Skenario 3 Kelompok 1
INTRODUCTION
1. Salsabila
20171069
2. Putri Bahraini
20171038
3. Abdul Hafidh al-ikhsan
20171015
4. Fitri Zakia
20171009
5. Nabila Dhiya Ulhaq
20171047
6. Muammar Arafat
20171018
7. Muhammad Ridha Burhan
20171005
8. Dira Desti Yani
20171007
9. Raihan Aziza Ifdar
MATAKU
Nurul 19 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mata kanan semakin kabur sejak satu
tahun terakhir, kedua mata sering tidak fokus saat melihat jauh. Nurul merasa mata
kanannya kadang seperti juling disertai penglihatan ganda dan sering merasa pusing. Nurul
sudah memakai kacamata sejak 10 tahun lalu dan rutin mengganti kacamata setiap 2 tahun
sekali. Riwayat keluarga ayah dan ibu juga memakai kacamata, riwayat hipertensi dan
diabetes melitus tidak ada.
Dokter menyarankan agar pasien melakukan pemeriksaan biometri, USG mata dan
beradaptasi menggunakan kacamata sesuai hasil pemeriksaan refraksi diatas.
● Snellen chart : Alat atau bagan yang digunakan untuk mengukur ketajaman
penglihatan mata (visus mata).
● Visus 6/9 : orang normal bisa melihat cukup dari jarak 9 meter, harus dari
jarak lebih dekat 6 meter
● Ortoforia : Kedudukan bola mata dimana kerja otot-otot luar bola mata
seimbang sehingga memungkinkan terjadinya fusi tanpa usaha apapun.
● Tigroid : penipisan pada suatu lapisan dari retina yang kemudian pada
pemeriksaan mata tampak seperti garis-garis menyerupai kulit harimau (tiger).
● Sindrom Mata Kering : Mata kering juga bisa menyebabkan penglihatan kabur dan
kabur.Ini adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup air mata untuk
melumasi mata.
● Katarak : Katarak juga dapat menyebabkan penglihatan kabur karena lensa mata
yang sebelumnya bening menjadi keruh dan buram
● Ablasi retina : Ablasi retina, adalah penyakit mata serius yang terjadi ketika retina
terlepas dari jaringan yang menopangnya. Hal ini dapat menyebabkan penglihatan
kabur dan bahkan kebutaan jika tidak segera ditangani.
● Neuritis optik
IDENTIFIKASI MASALAH
2. Apakah ada kaitan antara riwayat keluarga dengan kondisi kelainan
refraksi yang saat ini dialami Nn. Nurul?
Dalam kasus skenario 3 kali ini kedua mata mengalami kelainan refraksi yang sama,
yaitu miopia. Namun, karena status refraksi mata kiri dan kanan berbeda, maka kondisi
tersebut dinamakan anisometropia. Pada beberapa penelitian, ditemukan bahwa ada
ada kaitan antara orang tua yang mengalami miopi dengan kejadian anak yang juga
mengalami miopi. karena genetik dapat menurunkan sifat kelainan refraksi ke
keturunannya, baik secara autosomal dominan maupun autosomal resesif. Anak
dengan riwayat orang tua yang mengalami kelainan refraksi, dapat meningkatkan
risiko mengalami hal yang serupa lebih tinggi.
IDENTIFIKASI MASALAH
3. Mengapa dokter menyarankan pasien untuk melakukan usg mata?
Mata kanan Ny.N dapat melihat dengan jelas pada jarak hanya 2 meter,
sedangkan orang normal dapat melihat dengan jelas pada jarak 60 meter. Hal ini
berarti mata kanan mengalami rabun jauh (miopia). Tajam penglihatan 6/15
bermakna bahwa ny. N membutuhkan jarak 6 meter untuk dapat melihat suatu
objek yang dapat dilihat orang dengan tajam penglihatan normal pada jarak 15
meter.
Learning Objective
1. Definisi Anisometropia
2. Etiologi Anisometropia
5. Diagnosis Anisometropia
6. Tatalaksana Anisometropia
7. Prognosis Anisometropia
DEFINISI ANISOMETROPIA
● Nama ini diambil dari empat komponen bahasa yunani: an- yang berarti tidak,
iso- yang berarti sama, metr- yang berarti ukuran dan ops yang berarti mata.
● Adanya perbedaan tajam penglihatan antara mata kanan dan kiri lebih
sensitif mempengaruhi penglihatan binokular.
● Perbedaan yang signifikan pada kelainan refraksi antara kedua mata lebih
dari 1.00D di meridian manapun cukup untuk dikategorikan sebagai
anisometropia.
ETIOLOGI ANISOMETROPIA
Anisometropia berdasarkan etiologinya dibagi dalam beberapa bagian
yaitu:
c. Kongenital, akibat pertumbuhan sumbu bola mata terlalu panjang atau pendek,
serta adanya faktor genetik.
● Uji aniseikonia
● Tes Hirschberg
● Monica D.S. 2016. Anisometropia, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. Departemen Ilmu Penyakit Mata,
Rumah Sakit Bhayangkara, Jakarta Barat.
● Paysse EA. Pediatric Ophthalmology and Strabismus. American Academy of Ophthalmology. Basic and Clinical Sciense
Course section 10. 2014-2015. Chapter 4, Amblyopia. The Eye M.D. Association; p. 33-40.
● Coleman AL, Collins N, Mizuiri D, Ravetto J, Lum FC. Amblyopia - Prefered Practice Pattern. American Academy of
Ophthalmology, 2012.
● Yorgun MA, Yülek F, Ugurlu N, Cagil N. Effects of different types of refractive errors on bilateral amblyopia. JCEI.
2012;3(4):467-71.
● Lang, Gerhard K. Ophthalmology. 2nd ed. A pocket textbook atlas. New York: Thieme Stuttgart; 2006
● Tang E WH, Li B CY, Yeung Ian YL, Li Kenneth KW. Occlusion therapy in amblyopia: An experience from Hong Kong. Hong
Kong Med Journal. 2014;20(1):32-6-7..
● McCarthy P. Anisometropia: What difference does it make? Optometry in Practice. 2013;14(1):1-10. 2. Haegerstrom-
Portnoy G, Schneck ME, Lott LA, Hewlett SE, Brabyn JA. Longitudinal increase in
● Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s general ophthalmology. 17th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedoketran EGC;
2015.
THANK YOU!