Anda di halaman 1dari 21

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak Usia 9 Bulan

Indriyani Valeandri
102015131
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510
indriani.2015fk131@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Untuk dapat mencapai kedewasaan anak harus melewati proses tumbuh kembang pada
setiap tahapan tumbuh kembang ini tidaklah sama tergantung pada usia anak tersebut,
untuk mengetahui apakah tumbuh kembang berjalan dengan lancar maka ada beberapa
pemeriksaan yang dilakukan diantaranya adalah antropometri dan denver. Selain itu
dalam pertumbuhan seorang anak mebutuh kan yang disebut dengan asuh asih dan asah
ketiga aspek ini harus ada untuk dapat mencapai pertumbuhan yang optimal, selain itu
kebutuhan gizi seorang anak juga sangat penting dalam mempengaruhi pertumbuhan,
seorang anak harus diberikan nutrisi sesuai dengan umurnya gara pertumbuha berjalan
dengan optimal selain itu pentingnya peran orang tua juga dalam memjaga pertubuhan
anak tetap optimal juga dibutuhkan peran dari tenaga kesehatan serta keluarga.

Abstract

To be able to reach the maturity of the child must pass through the growth process in each stage
of development is not the same depending on the age of the child, to find out if the growth goes
well then there are some tests done include anthropometry and denver. In addition to the growth
of a child mebutuh the so-called foster love and polish these three aspects must exist in order to
achieve optimal growth, in addition to the nutritional needs of a child is also very important in
influencing the growth, a child must be given nutrition according to age because pertumbuha
running optimally besides the importance of the role of parents is also in memjaga pertubuhan
optimum child also takes the role of health care workers and family.

1|Page
Pendahuluan

Manusia pasti mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan berjalannya


waktu.Mulai dari bayi, batita, balita, remaja dan dewasa, semuanya mengalami proses. Tentu
saja dalam proses tersebut ada sebuah tanda-tanda khas yang menjadi panutan apakah
pertumbuhan dan perkembangannya lancar. Dalam pertumbuhan dan perkembangan bayipun
harus diawasi dan dijaga, mulai dari imunisasi, pola makan dan gizi.Anak memiliki suatu ciri
yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa
remaja.Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa.Anak bukan dewasa kecil.Anak
menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai denganusianya. Tujuan dari
makalah ini adalah untuk engetahui faktor-faktor yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak serta mengenali dan memahami tumbuh kembang anak yang
normal.diharapkan dengan adanya makalah ini dapt berguna bagi pembelajaran mahasiswa/i

Anamnesis

Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara yang dapat langsung
dilakukan pada pasien yang disebut autoanamnesis atau lewat wali, orang tua, orang terdekat
dengan pasien atau sumber lain yang disebut sebagai alloanamnesis. Pada bayi atau anak
sebagian besar belum dapat memberikan keterangan maka dalam bidang kesehtan anak
alloanamnesis memiliki peranan yang lebih penting diatas autoanamneis.1

Pada anamnesis identitas pasien wajib untuk kita tanyakan yang mencakup nama, umur,
jenis kelamin, nama orang tua, alamat, umur dan pendidikan orang tua, suku bangsa dan agama.
Tanyakan juga riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu serta tanyaka pula riwayat
penyakit keluarga yang mungkin berhubugan dengan masalah tumbuh kembang anak.2

Pada anamnesis anak sangat penting untuk menanyakan riwayat kehamilan dimana yang
ditanyakan adalah kesehatan ibu saat hamil, obat yang dikosumsi saat hamil karna kemungkinan
untuk mendapat cacat bawaan, seberapa rutin ibu memeriksakan kehamilan, serta makanan yang
dikonsumsi saat hamil.1,2

2|Page
Selain itu penting untuk menanyakan riwayat kelahiran yang yang harus ditanyakan
dengan teliti termasuk tanggal dan tempat kelahiran, siapa yang menolong kelahiran, cara
kelahiran, keadaan segara setelah lahir, morbiditas pada hari-hari pertama setelah kelahiran,
masa kehamilan juga perlu ditanya apakah cukup, kurang atau lewat bulan, nilai apgar juga perlu
diketahui, pada persalinan instrumental perlu ditanyakan apa indikasi tindakan tersebut, berat
serta panjang bayi saat lahir juga ditayakan.2

Tanyakan juga riwayat tumbuh kembang, terutama saat usia balita dapat dilihat
pertumbuhan dengan melihat dari berat badan terhada umur dan panjang badan terhada umur
biasanya dilihat dari kartu KMS anak. Dalam riwayat perkebangan penting untuk ditanyakan ada
atau tidaknya kelainan tingkah laku pada anak.1

Tanyakan juga riwayat nutrisi, dengan menanyakan ini diharapkan dapat keterangan
makanan yang dikonsumsi oleh anak baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk menilai
apakah nutrisi anak adekuat, yaitu memenuhi angka kecukupan gizi. Sangat penting juga
menanyakan pemberian ASI terutama anak kurang dari 6 bulan serta pemberian PASI, tanyakan
cara pemberian serta jadwal pemberian pada PASI coba tanyakan jenis dan mereknya, jumlah.
Perlu juga ditanyakan riwayat imunisasi baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulangan atau
boster khususnya imunisasi campak, polio, hepatitis B, BCG, DTP.1,2

Pemeriksaan Antropometri

Pengukuran antropometri mencakup pnegukuran berat badan anak, panjang atau tinggi
badan anak, lingkar kepala anak , lingkar lengan atas. Pada anak usia 0-5 tahun. Untuk
mengukur berat badan anak bisa dilakukan dengan dua cara sesuai dengan usia dari anak
tersebut. pertam dengan mengyunakan timbangan bayi yang iasa digunakan untuk anak usia
kurang dari 2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring atau duduk tenang. Cara pemeriksaan
dengan menggunakan timbangan bayi adalah sebagai berikut.3

1. Timbangan ditempatkan pada dasar yang rata dan pastikan jarum timbangan berada pada
titik 0.
2. Bayi sebaiknya telanjang tanpa mengenakan pakaian apapun, minta ibu untuk membuka
pakaian, sepatu, dan topi bayi.

3|Page
3. Dilakukan oleh dua orang dimana orang pertama mengukur berat bayi sambil menjaga
bayi agar tidak jatuh sedangkan orang kedua bertugas mencatat hasil pengukuran.
4. Baringkan bayi dengn hati-hati diatas timbangan
5. Lihat jarum timbangan sampai berhenti, untuk membaca hasil berat badan bayi dengan
menggunakan ketelitian 0,1 kg.
6. Lakukan plotting dan interpretasi dengan grafik pertumbuhan WHO z-score. 3,4

Cara kedua adalah cara mengukur berat badan dengan menggunakan timbangan injak dimana
biasa digunakan untuk anak yang sudah dapat berdiri sendiri. Cara pemeriksaan dengan
menggunakan timbanagan injak adalah sebagai berikut.3

1. Timbangan ditempatkan pada dasar yang rata dan pastikan jarum timbangan berada pada
titik 0.
2. Usahakan anak memakai pakaian yang seminimal mungkin, dengan meminta ibu untuk
membuka baju, sepatu serta topi anak.
3. Dilakukan oleh dua orang dimana orang pertama mengukur berat bayi sambil menjaga
bayi agar tidak jatuh sedangkan orang kedua bertugas mencatat hasil pengukuran.
4. Minta anak berdiri tegak diatas timbangan tanpa dipegangi
5. Membaca berat badan anak dengan ketelitian 0,1 kg.
6. Lakukan plotting dan interpretasi dengan grafik pertumbuhan WHO z-score.3-5

Pengukuran tinggi/panjang badan pada pemeriksaan antropometri pada anak juga bisa
menggunakan dua cara yaitu dengan posisi berbaring atau dengan posisi berdiri. Mengukur
tinggi badan anak dengan posis berbaring biasa dilakukan pada anak yang belum bisa berdiri
sendiri menggunakan infantometer. Pengukuran panjang badan dengan cara berbaring adalah
sebagai berikut.3

1. Bayi dibaringkan telentang dengan posisi lurus, dibaringkan pada alas yang datar, posisi
kepala lurus dengan padangan vertikal dalam bidang Frankfort.
2. Pengukuran dilakuakn oleh dua orang dimana orang pertama memegang kepala bayi agar
menempel pada ujung papan ukur yang tidak dapat bergeser, orang kedua bertugas
meluruskan kedua kaki bayi sehingga lutut lurus dengan telapak kaki menempel pada
papan yang dapat digeser.

4|Page
3. Membaca panjang badan bayi dengan ketelitian 1 mm.
4. Lakukan plotting dan interpretasi dengan grafik pertumbuhan WHO z-score4,5

Pengukuran tinggi badan anak dalam posisi berdiri biasa dilakukan pada anak dengan umur
diatas 2 tahun dan sudah dapat berdiri sendiri. Pengukuran tinggi badan anak dengan cara berdiri
adalah sebagai berikut.3

1. Jika menggunakan stadiometer pastikan alat berada pada dasar yang rata dan keras, bila
menggunakan microtoise pastikan tinggi dari atas kebawah adalah 2 meter.
2. Minta anak untuk membuka alas kaki serta penutup kepala
3. Minta anak untuk berdiri tegak diatas lantai dengan pandangan lurus kedepan dalam
bidang Frankfort (garis yang menghubungkan tepi atas meatus akustikus eksternus dan
tepi bawah orbita berada tegak lurus dengan papan pengukur). Tumit bokong dan scapula
sedapat mungkin menyentuh stadiometer atau dinding bila menggunakan microtoice.
4. Lakukan pengukuran
5. Membaca tinggi badan anak dengan ketelitian 0,1 cm.
6. Lakukan plotting dan interpretasi dengan grafik pertumbuhan WHO z-score3-5

Melakukan pengukuran lingkar lengan atas (untuk anak diatas 2 tahun), dilakukan dengan cara
sebagi berikut.3

1. Minta bantuan ibu untuk menyingsingkan lengan baju atau membyka baju anak
2. Tentukan titik tengah lengan atas yaitu antara acromion dan olecranon lalu lakukan
pengukuran lingkar lengan atas
3. Membaca hasil pengukuran dengan dengan posisi kedua mata sejajar dengan pita ukur
4. Mencatat hasil pengukuran dengan ketelitian 1 mm.4,5

Melalukan pengukuran lingkar kepala pada bayi (untuk anak dibawah 2 tahun) dilakukan dengan
cara sebagai berikut.3

1. Alat yang digunakan adalah pita ukur dimana diukur lingkar kepala bayi dari glabella
sampai protuberentia oksipitalis
2. Saat pengukuran bayi dibiarkan telentang atau berada dalam pangkuan ibu
3. Lakukan pengukuran menggunakan pita ukur

5|Page
4. Membaca ukuran lingkar kepala dengan ketelitian 1 mm.3-5

Plotting kurva tinggi/panjang badan terhadap usia

1. Lakukan pengukuran tinggi badan dan tentukan usia


2. Lakukan plotting usia pada garis vertikal dan plotting tinggi/panjang badan pada garis
horizontal
3. Lalu hubungkan angka pada garis horizontal dan angka pada garis vertikan sampai
bertemu pada satu titik lalu interpretasikan.4

Plotting kurva berat badan terhadap usia 3

1. Lakukan penimbangan berat badan dan tentukan usia


2. Lakukan plotting usia pada garis vertikal dan plotting berat badan pada garis horizontal
3. Lalu hubungkan angka pada garis horizontal dan angka pada garis vertikan sampai
bertemu pada satu titik lalu interpretasikan.3

Plotting kurva berat badan terhadap tinggi/panjang badan5

1. Lakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan


2. Lakukan plotting panjang/tinggi badan pada garis vertikal dan plotting berat badan pada
garis horizontal
3. Lalu hubungkan angka pada garis horizontal dan angka pada garis vertikan sampai
bertemu pada satu titik lalu interpretasikan.3,4

Plotting IMT terhadap usia 5

1. Lalukan pengukuran IMT dengan menggunakan rumus [ BB dalam kg/ (TB dalam m)2]
dan tentukan usia
2. Lakukan plotting usia pada garis vertikal dan plotting IMT pada garis horizontal
3. Lalu hubungkan angka pada garis horizontal dan angka pada garis vertikan sampai
bertemu pada satu titik lalu interpretasikan.4,5

6|Page
Cara menginterpretasikan kurva perumbuhan WHO

Garis kurva pertumbuhan WHO pada angka 0 menggambarkan median atau rata-rata
yang didapat dari hasil pemeriksaan yang mewakilkan anak-anak dari seluruh dunia. Garis lain
dinamakan garis z-score pada kurva garis ini diberi angka positif yaitu 1,2,3 dan angka negative -
1,-2,-3. Titik temu yang berada jauh dari garis median menggambarkan ada masalah
pertumbuhan. Titik temu yang diantara garis z-score antara -2 dan -3 diartikan dibawah -2, titik
temu yang berada diantara garis z-score 2 dan 3 diartikan diatas 2. Untuk menginterpretasikan
titik temu kita dapat menggunakan tabel berikut:3

Gambar 1.4

Catatan :

1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini tidak masih normal.
Singkirkan kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan tinggi.
2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan tapi lebih baik jika
diukur menggunakan perbandingan beratbadan terhadap panjang / tinggi atau IMT
terhadap umur.

7|Page
3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko gizi lebih. Jika makin
mengarah ke garis Z-skor 2 resiko gizi lebih makin meningkat.
4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek memiliki gizi lebih.
5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMCI (Integrated
Management of Childhood Illness in-service training. WHO, Geneva, 1997). 4

Pemeriksaan Perkembangan Anak ( Denver)

Denver Developmental Screening Test II (Denver II) digunakan untuk menilai


perkembangan anak dari lahir sampai usia 6 tahun (lihat Gambar 1 dan Gambar 2) dalam 4
domain yaitu personal-sosial (penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan pribadi), motorik
halus dan adaptif (koordinasi mata-tangan, kemampuan memainkan dan menggunakan benda-
benda kecil, serta pemecahan masalah), bahasa (mendengar, mengerti, dan menggunakan
bahasa), dan motorik kasar (duduk, berjalan, dan melakukan gerakan umum otot besar
lainnya).8,13 Denver II digunakan untuk beberapa tujuan, antara lain menilai tingkat
perkembangan anak sesuai dengan usianya, menilai tingkat perkembangan anak yang tampak
sehat, menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala, kemungkinan adanya
kelainan perkembangan, memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan, dan
memantau anak yang beresiko mengalami kelainan perkembangan. Denver II bukan merupakan
tes IQ dan bukan alat peramal kemampuan adaptif atau intelektual yang akan datang, tidak
digunakan untuk menetapkan diagnosis seperti kesukaran belajar, gangguan bahasa, gangguan
emosional, dan lain-lain, serta untuk membandingkan kemampuan perkembangan anak dengan
anak lain seusianya.3

Alat-alat pokok yang dibutuhkan untuk penerapan Denver II adalah benang wol merah,
icik-icik dengan gagang kecil, boneka kecil dengan botol susu, cangkir kecil dengan pegangan,
kubus (rusuk 2,5 cm) 8 buah berwarna merah, biru, kuning, dan hijau masing-masing 2 buah,
botol kecil berwarna bening dengan tutup berdiameter 2 cm, manik-manik, lonceng kecil, bola
tenis, pensil merah, dan kertas folio berwarna putih. Selain itu diperlukan 1 meja dan 3 kursi
berukuran kecil untuk tempat tes, ruangan yang cukup luas untuk melakukan tes motorik kasar,
dan meja khusus dengan kasur atau selimut untuk tempat pemeriksaan bayi.4

8|Page
Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: abnormal, meragukan, tidak
dapat dites, dan normal. Abnormalbila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau
lebih;dan bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan ditambah 1 sektor
atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada
kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. Meragukanbila pada 1 sektor didapatkan 2
keterlambatan atau lebih; danbila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada
sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal
usia.Tidak dapat ditesapabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal
atau meragukan.Normalyaitu semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.3,6

Pada setiap item, kita perlu mencantumkan skor di area kotak berwarna putih (dekat
tanda 50%), dengan beberapa ketentuan. L = Lulus / Lewat (P = Pass) ketika anak dapat
melakukan item dengan baik atau orang tua atau pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa
anak dapat menyelesaikan item tersebut (item yang bertanda L); G = Gagal (F = Fail) ketika
anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua atau pengasuh melaporkan secara
terpercaya bahwa anak tidak dapat melakukan item tersebut (item yang bertanda L);M =
Menolak (R = Refusal) ketika anak menolak untuk melakukan tes untuk item tersebut dimana
penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukannya
(khusus item tanpa tanda L);Tak = Tak ada kesempatan (No = No Opportunity) ketika anak tidak
mempunyai kesempatan untuk melakukan item karena ada hambatan (khusus item yang bertanda
L).6

Sebelum melakukan tes ini, kita harus mengetahui usia anak terlebih dahulu. Untuk usia
anak, kita dapat mengikuti langkah-langkah berikut.Tulis tanggal, bulan, dan tahun diadakannya
tes;kurangi tanggal pemeriksaan dengan tanggal lahir anak dengan cara bersusun;jika jumlah hari
yang dikurangi lebih besar, ambil jumlah hari yang sesuai dari angka bulan di depannya;hasilnya
adalah usia anak dalam tahun, bulan, dan hari;terakhir, ubah usia anak ke dalam satuan bila
perlu.Jika pada saat pemeriksaan usia anak lahir prematur di bawah 2 tahun, anak lahir 2 minggu
atau lebih cepat, lakukan penyesuaian prematuritas dengan cara mengurangi umur anak dengan
jumlah minggu tersebut. Interpretasi hasil untuk tes Denver II terdiri atas dua tahap yaitu
penilaian per item dan penilaian tes secara keseluruhan.3,6

9|Page
Penilaian per item memiliki beberapa kategori. Advanced (Lebih) ketika melewati pokok
secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada kurang dari 25% anak pada
usia lebih besar dari anak tersebut sehingga tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara
keseluruhan); OK (normal) ketika anak “Lulus”, “Gagal”, atau “Menolak” item yang dipotong
garis usia antara persentil ke-25 dan ke-75, karena item di sebelah kanan garis usia adalah tugas
untuk anak yang lebih tua;Caution (Peringatan) ketika anak “Gagal” atau “Menolak” item yang
dipotong garis usia kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90 (pada daerah gelap
kotak) dengan jenis peringatan “Gagal” yang mengarah “Suspek” pada penilaian akhir dan
peringatan “Menolak” yang mengarah ke “Tak dapat diuji” pada penilaian akhir; Delayed
(Terlambat) ketika anak “Gagal” atau “Menolak” pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah
kiri garis usia kronologis yang berarti ditujukan kepada anak yang lebih muda, penolakan ke kiri
garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin
adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu; No Opportunity (Tak ada kesempatan)
ketika anak tidak ada kesempatan untuk mencoba melakukan tes dan tidak perlu diperhatikan
dalam penilaian tes secara keseluruhan.6

Penilaian keseluruhan tes memiliki beberapa kategori yaitu “Normal” ketika tidak ada
skor “Terlambat” dan/atau maksimal satu “Peringatan”; “Suspek”ketika terdapatsatu atau lebih
skor “Terlambat” dan/atau dua atau lebih “Peringatan” dimana “Terlambat” dan “Peringatan”
harus disebabkan oleh “Gagal” bukan “Menolak”; “Tidak Dapat Diuji” ketika terdapat satu atau
lebih skor “Terlambat” dan/atau dua atau lebih “Peringatan” dimana “Terlambat” dan
“Peringatan” harus disebabkan oleh “Menolak” dan bukan “Gagal”.13 Rekomendasi untuk
rujukan tes “Suspek” dan “Tidak Dapat Diuji” adalah skrining ulang dilakukan 1 sampai 2
minggu untuk mengesampingkan faktor temporer.3

10 | P a g e
Gambar 2.3

11 | P a g e
Imunisasi

Imunisasi merupakan proses induksi imunitas secara buatan baik melalui vaksinasi atau
pemberian antibodi. Vaksinasi adalah pemberian vaksin atau toksoid untuk mencegah terjafinya
penyakit.Beberapa vaksin dibawah ini diberikan pada anak.7

Hepatitis B, pencegahan hepatitis B bisa dengan penggunaan vaksin atau dengan


immunoglobulin hepatitis.Vaksin hepatitis B tersedia dalam bentuk vaksin rekombinan. Secara
umum vaksin hepatitis B diberikan kepada bayi baru lahir atau pada orang yang beresiko tertular
hepatitis B karena pekerjaan, pasien hemodialysis, karyawan yang bekerja dilembaga perawatan
cacat mental, pasien yang butuh transfuse berulang, serta individu yang serumah dengan
penderita hepatitis B. Cara pemberian vaksin adalah intramuskular, jadwal pemberian yang
dianjurkan adalah 3 kali, diberikan segera setelah lahir yaitu sebelum 12 jam, usia 1 bulan dan
usia 6 bulan. Efektivitas pertahanan menetap minimal 15 tahun, KIPI (kejadian ikutan pasca
imunisasi) adalah reaksi local sementara, demam ringan 1-2 hari, syok anafilaktik.
Kontraindikasi dari pemberian vaksin adalah reaksi anafiksis pada vaksin, reaksi anafilaksi pada
konstituen vaksin, sakit sedang atau berat dengan atau tanpa demam.7,8

Poliomielitis, tahun 2014 indonesia dinyatakan sebagi Negara bebas polio oleh WHO
namun pemberian vaksin harus tetap diberikan. Terdapat dua jenis vaksin polio yaitu, oral (oral
polio vaccine/OPV jenis sabin yang mengandung 3 strain) dan injeksi inactivated polio
vaccine/IPV jenis salk). OPV memberikan keuntungan yaitu menghasilkan IgA dalam mukosa
usus maupun orofaring sehingga mencegah replikasi virus pada tempat tersebut dan akan
mengurangi penularan penyakit melalui tinja. IPV juga memiliki keuntungan yaitu tidak punya
resiko kejadian vaccine associated polio paralysis.Cara pemberian adalah dari oral untuk OPV
dan intramuskular untuk IPV. Jadwal pemberian vaksin yang dianjurkan 0 (dianjurkan OPV),
2,4,6,18-20 bulan dan 5 tahun, dosisnnya adalah 2 tetes untuk OPV. KIPI dari vaksin adalah
vaccine associated polio paralysis(VAPP) pada 1: 3,3 juta dosis, vaccine derived polio virus
(VDVP) pada OPV. Kontarindikasi dari vaksin ini adalah infeksi HIV atau kontak HIV serumah,
imunodefisisensi, immunodefisiensi penghuni satu rumah(OPV), reaksi anafilaksik terhadap
neomisin, streptomisin atau pilomiksin B (IPV).3,7,8

12 | P a g e
BCG ( Bacillus-Calmatte Guerin), BCG merupakan vaksin yang snagat aman untuk
pasien imunokompeten. BCG dapat mencegah TB berat yang mematikan pada balita dan
anak.Efektivitas dari vaksin BCG tergantung dari dari sumber data yang digunakan.Data meta-
analisis menyatakan bahwa BCG mampu untuk mencengah 50% kejadian TB paru serta 50-80%
untuk TB diseminata atau meningistis TB.Cara pemberian vaksin BCG adalah secara intakutan
lokasi pemberian pada deltoid kanan. Jadwwal pemberian yang dianjurkan adalah usia kurang
dari 3 bulan, optimal pada usia 2 bulan dan apabila lebih dari 3 bulan harus dilakukan tes
mantoux dan hasilnya harus negatif, dosis pemberian adalah 0,05 ml untuk bayi baru lahir dan
0,1 ml untuk anak. KIPI yang didapat adalah ulkus superficial 3 minggu pasca penyuntikan,
limfadenitis. Kontraindikasi vaksin ini adalah reaksi uji tuberkulin lebih dari 5mm, penderita
HIV, keadaan imunokopromais, penderita gizi buruk, demam tinggi, infeksi kulit luas, pernah
sakit TB. 7,8

DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis), vaksinasi difteri dan tetanus diberikan dalam bentuk
toksoid.Vaksin pertusis yang diberikan pada vaksin DTwP merupakan suspensi B pertusis mati
sementara DTaP mengandung fraksi sel dari B. pertusis. Cara pemberian vaksin adalah secra
intramuskular, dawal pemeberian yang dianjurkan adalah usia 2,4,6, 18 bulan, 5 tahun kemudian
booster setiap 10 tahun (Td/TT). KIPI vaksin iniadalah reaksi lokal berupa kemerahan, demam
ringan, anak gelisah dan menangis, tanpa sebab yang jelas selama beberapa jam, kejang demam,
ensefalopati atau reaksi anafilaksik. Kontraindikasi dari DPT adalah riwayat anafilaksik pada
pemberian vaksin sebelumnya, riwayat ensefalopati pada pemberian vaksin sebelumnya.3,8

Campak, imunisasi ini dapat diberikan dalam bentuk tunggal maupun kombinasi (vaksin
campak dengan gondongan dan rubella), cara pemberian vaksin ini adalah subkutan, jadwal
pemberian yang dianjurkan untuk vaksin ini adalah usia 9 bulan, 24 bulan ( apabila belum
mendapat MMR) dan diberikan lagi pada usia 6 tahun, dosisnya adalah 0,5 ml. KIPI dari
imunisasi campak adalah demam diatas 39,5°C, ruam-rum, ensefalitis (1:1 milyar dosis),
ensefalopati (1:1 milyar dosis).7

HiB (Haemophylus influenzae tipe B), ada dua tipe vaksin HiB dengan oerbedaan pada
protein pembawanya.Polyribisyribitol phosphate (PRP) yang merupakan bagian dari kapsul
bakteri H. Influenzae tipe B dan dapat dikonjugasikan baik dengan protein membran Neisseria
meningitidis (PRP-OMP) atau dikonjugasikan dengan protein tetanus dan disebut PRP-T. vaksin

13 | P a g e
HiB diberikan untuk mencegah meningistis dan pneumonia yang disebabkan oleh H. Influenza
tipe B. cara pemberiannya dengan intramuskular, jadwal pemberian yang dianjurkan yaitu vaksin
diberikan pertama kali pada usia 2 bulan, PRP-OMP diberikan 2 kali, PRP-T diberikan 3 kali
dengan jarak 2 bulan. Kontraindikasi dari pemberian vaksin adalah reaksi anafilaksis pada
vaksin, sakit sedang atau berat dengan atau tanpa demam.3,8

Penumokokus, jenis vaksin dibagi menjadi dua yaitu pneumocaccal polysaccharide


vaccine (PPV) yang menimbulkan respon imun yang tidak dapat diprediksi pada anak usia
kurang dari 2 tahun. Jenis yang kedua adalah pneumocaccal conjugate vaccine (PCV) yang
memiliki efikasi yang tinggi dalam mencegah terjadinya pneumonia, otitis media akut, sepsis,
dan meningitis. Cara pemerian vaksin adalah secara intramuskular, jadwal pemberian yang
dianjurkan adalah pada usia 2,4,6 bulan, usia 7-11 bulan 3 dosis dengan interval dosis pertama
dan kedua 4 minggu dan dosis ketiga setelah 12 bulan, usia 12-23 bulan diberiak 2 dosis dengan
interval 2 bulan, usia 24 bulan- 5 tahun diberikan 1 dosis. KIPI dari vaksin ini adalah eritama,
bengkak, indurasi, nyeri bekas suntikan, demam, gelisah, pusing, tidur tidak tenang, nafsu makan
turun, diare, urtikaria.Kontraindiaksi dari vaksin ini adalah reaksi anafilaksis pada vaksin, reaksi
anafilaksis pada konstituen vaksin, sakit sedang atau berat dengan atau tanpa demam.7,8

Rotavirus merupakan virus penyebab gastroenteritis dengan manifestasi klinis diare,


demam ringan dan muntah-muntah. Pencegahan bisa dilakuakan dengan imunisasi, ada 3 jenis
vaksin yang bisa digunakan yakni, vaksin monovalen yang diberikan secara oral dalam 2 dosis
dengan interval kurang lebih 4 minggu. Dosis pertama biasa diberikan 6-14 minggu dan dosis
kedua pada interval minimal 4 minggu (sebaiknya selesai sebelum 16 minggu dengan maksimal
24 minggu).vaksin tetravalen merupakajn salah satu vaksin yang sempat beredar namun telah
ditarik karena adanya resiko terjadi intususpensi. Lalu vaksin pentavalen yang secara peroral
dalam 3 dosis. Dengan jadwal usia bayi 6-14 minggu, dengan interval dosis kedua dan ketiga 4-
10 minggu, dan harus selesai sebelum usiaa 32 minggu.3

Influenza, anak yang direkomendasikan untuk mendapat vaksin ini adalah anak yang
sehat berusia 6 bulan-2 tahun, anak dengan penyakit jantung kronis, penyakit saluran nafas
kronis, diabetes, penyakit ginjal kronis, kelemahan sistem imun, pengguna obat imunosupresan
dan anak yang tinggal bersama seperti asrama, panti asuhan, sekolah dan pesantren. Cara
pemberiannya adalah dengan cara intramuskular atau subkutan, jadwal pemberian yang

14 | P a g e
dianjurkan adalah setiap tahun pada usia dari 6 bulan. Imunisasi pertam pada usia kurang dari 9
tahun diberi 2 dosis dengan interval 4 minggu. dosisnya untuk anak kurang dari 3 tahun adalah
0,25 ml, lebih dari 3 tahun 0,5 ml, kurang dari atau sama dengan 8 tahun diperlukan booster 4
minggu kemudian. kontraindikasidari vaksin ini adalah reaksi anafilaksik pada vaksin
sebelumnya, alergi telur, sedang menderita demam akut berat, memiliki riwayat sindrom
Guillain-Barre. KIPI dari vaksin ini adalah nyeri, bengkak, demam, erithema, nyeri otot dan
nyeri sendi.8

Varisela, penyakit varisela ditularkan melalui droplet, berbagai komplikasi bisa terjadi
seperti infeksi sekunder oleh kuman streptokokus, serebelitis, meningitis aseptic,
trombositopenia dan pneumonia.Vaksin yang digunakan adalah vaksin varicella-zoterhidup
galur OKA. Cara pemberian vaksin adaalah secara subkutan, jadwal pemberian yang dianjurkan
adalah usia diatas 1 tahun sebelum masuk sekolah. Pada usia lebih dari 12 tahun diberikan dua
kali dengan selang 1 bulan. Apabila terjadi kontak dengan penderita varisela pemberian vaksin
untuk pencegahan dapat diberikan 72 pasca kontak dan sumber infeksi terpisah dengan pasien.
Dosisnya dalah 0,5 ml.dengan kontraindikasi demam tinggi limfosit <1200 sel/mcl, defisiensi
imun selular, penerima kortikosteroid dosis tinggi dan alergi neomisin. KIPI dari vaksin ini
adalah demam dan ruam vesikopapular ringan.7,8

Campak, gondongan, rubela ( measles, mumps, rubella = MMR ), gondongan adalah


penyakit yang disebabkan oleh virus dari famili paramyxovirus virus ini terutama menyerang
KGB dan jaringan saraf. Rubella merupaka infeksi akut ringan yang disebabkan oleh virus
rubella, penyebaran rubella terutama melalui udara tujuan utam dari imunisasi adalah untuk
mencegah terjadinya sindrom rubella kongenital.Pemberian MMR tidak ada hubungannya
dengan kejadian autisme. Cara pemberiannya adalah secara intramuskular atau subkutan dalam,
jadwal pemberian yang dianjurkan adalah 12-18 bulan denga dosis 0,5 ml. kontraindikasi vaksin
MMR adalah keganasan yang tidak diobati, gangguan imunitas, mendapatkan terapi
imunosupresi, alergi berat terhadap gelatin atau neomisin, dalam terapi steroid dosis tinggi,
demam akut, mendapat vaksin hidup lainnya dalam 4 minggu, 3 bulan pasca tranfusi, HIV,
imunodefisiensi, meneriam suntikan globulin dalam 6 minggu. KIPI dari vaksin ini adalah
malaise, ruam, kejang demam, demam, ensefalitis pasca imunisasi (1:1 juta), meningoensefalitis
(1:1 juta), trombositopenia.3,7

15 | P a g e
Tifoid, vaksin oral dibuat dari galur salmonella typhi non pathogen yang telah
dilemahkan.Vaksin parenteral dibuat dari polisakarida dan kuman salmonella typhii, sementara
bahan lainnya termasuk fenol dan larutan dapar.Vaksin oral dapat menstimulasi produksi IgA
sekretorik didalam mukosa usus dan punya efek samping yang lebih rendah.Cara pemeberian
vaksin secara oral atau perenteral. Dajwal pemberian yang dianjurkan pada usia 2-3 tahun.dosis
yang diberikan pada parenteral adalah 0,5 ml dengan suntikan intramuskular atau subkutan pada
deltoid atau paha, imunisasi ulangan dilakukan tiap 3 tahun. Pemberian secara oral
dirokomendarika untuk anak usia lebih dari atau sama dengan 6 tahun. 1 kapul vaksin dimakan
pada hari 1,3 dan 5, 1 jam sebelum makan dengan minuman kurang dari 37°C. tidak boleh
diberikan bersamaan dengan antbiotik sulfonamid atau antimalaria yang aktif terhadap
salmonella, imunisasi ulangan dlakukan dalam 5 tahun. Kontraindikasinya adalah alergi terhadap
bahan vaksin, demam, penyakit akut atau kronis progresif.7

Hepatitis A, dibuat dari virus yang dimatikan, diberiakn pada anak yang tinggal didaerah
endemik atau dengan wabah periodik cara pemberiannya adalah dengan intramuskular, jadwal
yang diajurkan adalah diberikan pada usia lebih dari atau sama dengan 2 tahun ditambah boster
antara 6 bulan- 18 bulan setelah dosis pertama. Dosis yang diberikan bervariasi tergantung pada
produk, kontraindikasinya adalah pasien yang mengalami reaksi berat pasca penyuntikan dosis
pertama. KIPI dari vaksin hepatitis A adalah demam dan reaksi local.8

Vaksin HPV (Human Papilloma Virus), vaksin ini diberikan pada anak usia diatas dari 10
tahun dengan cara pemberian secara intramuskular. Jadwal pemberian yang dianjurkan adalah
lebih dari usia 10 tahun. Bivalen dosis kedua interval 1 bulan dan dosis ketiga interval 6 bulan,
tetravalen dengan dosis kedua interval 2 bulan dan dosis ketiga interval 6 bulan.7,8

16 | P a g e
Gambar 3.5

Kebutuhan Dasar Anak( Asuh, Asih, Asah)

Kebutuhan fisik biomedik (ASUH) meliputi, asupan nutrisi seimbang, perawatan

kesehatan primer yang mencakup imunisasi dan deteksi dini, tidakan tepat dan cepat apabila ada

sebab-sebab morbiditas. Papan yang layak, sandang (wajar dan aman), kebersihan diri dan

sanitasi lingkungan, kebugaran jasmani.3,8

Kebutuhan emosi (ASIH) meliputi kemanan emosional secara fisik dan psikososial

misalnya kontak dengan ibu terutama usia 0-4 tahun, kebutuhan akan kasih saying, kebutuhan

akan pengalaman baru, kebutuhan akan pujian/penghargaan dan dihormaati dan kebutuhan untuk

mendapatkan kemandirian.8

Kebutuhan stimulasi mental (ASAH) meliputi cikal bakal proses belajar mengajar

meliputi pelatihan dan pendidikan, dibutuhkan sedini mungkin terutam 4-5 tahun pertama,

perkembangan mental psikososial meliputi kepribadian matang, moral dan etika, kecerdasan,

kretivitas, kemadirian, produktivitas, pemecahan masalah, bersaing sehat dan adil. Asah didapat
17 | P a g e
dari 3 tempat yaitu informal (rumah), formal ( uasia sekolah), nonformal ( pendidikan

dimasyarakat seperti pramuka, PMR dll). 8

Asupan Gizi Anak

Asupan gizi anak usia 0-6 bulan adalah asi eksklusif. Asi merupakanasupan terbaik
dalam usia ini karna mengandung semua nutrient yang dibutuhkan oleh bayi untuk 6 bulan
pertama termasuk lemak, karbohidrat, protein, mineral, dan air. Asi mudah dicerna dan dapat
digunakan oleh tubuh secara efektif. Asi juga memperkuat imun bayi yang belum matur,
melindungi dari infeksi, dan faktor lain yang yang membantu pencernaan dan absorpsi nutrien.
Selain itu asi eksklusif juga ekonomis dan membangun kedekatan emosional ibu dan
bayi.berdasarkan rekomendasi WHO, ASI sebiknya diberikan sedini mungkin melalui inisiasi
menyusui dini (IMD). Dengan menempatkan bayi baru lahir ke ibunya secara kulit ke kulit.
Edukais pada orang tua perlu sehingga asi diberikans secara ad libitum ( sesuai permintaan)
kapanpun bayi merasa lapar. Apabila bayi tidak dapat diberi ASI pilihan pertama adalah susu
formula dari susu sapi dengan tambahan zat besi. Apabila tidak bisa susu sapi mungkin oleh
karena alergi gunakan formula hidrolisat sempurna atau asam amino jika tidak bisa juga oleh
karena kendala ekonomi atau tidak tersedia maka gunakan formula kedelai. Kebutuhan ciran
bayi 0-6 bulan adalah > 100 Ml/KgBB/hari.1,3,8

Bayi usia 6-9 bulan dapat diberika MPASI pada masa ini bayi diperkenalkan pada
makanan yang telah difortifikasi dengan besi serta susu sapi. Apabila ingin memberikan
makanan baru beri jarak sekitar 3-5 hari agar bayi dapat mengenali rasa dan dapat
mengidentifikasi apabila terjadi alergi.Pemberian makana tambahan dimulai darimpors kecil 1-3
sendok makan dengan frekuensi 2-3 kali sehari.Tekstur makanan ditingkatkan secara berkala
mulai dari mulai dari bubur sampai makanan lunak yang lebih kental. Rekomendasi dari WHO,
ASI tetap dipertahankan sampai usia 2 tahun..kebuthan kalori MPASI pada usia inia adalah 200
Kkal/hari, pemberian 2-3 kali sehari diselingi kudapan 1-2 kali/hari.3,8

Anak usia 9-12 bulan, frekuensi pemberian makanan tambahan ditingkatkan 3-4 kali
sehari, orang tua beri motivasi untuk makan sendiri dan berikan makanan yang teksturnya lebih
keras. Pada usia 12 bulan apabila susu sapi adalah sumber utama berikan 500 ml, dengan
makanan lain sumber vitamin D. jika anak belum sampai 12 bulan jangan berikan susu sapi segar

18 | P a g e
dan harus ditambah zat besi. Kalori MPASI sebaiknya 300 Kkal/hari, frekuensi makanan diluar
ASI dianjurkan 3-4 kali/hari dengan kudapan 1-2 kali/ hari.3

Anak usia 12-24 bulan, masih dapat diberikan ASI, dapat diberikan whole milk (3,25%
lemak) hindari susu skim 1-2%, pemberian makanan dilakukan dengan frekuensi 3 kali makanan
pokok porsi kecil dan 2-3 kudapan tiap hari. Hindari pemberian makan dan minum diluar jadwal
kecuali air. Jumlah kalori dari MPASI dianjurkan 550 Kkal/ hari, frekuensi MPASI 3-4 kali/hari,
kudapan 1-2 selingan kudapan.8

Anak usia 2-6 tahun, dapat diberi 500 ml susu atau minuman soya yang sudah ditorifikasi
untuk penuhi kebutuhan vitamin D. bagi anak yang tidak konsumsi susu kalsium dan vitamin D
bisa didapat dari margarin, mentega atau minyak ikan dengan frekuansi makan 3 kali makanan
utama dengan porsi sesuai usia dan 2-3 kudapan/ hari, pembantasan konsumsi gula. Pada usia ini
sudah mengkonsumsi sebagian besar kosumsi makanan keluarga. 3,8

Working Diagnosis

Anak perempuan berusia 9 bulan kepoliklinik karna belum dapat duduk sendiri selama ini
bayi aktif kuat menyusu dan tidak pernah sakit.Riwayat kehamilan tidak ada komplikasi, ANC
teratur.Riwayat persalinan lahir spontan pervaginam, tanpa komplikasi, bayi menagis kuat dan
aktif.Riwayat tumbuh kembang personal sosial bisa memasukan biskuit mulut, berusaha
mencapai mainan mengamati tangannya, belum bisa tepuk tangan, belum bisa menyatakan
keinginan tanpa menangis, belum bisa melambaikan tangan. Motor halus adaktif bisa mengambil
2 kubus, memindahkan kubus ketangan lain, menggaruk manik-manik, belum bisa memegang
dengan ibu jari dan jari, belum bisa membenturkan 2 kubus, belum bisa menaruh kubus
dicangkir. Bahasa bisa mengoceh, bisa mengucap lebih dari 3 silabel yang sama, papa/mama
tidak spesifik, belum bisa papa/mama spesifik, belum bisa 1,2 dan 3 kata. Motoric kasar bisa
berdiri dengan pegangan, bisa duduk sendiri, bisa duduk dengan pegangan, bisa tengkurap
sendiri, belum bisa bangkit untuk berdiri, belum bisa bangkit terus duduk, belum bisa
berdiri.Riwayat penyakit dahulu tidak ada, riwayat penyakit keluarga juga tidak ada. Imunisasi
BCG, hepatitis 3 kali, polio 4 kali, DPT 3 kali. Nutrisi ASI dengan MPASI. Pemeriksaan fisik
dalam batas normal, berat badan 9 kg, panjang bada 70 cm, lingkar kepala 40 cm. Dari
pemeriksaan denver didapat anak dengan perkembangan normal. Dari pemeriksaan antropometri

19 | P a g e
anak didapatkan pajang terhadap usia anak normal, berat dadan terhadap usia anak normal dan
berat badan terhadap panjang anak beresiko gizi lebih, IMT terhadap usia juag didapatkan
normal. 3,4,5

Edukasi
Edukasi yang diberikan pada pemeriksaan denver dengan hasil yang normal (ada 1
coution) adalah dengan kontrol 6 bulan kedepan, sedangkan edukasi resiko overweight pada
pemeriksaan antropometri yaitu dengan, Konsumsi 5 porsi buah-buhan dan sayur setiap hari,
mengurangi minum minuman manis, kurangi kebiasaan menonton tv ( 2 jam/ hari),
meningkatkan aktivitas fisk (>1 jam/hari), konsumsi sarapan bergizi tiap hari, melibatkan seluruh
anggota keluarga dalam perubahan gaya hidup, hindari terlalu mengekang perilaku makan anak
terutama an/< 12 th. 8

Kesimpulan

pada kasus ini anak dengan perkembangan normal dan harus dikontrol 6 bulan kedepan
adanya masalah anak belum bisa duduk kemungkinan karna tidak adanya latihan. Karna saat
pemeriksaan anak didapatkan dapat duduk sendiri.

20 | P a g e
Daftar Pustaka

1. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak. Edisi ke-2.
Jakarta. CV. Agung Seto. 2009.h. 4-16.
2. Abdurrahman N. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis. Cetakan ke-3. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2005. Hal 45.
3. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita selekta kedokteran. Cetakan ke-4.
Jakarta: Media Aesculapius;2014.h.117-133.
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Kurva pertumbuhan WHO. Diunduh dari
http://www.idai.or.id/professional-resources/growth-chart/kurva-pertumbuhan-who.15
januari 2017.
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Imunisasi: jadwal imunisasi IDAI 2014, 22 April 2014.
Diunduh dari http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-idai-2014.html,
15 Januari 2017.
6. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson: ilmu kesehatan anak
esensial. Edisi ke-6. Singapore: Elsevier Inc.; 2014.h. 11-22
7. Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB,etc. Pedoman imunisasi
diindonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;2008.
8. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi dasar. Edisi ke-8. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Indonesia; 2009: 604-5.

21 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai