Anda di halaman 1dari 7

JENIS KELAINAN REFRAKSI MATA

Macam-macam kelainan Refraksi :

1. Mata Myopia Myopi / Rabun Jauh terjadi jika bola mata terlalu panjang dari depan ke belakang,
dan berkas cahaya menjadi terfokus di depan retina dan mengakibatkan penglihatan kabur atau
buram.
2. Mata Hipermetropi Hipermetropi / Rabun Dekat terjadi jika bola mata lebih kecil dari normal
atau lensa tidak bisa berakomodasi dengan baik, hal ini berakibat objek yang terlihat difokuskan
ke belakang retina dan penglihatan menjadi kabur.
3. Mata Asigmatisme Astigmatisme / Mata Silindris terjadi karena bervariasinya daya refraksi
kornea atau lensa karena kelainan bentuk permukaannya sehingga sinar yang jatuh pada dua
titik di depan retina.
4. Mata Presbiopi Presbiopi / Mata Tua terjadi Gangguan akomodasi pada usia lanjut yang dapat
terjadi akibat kelemahan otot akomodasi, lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya
akibat sclerosis lensa.
5. Mata Katarak Katarak / Mata Buram terjadi karena Cairan dalam lensa keruh, lensa mata
kelihatan putih dan cahaya tidak dapat menembusnya.
Fathimah S, Suryatiningsih S, Sari SK. Aplikasi diagnosis kelainan refraksi mata dan tips perawatan
mata dengan metode forward chaining berbasis web. Jurnal Infotel. 2015 Nov 10;7(2):153-64.

DEFINISI dan ETIOLOGI MIOPIA

Miopia -> Kondisi kelainan refraksi objektif SE ≤ -0,50 D pada mata tanpa akomodasi.\

Ket.: SE (Spherical Equivalent/Setara Sferis) adalah satuan untuk menyatakan besaran gangguan
refraksi. SE adalah refraksi sferis ditambah setengah silindris negatif, dinyatakan dalam dioptri
(D).

Etiologi dan faktro risiko

Banyak penelitian telah membahas mengenai berbagai faktor risiko miopia, namun masih banyak
kontroversi. Dibutuhkan lebih banyak studi untuk dapat memahami etiologi dan faktor risiko miopia.

- Genetik
Anak dengan orangtua miopia memiliki prevalensi miopia lebih tinggi. Faktor genetik memiliki
peran dalam bentuk dan pemanjangan bola mata.
- Pekerjaan dengan Jarak Pandang Dekat
Pekerjaan dengan jarak pandang dekat, kurang dari 25-30 cm, dalam jangka waktu lama
dikaitkan dengan tidak optimalnya akomodasi. Hal ini akan menciptakan kondisi bayangan
difokuskan di belakang retina (hyperopic defocus), yang terbukti menyebabkan pemanjangan
bola mata.
- Aktivitas di Luar Ruangan
Aktivitas di luar ruangan dinilai sebagai faktor terkuat yang dapat menunda mulainya miopia
pada anak. Hal ini diduga terkait dengan beberapa mekanisme berikut. Pertama, stimulus cahaya
saat aktivitas luar ruangan memicu keluarnya dopamin retina, yang menghambat proses
pertumbuhan dan perubahan bentuk sklera.Kedua, hipotesis bahwa stimulus cahaya
mengaktifkan kaskade sinyal retina ke sklera yang akan memengaruhi proses perubahan sklera.
Ketiga, memberi kesempatan melihat jarak jauh tanpa akomodasi, menyeimbangkan hyperopic
defocus berkepanjangan yang kerap terjadi di dalam ruangan.
- Lama Waktu Tidur
Hubungan antara waktu tidur dan miopia belum sepenuhnya dipahami. Anak yang tidur selama
9 jam atau lebih dalam sehari memiliki risiko lebih rendah daripada yang tidur kurang dari 7 jam
sehari.14 Terdapat dua hipotesis, pertama yaitu tidur mengistirahatkan otot siliar dan
menghambat progresi miopia
- Jenis Kelamin
Kejadian miopia pada anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki.12 Perempuan
memiliki risiko 1,21 kali lebih tinggi untuk mengidap miopia daripada laki-laki.
- Pemakaian Perangkat dengan Layar Digital (Digital Screen Time)
Pemakaian perangkat dengan layar digital, misalnya tablet, smartphone, televisi, dan komputer,
dalam jangka lama dapat menyebabkan serangkaian gejala yang disebut digital eye strain (DES)
atau ketegangan mata digital, berupa mata lelah, mata kering, nyeri kepala, mata kabur, dan
nyeri kepala hingga leher.16 Namun, bukti hubungan antara pemakaian perangkat dengan layar
digital dan kejadian miopia masih kontradiktif. Sebuah studi menyarankan batas pemakaian
perangkat digital tidak lebih dari 2 jam per hari pada anak dan remaja untuk mencegah
perkembangan miopia.
Supit F. Miopia: Epidemiologi dan Faktor Risiko. Cermin Dunia Kedokteran. 2021 Dec 1;48(12):741-4.

ETIOLOGI

Menurut penyebabnya, miopia dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu miopia aksialis dan miopia
kurvatura.

- Miopia aksialis disebabkan karena jarak anterior-posterior terlalu panjang. Hal ini dapat terjadi
secara kongenital pada makroftalmus. Miopia aksial dapatan bisa terjadi jika anak membaca
terlalu dekat, sehingga terjadi konvergensi berlebihan.
- Miopia kurvatura terjadi jika ada kelainan kornea, baik kongenital (keratokonus, keratoglobus)
maupun akuisita (keratektasia) dan lensa, misalnya lensa terlepas dari zonula Zinnii (pada luksasi
lensa atau subluksasi lensa, sehingga karena kekenyalannya sendiri lensa menjadi lebih
cembung) bisa menyebabkan miopia kurvatur. Kondisi lain berupa miopia indeks bisa terjadi
pada penderita DM yang tidak diobati. Kondisi ini menyebabkan kadar gula aqueous humor
meningkat, sehingga daya bias juga meningkat. Miopia posisi dapat juga terjadi bila posisi lensa
terlalu ke depan, sehingga titik fokus menjadi lebih maju.
Al Dinari N. Miopia: Etiologi dan Terapi. Cermin Dunia Kedokteran. 2022 Oct 3;49(10):556-9.

Departemen Mata Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia


KLASIFIKASI MIOPIA

Dinniyaputeri L, Wildan A, Prihatningtias R. PERBEDAAN HASIL RETINOMETRI PADA MIOPIA TINGGI


DAN MIOPIA DERAJAT LAINNYA (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine).
DIAGNOSIS MIOPIA

Diagnosis Miopia Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat malahan melihat
terlalu dekat, sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun jauh.Pasien dengan
miopia akan memberikan keluhan subjektif:

- Kabur bila melihat jauh


- Membaca atau melihat benda kecil harus jarak dekat
- Lekas lelah bila membaca
- Sakit kepala

Pengujian atau test yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara umum atau standar
pemeriksaan mata,terdiri dari :

1. Uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (Snellen)
Cara memeriksa :
- Kartu diletakkan pada jarak 6 meter dari pasien dengan posisi lebih tinggi atau sejajar dengan
mata pasien. Bila 6 m, berarti visus normalnya 6/6.
- Pastikan cahaya harus cukup
- Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup dan pasien diminta
membaca kartu.
- Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :
o Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6, maka tidak usah
membaca pada baris berikutnya => visus normal
o Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus normal, cek
pada 1 baris tersebut
 Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada baris
tersebut dengan false 1.
 Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada, visusnya
berada di baris tepat di atas baris yang tidak dapat dibaca.
 Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada baris di
atasnya.
o Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole (alat untuk
memfokuskan titik pada penglihatan pasien)
 Bila visus tetap berkurang => bukan kelainan refraksi
 Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => merupakan kelainan refraksi
2. Pemeriksaan visus koreksi
1. Penderita duduk 5 atau 6 meter dari kartu Optotip Snellen.
2. Tutup mata kiri dengan telapak tangan kiri tanpa tekanan.
3. Periksa visus mata kanan.
4. Jika visus tidak mencapai 6/6, lakukan pemeriksaan dengan pinhole
5. Pasang lempeng pinhole pada mata kanan dan minta penderita tetap menutup mata kiri
dengan telapak tangan kiri tanpa tekanan
6. Jika didapatkan hasil visus membaik setelah pemeriksaan pinhole, berarti terdapat gangguan
refraksi pada penderita ini, maka kita perlu melakukan koreksi dengan kacamata
7. Jika kita curiga miopia (rabun jauh), maka lakukan koreksi kacamata dengan mulai
memasang lensa sferis negatif dari angka terkecil terus naik ke angka yang lebih besar
sampai tercapai visus 6/6 atau visus optimum.
8. Catat macam lensa dan ukuran terkecil yang memberikan tajam penglihatan terbaik.
9. Lakukan hal demikian pada mata kiri dengan menutup mata kanan dengan telapak tangan
kanan tanpa tekanan.
10. Lakukan koreksi kacamata dengan lensa sferis positif jika kita curiga hipermetrop (rabun
dekat), dengan mulai memasang lensa sferis positif dari angka yang terkecil terus naik ke
angka yang lebih besar sampai tercapai visus 6/6 atau visus optimum.
11. Catat macam lensa dan ukuran terbesar yang memberikan tajam penglihatan terbaik
12. Jika dengan lensa sferis negatif maupun positif belum maksimal, maka tambahkan lensa
silindris negatif ataupun positif
13.
14.
TATALAKSANA MIOPIA

- Atropine
untuk menghentikan progresivitas miopia dengan melumpuhkan daya akomodasi. Studi
menunjukkan atropine 1% memperlambat progresivitas miopia hingga 80%. Meskipun
mekanisme kerja atropine menghambat progresivitas miopia belum diketahui pasti, studi lainnya
mengindikasikan atropine mempunyai efek mengubah sklera. Seperti diketahui, sinar ultraviolet
(UV) dapat meningkatkan ikatan kolagen di dalam sklera, yang pada akhirnya memperlambat
pertumbuhan sklera, sehingga menghambat pemanjangan bola mata.
Al Dinari N. Miopia: Etiologi dan Terapi. Cermin Dunia Kedokteran. 2022 Oct 3;49(10):556-9.
Departemen Mata Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huang et al., terhadap 16 metode pencegahan
perkembangan miopia, atropin dosis rendah (0.01%) menjadi pilihan terbaik untuk saat ini
sebagai pengobatan dalam mencegah miopia yang semakin parah terutama pada anak-anak
(Barathi et al., 2014; Chia et al., 2016, 2014; Chua, 2014; Clark and Clark, 2015; Huang et al.,
2016; Li et al., 2014; Pineles et al., 2017; Shih et al., 2016).
- Kacamata dan lensa kontak.
Kacamata dan lensa kontak adalah cara mudah dan umum untuk memperbaiki
rabun jauh. Ini membantu memfokuskan cahaya pada retina di bagian belakang
mata, sehingga memungkinkan untuk melihat lebih jelas.
- Operasi refraktif.
Pada orang dewasa dengan miopia, operasi refraktif dapat membantu
memperbaikinya. Dua jenis utama bedah refraktif adalah bedah refraktif laser dan
penggantian lensa refraktif. Dalam operasi refraktif laser, laser mengubah bentuk
kornea untuk menyesuaikan cara cahaya melewatinya.
Klinik Ibu Theresa Unika

Semarang, 26 April 2023

S-1,50
OD ----------------------------------------------------------------------

S-2,00
OS ----------------------------------------------------------------------

Distansia pupil : -

Pro : A (18 th) TTD dr. M, Sp.M

Anda mungkin juga menyukai