Anda di halaman 1dari 11

REGULASI

KEPERAWATAN
PERIOPERATIF
Nur Aini Setiyawati (1820040)
Sinthya Nur Mega (1820053)
Meldy Berlianni (1820028)
Regulasi Keperawatan
 Regulasikeperawatan (regristrasi & praktik
keperawatan) adalah kebijakan atau ketentuan
yang mengatur profesi keperawatan dalam
melaksanakan tugas profesinya dan terkait dengan
kewajiban dan hak.
Keperawatan Perioperatif
 Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan keragaman
fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien
Tujuan Regulasi Keperawatan
Perioperatif
 Agar perawat perioperatif semakin profesional dan
proporsional sesuai dengan tanggung jawab yang harus
dipenuhi.
 Diharapkan tidak terjadi adanya overlap.
 Menghindari terjadi malpraktik yang kemungkinan dapat
terjadi.
 Meningkatkan mutu pelayanan profesinya dengan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan
bidang.
Klasifikasi Regulasi Keperawatan
 Pengaturan praktik perawat dilakukan melalui
Kepmenkes nomor 1239 tahun 2001 tentang
Registrasi dan Praktik Perawat, yaitu setiap
perawat yang melakukan praktik di unit pelayanan
kesehatan milik pemerintah maupun swasta
diharuskan memiliki Surat Izin Praktik (SIP) dan
Surat Izin Kerja (SIK)
 Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1239 tahun 2001.
 SIP adalah suatu bukti tertulis pemberian kewenangan untuk
menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh wilayah
indonesia oleh departemen kesehatan.
 SIK adalah bukti tertulis yang diberikan perawat untuk
melakukan praktek keperawatan disarana pelayanan kesehatan.
 SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk
menjalankan praktik perwat perorangan atau bekelompok,
Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam
bentuk kunjungan rumah.
Aspek hukum dalam Keperawatan
 UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan
Bab II (Tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa
pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan
hukum.
 UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan.
UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini
membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana
meliputi dokter, dokter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam
tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah,
termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas
dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan
tertentu kepada tenaga pendidikan rendah dapat diberikan kewenangan
terbatas untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.
 UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja
Paramedis.
Pada pasal 2, ayat (3) dijelaskan bahwa tenaga
kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah wajib
menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3
tahun.
SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979
Membedakan paramedis menjadi dua golongan yaitu
paramedis keperawatan (temasuk bidan) dan
paramedis non keperawatan.
 Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun
1980
Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas
perbedaan antara tenaga keperawaan dan bidan.
Bidan seperti halnya dokter, diijinkan mengadakan
praktik swasta, sedangkan tenaga keperawatan
secara resmi tidak diijinkan.
 SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.
94/Menpan/1986, tanggal 4 November 1986, tentang
jabatan fungsional tenaga keperawatan dan sistem kredit
point.
 UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992.
Merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi
perkembangan termasuk praktik keperawatan profesional
karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik,
hak-hak pasien, kewenangan,maupun perlindungan
hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai