
4. Kedua telinga tuli konduksi, namun yang kanan lebih berat
5. Kedua telinga tuli sensorineural, namun yang kiri lebih berat
Tes Schwabach
► Tujuan: membandingkan hantaran tulang pasien dengan
pemeriksa, dengan catatan fungsi pendengaran pemeriksa
normal.
► Teknik:
► Gunakan garpu tala 512 Hz dan getarkan dengan “mencubit”
kedua ujungnya.
► Letakkan gagang garpu tala pada mastoid telinga pasien yang
diperiksa, tanyakan apakah pasien mendengar suara
dengung. Minta pasien mengangkat tangan jika suara
dengung telah hilang.
► Saat pasien mengangkat tangan, segera pindahkan garpu tala
ke mastoid pemeriksa.
► Jika pemeriksa masih mendengar suara dengung, maka tes
Schwabach dinyatakan Schwabach memendek.
Tes Schwabach
► Jika pemeriksa tidak dapat mendengar suara dengung,
🡪dilakukan pemeriksaan balik.
► Garpu tala digetarkan dan diletakkan di mastoid pemeriksa,
saat suara dengung menghilang segera pindahkan ke mastoid
pasien 🡪 tanyakan apakah ia mendengar suara dengung.
► Jika pasien masih mendengar suara dengung, maka tes
Schwabach dinyatakan Schwabach memanjang.
► Jika pasien tidak mendegar suara dengung, tes Schwabach
dinyatakan Schwabach normal atau sama dengan pemeriksa.
► Interpretasi:
► Schwabach memendek: tuli sensorineural
► Schwabach memanjang: tuli konduksi
► Schwabach sama dengan pemeriksa/ normal: telinga
normal
Interpretasi audiometri
► Telinga kiri:
► AC: 28,75 dBHL
► BC: 25 dBHL
► Kesimpulan: AS SNHL ringan
Benda Hidung
Organik Non-organik
Button
Lintah Larva (miasis) (kacang, (batu, mote,
baterai
daun, bunga) tutup pulpen)
Alat dan Bahan
Teknik Ekstraksi Benda Asing Hidung
• Benda asing button baterai 🡪 menimbulkan nekrosis jaringan dalam hitungan jam
akibat reaksi kimia.
• Ekstraksi harus segera dilakukan, dan jika gagal harus segera dirujuk untuk
menghindari perforasi septum atau nekrosis jaringan luas
• Setelah ekstraksi, pasien diberikan cuci hidung dengan NaCl 0,9%
PENANGA
NAN
EPISTAKSI
S
Epistaksis
► Epistaksis dibagi menjadi epistaksi
anterior dan posterior.
► Epistaksis anterior🡪 pleksus Kiesselbach
atau konka bagian anterior.
► Epistaksis posterior🡪 arteri sfenopalatina
dan arteri etmoid posterior.
► Epistaksis posterior cenderung tidak dapat
berhenti sendiri dan membutuhkan
pemasangan tampon anterior maupun
tampon Belloq.
ALAT DAN BAHAN
TEKNIK PENANGANAN
EPISTAKSIS
Teknik:
1. Hemostasis manual dan tampon
epinefrin
2. Pemasangan tampon anterior
3. Pemasangan tampon Bellocq
Hemostasis Manual dan
Tampon Epinefrin
Indikasi
Epistaksis anterior yang tidak masif
Persiapan:
• Pakai APD (masker, hand gloves, google)
• Encerkan epinefrin menjadi 1:100.000 🡪 : 0,1 cc
epinefrin 1:1.000 diencerkan dengan 10 cc NaCl
0,9% atau aquabidest (dapat ditambahkan lidocaine
untuk meberikan efek)
• Siapkan kapas yang dipotong persegi anastesi
panjang +1x4 cm
Hemostasis Manual dan
Tampon Epinefrin
Indikasi
Epistaksis anterior yang tidak masif
Persiapan:
• Pakai APD (masker, hand gloves, google)
• Encerkan epinefrin menjadi 1:100.000 🡪 : 0,1 cc
epinefrin 1:1.000 diencerkan dengan 10 cc NaCl
0,9% atau aquabidest (dapat ditambahkan lidocaine
untuk meberikan efek)
• Siapkan kapas yang dipotong persegi anastesi
panjang +1x4 cm
Hemostasis Manual
X • Penekanan secara langsung dengan menekan
kedua lubang hidung selama 5-15 menit
• Jaga kepala agar tetap elevasi, namun JANGAN
hiperekstensi karena darah bisa masuk ke faring
dan dapat menyebabkan aspirasi
• Evaluasi perdarahan setelah 15 menit, jika
Hemostasis Manual
Hemostasis Manual dan
Tampon Epinefrin
Indikasi
• Hemostasis manual atau tampon epinefrin gagal menghentikan
epistaksis
• Epistaksis anterior dengan perdarahan profuse
Persiapan:
• Pakai APD (masker, hand gloves, google)
• Tampon pita dilumuri dengan vaselin putih atau SALEP MATA
gentamisin
• Pasien dalam posisi pemeriksaan THT-KL (duduk tegak)
• Darah dan sekret berlebih dibersihkan dengan suction
• Kavum nasi disemprot xylocaine spray untuk efek anestesi lokal
Pemasangan Tampon Anterior
Ambil tampon yang sudah dilumuri
1 salep antibiotik / vaselin
menggunakan forceps bayonet + 10-15
cm dari ujung tampon
Kedua benang yang keluar dari hidung diikat pada sebuah gulungan kain
F kasa di depan nares anterior agar terfiksasi. Benang lain difiksasi ke pipi
pasien untuk menarik tampon keluar melalui mulut setelah 2-3 hari
PEMERIKSAAN
TENGGOROK
Inspeksi bibir dan kavitas oral
1. Lampu kepala
2. Xylocaine spray
3. Spatula lidah
4. Kaca laring
5. Pinset bayonet
6. Klem
Prosedur Ekstraksi Benda Asing
di Tenggorok
1 Posisikan pasien