Anda di halaman 1dari 16

PROSEDUR PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA PASIEN

GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PATOLOGIS SISTEM INDERA

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II


Dosen Pembimbing : Ns. Isneini, M. Kep

DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
1. Ade Yuliana Putri (P071201200)
2. Muhammad Hayzir Zuhdi (P071201200)
3. Mulya Darniyus (P071201200)
4. Nurhalimah Najla (P071201200)
5. Nuzulur Rahmi (P071201200)
6. Riza Putri (P071201200)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
PRODI D-III KEPERAWATAN
BANDA ACEH
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang
telah menganugrahkan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Prosedur Pemeriksaan Diagnostik Pada Pasien Gangguan Kebutuhan
Aktivitas Patologis Sistem Indera”. Shalawat beriring salam tak lupa kami sanjung sajikan
kehadirat Nabi Muhammad SAW. Yang telah di utus ke dunia untuk menjadi teladan dan
membawa perubahan menuju cahaya illahi.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami mendapat berbagai pengarahan bimbingan
dan bantuan dari pembimbing, maka untuk itu kami menyampaikan ucapan terimakasih
kepada bapak Ns. Isneini, M. Kep sebagai pembimbing.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini namun kami
menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi penulisannya oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan sebagai kesempurnaan makalah
ini dimasa akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Banda Aceh,29 September 2022

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diagnostik adalah suatu pemeriksaan yang mutlak dilakukan untuk menegakkan suatu
diagnosa penyakit klian atau pasien. Karena melalui pemeriksaan ini kita dapat
mengetahui tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah dimana adanya respon klien
terhadap status kesehatan/penyakit. Faktor-faktor yang menegakkan suatu masalah,
kemampuan klien untuk mengatasi masalah.
Jenis-jenis pemeriksaan diagnostic, yaitu : USG, Rontgen, PAP, Smear, Endoskopi,
Kolonoskopi, CT, Scanning, Mammografi, EEG, EKG. Sumber kesalahan diagnostik
yaitu: kesalahan pengumpulan data, kesalahan dalam interpretasi dan analisis data,
kesalahan pengelompokan data, kesalahan dalam pernyataan diagnostic.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang dapat dirumuskan adalah :
1. Bagaimana pemeriksaan luas pandang ?
2. Bagaimana tekanan bola mata ?
3. Bagaimana pemeriksaan fungsi pendengaran dengan garputala: Rhinne, weber, dan
schwabach ?
4. Bagaimana memberikan obat sesuai program terapi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemeriksaan luas pandang
2. Untuk mengetahui tekanan bola mata
3. Untuk melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran dengan garputala: Rhinne, weber,
dan schwabach
4. Untuk mengetahui memberikan obat sesuai program terapi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Luas Lapang Pandang

1. Definisi
Lapangan pandang adalah luas lapangan penglihatan seorang individu dimana
merupakan lapangan penglihatan yang terlihat tanpa menggerakkan kepala. Secara teori
lapangan pandang seharusnya berbentuk bundar namun sebenarnya terhalangi oleh hidung
pada bagian tengah dan atap orbita pada bagian atas.
Bila kita memfiksasikan pandangan kita satu benda, benda ini terlihat nyata
sedangkan benda-benda disekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang terlihat,
bila kita memfiksasi mata ke satu benda disebut lapangan pandang.

Terdapat tiga jenis lapangan pandang :


 Lapangan pandang makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas dilihat oleh
kedua mata.
 Lapangan pandang binokular yaitu lapangan pandang yang dilihat oleh kedua mata
 Lapangan pandang monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata
saja.

Luas lapangan pandang normal pada satu mata atau monokuler :


 Temporal : 85 derajat
 Temporal bawah : 85 derajat
 Bawah : 55 derajat
 Nasal : 55 derajat
 Nasal bawah : 50 derajat
 Nasal atas : 55 derajat
 Atas : 45 derajat
 Atas temporal : 55 derajat
% Lapangan Pandang : 485 derajat

2
Luas lapangan pandang normal binokuler :
 Horizontal : 180 derajat
 Vertikal : 140 derajat ( karena terhalang oleh pipi, alis, atau dahi )

2. Fungsi Pemeriksaan Lapangan Pandang


Pemeriksaan lapangan pandang merupakan pemeriksaan yang penting bagi seorang
ahli neurooftalmologi yang diperlukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit tertentu
ataupun untuk menilai progresivitas penyakit mata tertentu dan untuk mengetahui apakah
terjadinya penurunan penglihatan.

3. Masalah Luas Lapangan Pandang


Masalah luas lapangan pandang dapat terjadi pada kasus :
 Hemianopsia
Hemianopsia adalah keadaan dimana hilangnya sebagian luas penglihtan yang
dapat terjadi pada penderita penyakit stroke dan CP. Hemianopsia sering terjadi
akibat kerusakan otak organik, biasanya penderita tidak menyadari adanya
hemianopsia kanan. Untuk keadaan ini dapat diberikan latihan non optik seperti
meletakkan jari pada tepi kanan kertas dan menganjurkan membaca terus bila iya
telah sampai pada tepi jarinya. Hal ini berkaitan dengan fiksasi. Bila terdapat
hemianopsia kiri maka dapat diberikan prisma fresnel, prisma ini diletakkan
dengan dasar dibagian kiri (daerah adanya masalah lapangan pandang). Hal ini
akan membantunya pada waktu melihat ke lapang penglihatan yang abnormal
maka bayangan akan terletak ke dalam lapang pandang yang normal.
Prisma Fresnel dapat berkekuatan 30 dioptri, dan Fresnel 10 dioptri dapat
mengurangi kebiasaan memutar kepala pada hemianopsi.

b. Peripheral Visual Field Less Dan Central Visual Field Less


Peripheral Visual Field Less biasanya terdapat pada kasus glaukoma dan
Retinitis. Pigmentosa yang menyebabkan hilangnya penglihatan tepi.
Central Visual Field Less biasanya bermasalah pada bagian makula yang
menyebabkan hilangnya penglihatan tengah. Terdapat pada kasus katarak matur,
ablasio. retina, dan degenerasi makula.

3
B. Tekanan Bola Mata

Pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata meliputi beberapa prosedur dengan


tujuan dapat menegakkan diagnosis yang benar. Pemeriksaan meliputi anamnesis,
pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan segmen depan bola mata yang meliputi
pemeriksaan palpebra, silia, kornea, konjungtiva, bilik mata depan, iris, pupil, lensa
dan vitreus anterior. Pemeriksaan segmen depan bola mata meliputi pemeriksaan
vitreus posterior, retina, dan papil saraf optik. Pemeriksaan tekanan bola mata
dilakukan dengan cara palpasi dan dengan menggunakan tonometer Schiotz,
pemeriksaan pergerakan bola mata dilakukan untuk menilai fungsi ke enam otot
penggerak bola mata yaitu otot rektus superior, medial, inferior, lateral, otot oblikus
superior dan oblikus inferior. Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan dengan cara
konfrontasi.
Glaukoma adalah suatu kondisi penyakit saraf kronis yang disebabkan karena
terjadi peningkatan cairan pada bagian depan mata, sehingga meningkatkan
tekanan di dalam mata atau tekanan intraokular. Peningkatan tekanan intraokular
ini dapat menyebabkan kerusakan pada saraf mata yang bersifat permanen dan
dapat menyebabkan kebutaan.
Glaukoma dibedakan menjadi 2 tipe umum, yaitu glaukoma primer sudut
terbuka (primary open-angel glaucoma) dan glaukoma primer sudut tertutup
(angle-closure glaucoma atau closed-angle glaucoma atau narrow-angle
glaucoma). Glaukoma primer sudut terbuka (primary open-angel glaucoma) Pada
glaukoma jenis ini terdapat sudut pada bilik mata depan yang terbuka lebar namun
terdapat sumbatan yang menghambat sistem pengeluaran akuos humor (cairan
dalam mata), sehingga tekanan bola mata meningkat. Tipe ini sering disebut
sebagai pencuri penglihatan, karena sulit untuk dideteksi dini mengingat sering
kali tidak menimbulkan rasa kecuali pada tahap lanjut. Tipe ini merupakan tipe
yang paling umum terjadi.
Sementara, glaukoma primer sudut tertutup (closed-angle glaucoma)
merupakan suatu kondisi dimana terdapat hambatan aliran keluarnya akuos humor
(cairan dalam mata) yang disebabkan oleh sudut bilik mata depan yang sempit,
sehingga terjadi peningkatan tekanan intraocular dan memiliki risiko serangan
akut glaukoma. Umumnya serangan ini terjadi secara mendadak atau disebut acute
attack.

4
C. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran

Tes garpu tala adalah prosedur pemeriksaan dengan menggunakan bantuan


garpu tala, yang digunakan untuk mengevaluasi gangguan pendengaran. Tes ini bisa
dilakukan dengan beberapa metode, yaitu Tes Rinne, Tes Weber, dan Tes Schwabah.
Tes Rinne dilakukan untuk memeriksa gangguan pendengaran dengan
membandingkan hantaran melalui udara dengan hantaran melalui tulang. Sedangkan
tes Weber dilakukan dengan membandingkan hantaran bunyi pada telinga kiri dan
kanan. Sementara itu, tes Schwabah dilakukan dengan membandingkan hantaran
bunyi pada telinga orang dengan gangguan pendengaran dengan telinga normal.
Tes garpu tala, baik Rinne, Weber, maupun Schwabah dapat mengidentifikasi
penyebab gangguan pendengaran: gangguan pendengaran konduktif atau gangguan
pendengaran sensorineural.
Sebab, masing-masing jenis gangguan pendengaran tersebut memiliki tatalaksana
berbeda. Beberapa penyebab gangguan pendengaran konduktif dan gangguan
sensorineural yang menjadi indikasi dilakukannya tes garpu tala antara lain:

 Infeksi, menumpuknya kotoran telinga, perforasi atau pecah gendang telinga,


menumpuknya cairan di telinga tengah, dan kerusakan pada tulang-tulang kecil di
telinga tengah yang menyebabkan gangguan pada hantaran bunyi dari telinga
tengah ke telinga dalam.
 Kerusakan pada saraf-saraf telinga (saraf pendengaran, sel rambut, dan rumah
siput) yang dapat menyebabkan timbulnya gangguan pendengaran sensorineural.
Paparan bising dan penuaan juga dapat menyebabkan timbulnya gangguan
pendengaran sensorineural.

Dokter akan menggunakan garpu tala dengan frekuensi 512-Hz untuk mengevaluasi fungsi
respons Anda terhadap bunyi dan getaran di sekitar telinga.

5
BAB III
PROSEDUR TINDAKAN

1. Pemeriksaan Lapang Pandang


a. Definisi
Pemeriksaan lapang pandang merupakan pemeriksaan pada keluasan pandang klien
terhadap aspek lateral, medial, superior, dan inferior penglihatan.

b. Alat:
Buku catatan

c. Prosedur:
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
 Anjurkan klien untuk berdiri, pemeriksa berdiri sekitar 2,5 meter didepan klien,
usahakan tinggi mata sejajar antara klien dan pemeriksa
 Tutup mata yang tidak diperiksa
 Anjurkan klien untuk melihat mata pemeriksa dengan menggunakan mata yang
akan diperiksa.
 Perawat juga mefokuskan pandangan pada klien
 Tempatkan jari pemeriksa pada bagian depan tepat diantara klien dan perawat
 Perlahan gerakan tangan kearah lateral, kemudian ke tengah kembali, lalu
gerakkan kea rah medial, ke tengah kembali, kearah superior dan inferior
 Anjurkan klien untuk memberi isyarat dengan lisan apabila ia tidak dapat melihat
jari pemeriksa ketika digerakkan
 Catat area yang tidak dapat diidentifikasi oleh klien
 Lakukan pemeriksaan yang sama pada mata yang lain

6
2. Tekanan Bola Mata
a. Definisi:
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui tekanan bola mata (tekanan
intraocular) meningkat atau rendah. Alat ini diberi beban dan diletakkan pada
permukaan korne dan akan menekan bola mata ke dalam. Adanya tekanan tonometri
ini akan mendapatkan perlawanan tekanan yang ada dalam bola mata. Pemeriksaan ini
dilakukan pada pederita yang dicurigai menderita glaucoma, klien pra dan pasca
bedah mata. Pemeriksaan ini tidak dilakukan ada klien yang mengalami luka pada
kornea. Tonometri yang akan digunakan pada klien harus steril untuk mencegah
terjadinya infeksi. Beban yang digunakan pada tonometri schiotz adalah 5,5 gr, 7,5 gr,
10 gr, dan 15 gr. Gunakan beban terkecil dahulu mulai dari 5,5 gr. Jika hasil skala
pengukuran dengan beban 5,5 gr adaah 1-3, ganti beban dengan 7,5 dan seterusnya.

b. Alat:
 Tonometri schiotz
 Analgesic tetes mata
 Kapas bersih dalam kom

c. Persiapan klien:
 Menjelaskan maksud dan tujuan pada klien
 Penderita diminta untuk berbaring

d. Persiapan lingkungan
Persiapkan sketsel dan atur pencahayaan

7
e. Prosedur :
 Bersihkan mata klien dengan kapas bersih
 Teteskan pantocaine 2-3 tetes, tunggu 5menit (sampai klien tidak merasakan
pedas di mata)
 Atur kalibrasi tonometry
 Minta klien melihat satu titik diatas (Ingit-langit ruangan) atau minta klien 4.
meletakkan ibu jari di atas mata (letakkan jarak ibu jari sejauhnya dari mata)
 Letakkan tonometridiatas permukaaan kornea, jangan ditekan lalu perhatikan
skala yang tertera pada alat (0-5)
 Konfersikan hasil nilai dari skala dengan table untuk mengetahui TIO (tekanan
intraocular), bila hasil lebih tinggi dari 20 mmHg, klien dicurigai menderita
glaucoma dan bila lebih dari 25 mmHg, klien sudah menderita gloukoma.

8
3. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran

Tes Rinne:
1. Dokter akan menggetarkan garpu tala dan menempatkannya pada tulang mastoid di
belakang telinga.
2. Bila Anda sudah tidak dapat mendengarkan bunyi, beritahukan hal tersebut pada
dokter.
3. Dokter akan segera memindahkan garpu tala di dekat lubang telinga.
4. Bila Anda tidak dapat mendengarkan bunyi, beritahukan hal tersebut pada dokter
Anda.
5. Dokter akan mencatat durasi Anda mendengar bunyi dari garpu tala pada setiap
pemeriksaan.

Tes Weber:
1. Dokter akan membunyikan garpu tala dan menempatkannya di tengah kepala Anda di
daerah dahi, atas kepala, atau di antara hidung dan pipi.
2. Anda akan diminta untuk menyebutkan telinga yang mampu mendengar bunyi
denganpaling jelas: telinga kiri, telinga kanan, atau keduanya.

Tes Schwabach:
1. Dokter akan menggetarkan garpu tala berfrekuensi 512 Hz dan meletakkan
pangkalnya di puncak kepala pasien.
2. Lalu, ujung tangkai garpu tala akan ditekankan ke prosesus mastoideus salah sati
telinga pasien.
3. Pasien akan diinstruksikan untuk mendengarkan suara tersebut hingga tidak terdengar
apa-apa lagi dan mengacungkan jari saat suara mulai hilang.
4. Setelah itu, dokter akan segera memindahkan garpu tala ke telinga orang yang
pendengarannya normal dan membandingkan dengungan yang didengar.

9
4. Pemberian Obat

a. Pemberian Obat Pada Mata


Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau saleb mata digunakan untuk
persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran
refraksi lensa dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata.

Persiapan alat dan bahan:


1) Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa saleb.
2) Pipet.
3) Pinset anatomi dalam tempatnya.
4) Korentang dalam tempatnya.
5) Plester.
6) Kain kasa.
7) Kertas tisu.
8) Balutan.
9) Sarung tangan.
10) Air hangat/ kapas pelembab.

Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Atur posisi pasien dengan kepala menegadah dengan posisi perawat disamping
kanan.
4) Gunakan saryng tangan.
5) Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata
kearah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.
6) Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari
telunjuk di atas tulang orbita.
7) Teteskan obat mata diatas sakus kunjungtiva. Stelah tetesan selesai sesuai dengan
dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan berlahan-lahan, apabila
menggunakan obat tetes mata.
8) Apabila obat mata jenis saleb, pengang aplikasi saleb diatas pinggir kelopak mata
kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata

10
bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat kebawah, secara bergantian
dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas. Biarkan pasien untuk
memejamkan mata dan merenggangkan kelopak mata.
9) Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10) Cuci tangan.
11) Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian.

b. Pemberian Obat pada Telinga


Memberika obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes telinga atau salep. Pada
umumnya, obat tetes telinga dapat berupa obat antibiotic diberikan pada gangguan
infeksi telinga, khususnya otitis media pada telinga tengah.

Persiapan alat dan bahan:


1) Obat dalam tempatnya. 5) Korentang dalam tempatnya.
2) Penetes. 6) Plester.
3) Speculum telinga. 7) Kain kasa.
4) Pinset anatomi dalam 8) Kertas tisu.
tempatnya. 9) Balutan.

Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan digunakan.
3) Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan
daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien ke atas.
4) Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas/kebelakang pada
orang dewasa dan kebawah pada anak-anak.
5) Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah tetesan sesuai
dosis pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara.
6) Apabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukan atau oleskan salep
pada liang telinga.
7) Pertahankan posisi kepala ±2-3 menit.
8) Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu.
9) Cuci tangan.
10) Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.

11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lapangan pandang adalah luas lapangan penglihatan seorang individu
dimana merupakan lapangan penglihatan yang terlihat tanpa menggerakkan kepala.
Secara teori lapangan pandang seharusnya berbentuk bundar namun sebenarnya
terhalangi oleh hidung pada bagian tengah dan atap orbita pada bagian atas.
Pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata meliputi beberapa prosedur dengan
tujuan dapat menegakkan diagnosis yang benar. Pemeriksaan meliputi anamnesis,
pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan segmen depan bola mata yang meliputi
pemeriksaan palpebra, silia, kornea, konjungtiva, bilik mata depan, iris, pupil, lensa
dan vitreus anterior. Pemeriksaan segmen depan bola mata meliputi pemeriksaan
vitreus posterior, retina, dan papil saraf optik.
Tes garpu tala adalah prosedur pemeriksaan dengan menggunakan bantuan
garpu tala, yang digunakan untuk mengevaluasi gangguan pendengaran. Tes ini bisa
dilakukan dengan beberapa metode, yaitu Tes Rinne, Tes Weber, dan Tes Schwabah.
Tes Rinne dilakukan untuk memeriksa gangguan pendengaran dengan membandingkan
hantaran melalui udara dengan hantaran melalui tulang. Sedangkan tes Weber dilakukan
dengan membandingkan hantaran bunyi pada telinga kiri dan kanan.

B. Saran
Dijaman seperti sekarang ini banyak hal-hal yang mengakibatkan sistem
dalam tubuh kita mengalami gangguan. Seperti gangguan pada sistem indra ini.
Gangguan ini dikarenakan faktor lingkungan serta bakteri, virus dan jamur yang ada
didalam. Maka dari itu lebih baiknya kkita menjaga kesehatannya kita sendiri dengan
memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan

12
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermik, Jensen.2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4,

Jakarta:EGC Arif, (et.all), 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3, Jakarta : Media
Aesculapius

https://www.guesehat.com/penyakit-tekanan-pada-bola-mata-glaukoma-akut

https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/Modul-BUKU-
PENUNTUN-KERJA-Sistem-Indera-THT-KL-2016.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai