Beberapa data menunjukkan bahwa benzodiazepin bersifat teratogenik, Oleh karena itu, penggunaannya selama kehamilan tidak
disarankan. Selain itu, penggunaan benzodiazepin pada trimester ketiga dapat memicu sindrom penarikan pada bayi baru lahir.
Pasien yang kemudian hamil saat dalam terapi benzodiazepin maka harus dilakukan tapering-off secara lengkap atau hingga dosis
terendah yang mungkin.
Obat-obatan dikeluarkan dalam ASI dalam konsentrasi yang cukup untuk mempengaruhi bayi baru lahir. Benzodiazepin dapat
menyebabkan dispnea, bradikardia, dan kantuk pada bayi menyusui.
Peresepan benzodiazepin untuk lansia harus dihindarkan karena adanya risiko terjadinya ataksia dan kebingungan yang dapat
menyebabkan jatuh dan cedera, khususnya fraktur panggul. Pengemudi yang lanjut usia juga berisiko tinggi jika diberikan
benzodiazepin.
Catat bahwa pasien atau pengasuh telah diberikan saran tentang terapi non-farmakologi untuk ansietas dan insomnia dan risiko
penggunaan benzodiazepin.
Jika diputuskan untuk meresepkan benzodiazepin untuk lansia atau individu yang secara medis rentan, maka gunakan dosis kurang
dari setengah dosis yang biasa direkomendasikan.
Lansia memiliki kerentanan terhadap reaksi efek samping karena fungsi ginjal yang menurun, metabolisme hepar yang berubah, dan
meningkatnya sensitifitas terhadap obat-obat tertentu.
Insomnia dapat disebabkan karena adanya nyeri yang kurang terkontrol, sleep hygiene yang buruk atau depresi yang melatar
belakangi. Hal-hal tersebut tidak dapat diatasi dengan obat tidur.
2. Bagaimana ciri-ciri ketergantungan pada dosis terapeutik”, “Ketergantungan pada dosis tinggi yang diresepkan” dan
“Penyalahgunaan dan ketergantungan pada dosis tinggi rekreasional?
3. Bagaimana prinsip utama penanganan adiksi benzodiazepin ?
Prinsip-prinsip utama asesmen:
Deteksi dan intervensi sejak awal merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan terapi
Klinisi harus mampu mengenali risiko atau potensi ketergantungan benzodiazepin pada semua kelompok diagnosis
(psikiatri maupun non- psikiatri) dan kelompok umur
Pasien yang diketahui mengalami adiksi opiat, atau diketahui menggunakan obat-obatan terlarang, berpeluang tinggi untuk
menggunakan dan menjadi ketergantungan pada benzodiazepin dosis tinggi
Konfirmasi diagnosis ketergantungan benzodiazepin harus ditunjang oleh hasil skrining urin yang positiF
Menilai motivasi pasien untuk berubah merupakan komponen penting dalam manajemen ketergantungan
Skrining terhadap misuse benzodiazepin harus disertai juga pertimbangan untuk melakukan peninjauan kembali peresepan
ulang benzodiazepin
Kehamilan dan risiko kehamilan. Benzodiazepin adalah kategori D, jika sangat diperlukan suatu hipnotik maka dipilih
Zolpidem yang masuk dalam kategori B.
Penyalahguna aktif zat, termasuk alkohol.
Masalah medis dan kesehatan jiwa yang dapat diperparah oleh benzodiazepin, meliputi fibromialgia, chronic fatigue
syndrome, gangguan somatisasi, depresi (kecuali penggunaan jangka pendek untuk mengobati ansietas yang berkaitan dengan
depresi), gangguan bipolar (kecuali untuk sedasi yang segera pada mania akut), ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder),
kleptomania dan gangguan impuls lainnya.
Benzodiazepin dapat memperburuk hipoksia dan hipoventilasi pada asma, sleep apnea, COPD (Chronic Obstructive
Pulmonary Disorder), CHF (Congestive Heart Failure) dan gangguan kardiopulmonari lainnya.
Pasien yang sedang mendapat opioid untuk nyeri kronis atau terapi substitusi untuk adiksi narkotika.
pada PTSD, meskipun benzodiazepin dapat meredakan gejala stres akut, penggunaan jangka panjang benzodiazepin dapat
menghambat pemrosesan trauma secara kognitif yang dibutuhkan untuk perbaikan gejala.
5. Salah satu golongan benzodiazepin adalah diazepam, dan diazepam sangat sering digunakan di RS, bagaimana mendiagnosis dan
menatalaksana pasien dengan ketergantungan atau adiksi diazepam ?
Diagnosis ketergantungan diazepam hanya dapat dipertimbangkan ketika beberapa masalah muncul seiring dengan adanya gejala
withdrawal yang dispesifikasi dalam ICD-10 atau DSM-IV. Penentuan ada atau tidaknya sindrom ketergantungan ini penting dalam
menentukan apa terapi farmakologi dapat diberikan atau tidak.10
Akan tetapi ada beberapa hal yang harus dihindari selama proses ini berlangsung, yaitu:
1. Mengkonsumsi pil tambahan saat mengalami stress berat
2. Kembali ke dosis semula apabila dosis tersebut terasa berat
3. Menggunakan substansi lain yang memicu efek GABA (hal ini jelas merusak proses pengurangan dosis)
Penggunaan Regimen Substitusi
penanganan ketergantungan benzodiazepin dengan menggunakan substitusi benzodiazepin slow-onset, long acting seperti
clonazepam. Clonazepam memiliki onset yang lambat, waktu paruh 18-50 jam, potensi tinggi, metabolit aktif yang minimal. Karena
potensinya yang tinggi, clonazepam dapat menggantikan kerja jenis benzodiazepin yang memiliki waktu paruh yang cepat tanpa
menginduksi onset gejala withdrawal ataupun mengurangi jumlah obat yang diberikan.13
Selain dari clonazepam, terdapat beberapa jenis obat lain yang dapat digunakan sebagai alternatif dari benzodiazepin, diantaranya:
Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs), Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs), dan golongan hipnotik non-benzodiazepin
seperti zopiclone dan zolpidem.