DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
1. Ade Yuliana Putri (P071201200)
2. Muhammad Hayzir Zuhdi (P071201200)
3. Mulya Darniyus (P071201200)
4. Nurhalimah Najla (P071201200)
5. Nuzulur Rahmi (P071201200)
6. Riza Putri (P071201200)
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang
telah menganugrahkan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Prosedur Pemeriksaan Diagnostik Pada Pasien Gangguan Kebutuhan
Aktivitas Patologis Sistem Indera”. Shalawat beriring salam tak lupa kami sanjung sajikan
kehadirat Nabi Muhammad SAW. Yang telah di utus ke dunia untuk menjadi teladan dan
membawa perubahan menuju cahaya illahi.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami mendapat berbagai pengarahan bimbingan
dan bantuan dari pembimbing, maka untuk itu kami menyampaikan ucapan terimakasih
kepada bapak Ns. Isneini, M. Kep sebagai pembimbing.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini namun kami
menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi penulisannya oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan sebagai kesempurnaan makalah
ini dimasa akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi banyak pihak.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diagnostik adalah suatu pemeriksaan yang mutlak dilakukan untuk menegakkan suatu
diagnosa penyakit klian atau pasien. Karena melalui pemeriksaan ini kita dapat
mengetahui tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah dimana adanya respon klien
terhadap status kesehatan/penyakit. Faktor-faktor yang menegakkan suatu masalah,
kemampuan klien untuk mengatasi masalah.
Jenis-jenis pemeriksaan diagnostic, yaitu : USG, Rontgen, PAP, Smear, Endoskopi,
Kolonoskopi, CT, Scanning, Mammografi, EEG, EKG. Sumber kesalahan diagnostik
yaitu: kesalahan pengumpulan data, kesalahan dalam interpretasi dan analisis data,
kesalahan pengelompokan data, kesalahan dalam pernyataan diagnostic.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang dapat dirumuskan adalah :
1. Bagaimana pemeriksaan luas pandang ?
2. Bagaimana tekanan bola mata ?
3. Bagaimana pemeriksaan fungsi pendengaran dengan garputala: Rhinne, weber, dan
schwabach ?
4. Bagaimana memberikan obat sesuai program terapi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemeriksaan luas pandang
2. Untuk mengetahui tekanan bola mata
3. Untuk melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran dengan garputala: Rhinne, weber,
dan schwabach
4. Untuk mengetahui memberikan obat sesuai program terapi
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Lapangan pandang adalah luas lapangan penglihatan seorang individu dimana
merupakan lapangan penglihatan yang terlihat tanpa menggerakkan kepala. Secara teori
lapangan pandang seharusnya berbentuk bundar namun sebenarnya terhalangi oleh hidung
pada bagian tengah dan atap orbita pada bagian atas.
Bila kita memfiksasikan pandangan kita satu benda, benda ini terlihat nyata
sedangkan benda-benda disekitarnya tampak kurang tajam. Seluruh lapangan yang terlihat,
bila kita memfiksasi mata ke satu benda disebut lapangan pandang.
2
Luas lapangan pandang normal binokuler :
Horizontal : 180 derajat
Vertikal : 140 derajat ( karena terhalang oleh pipi, alis, atau dahi )
3
B. Tekanan Bola Mata
4
C. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran
Dokter akan menggunakan garpu tala dengan frekuensi 512-Hz untuk mengevaluasi fungsi
respons Anda terhadap bunyi dan getaran di sekitar telinga.
5
BAB III
PROSEDUR TINDAKAN
b. Alat:
Buku catatan
c. Prosedur:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
Anjurkan klien untuk berdiri, pemeriksa berdiri sekitar 2,5 meter didepan klien,
usahakan tinggi mata sejajar antara klien dan pemeriksa
Tutup mata yang tidak diperiksa
Anjurkan klien untuk melihat mata pemeriksa dengan menggunakan mata yang
akan diperiksa.
Perawat juga mefokuskan pandangan pada klien
Tempatkan jari pemeriksa pada bagian depan tepat diantara klien dan perawat
Perlahan gerakan tangan kearah lateral, kemudian ke tengah kembali, lalu
gerakkan kea rah medial, ke tengah kembali, kearah superior dan inferior
Anjurkan klien untuk memberi isyarat dengan lisan apabila ia tidak dapat melihat
jari pemeriksa ketika digerakkan
Catat area yang tidak dapat diidentifikasi oleh klien
Lakukan pemeriksaan yang sama pada mata yang lain
6
2. Tekanan Bola Mata
a. Definisi:
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui tekanan bola mata (tekanan
intraocular) meningkat atau rendah. Alat ini diberi beban dan diletakkan pada
permukaan korne dan akan menekan bola mata ke dalam. Adanya tekanan tonometri
ini akan mendapatkan perlawanan tekanan yang ada dalam bola mata. Pemeriksaan ini
dilakukan pada pederita yang dicurigai menderita glaucoma, klien pra dan pasca
bedah mata. Pemeriksaan ini tidak dilakukan ada klien yang mengalami luka pada
kornea. Tonometri yang akan digunakan pada klien harus steril untuk mencegah
terjadinya infeksi. Beban yang digunakan pada tonometri schiotz adalah 5,5 gr, 7,5 gr,
10 gr, dan 15 gr. Gunakan beban terkecil dahulu mulai dari 5,5 gr. Jika hasil skala
pengukuran dengan beban 5,5 gr adaah 1-3, ganti beban dengan 7,5 dan seterusnya.
b. Alat:
Tonometri schiotz
Analgesic tetes mata
Kapas bersih dalam kom
c. Persiapan klien:
Menjelaskan maksud dan tujuan pada klien
Penderita diminta untuk berbaring
d. Persiapan lingkungan
Persiapkan sketsel dan atur pencahayaan
7
e. Prosedur :
Bersihkan mata klien dengan kapas bersih
Teteskan pantocaine 2-3 tetes, tunggu 5menit (sampai klien tidak merasakan
pedas di mata)
Atur kalibrasi tonometry
Minta klien melihat satu titik diatas (Ingit-langit ruangan) atau minta klien 4.
meletakkan ibu jari di atas mata (letakkan jarak ibu jari sejauhnya dari mata)
Letakkan tonometridiatas permukaaan kornea, jangan ditekan lalu perhatikan
skala yang tertera pada alat (0-5)
Konfersikan hasil nilai dari skala dengan table untuk mengetahui TIO (tekanan
intraocular), bila hasil lebih tinggi dari 20 mmHg, klien dicurigai menderita
glaucoma dan bila lebih dari 25 mmHg, klien sudah menderita gloukoma.
8
3. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran
Tes Rinne:
1. Dokter akan menggetarkan garpu tala dan menempatkannya pada tulang mastoid di
belakang telinga.
2. Bila Anda sudah tidak dapat mendengarkan bunyi, beritahukan hal tersebut pada
dokter.
3. Dokter akan segera memindahkan garpu tala di dekat lubang telinga.
4. Bila Anda tidak dapat mendengarkan bunyi, beritahukan hal tersebut pada dokter
Anda.
5. Dokter akan mencatat durasi Anda mendengar bunyi dari garpu tala pada setiap
pemeriksaan.
Tes Weber:
1. Dokter akan membunyikan garpu tala dan menempatkannya di tengah kepala Anda di
daerah dahi, atas kepala, atau di antara hidung dan pipi.
2. Anda akan diminta untuk menyebutkan telinga yang mampu mendengar bunyi
denganpaling jelas: telinga kiri, telinga kanan, atau keduanya.
Tes Schwabach:
1. Dokter akan menggetarkan garpu tala berfrekuensi 512 Hz dan meletakkan
pangkalnya di puncak kepala pasien.
2. Lalu, ujung tangkai garpu tala akan ditekankan ke prosesus mastoideus salah sati
telinga pasien.
3. Pasien akan diinstruksikan untuk mendengarkan suara tersebut hingga tidak terdengar
apa-apa lagi dan mengacungkan jari saat suara mulai hilang.
4. Setelah itu, dokter akan segera memindahkan garpu tala ke telinga orang yang
pendengarannya normal dan membandingkan dengungan yang didengar.
9
4. Pemberian Obat
Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Atur posisi pasien dengan kepala menegadah dengan posisi perawat disamping
kanan.
4) Gunakan saryng tangan.
5) Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata
kearah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.
6) Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari
telunjuk di atas tulang orbita.
7) Teteskan obat mata diatas sakus kunjungtiva. Stelah tetesan selesai sesuai dengan
dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan berlahan-lahan, apabila
menggunakan obat tetes mata.
8) Apabila obat mata jenis saleb, pengang aplikasi saleb diatas pinggir kelopak mata
kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata
10
bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat kebawah, secara bergantian
dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas. Biarkan pasien untuk
memejamkan mata dan merenggangkan kelopak mata.
9) Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10) Cuci tangan.
11) Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian.
Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan digunakan.
3) Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan
daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien ke atas.
4) Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas/kebelakang pada
orang dewasa dan kebawah pada anak-anak.
5) Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah tetesan sesuai
dosis pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara.
6) Apabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukan atau oleskan salep
pada liang telinga.
7) Pertahankan posisi kepala ±2-3 menit.
8) Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu.
9) Cuci tangan.
10) Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.
11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lapangan pandang adalah luas lapangan penglihatan seorang individu
dimana merupakan lapangan penglihatan yang terlihat tanpa menggerakkan kepala.
Secara teori lapangan pandang seharusnya berbentuk bundar namun sebenarnya
terhalangi oleh hidung pada bagian tengah dan atap orbita pada bagian atas.
Pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata meliputi beberapa prosedur dengan
tujuan dapat menegakkan diagnosis yang benar. Pemeriksaan meliputi anamnesis,
pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan segmen depan bola mata yang meliputi
pemeriksaan palpebra, silia, kornea, konjungtiva, bilik mata depan, iris, pupil, lensa
dan vitreus anterior. Pemeriksaan segmen depan bola mata meliputi pemeriksaan
vitreus posterior, retina, dan papil saraf optik.
Tes garpu tala adalah prosedur pemeriksaan dengan menggunakan bantuan
garpu tala, yang digunakan untuk mengevaluasi gangguan pendengaran. Tes ini bisa
dilakukan dengan beberapa metode, yaitu Tes Rinne, Tes Weber, dan Tes Schwabah.
Tes Rinne dilakukan untuk memeriksa gangguan pendengaran dengan membandingkan
hantaran melalui udara dengan hantaran melalui tulang. Sedangkan tes Weber dilakukan
dengan membandingkan hantaran bunyi pada telinga kiri dan kanan.
B. Saran
Dijaman seperti sekarang ini banyak hal-hal yang mengakibatkan sistem
dalam tubuh kita mengalami gangguan. Seperti gangguan pada sistem indra ini.
Gangguan ini dikarenakan faktor lingkungan serta bakteri, virus dan jamur yang ada
didalam. Maka dari itu lebih baiknya kkita menjaga kesehatannya kita sendiri dengan
memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan
12
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta:EGC Arif, (et.all), 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3, Jakarta : Media
Aesculapius
https://www.guesehat.com/penyakit-tekanan-pada-bola-mata-glaukoma-akut
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/Modul-BUKU-
PENUNTUN-KERJA-Sistem-Indera-THT-KL-2016.pdf
13