Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA GASTROENTERITIS (DIARE)

Oleh:
Muhimmatul Lathoiful Ma’rifah
NIM 1820034

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020

HALAMAN PERSETUJUAN
Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:

Nama : Muhimmatul Lathoiful Ma’rifah


NIM : 1820034
Program Studi : D-III Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Pada
Gastroenteritis (Diare)

Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat


menyetujui bahwa Laporan pendahuluan ini dinyatakan layak

Mahasiswa :

Muhimmatul Lathoiful M.
NIM. : 1820034

Surabaya, 04 Januari 2021


Pembimbing

Dwi Ernawati, S. Kep., Ns., M. Kep


NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA GASTROENTERITIS (DIARE)

A. Konsep Anak
1. Tumbuh Kembang
a) Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau
dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm,
meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium
dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill
(kemampuan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi
dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ
yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
b) Perkembangan psikososial adalah perkembangan yang berkaitan
dengan emosi, motivasi dan perkembangan pribadi manusia serta
perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang
lain. Berikut ini empat tahap perkembangan psikosial anak Menurut
Erik Erikson, seorang ahli psikologi, dalam bukunya “Childhood
and Society” :
1. TRUST vs MISTRUST : Tahap pertama perkembangan
psikososial anak ini terjadi sejak bayi baru lahir hingga usia 2
tahun. tahap ini merupakan konflik dasar masa bayi, karena mereka
dapat mempercayai lingkungannya.
2. AUTONOMY vs SHAME and DOUBT : Tahap perkembangan
psikososial anak berusia 2 – 3 tahun, dimana si kecil mulai
mencapai tingkat kemandirian tertentu serta orang tua harus
membuat sebuah keputusan yang tegas.
3. INISIATIVE vs GUILT (antara 4-5 tahun) : Pada tahap ini si
kecil sudah mampu melakukan berbagai kegiatan secara mandiri,
namun ia akan menghadapi tantangan tersendiri bahwa tidak setiap
keinginan bisa diwujudkan.
4. INDUSTRY vs INFERIORITY : Tahap terakhir perkembangan
psikososial anak berumur 6 tahun hingga usia praremaja. Anak
mulai melihat hubungan antara ketekunan dan perasaan senang bila
sebuah sebuah pekerjaan selesai.

c) Perkembangan kognitif mengacu pada tahapan kemampuan seorang


anak dalam memperoleh makna dan pengetahuan dari pengalaman
serta informasi yang ia dapatkan. Perkembangan kognitif meliputi
proses mengingat, pemecahan masalah, dan juga pengambilan
keputusan. Tahapan Perkembangan Kognitif Anak
1. Usia 0–3 bulan : Perkembangan utama anak pada usia ini berpusat
pada eksplorasi panca indera dan lingkungan sekitarnya.
2. Usia 3–6 bulan : Persepsi seorang anak mulai berkembang.
3. Usia 6–9 bulan : Biasanya bayi mulai menunjukkan perkembangan
dengan memahami perbedaan antara benda hidup dan benda mati,
dll.
4. Usia 9–12 bulan : Bayi dapat menirukan gerakan dan beberapa
tindakan, seperti bertepuk tangan, menempatkan satu objek ke
objek lain.
5. Usia 1–2 tahun : Biasanya anak banyak menghabiskan waktu untuk
mengamati tindakan orang dewasa seperti memahami dan
merespons kata-kata. Mengingat ciri sebuah benda
6. Usia 2–3 tahun : Anak sudah semakin mandiri karena mereka sudah
dapat menjelajahi lingkungan sekitarnya dengan lebih baik.
7. Usia 3–4 tahun : Anak mampu menganalisis dunia di sekitarnya
dengan cara yang lebih kompleks.
8. Usia 4–5 tahun : Kemampuan seorang anak dalam menggunakan
kalimat, meniru tindakan orang dewasa, berhitung, dan kegiatan
dasar lainnya sudah semakin matang.
d) Rumus Menghitung Berat Badan Ideal
1. Rumus Berat Badan Bayi
Bayi di definisikan sebagai anak yang berumur 1-12 bulan. Jika
mengacu pada standar WHO, maka berat badan ideal usia 3 bualn
sekitar 5,1 kg sampai 8,0 kg. Untuk lebih lengkapnya simak
penjelasan berikut

Rumus Berat badan bayi


- Untuk Usia 1-6 Bulan

Berat Badan Lahir (dalam gram) + (usia x 600 gram)

- untuk usia 7-12 bulan


untuk berat badan bayi usia 7 sampai 12 bulan anda bisa
menggunakan 2 alternatif rumus berat badan bayi berikut :

1)  (USIA/2) + 3 (satuan hasil  dalam Kg)


2)  Berat Badan Lahir (dalam gram) + (usia x 500 gram) (satuan dalam gram)

Contoh :
Bayi Bu neneng usia 4 bulan dan mempunyai berat badan 6000 gram.
Ketika lahir bayi Bu neneng mempunyai berat 3900 gram
Berat Badan Ideal = 3900 + (4×600 gram) = 3900 + 2400 = 6300 gram
= 6,3 Kg
dengan demikian bayi bu neneng berat badanya masih kurang ideal
sehingga perlu diperhatikan lagi konsumsi gizinya.
2. Rumus Berat Badan Balita
Balita di sini penulis definisikan anak usia 1 sampai 5 tahun.
Rumus Menghitung Berat Badan Balita

Berat Balita Ideal = 2n +8


2n = usia tahun, usia bulan setelah dikali dua. Untuk lebih memudahkan kita pakai

contoh berikut :
- Contoh Menghitung Berat Badan Ideal Balita I
Bu Samin punya Balita berumur 13 maka berat idealnya adalah
13 bulan = 1 tahun 1 bulan, sehinggga n = 1,1, dan 2n = 2,2
Kemudian kita masukkan dalam rumus diatas
Berat Badan ideal balita bu Samin = 2,2 + 8 = 4,2 + 8 = 12,2
- Contoh Menghitung Berat Badan Ideal Balita II
Bu Rahmat punya balita berumur 2 tahun 7 bulan, sehingga 2n = 4
tahun 14 bulan = 5 tahun 2 bulan = 5,2
Berat Badan Ideal bu Rahmat = 5,2 + 8 = 13,2 Kg
-

3. Rumus Berat Badan Anak

Anak di sini penulis definisikan anak usia 6 sampai 9 tahun.


Rumus Menghitung Berat Badan Anak
Perhitungan IMT atau BMI anak bisa dilakukan dengan rumus di bawah
ini:

Contoh :

Berat badan seorang anak berusia 9 tahun adalah 45 kg dan


tinggi badan anak 165 cm (atau 1.65 m), maka cara menghitung
BMI anak yaitu 45/(1.65 x 1.65) = 16.5. Setelah itu, gunakan
hasil BMI untuk mengetahui status gizi sang anak. Anak yang
berusia 9 tahun memiliki kisaran massa badan 13.5-18.4, berarti
anak tersebut berada di kategori massa tubuh normal, tidak lebih
ataupun tidak kurang.

Berikut tabel IMT anak usia 6-9 tahun berdasarkan 


Permenkes Nomor 2 Tahun 2020:

Laki-laki Perempuan
Usia IMT Usia IMT
6 tahun 13-17 6 tahun 12.7-17.3
7 tahun 13.1-17.4 7 tahun 12.7-17.7
8 tahun 13.3-17.9 8 tahun 12.9-18.3
9 tahun 13.5-18.4 9 tahun 13.1-19

2. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit
sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes,2017).
Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat suatu sistem
pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri atau
virus) yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut
memiliki kesempatan untuk menyerang tubuh kita (Marmi & Kukuh,
2015).
3. Hospitalisasi
Menurut Kyle & Carman (2014), Hospitalisasi menciptakan
serangkaian peristiwa traumatik dan penuh kecemasan bagi anak, baik itu
merupakan prosedur elektif yang telah direncanakan sebelumnya ataupun
akan situasi darurat yang terjadi akibat trauma. Selain efek fisiologis
masalah kesehatan terdapat juga efek psikologis penyakit dan hospitalisasi
pada anak, yaitu sebagai berikut :
1) Kecemasan dan Ketakutan Bagi anak, memasuki rumah sakit adalah
seperti memasuki dunia asing, sehingga akibatnya terhadap ansietas
dan kekuatan. Kecemasan seringkali berasal dari cepatnya awalan
penyakit dan cedera, terutama anak memiliki pengalaman terbatas
terkait dengan penyakit dan cedera.
2) Kecemasan perpisahan Kecemasan terhadap perpisahan merupakan
kecemasan utama pada anak di usia tertentu.
3) Kehilangan kontrol Ketika hospitalisasi, anak mengalami kehilangan
kontrol secara signifikan.

B. Konsep Gastroenteristis
1. Definisi
Gastroenteritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial (Mattaqin &
Kumala, 2011). Gastroenteristis akut yang ditandai dengan diare dan pada
beberapa kasus muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Diare
juga merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di
berbagai Negara (Widoyon, 2011).
2. Etiologi
1. Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai
berikut:
a. Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b. Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Polomyelitis)
Adeno-virus, Rotavirus, Astovirus, dan lain-lain.
c. Infeksi parasite : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas homini); jamur (Candida albicans).
2. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti: otitis media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Factor malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat
2. Malabsorbsi lemak.
3. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan.
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas, (jarang, tetapi
dapat terjadi pada anak yang lebih besar). Selain
kuman,

3. WOC (Web Of Caution)


Defisit Nutrisi Hipovolemia

4. Manifestasi Klinis
a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).

5. Komplikasi
a. Dehidrasi(ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
1. Makroskopis dan mikroskopis
2. PH dan kadar gula dalam tinja
3. Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme
penyebabnya, dengan melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan
jumlah sel darah putih.
d. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas
darah atau astrup.
e. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
f. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada
penderita diare kronik (Titik Lestari, 2016).

C. Asuhan keperawatan Pada Gastroenteristis


1. Pengkajian
Konsep dasar keperawatan anak meliputi:
a. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Identitas orang tua
3. Identitas saudara kandung
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
2. Riwayat
kesehatan
masa lalu
(Khusus
anak usia
0-5 tahun)
a. Pre natal care
b. Natal
c. Post natal
3. Riwayat kesehatan keluarga
d. Riwayat imunisasi
1. BCG
2. DPT
3. Polio
4. Campak
5. Hepatitis B
e. Riwayat tumbuh kembang
1. Pertumbuhan fisik
2. Perkembangan tiap tahap
f. Riwayat nutrisi
a. Pemberian ASI
b. Pemberian susu formula
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usai sampai nutrisi saat ini
g. Riwayat psichososial
1. Tempat tinggal
2. Lingkungan rumah
3. Apakah rumah dekat sekolah dan ada tempat bermain
4. Hubungan antara anggota keluarga
5. Pengasuh anak
h. Riwayat spritural
1. Support system dalam keluarga
2. Kegiatan keagamaan
i. Reaksi hipotalisasi
1. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
2. Pemahan anak tentang sakit dan rawat inap
j. Aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi sebelum sakit dan saat sakit
2. Cairan sebelum sakit dan saat sakit
3. Eliminasi
a. BAB, sebelum sakit dan saat sakit
b. BAK, sebelum sakit dan saat sakit
4. Istirahat / tidur, sebelum sesudah sakit dan saat sakit
5. Olahraga
6. Personal hygiene, sebelum sesudah sakit dan saat sakit
7. Aktivitas / mobilitas fisik
k. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum klien
2. Tanda-tanda vital
3. Antropometri
4. Sistem pernapasan
5. Sistem kardiovaskuler
6. Sistem pencernaan
7. Sistem indra
a. Mata
b. Hidung
c. Telinga
8. Sistem saraf
a. Fungsi cerebra
b. Fungsi cranial : nervus 1 sampai nervus 12
c. Fungsi motorik
d. Fungsi sensori
e. Reflex bisep
9. Sistem muskulo skeletal
Kepala, vertebra, pelvis, lutut, kaki dan tangan
10. Sistem integument
Rambut, kulit, kuku
11. Sistem endokrin
Kelenjar thyroid dan eksreasi urine
12. Sistem perkemihan
13. Sistem reproduksi
14. Sistem imunisasi Riwayat alergi
l. Pemeriksaan tingkat perkembangan
1. 0 – 6 Dengan menggunakan DSST
a. Motorik dasar
b. Motorik halus
c. Bahasa
d. Personal sosial
2. 6 tahun keatas
a. Perkembangan kongnitif
b. Perkembangan psikosexsual
c. Perkembangan psicososial

2. Diagnosa
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. (SDKI, hal 64)
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien (SDKI, hal 56)
c. Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan kekurangan
volume cairan (SDKI, hal 282)

3. Intervensi
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam maka status
cairan membaik (SLKI, hal 163 )
Kriteria :
• Turgor kulit meningkat
• Tekanan darah membaik
• Berat badan membaik
• Membran mukosa membaik
• Intake cairan membaik (SLKI, hal 107)
Intervensi :
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis, frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun,membran mukosa kering, volume urin
menurun,hemaktokrit meningkat, haus, lemah)
2. Monitor intake dan output cairan
3. Hitung kebutuhan cairan
4. Berikan asupan cairan oral
5. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
6. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadk
7. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis, NaCl, RL)
8. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis, glukosa 2,5 %, NaCl
0,4%) (SIKI, hal 184)
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam maka Status
Nutrisi Membaik (SLKI, hal 155 )
Kriteria :
Nyeri abdomen menurun
 Diare menurun
 Berat badan membaik
 Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik
 Nafsu makan membaik
 Membran mukosa membaik (SLKI, hal 121)
Intervensi :
1. Identifikasi status nutrisi
2. Monitor asupan makanan
3. Monitor berat badan
4. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
5. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
6. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (pereda nyeri,
antiemetik) (SIKI,hal 200)
c. Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan kekurangan
volume cairan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam maka
integritas kulit dan jaringan meningkat (SLKI, hal 158 )
Kriteria :
 Kerusakan jaringan menurun
 Kerusakan lapisan kulit menurun
 Kemerahan menurun
Intervensi :
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis, perubahan
sirkulasi,perubahan status nutrisi, penurunan kelembapan, suhu
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
2. Berikan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
3. Anjurkan minum air yang cukup
4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi (SIKI, hal 316)

DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI, ( 2011 ). Buletin data dan kesehatan :Situasi Diare di Indonesia, Jakarta :
Kemenkes
Muttaqin dan kumala (2011). gagguan gastroentestinal-aplikasi asuhan keperawatan
medikal bedah. Jakarta: Salemba medika
Nurasalam. ( 2011). Manajemen Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defisit dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai