Oleh:
Vrima Ayu F
NIM. 19631831
Prodi S1 Keperawatan
Pembimbing Penyusun
A. PENGERTIAN
Pemeriksaan mata adalah istilah umum yang merujuk pada rangkaian pemeriksaan untuk
menilai kesehatan mata. Pemeriksaan dimulai dari yang paling sederhana, seperti membaca
grafik huruf standar, hingga tes yang jauh lebih rumit dengan menggunakan lensa bertenaga
tinggi dan mesin untuk mengamati struktur internal mata.
Pemeriksaan mata rutin sangatlah penting, terlepas dari usia dan kesehatan fisik. Tidak
hanya untuk membuat resep lensa kontak atau kacamata, tapi juga untuk memeriksa
kehadiran penyakit dan menilai kesehatan mata sebagai indikator kesehatan. Selain itu,
melalui prosedur ini, dokter spesialis mata akan mampu mengenali dan mendiagnosis
penyakit sistemik kronis.
B. TUJUAN
C. KLASIFIKASI
Tes otot mata - Dilakukan untuk memeriksa kesehatan otot yang mengatur gerakan
mata, serta mengevaluasitanda-tanda kemunduran otot atau kordinasi.
Tes buta warna - Tes ini menilai kekurangan dan menentukan kebutaan warna.
Tonometri aplanasi
Saat melakukan pemeriksaan ini, dokter akan memberikan obat tetes mata yang
berisi anestesi lokal di kedua mata pasien dan pewarna khusus pada mata. Setelah
beberapa menit, ketika efek obat bius lokal sudah mulai bekerja, pasien akan diminta
untuk duduk di depan slit-lamp dengan mata terbuka. Setelah itu, dokter akan
menempelkan alat khusus di kedua permukaan bola mata pasien untuk menilai
tekanan di dalam bola. Karena sudah ditetesi obat bius lokal, pemeriksaan ini tidak
terasa sakit.
Tonometri nonkontak
Tonometri nonkontak menggunakan udara yang ditiupkan ke mata. Pada
pemeriksaan ini, tidak ada alat yang ditempelkan ke bola mata, jadi tidak terasa sakit.
Uji ketebalan retina: Pemeriksaan ini direkomendasi bila tekanan mata lebih tinggi
dari tekanan normal. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan perangkat yang
memanfaatkan gelombang suara untuk mengukur ketebalan retina. Uji ketebalan
retina berlangsung selama beberapa detik dengan bantuan anestesi tetes mata.
D. INDIKASI
Mata merah
Penurunan visus
Keluar sekret mata
Gangguan lapang pandang ataupun pucat.
E. KONTRAINDIKASI
Pemeriksaan mata tidak memiliki kontraindikasi absolut maupun relatif.
F. KOMPLIKASI
Hingga usia 7 atau 8 tahun, otak biasanya mengembangkan berbagai respons terhadap
penglihatan binocular yang abnormalrepon ini mungkin tidak imbul bila onset strabismusnya
stelah uiaterebut. Kelainan-kelainan tersebut adalah diplopia, suoresi,anomaly korespodensi
retina, dan fiksasi ekstentrik.
a. Diplopia
Apabila terdapat strabismus, kedua fovea menerima bayangan yang berbeda. Objek yang
telihat oleh satu foveadicitrakan pada daerah retina perifer di mata yang lain. Bayangan fovea
terlokalisasi tepat di depan, sedangkan bayangan retina periferdari objek yang sama di mata yang
lain dilokalisasi di arahyang lain. Dengan demikian objek yang sama terlihat di dua
tempt(diplopia). Saat objek-objek yang dicitrakan di dua foveaterlihat pada arah yang dalam
ruang, proses lokalisasi objek-objek yang terpisah secra spasial di tempat yang sama ini
disebutkebingungan penglihatan.
b. Supresi
Dalam kondisi penglihatan binocular pasien strabismus, bayangan yang terlihat di salah
satu mata menjadi predominan danyang terlihat di mata yang lain tidak di persepsikan. Supresi
adalahadaptasi sensori yang paling sering timbul pada strabismus kanak-kanank. Supresi
bermanifestasi sebagai skotoma di mata yang berdeviasi hanya pada kondisi penglihatan
binocular. Suatuskotoma adalah daerah penurunan penglihatn di dalam lapangan pandang,
dikelilingi oleh oleh daerah penglihatan yang sedikitmenurun atau normal.
c. Ambliopia
Pengalaman visual abnormal berkepanjangan yang dialamioleh seorang anak usia karang
dari 7tahun dapat menyebabkanambliopia(penurunan ketajaman penglihatan tanpa adanya
penyakitorganiac pada satu mata yang dapat dideteksi)tiga klinik penyebabambliopia adalah
akibat deprivasi penglihatan(mis, katarak congenital atay hipoplasia nervus optikus), ambliopia
akibatstrabismus, dan ambliopia akibat kelainan refraksi yang tidak setara(anisometropia).
d. Anomalia korespodensi retina
Anomalia korespodensi retina adalah adaptasi sensori yangtimbul pada strabismus dalam
kondisi penglihatan binocular.Heterotropia menimbulkan supresi pada mata yang tidak
terfiksasidan pergesran rbesar deviasi motorik dan mencegah perspsidiplopia. Fenomena
binocular ini memungkinkan beberapa bentuk kerjasama binocular terjadi pada pasien-asien
strabismus, terapistereopsis berkurang atau tidak ada.
PEMERIKSAAN HIDUNG
A. PENGERTIAN
Pemeriksaan fisik hidung adalah pemeriksaan pada hidung yang mencakup inspeksi,
palpasi, rhinoskopi, dan pemeriksaan fungsi penghidu. Pemeriksaan fisik hidung dapat
membantu menegakkan diagnosis berbagai penyakit hidung, termasuk polip
hidung, sinusitis, dan rhinitis. Pemeriksaan fisik hidung dan rhinoskopi telah terbukti
sebagai teknik paling efisien untuk mengidentifikasi penyakit infeksi, inflamatorik, atau
neoplastik pada hidung.
Pada pemeriksaan fisik hidung, dilakukan inspeksi pada bagian eksternal hidung,
pemeriksaan pada kavitas nasal dan sinus paranasal, pemeriksaan patensi nasal, penilaian
septum hidung, pemeriksaan konkha, serta adanya epistaksis atau sekret nasal.
B. TUJUAN
Pemeriksaan fisik hidung dapat membantu menegakkan diagnosis berbagai penyakit
hidung, termasuk polip hidung, sinusitis, dan rhinitis. Pemeriksaan fisik hidung dan
rhinoskopi telah terbukti sebagai teknik paling efisien untuk mengidentifikasi penyakit
infeksi, inflamatorik, atau neoplastik pada hidung.
C. KLASIFIKASI
D. INDIKASI
Indikasi pemeriksaan fisik hidung adalah adanya keluhan pada hidung atau fungsi
penghidu. Keluhan yang memerlukan pemeriksaan fisik hidung antara lain:
Obstruksi nasal
Rhinorrhea
E. KONTRAINDIKASI
Tidak ada kontraindikasi yang bersifat absolut pada pemeriksaan fisik hidung.
Pemeriksaan fisik hidung merupakan tindakan yang mudah dan tidak invasif, sehingga
relatif aman dilakukan pada semua pasien.
Meskipun pemeriksaan fisik hidung relatif aman, pemeriksaan ini melibatkan alat
seperti spekulum hidung yang dimasukkan ke dalam kavitas nasal yang dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman, nyeri, atau memicu respon vasovagal pada pasien.Selain
itu, pemeriksaan juga perlu berhati-hati pada pasien dengan gangguan perdarahan.
Informed consent yang baik perlu diberikan pada pasien sebelum melakukan tindakan ini.
F. KOMPLIKASI
1. Pasien dapat mengeluhkan adanya rasa tidak nyaman atau nyeri karena bagian hidung
dan tenggorok dimasukkan alat, namun hal ini tidak menimbulkan komplikasi yang
serius. Nyeri hebat jarang terjadi, kecuali pada kasus seperti adanya luka pada hidung,
furunkel vestibulum nasi, atau corpus alienum.
2. Pemeriksa perlu melakukan pemeriksaan fisik hidung sesuai standar. Selain itu,
pemeriksa dapat menjelaskan bahwa rasa tidak nyaman hanya bersifat sementara dan
tidak akan memperparah kondisi penyakit yang diderita. Pada beberapa kasus, dapat
terjadi respon vasovagal karena spekulum yang dimasukkan.
3. Pada pasien anak, dapat terjadi trauma pada hidung jika pasien tiba-tiba bergerak atau
tidak kooperatif. Untuk itu, pasien anak perlu didampingi oleh orang tua. Pemeriksa perlu
menjelaskan posisi anak dan orang tua selama pemeriksaan dan memberi informed
consent.
PEMERIKSAAN TELINGA
A. PENGERTIAN
Pemeriksaan fisik telinga adalah pemeriksaan yang umum dilakukan pada berbagai
masalah telinga seperti otitis eksterna dan otitis media. Pemeriksaan fisik telinga dilakukan
dengan inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan fisik telinga juga dapat diikuti dengan
pemeriksaan fungsional telinga sederhana, seperti tes bisik dan tes penala.
B. TUJUAN
Tujuan pemeriksaan telinga adalah untuk mengevaluasi keadaan bagian dalam liang telinga
dan kondisi gendang telinga. Prosedur ini mungkin dibutuhkan bila Anda mengalami:
Trauma kepala
Infeksi telinga
Gendang telinga yang tertusuk atau robek
Nyeri pada telinga
Penurunan fungsi pendengaran
Telinga berdengung (tinnitus)
Gangguan telinga lainnya
C. KLASIFIKASI
Dari hasil pemeriksaan otoskopi, dokter THT bisa mengetahui apakah liang dan telinga pasien
dalam keadaan normal atau tidak. Berikut penjelasannya :
1) Kondisi normal
Warna lubang telinga tampak sama seperti kulit di sekitarnya. Ini berarti kulitnya tidak
merah atau berubah warna.
Gendang telinga terlihat berwarna putih terang atau sedikit kerabu-abuan
2) Kemungkinan infeksi
Tanda infeksi telinga bisa terlihat apabila lubang dan gendang telinga tampak:
1. Memerah
2. Membengkak
4. Gendang telinga tidak memantulkan cahaya ketika disorot oleh lampu otoskop. Kondisi ini
dapat menandakan infeksi telinga tengah
Bila hasil pemeriksaan telinga tidak normal, dokter THT bisa melakukan langkah-
langkah di bawah ini
1. Pengobatan
Jika otoskopi bisa memastikan diagnosis gangguan telinga (seperti infeksi telinga), dokter
akan memberikan penanganan yang tepat untuk mengatasi gejala Anda. Misalnya, pemberian
obat antibiotik pada infeksi telinga akibat bakteri.
2. Pemeriksaan Lanjutan
a. Timpanometri
Tes ini dilakukan untuk mencari tanda-tanda infeksi telinga tengah.
b. Akustik relektometri
Prosedur ini bertujuan mengevaluasi seberapa baik gendang telinga dalam merefleksikan
bunyi. Semakin banyak suara yang direfleksikan oleh gendang telinga, berarti tekanan dalam
lubang telinga akan semakin tinggi. Kondisi inilah yang mengakibatkan gangguan pendengaran.
D. INDIKASI
Indikasi pemeriksaan telinga adalah berbagai gejala dan penyakit yang berkaitan dengan
telinga. Berbagai keluhan berkaitan dengan telinga yang memerlukan pemeriksaan fisik telinga
dalam penegakan diagnosis antara lain otorrhea, otalgia, penurunan pendengaran, vertigo,
tinnitus, gatal pada telinga, deformitas, bengkak, dan benda asing telinga.
Terdapat berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan fisik telinga antara lain:
1. Aurikula: lesi kulit, perichondritis, chondritis, trauma
2. Telinga luar dan membran timpani: serumen prop, corpus alienum, otitis eksterna,
otomikosis, hemotympanum, perforasi membran timpani
E. KONTRAINDIKASI
Pemeriksaan fisik telinga sering melibatkan otoskop yang dimasukkan ke dalam telinga
yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau nyeri pada pasien. Namun, hal ini jarang
menimbulkan masalah yang berarti.
F. KOMPLIKASI
1. Pasien dapat mengeluhkan rasa tidak nyaman dan nyeri selama dan sesudah pemeriksaan
fisik telinga.
2. Pasien juga dapat mengeluhkan nyeri yang bertambah hebat bila pemeriksaan fisik telinga
dilakukan pada beberapa kondisi tertentu, misalnya luka pada aurikula, otitis eksterna, atau
corpus alienum.
3. Lakukan pemeriksaan sesuai standar dan sampaikan pada pasien bahwa rasa tidak nyaman
hanya bersifat sementara dan tidak akan meningkatkan keparahan penyakitnya.