Anda di halaman 1dari 14

Sesak Nafas yang Diakibatkan Banyaknya Cairan Pada Rongga Pleura

Theresia Karolina Purba


102019062
Kelompok : C6
Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : theresia.102019062@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Paru adalah organ tubuh yang mempunyai fungsi vital pada manusia. Fungsi utama paru-paru
yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan
untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan
oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme
seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan karbon
dioksida tersebut bisa normal. Seseorang mengalami keluhan sesak nafas dikarenakan
perbedaan tekanan atmosfer dan intrapleura, dan juga karena memiliki riwayat kanker paru
yang menjadi salah satu faktor terdapatnya banyaknya cairan pada rongga pleuranya sehingga
menyebabkan sesak nafas.
Kata kunci : Alveolus, Difusi, Paru, Pleura

Abstract
Lung is an organ that has a vital function in humans. The main function of the lungs is to
exchange gases between the blood and the atmosphere. The gas exchange aims to provide
oxygen to the tissues and remove carbon dioxide. The need for oxygen and carbon dioxide
continues to change according to the level of activity and metabolism of a person, but
breathing must still be able to maintain the oxygen and carbon dioxide content can be
normal. Someone experiencing complaints of shortness of breath due to differences in
atmospheric pressure and intrapleura, and also because they have a history of lung cancer
which is one factor in the presence of a lot of fluid in the pleural cavity, causing shortness of
breath.
Keywords: Alveolus, Diffusion, Lung, Pleura
Pendahuluan
Paru adalah organ tubuh yang mempunyai fungsi vital pada manusia. Paru-paru
berfungsi sebagai alat pernafasan manusia, yang membutuhkan oksigen dan mengeluarkan
karbon dioksida diperlukan untuk menjalankan fungsi normal sel dalam tubuh. Paru-paru
memiliki kapasitas yang baik dapat menjaga ketahanan fisik dan kesehatan jasmani secara
maksimal. Kapasitas paru-paru yang baik dapat dilakukan dengan cara olahraga atau latihan
fisik . Paru berfungsi untuk pertukaran gas antara udara atmosfer dan darah. Dalam
menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat sebuah pompa mekanik yang berfungsi ganda, yakni
menghisap udara atmosfer ke dalam paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari
dalam tubuh (ekspirasi).
Kanker paru adalah penyakit pertumbuhan jaringan yang tidak dapat terkontrol pada
jaringan paru. Munculnya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak
terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Kanker paru merupakan penyakit kanker
dengan penyebab kematian terbanyak di dunia, yaitu mencapai 1,61 juta kematian pertahun
(12,7%), kanker payudara yaitu mencapai 1,31 juta kematian pertahun (10,9%), dan kanker
kolorektal yaitu mencapai 1,23 juta kematian pertahun (9,7%). Penyebab utama kanker paru
adalah asap rokok yang telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker dengan 63 jenis
bersifat karsinogen dan beracun. Menurut American Cancer Society (2013) 80% kasus
kanker paru disebabkan oleh rokok (perokok aktif) dan 20% (perokok pasif). Penyebab
kanker paru lainnya adalah radiasi dan polusi udara. Selain itu, nutrisi dan genetik terbukti
juga berperan dalam timbulnya kanker paru.1

Pembahasan
Seorang dokter UGD di salah satu Rumah Sakit, didatangi pasien dengan keluhan sesak dan
diketahui mengalami riwayat penyakit kanker paru. Ketika di foto radiologi terdapat banyak
cairan pada rongga pleuranya.
 Identifikasi istilah: -
 Sasaran pembelajaran :
1. Mahasiswa memahami makroskopik paru
2. Mahasiswa memahami mikroskopik paru,
3. Mahasiswa memahami fungsi paru, pembungkus jaringan paru
4. Mahasiswa memahami mekanisme pernafasan (Breathing mechanism /
Respiratory mechanism)
5. Mahasiswa memahami berbagai macam tekanan yang berlaku pada sistem
pernapasan
6. Mahasiswa memahami sistem aliran limfa, darah dan pertukaran gas pada paru
7. Mahasiswa memahami hukum fisika yang berlaku pada paru
 Rumusan masalah: Seorang pasien yang mempunyai riwayat kanker paru mengalami
keluhan sesak dan terdapat banyak cairan di rongga pleuranya.
 Hipotesis: Banyaknya cairan di rongga pleura yang menyebabkan keluhan sesak.

Struktur Paru secara Makro


Bronkus
Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trakhea. Bronkus kiri dan kanan tidak simetris.
Bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan arahnya hampir vertikal dengan trakhea.
Sebaliknya, bronkhus kiri lebih panjang, lebih sempit, dan sudutnya pun lebih runcing.
Bentuk anatomi yang khusus ini memiliki implikasi klinis tersendiri seperti jika ada benda
asing yang terinhalasi, maka benda itu lebih meungkinkan berada di bronkhus kanan
dibandingkan dengan bronkhus kiri karena arah dan lebarnya.
 Bronkus ekstrapulmonal:
Bronkus yang tidak masuk ke dalam paru, berdiameter kecil dan stukturnya adalah
sama dengan trakea
 Bronkus intrapulmonal
Bronkus intrapulmonar berbentuk silindris dan bagian posteriornya tidak mendatar
seperti pada trakea dan bronki ekstrapulmonal karena ia dikelilingi oleh lingkaran lempeng-
lempeng tulang rawan yang tidak teratur. Tapi makin ke distal lempeng tulang rawan akan
semakin berkurang dan otot polosnya akan semakin bertambah.

Bronkiulus
Bronkiolus merupakan saluran udara kecil yang mengirimkan udara ke bagian dalam
sebuah dinding paru yang dimana alveoli memungkinkan oksigen yang akan diserap oleh sel-
sel darah dan mengisi darah dengan oksigen untuk ditransfer ke seluruh tubuh. Fungsi
Bronkiolus ialah untuk pengendalian aliran udara dan distribusi udara di paru-paru. Yang
salah satu halus, berdinding tipis, ekstensi tubular dari bronkus yang merupakan bronkiolus
yang tidak lagi mengandung tulang rawan.
 Bronkiolus terminalis
Menyalurkan udara pernafasan ke asinus, yaitu satu unit strktural paru. Bagian ini
dilapisi oleh epitel selapis toraks bersilia tanpa sel goblet yang beransur berubah menjadi
epitel selapis torak rendah. Diantara deretan sel ini ada sel clara yang mengandung mikrovili
dan granula kasar. Tiada sel goblet dan banyaknya sel clara dalam bronkioli mencerminkan
akan kebutuhan lapis pembatas yang tidak lengket, agar saluran kecil ini tetap terus terbuka.
Lamina proprianya sangat tipis dan mengandung serat elastin. Lapisan luarnya pula
mengandung serat kolagen dan elastin, pembuluh darah dan limfe, serta saraf.
 Bronkiolus respiratorius
Bagian ini pendek dengan diameter kira-kira 0.5mm. Epitelnya adalah torak rendah
dan berubah menjadi epitel selapis kubis tanpa silia dan sel goblet. Di antara sel kubis juga
terdapat sel clara. Walaupun agak sulit, serat otot polos, serat kolagen, dan serat elastin masih
dapat dilihat. Berbeda dengan bronkiolus yang lebih proksimal, pada dindingnya mulai ada
sakus yang sangat tipis yang disebut alveoli. Pertukaran gas dapat berlangsung dalam
kantung berdinding tipis ini, dan karena itu bagian ini dinamakan bronkiolus terminalis.

Duktus Alveolaris
Duktus alveolaris merupakan saluran berdinding tipis, berbentuk kerucut, dilapisi oleh
epitel selapis gepeng. Semakin ke distal pada bronkiolus respiratorius, jumlah muara alveolus
ke dalam dinding bronkiolus semakin banyak hingga dinding seluruhnya terempati dan
tabung ini disebut duktus alveolaris. Duktus alveolaris dan alveolus keduanya dilapisi oleh
sel alveolus gepeng yang sangat halus. Duktus alveolaris bermuara kedalam atrium, yang
berhubungan dengan sakus alveolaris, dua atau lebih sakus alveolaris timbul dari setiap
atrium. Banyak serat elastin dan retikulin membentuk jalinan rumit sekitar muara atrium,
sakus alveolaris, dan alveoli. Serat-serat elastin memungkinkan alveolus mengembang
sewaktu inspirasi dan berkontraksi secara pasif selama ekspirasi. Serta-serat retikulin
berfungsi sebagai penunjang yang mencegah pengembangan yang berlebihan dan
pengerusakan pada kapiler-kapiler halus dan septa alveolaris yang tipis.

Alveolus
Alveolus merupakan suatu gelembung-gelembung yang berisi udara dalam paru-paru
dengan jumlah sekitar 300 juta buah. Bentuk jamak alveolus adalah alveoli. Letak alveolus
berada pada bagian parenkim paru-paru yang merupakan ujung saluran pernapasan, dimana
kedua sisinya merupakan tempat pertukaran udara dengan darah. Gelembung-gelembung
tersebut memiliki dinding yang tipis dan memiliki kapiler darah, setiap gelembung diselimuti
oleh pembuluh kapiler darah. Melalui dinding alveolus tersebut terjadi pertukaran oksigen
(O2) yang berasal dari udara ke sel-sel darah di dalam tubuh, dan pertukaran karbondioksida
(CO2) dari sel-sel darah dalam tubuh ke udara bebas. Jadi, alveolus merupakan kantung yang
memiliki dinding tipis yang ada di ujung saluran udara terkecil (bronkiolus) di dalam paru-
paru yang di dalamnya berisi udara. Di dalam lumennya terdapat sel debu . sel debu agak
besar dan di dalam sitoplasmanya biasanya terdapat pertikel debu.
Di sekitar alveolus terdapat serat elastin yang akan melebar saat inspirasi dan menciut
saat ekspirasi. Terdapat juga serta kolagen yang berperan untuk mnecegah regangan yang
berlebihan. Pada dinding alveolus, terdapat lubang kecil berbentuk bulat yang dinamakan
stigma alveolaris/porus alveolaris/porus kohn. Lubang ini penting untuk menghubungkan
alveoli yang berdekatan bagi membolehkan sirkulasi udara kolateral yang mengalirkan udara
ke alveolus lain yang mengalami sumbatan. Besar dari sebuah alveolus yaitu dapat mencapai
diameter antara 200-300 mikrometer. Sehingga keberadaan alveolus menjadikan permukaan
paru-paru menjadi semakin luas, dimana luas dari permukaan paru-paru +/- mencapai 160
M2 atau sekitar 100 kali lebih luas dari permukaan tubuh manusia.

Paru
Paru adalah sepasang organ utama dalam sistim respirasi, dan mengambil ruang
paling banyak dalam rongga dada. Paru berbentuk lancip pada puncaknya, dan memiliki basis
yang lebar dan melengkung untuk tempat diafragma. Paru mengandung ±300 juta alveoli,
yang menyebabkan jaringan paru memiliki sifat elastis. Sehingga, memungkinkan
pembesaran volume saat inspirasi dan kembali ke volume semula saat ekspirasi. Kedua paru
dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.
Paru pun dilekatkan pada mediastinum oleh radix pulmonis. Masing-masing paru memiliki
bagian-bagian berikut :
1. Apex Pulmonis (puncak)
Puncak paru-paru berbentuk tumpul, menonjol ke atas setinggi tulang rusuk
pertama
2. Basis Pulmonis
Mencekung dibawah, berbatasan langsung dengan diafragma
3. Facies Costalis
Bagian yang berbatasan dengan tulang iga, memiliki impressio costalis
4. Facies Mediastinalis
Bagian yang terletak di tengah, cetakan pericardium dan struktur mediastinum lain
5. Hilum Pulmonis
Cekungan tempat masuk dan keluarnya radix pulmonis (bronchus, pembuluh
darah, saraf)
Paru kanan berukuran sedikit lebih besar dan berat dari paru kiri, memiliki tiga buah lobus
(superior, medius, dan inferior) yang dipisahkan oleh fissure oblique dan fissure horizontalis.
Fissura oblique memisahkan lobus superior dan medius dari lobus inferior, sementara fissure
horizontalis memisahkan lobus superior dan lobus medius. Sementara paru kiri hanya
memiliki dua buah lobus, yakni lobus superior dan inferior, yang dipisahkan oleh fissure
oblique.

Pleura
Pleura ialah merupakan selaput yang melapisi paru-paru. Strukturnya ialah seperti kantong
halus dan licin. Terbuat dari membrane serosa (masing-masing untuk setiap paru) yang
didalamnya mengandung cairan serosa. Fungsi pleura ialah untuk mengurangi gesekan saat
paru-paru mengembang atau mengempis. Pleura terdiri dari dua lapisan yaitu pleura parietal
dan pleura viseral. Terdapat sedikit cairan yang dimana mengandung glikosaminoglikan
diantara kedua lapisan tersebut. Paru terinvaginasi (tertekan dan masuk ke dalam) lapisan ini,
sehingga membentuk dua lapisan penutup. Satu bagian melekat pada paru dan bagian lainnya
pada dinding rongga thoraks. Bagian pleura yang melekat kuat pada paru disebut pleura
viseralis dan lapisan yang membatasi rongga thoraks disebut pleura parietalis.2

Struktur Paru secara Mikro


Bronkus dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia, lamina propria tipis
jaringan ikat halus dengan banyak serat elastin dan sedikit limfosit. Saluran yang semakin
kecil menyebabkan jenis epithelium bronkus mengalami penyesuaian sesuai dengan
fungsinya. Dalam bronkus terdapat, submukosa mengandung kelenjar serosa, mukosa, atau
asini mukoserosa. Lempeng tulang rawan tersebar dengan rapat mengelilingi perifer bronkus.
Di antara lempeng tulang rawan, jaringan ikat submukosa menyatu dengan adventsia yang
tebal. Bronkiolus terminalis memiliki diameter kecil. Terdapat banyak lipatan mukosa yang
menyolok. Epitel yang terdapat pada bronkiolus terminalis adalah epitel bertingkat semu
silindris rendah bersilia dan sedikit sel goblet. Lapisan otot polos berkembang baik
mengelilingi lamina propria tipis yang pada gilirannya akan dikelilingi oleh adventisia. Di
dekat bronkiolus terdapat sebuah cabang kecil yang biasa disebut dengan arteri pulmonaris.
Bronkiolus ini dikelilingi oleh alveoli paru.3
Dinding bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Bagian proksimal dari
dinding bronkiolus terdapat silia namun pada bagian distalnya tidak terdapat lagi silia.
Duktus alveolaris muncul dari bronkiolus respiratorius dan di dalam ini terdapat banyak
alveoli yang bermuara. Dari ujung duktus alveolaris terbuka pintu lebar menuju beberapa
sakus alveolaris. Saluran ini terdiri atas beberapa alveolus yang bermuara bersama
membentuk ruangan serupa rotunda yang disebut atrium. Alveolus paru merupakan kantong
yang dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang sangat tipis dimana salah satu sisinya terbuka
sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan
di dalamnya banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan untuk terjadinya difusi gas
dalam pernapasan. Darah hampir bersentuhan langsung dengan udara sehingga jaringan
pembuluh darah kapiler mengitari alveoli dan terjadi pertukaran. Selain itu terdapat juga sel
epitel yang berbentuk kuboid yang biasa disebut dengan sel saptal dimana di dalam lumen
terdapat sel debu. Sel debu bentuknya sedikit besar dan di dalam sitoplasmanya terdapat
partikel debu.4

Fungsi Paru dan Pembungkus Jaringan Paru


Fungsi utama paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran
gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon
dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat
aktivitas dan metabolisme seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara
kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut bisa normal. Udara yang dihirup dan masuk
ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang
bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-
gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan
karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta
alveoli di dalam paru-paru manusia dan bersifat elastis. Ruang udara tersebut dipelihara
dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat menetralkan kecenderungan
alveoli untuk mengempis.5
Menurut Guyton untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi
menjadi empat mekanisme dasar, yaitu :
a) Pertukaran udara paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari alveoli.
Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh, karena masih adanya
udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat dikeluarkan walaupun dengan
ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut volume residu. Volume ini
penting karena menyediakan O2 dalam alveoli untuk mengaerasikan darah.
b) Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.
c) Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke
dan dari sel.
d) Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan.6
Fungsi pleura ialah untuk mengurangi gesekan saat paru-paru mengembang atau
mengempis.

Mekanisme Pernafasan
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan
tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis,
yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara
yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan
pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-
sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan
udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga
dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada
lebih besar maka udara akan keluar.7
Menurut Kus Irianto, mekanisme terjadinya pernapasan terbagi dua yaitu :
a. Inspirasi
Sebelum menarik napas / inspirasi kedudukan diafragma melengkung ke arah
rongga dada, dan otot-otot dalam keadaan mengendur. Bila otot diafragma
berkontraksi, maka diafragma akan mendatar. Pada waktu inspirasi
maksimum, otot antar tulang rusuk berkontraksi sehingga tulang rusuk
terangkat. Keadaan ini menambah besarnya rongga dada. Mendatarnya
diafragma dan terangkatnya tulang rusuk, menyebabkan rongga dada
bertambah besar, diikuti mengembangnya paru, sehingga udara luar melalui
hidung, melalui batang tenggorok (bronkus), kemudian masuk ke paru.

b. Ekspirasi
Ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk
menurunkan intratorakal. Proses ekspirasi terjadi apabila otot antar tulang rusuk
dan otot diafragma mengendur, maka diafragma akan melengkung ke arah rongga
dada lagi, dan tulang rusuk akan kembali ke posisi semula. Kedua hal tersebut
menyebabkan rongga dada mengecil, sehingga udara dalam paru-paru terdorong
ke luar. Inilah yang disebut mekanisme ekspirasi.

Tekanan Pada Sistem Pernafasan


1. Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru dan pleura
dinding dada. Tekanan pleura normal sekitar -5 cm H2O, yang merupakan nilai isap
yang dibutuhkan untuk mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai nilai
istirahatnya. Kemudian selama inspirasi normal, pengembangan rangka dada akan
menarik paru ke arah luar dengan kekuatan yang lebih besar dan menyebabkan
tekanan menjadi lebih negatif (sekitar -7,5 cm H2O).
2. Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli paru. Ketika glotis terbuka
dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam atau keluar paru, maka tekanan pada
semua jalan nafas sampai alveoli, semuanya sama dengan tekanan atmosfer (tekanan
acuan 0 dalam jalan nafas) yaitu tekanan 0 cm H2O. Agar udara masuk, tekanan
alveoli harus sedikit di bawah tekanan atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cm H2O)
dapat menarik sekitar 0,5 liter udara ke dalam paru selama 2 detik. Selama ekspirasi,
terjadi tekanan yang berlawanan.
3. Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan pada
permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya elastis dalam paru yang cenderung
mengempiskan paru pada setiap pernafasan, yang disebut tekanan daya lenting paru.7

Sistem Aliran Limfa


Sistem limfatik atau sistem getah bening membawa cairan dan protein yang hilang
kembali ke darah. Cairan memasuki sistem ini dengan cara berdifusi ke dalam kapiler limfa
kecil yang terjalin di antara kapiler-kapiler sistem kardiovaskuler. Apabila sudah berada
dalam sistem limfatik, cairan itu disebut limfa (lymph) atau getah bening, komposisinya kira-
kira sama dengan komposisi cairan interstisial. Limfa berasal dari plasma darah yang keluar
dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan
oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam
sistem sirkulasi.
Sistem limfatik mengalirkan isinya ke dalam sistem sirkulasi di dekat persambungan
vena cava dengan atrium kanan. Pembuluh limfa, seperti vena , mempunyai katup yang
mencegah aliran balik cairan menuju kapiler. Kontraksi ritmik (berirama) dinding pembuluh
tersebut membantu mengalirkan cairan ke dalam kapiler limfatik. Seperti vena, pembuluh
limfa juga sangat bergantung pada pergerakan otot rangka untuk memeras cairan ke arah
jantung.

Sistem Aliran Darah


Peredaran darah manusia merupakan peredaran darah tertutup karena darah yang
dialirkan dari dan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan darah mengalir melewati
jantung sebanyak dua kali sehingga disebut sebagai peredaran darah ganda yang terdiri dari:
1. Peredaran darah besar atau sistem sirkulatoria magna, yaitu peredaran darah dari
jantung (bilik kiri) menuju keseluruh tubuh (kecuali paru-paru) dan kembali ke jantung
(serambi kanan).
2. Peredaran darah kecil atau sirkulatoria parva, yaitu peredaran darah dari jantung
(bilik kanan) menuju ke paru-paru kembali ke jantung (serambi kiri). Selain itu, ada juga
sistem vena porta, yaitu vena dari suatu alat tubuh sebelum menuju ke jantung, mampir dulu
ke suatu alat. Pada manusia adalah sistem vena porta hepatis, yaitu darah dari usus, sebelum
ke jantung mampir dulu ke hati.8

Pertukaran Gas Pada Paru


Pertukaran gas di paru paru yaitu O2 yang dihirup akan diikat oleh hemoglobin (Hb)
sementara CO2 akan dilepaskan untung dibuang ke udara bebas. Terjadinya hal tersebut
karena tekanan O2 di alveoli lebih tinggi daripada tekanan O2 di pembuluh darah kapiler.
Perbedaan tekanan tersebut memungkinkan terjadinya difusi O2 dari alveoli ke pembuluh
darah kapiler. Ada 2 mekanisme pengangkutan O2 oleh sistem peredaran darah. Yang
pertama O2 akan diangkut dalam keadaan bebas hal ini terjadi saat konsentrasi rendah. Yang
kedua oksigen akan diangkut dalam bentuk senyawaan HbO2. Pengikatan O2 oleh Hb akan
melepaskan H+. Lepasnya H+ akan berpotensi untuk menurunkan pH di dalam sel darah
merah untuk mencegah hal tersebut maka H+ akan dibuffer oleh sistem buffer H2CO3 dan
HCO3-. H+ yang dilepaskan akan dinetralisasi oleh ion HCO3- reaksi akan bergeser ke kiri
kearah pembentukan H2CO3 yang selanjutnya akan terurai menjadi CO2 bebas dan H2O.
CO2 bebas akan dibuang ke alveoli kemudian dibuang ke udara.9
Hukum Fisika yang Berlaku dalam Pernafasan Paru

1. HUKUM LAPLACE
Tekanan di dalam alveolus berbanding lurus dengan besar tegangan permukaan,
namun berbanding terbalik dengan besar jejari atau volume alveolus. Pernyataan ini
dinyatakan Laplace dalam sebuah Hukum yang diringkas dalam sebuah persamaan,
yaitu Laplace juga menyatakan bahwa rahasia dibalik alveolus tetap terkembang tanpa
meletus adalah adanya penyekat antar alveolus. Penyekat menjaga antar alveolus tidak
saling berhubungan. Hal ini penting agar alvelolus tidak kolaps. Penyekat alveolus
merupakan jaringan ikat yang menghasilkan gaya recoil, seperti otot. Gaya recoil
tersebut menyebabkan paru memiliki elastisitas yang tinggi. Gaya recoil membatasi
paru untuk terus mengembang saat inspirasi. Jaringan ikat penyekat paru umumnya
tidak bertambah banyak, namun dapat berkurang oleh karena proses degenerasi
(penuaan). Hal ini menyebabkan gaya recoil melemah sehingga paru kehilangan
elastisitasnya dan molor saat inspirasi. Volume udara yang mengisi paru meningkat
melebihi batas normal. Masalah muncul saat ekspirasi; volume udara yang besar
dikeluarkan secara bersamaan melalui jalan napas yang mengecil saat ekspirasi
sehingga munculah keluhan sesak. Gaya recoil dapat meningkat tanpa diikuti
penambahan jumlah jaringan ikat penyekat alveolus. Penyebabnya adalah munculnya
jaringan parut atau cicatrix yang memiliki kekuatan tarikan lebih besar dari jaringan
ikat penyekat itu sendiri. Jaringan parut muncul sebagai hasil akhir proses keradangan
paru, misalnya TB paru dan pneumonia. Alveolus tak mampu mengembang maksimal
oleh karena tertahan gaya recoil yang besar sehingga sesak muncul saat inspirasi.

2. HUKUM OHM
Aliran udara masuk dan keluar paru berlangsung dengan tidak mudah karena terdapat
tananan atau resistensi sepanjang jalan napas. Resistensi berbanding lurus dengan
besar
tekanan udara di dalam jalan napas dan berbanding terbalik dengan kecepatan alir
udara
melewati jalan napas. Hal ini dinyatakan oleh Ohm melalui hukum yang diringkas
dalam sebuah persamaan berikut Sesak napas dapat disebabkan oleh peningkatan
tekanan udara yang melalui jalan napas, seperti pada kondisi emfisema dimana begitu
besar tekanan udara di dalam paru melalui saluran napas yang menyempit saat
ekspirasi. Sebaliknya penurunan kecepatan alir udara insprasi menunjukan adanya
resistensi yang besar terutama pada saluran napas atas. Kondisi ini menunjukan
adanya obstruksi, baik yang bersifat parsial maupun total. Volume udara di dalam
paru sulit dapat diketahui secara langsung. Sebagian ahli mencoba menampung udara
respirasi ke dalam sebuah kantong yang ditemukan Douglas. Metode ini sangat
membahayakan orang coba, sehingga pengukran volume udara respirasi dilakukan
dengan cara tidak langsung, yaitu melalui alat yang disebut spirometer. Alat ini
mencatat volume udara saat inspirasi maupun ekspirasi dalam bentuk grafik yang
mengikuti gerakan napas. Kelemahan pengukuran menggunakan spirometer adalah
tidak mampu mengukur volume residu dan volume paru yang diperoleh belum
menggambarkan kondisi sebenarnya.
3. HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC
Untuk mendapatkan volume paru sebenarnya diperlukan konversi melalui aplikasi
hukum Boyle Gay Lussac yang meyatakan bahwa hasil kali dari tekanan dan volume
akan tetap selamanya konstan sehingga bila tekanan dan volume diukur pada dua
kondisi berbeda, hasil kalinya tetap akan sama. Kondisi berbeda tersebut adalah
tekanan,volume dan suhu alat spirometer serta tekanan, volume dan suhu tubuh.10
P1 : Patm – Palt pd suhu T1 (alt)
T1 : suhu alat dalam K
P2 : Patm – Ptbh pd suhu T2 (tbh)
T2 : suhu tubuh dalam K
V1 : hasil pengukuran spirometer V2 : vol paru sesungguhnya

Efusi Pleura
Efusi pelura adalah suatu kondisi kesehatan dimana jumlah kelebihan cairan
menumpuk di rongga pleura. Hal ini membatasi kemampuan paru-paru dalam berkembang
dan mengempis serta karenanya manusia kesulitan untuk bernafas. Ada lapisan tipis cairan di
antara paru-paru dan dinding dada, dalam tubuh manusia. Cairan ini sangat penting karena
bertindak sebagai pelumas antara dinding dada dan paru-paru ketika kita bernapas. Rongga
atau ruang antara dinding dada dan paru-paru, dimana cairan ini terakumulasi, disebut pleura
dan cairan tersebut dinamakan cairan pleura. Peningkatan abnormal dalam jumlah cairan
pleura menyebabkan dinding dada terpisah dari paru-paru. Kondisi ini dikenal sebagai efusi
pleura. Rongga pleura adalah rongga yang letaknya berada di selaput yang melapisi rongga
dada dan juga paru-paru, selaput tipis ini mengandung kolagen. Pada kondisi normal, cairan
pleura dihasilkan dalam jumlah yang sedikit yaitu berfungsi untuk melumasi permukaan
pleura. Pada saat terserang penyakit maka pleura dapat mengalami peradangan seperti
masuknya udara ataupun ciaran ke dalam rongga pleura sehingga mengakibatkan paru
tertekan dan kolaps.11

Kesimpulan
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer.
Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan
mengeluarkan karbon dioksida. Seseorang mengalami keluhan sesak nafas dikarenakan
perbedaan tekanan atmosfer dan intrapleura, dan juga karena memiliki riwayat kanker paru
yang menjadi salah satu faktor terdapatnya banyaknya cairan pada rongga pleuranya sehingga
hal ini membatasi kemampuan paru-paru dalam berkembang dan mengempis sehingga
kesulitan untuk bernafas.

Daftar Pustaka
1. Fernandez GJ. Sistem Pernafasan. 2018;(1102005203).
2. Saminan. Pertukaran Udara O2 Dan Co2 Dalam Pernapasan. J Kedokt Syiah Kuala.
2012;12(2):122–6.
3. Prasetyo OY, Or S. Adaptasi Sistem Pernapasan Terhadap Latihan. 2004;
4. Khairani R, Syahruddin E, Partakusuma LG. Karakteristik Efusi Pleura di Rumah
Sakit Persahabatan. J Respir Indo. 2012;32(3):155–60.
5. Ernawati Y, Ermayanti S, Herman D, Russilawati R. Faktor Risiko Kanker Paru pada
Perempuan yang Dirawat di Bagian Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang dan RSUD
Solok: Penelitian Case Control. J Kesehat Andalas. 2019;8(2S):1.
6. Laitupa AA, Amin M. Ventilasi dan Perfusi, serta Hubungan antara Ventilasi dan
Perfusi. J Respirasi. 2019;2(1):29.
7. Suryowinoto A, Hamid A, Fauzi Desmalasa A, Elektro T, Teknologi Industri F,
Teknologi Adhi Tama Surabaya I, et al. Deteksi Dini Penyakit Pernafasan Asma
Dengan Peak Expiratory Flow Meter Berbasis Microcontroller. J Ilm Mikrotek
[Internet]. 2018;2(4).
8. Aphridasari J, Pitriani E. Difusi Paru.
9. Ekstrak P, Paru T. Gangguan Respirasi dan Faal paru pada Pemulung di Bantargebang,
Bekasi Pemberian Ekstrak. 2019;39(2).
10. Putra KAHP. Fisiologi Ventilasi Dan Pertukaran Gas. 2016;
11. Muchtar NH, Herman D, Yulistini Y. Gambaran Faktor Risiko Timbulnya
Tuberkulosis Paru pada Pasien yang Berkunjung ke Unit DOTS RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2015. J Kesehat Andalas. 2018;7(1):80.

Anda mungkin juga menyukai