Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
Gangguan refraksi atau ametropia merupakan gangguan yang banyak diderita
populasi di dunia. Gangguan ini dapat berupa miopia, hiperopia, astigmatisma, dan
presbiopia. Miopia merupakan gangguan refraksi yang paling banyak diderita dan
prevalensinya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Prevalensi miopia
diperkirakan sekitar 9% pada anak-anak berusia 5 sampai 17 tahun di Amerika
Serikat. Penelitian tentang miopia pada populasi yang berusia muda (antara 15-19
tahun) pernah dilakukan di Singapura. Didapati bahwa prevalensi miopia lebih tinggi
dibanding Amerika Serikat yaitu 56%. Di Taiwan prevalensinya adalah 84% pada
populasi berusia 16-18 tahun. Sebuah penelitian serial dengan metodologi sama pada
anak berusia 7-15 tahun menyebutkan bahwa terdapat variasi prevalensi miopia
antara negara dan etnis yang berbeda. Empat persen di India, 10%-34% di Malaysia,
5%-17% di Cina selatan, 9%-40% di Malaysia dan Singapura. Di Indonesia sendiri
Saw et al pernah melakukan penelitian yang menemukan bahwa prevalensi miopia
adalah 26%.1,2,3
Data epidemiologi mengenai astigmatisma dan hiperopia lebih sedikit
dibanding miopia. Kleinstein et al yang meneliti astigmatisma pada anak-anak dan
remaja menemukan bahwa prevalensi astigmatisma sedikitnya 1.0 D adalah 28%
pada populasi berusia 5-17 tahun di Amerika Serikat. Penelitian serial pada populasi
antara 5-17 tahun di beberapa negara menemukan bahwa prevalensi astigmatisma
juga bervariasi. Di India prevalensinya antara 3%-7%, di Cina 6%, dan di Australia
5%. Di Amerika prevalensi astigmatisma pada populasi dewasa sekitar 20% dan lebih
tinggi pada pria. Prevalensi hiperopia sekitar 10% pada penduduk Amerika Serikat
dan meningkat seiring bertambahnya usia. 1,2,3
Individu dengan kelainan refraksi tinggi lebih besar kemungkinannya untuk
menderita kelaianan okular patologis. Pada pasien dengan miopia tinggi terjadi
peningkatan insiden penipisan retina, degenerasi retina perifer, retinal detachment,

dan glaukoma.1 Karena banyaknya kejadian gangguan refraksi dan kemungkinan


terjadinya gangguan okular patologis maka perlu dibahas lebih lanjut mengenai
kelainan refraksi dengan contoh kasus miopia astigmatisma compositus ODS.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.

Anatomi Mata
Bola mata (bulbus oculi terdapat di dalam rongga orbita yang
melindungi bola mata. Bola mata digerakkan oleh otot okular. Struktur lain
yang berhubungan dengan mata yaitu otot, fasia, alis mata, kelopak mata,
konjungtiva, dan apparatus lacrimal.4,5
Bola mata diselubungi oleh lemak, tetapi terdapat selubung
membranosa yang memisahkan bola mata dari lemak yaitu fascia bulbi. Mata
terbagi menjadi dua segmen yaitu segmen anterior yang transparan dan
merupakan 1/6 bagian bola mata dan segmen posterior yang merupakan 5/6
bagian bola mata. 4,5
Struktur yang terdapat pada mata dari anterior ke posterior yaitu
konjungtiva, kornea, sklera, iris, aquaeus humor, lensa, uvea, badan siliar,
vitreus humor, choroid, retina, dan saraf optik. 4,5

Gambar 1
Bola mata

Gambar 2
Anatomi mata, potongan melintang.
www.merck.com

II.2.

Kelainan Refraksi

II.2.1. Definisi
Gangguan refraksi (ametropia) merupakan gangguan yang terjadi
dimana sinar paralel yang masuk pada mata yang tidak berakomodasi tidak
terfokus pada retina. Yang termasuk gangguan refraksi yaitu miopia,
hiperopia, astigmatisma, dan presbiopia. Miopia terjadi karena cahaya yang
datang berfokus di depan retina sedang hiperopia terjadi karena cahaya
berfokus di belakang retina. Astigmatisma terjadi jika cahaya yang masuk ke
mata tidak disokuskan pada satu titik fokus. Astigmatisma dapat terjadi karena
gangguan pada kornea, lensa, atau retina. Namun yang paling sering adalah
karena gangguan pada kornea. Presbiopia adalah kondisi penurunan daya
akomodasi karena usia tua. Gangguan refraksi yang dikatakan ringan sampai
sedang adalah miopia yang kurang dari 6.0 D, hiperopia yang kurang dari 3.0
D, dan astigmatisma regular yang kurang dari 3.0 D. jika lebih dari batasan
tersebut dikelompokkan sebagai gangguan refraktif berat. 1,4,5

II.2.2. Pembagian Kelainan Refraksi


Miopia atau rabun dekat, titik fokus berada di depan retina karena
korneanya terlalu cembung, panjang sumbu axial terlalu panjang, atau
keduanya. Objek yang jauh tampak kabur, tapi pederita dapat melihat objek
dekat dengan jelas. Untuk mengoreksi miopia digunakan lensa cekung.
Hiperopia atau rabun jauh, titik fokus berada di belakang retina karena
korneanya terlalu datar, sumbu axial terlalu pendek, atau keduanya. Objek
yang jauh tampak kabur, tapi pederita dapat melihat objek dekat dengan jelas.
Penderita dengan hiperopia ringan masih dapat melihat jelas karena
kemampuan berakomodasinya. Untuk mengoreksi hiperopia digunakan lensa
cembung. Astigmatisma disebabkan karena sinar dari arah berbeda-beda
difokuskan pada titik yang berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan
kelengkungan kornea yang bervariasi. Lensa silindris digunakan untuk
mengoreksi astigmatisma. Presbiopia adalah hilangnya kemampuan lensa
untuk mengubah bentuk dalam memfokuskan bayangan karena usia. Biasanya
mulai dikeluhkan pada usia 40 tahun ke atas. Lensa yang dipakai untuk
mengoreksi kelainan ini adalah lensa bifokal. 1,4,5
Anisometropia adalah kelainan dimana perbedaan dioptri antara kedua
mata signifikan (biasanya lebih dari 3 dioptri). Jika dikoreksi dengan
kacamata maka terjadi kesulitan fusi bayangan atau supresi salah satu
bayangan. 1,6

Gambar 3
Fokus bayangan pada A. mata normal, B. miopia, C. hiperopia, dan D.
astigmatisma
www.merck.com

II.2.3. Miopia
Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan
pembiasan sinar yang berlebihan atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar
sejajar yang datang dibiaskan di depan retina dimana sistem akomodasi
berkurang. Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat lebih jelas bila
dekat sedangkan melihat jauh kabur atau pasien adalah rabun jauh. Pasien
miopia mempunyai punctum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas)
yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang
akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini
menetap maka penderita akan terlihat juling ke dalam atau esotropia.1,4,6

Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus
okuli seperti degenerasi makula, degenerasi retina bagian perifer,dengan
miopik kresen pada papil saraf optik. Pengobatan pasien dengan miopia
adalah dengan memberikan kaca mata sferis negative terkecil yang
memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Bila pasien dikoreksi dengan
-3.0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga bila diberi -3.25,
maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0 agar untuk memberikan istirahat
mata dengan baik sesudah dikoreksi.1,4
Miopia dapat diklasifikasikan berdasarkan klinis, derajat, dan usia
ketika terjadi.3
Berdasarkan klinis miopia dibedakan menjadi miopia simpleks,
nokturnal, pseudomiopia, degeneratif, atau terinduksi. Miopia simpleks terjadi
karena gangguan pada kekuatan optik kornea atau lensa ataupun yang lebih
jarang karena panjang aksial bola mata yang berlebihan. Miopia simpleks
merupakan bentuk yang paling sering dan biasanya kurang dari 6 dioptri.
Miopia

nokturnal

terjadi

karena

kurangnya

cahaya

sehingga

mata

berakomodasi lebih kuat dan terjadi gangguan kontras untuk stimulus


akomodasi pada keadaan gelap tersebut. Pseudomiopia terjadi karena
peningkatan kemampuan refraktif akibat overstimulasi akomodasi mata atau
spasme otot siliar. Miopia degeneratif terjadi karena perubahan degeneratif
segmen posterior biasanya sering akibat sekuela retinal detachment atau
glaukoma. Miopia induksi terjadi akibat paparan obat, gula darah, atau
sklerosis nuklear lensa yang biasanya reversibel. 1,3
Berdasarkan derajat miopia dibagi menjadi ringan (1-3

dioptri),

sedang (3-6 dioptri), atau berat (lebih dari -6 dioptri).3,5


Berdasarkan onset terjadinya miopia dibedakan menjadi kongenital
(terjadi pada bayi), miopia onset muda (pada pasien <20 tahun), onset waktu
dewasa muda (20-40 tahun), dan dewasa lanjut (>40 tahun).5

Faktor resiko terjadinya miopia adalah terdapat riwayat keluarga yang


menderita miopia, terdapat miopia waktu retinoskopi nonsikloplegik pada
bayi, penurunan emetropia waktu masuk sekolah, esoforia dekat, gangguan
kurvatura kornea, aksis yang terlalu panjang, dan gangguan temporer retina
waktu anak-anak. 1,5,6

Etiologi yang mungkin untuk miopia simpleks adalah diturunkan dari


orang tua atau melihat dekat yang terlalu sering, untuk miopia nokturnal
karena level signifikan untuk akomodasi fokus gelap, pada pseudomiopia
karena gangguan akomodasi, eksoforia berat, atau agen agonis kolinergik.
Pada miopia degenerasi karena diturunkan, retinopati, dan gangguan cahaya
ketika melewati media okular. Pada miopia terinduksi karena katarak yang
berhubungan dengan ketuaan, kadar gula adrah yang tinggi, atau paparan obat
seperti sulfonamide. 1,5,6
Gejala yang banyak dikeluhkan adalah pandangan kabur. Penglihatan
untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya terlalu
tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka
kedua mata selalu harus melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini mungkin
menimbulkan keluhan (astenovergen) . Mungkin juga posisi konvergensi itu
menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen (estropia). Apabila terdapat
myopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain dapat terjadi
ambliopia pada mata yang myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan
bergulir ke temporal yang disebut strabismus divergen (eksotropia).5
Tanda yang dijumpai pada pemeriksaan untuk miopia simpleks adalah
pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif
lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol dan pada
segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai
kresen myopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik. Pada
miopia patologik dapat dijumpai gambaran pada segmen anterior serupa

dengan myopia simpleks sedang gambaran yang ditemukan pada segmen


posterior berupa kelainan-kelainan pada
Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau
degenarasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan
kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan myopia
Papil saraf optic: terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen
myopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi
oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur
Makula: berupa pigmentasi, kadang-kadang ditemukan pendarahan
subretina pada daerah makula
Retina bagian perifer: berupa degenersi kista retina bagian perifer
Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan
retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan
disebut sebagai fundus tigroid.1,3,5
Untuk mengoreksi miopia digunakan lensa cekung agar sinar jatuh
tepat pada retina.

Gambar 4
Koreksi dengan lensa cekung
http://www.allaboutvision.com/contacts

II.2.4. Hiperopia
Hiperopia atau rabun jauh, titik fokus berada di belakang retina karena
korneanya terlalu datar, sumbu axial terlalu pendek, atau keduanya. Objek
yang jauh tampak kabur, tapi pederita dapat melihat objek dekat dengan jelas.
Penderita dengan hiperopia ringan masih dapat melihat jelas karena
kemampuan berakomodasinya. 1,3,5
Mata hiperopik lebih pendek daripada normal. Cahaya dari objek jarak
dekat (misalnya ketika membaca buku), tidak dapat terfokus secara jelas pada
retina.5

Gambar 5
Koreksi dengan lensa cembung
http://www.allaboutvision.com/contacts

Bayi dan anak-anak cenderung mengalami hipermetropia ringan.


Sejalan dengan pertumbuhan dan bertambah panjangnya mata, hipermetropia
semakin berkurang.1,5
II.2.5. Astigmatisma
Astigmatisma adalah keadaan dimana terjadi penglihatan yang kabur
karena sinar dari arah berbeda-beda difokuskan pada titik yang berbeda. Hal
ini disebabkan karena perbedaan kelengkungan kornea yang bervariasi.
Astigmatisma ringan dapat atnpa gejala namun astigmatisma yang berat dapat
menyebabkan penglihatan kabur, mata lelah, dan sakit kepala.1,7

10

Gambar 6
Gambaran yang dilihat oleh penderita astigmatisma
http://www.aoa.org/

Gambar 7
Kipas astigmat
http://www.aoa.org/

Penyebabnya mungkin herediter dan dapat memburuk seiring


berjalannya waktu. 1,7
II.2.6. Presbiopia
Pada usia muda, lensa mata masih lunak dan lentur, sehingga
bentuknya bisa berubah-ubah guna memfokuskan objek dekat dan objek jauh.

11

Setelah berusia 40 tahun, lensa menjadi lebih kaku. Lensa tidak dapat dengan
mudah merubah bentuknya sehingga lebih sulit untuk membaca pada jarak
dekat. Hal ini merupakan suatu keadaan yang normal, yang disebut dengan
presbiopia. Presbiopia bisa terjadi bersamaan dengan miopia, hiperopia
maupun astigmatisma.1,5
II.3.

Gejala dan Tanda


Gejala utama gangguan refraksi adalah penglihatan yang kabur
melihat objek jauh, dekat, atau keduanya. Terkadang tonus musculus ciliaris
yang terlalu kuat dapat menyebabkan sakit kepala. Mata yang dipaksa untuk
melihat dapat menyebabkan terjadinya ocular surface desiccation, iritasi mata,
gatal, mata lelah, sensasi terdapat benda asing, dan kemerahan. Menyipitkan
mata ketika membaca dan sering berkedip atau menggosok mata merupakan
gejala gangguan refraksi pada anak. Penglihatan kabur harus didiagnosis
banding dengan kelainan mata lainnya. Penting untuk dibedakan apakah mata
kabur mengenai satu atau dua mata, apakah pupil normal, bagaimana afferent
pupillary defect (APD), apakah lensa koreksi atau pinhole meningkatkan
penglihatan. Penglihatan kabur monookuler dengan APD dapat diduga optic
neuritis, neuropati, atau atrophi. Penglihatan kabur binokular dengan
perbaikan jika melihat memakai lensa atau pinhole menunjukkan kelainan
refraksi.1,5

II.4.

Diagnosis Banding
Mata tenang visus turun perlahan didiagnosis banding dengan katarak,
glaukoma kronik, retinopati, ambliopia, retinoblastoma, dan toxoplasmosis.5

II.5.

Pemeriksaan
Untuk kelainan refraksi, pemeriksaan yang dilakukan adalah
pemeriksaan visus, pengukuran koreksi terbaik untuk visus, dan keratometri

12

untuk mengukur kelengkungan kornea yang biasanya dilakuka untuk koreksi


penglihatan dengan lensa kontak.1,5,8
Pemeriksaan rutin seperti pemeriksaan bagian eksternal mata,
kedudukan dan gerakan bola mata, segmen anterior dan posterior hendaknya
tetap dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan lain. 1,5,8
II.5.1. Pemeriksaan Visus
Dilakukan di ruangan dengan pencahayaan cukup memakai kartu
Snellen. Caranya:
1. Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen. Pemeriksan
dilakukan bergantian mata kanan dan kiri.
2. Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu,mulai dari baris
paling atas kebawah,dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca
seluruhnya dengan benar.
3. Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas (terbesar) maka
dilakuan uji hitung jari dari jarak 6 meter
4. Jika pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 6 meter maka jarak
dapat dikurangi satu meter sampai maksimal jarak penguji dengan
pasien 1 meter.
5. Jika pasien tetap tidak bisa melihat dilakukan uji lambaian tangan dan jika
masih tidak dapat dilakukan uji dengan arah sinar.
6. Jika pengelihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka
dikatakan pengelihatanya adalah 0 (nol) atau buta total.
Nilai tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat
membaca seluruh huruf dalam kartu Snellen dengan benar. Bila baris yang
dapat dibaca selurunya bertanda 30 maka dikatakan tajam pengelihatan 6/30.
Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal
huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 meter. Bila dalam uji hitung jari
pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan

13

pad jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam pengelihatan 3/60. Jari terpisah
dapat dilihat orang normal pada jarak 60 meter.5,8
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak
300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter,
berarti tajam pengelihatan adalah 1/300. 1,5,8
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja tapi tidak dapat melihat
lambaian tangan, maka dikatakan sebagai satu per minus. Orang normal dapat
melihat adanya sinar pada jarak tidak terhingga. 1,5,8
Pemeriksaan visus secara objektif dapat dilakukan dengan automated
refraction yaitu mesin yang mendeteksi kelainan refraksi dengan mengukur
bagaimana perubahan sinar ketika memasuki mata. Penderita duduk di depan
autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya
diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi
dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.6

Gambar 8
Automated refractometer
www.shin-nippon.jp

14

Gambar 9
Hasil automated refractometer
www.shin-nippon.jp

II.5.2. Koreksi Visus


Dilakukan pada satu mata secara bergantian, bisanya dimulai mata
kanan kemudian mata kiri, dilakukan setelah tajam pengelihatan diperiksa dan
diketahui terdapat kelainan refraksi. Dengan cara:
1. Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari kartu snellen
2. Satu mata ditutup,dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca
baris terkecil yang masih dapat dibaca
3. Pada mata yang terbuka diletakkan lensa positif +0,50 untuk
menghilangkan akomodasi pada saat pemeriksaan
4. Kemudian diletakan lensa positif tambahan,dikaji:
a. Bila penglihatan tidak bertambah baik,berarti pasien tidak
hipermetropia
b. Bila bertambah jelas dan dengan kekuatan lensa yang ditambah
perlahan-lahan

bertambah

baik,berarti

pasien

menderita

hipermetropia.Lensa positif terkuat yang masih memberikan


ketajaman terbaik merupakan ukuran lensa koreksi untuk mata
hipermetropia tersebut.
5. Bila penglihatan tidak bertambah baik,maka diletakan lensa negative.bila
menjadi jelas,berarti pasien menderita miopi.Ukuran lensa koreksi adalah

15

lensa negative teringan yang memberikan ketajaman penglihatan


maksimal
6. Bila baik dengan lensa positif maupun negative penglihatan tidak
maksimal (penglihatan tidak dapat mencapai 6/6)maka dilakukan uji
pinhole.Letakan pinhole didepan mata yang sedang diuji dan diminta
membaca baris terakhir yang masih dapat dibaca sebelumnya. Bila:
a. Pinhole tidak memberikan perbaikan,berarti mata tidak dapat
dikoreksi lebih lanjut karena media penglihatan kruh,terdapat
kelainan pada retina atau saraf optik
b. Terjadi perbaikan penglihatan,maka berarti terdapat astigmatisma
atau silinder pada mata tersebut yang belum mendapat koreksi.
7. Bila pasien astigmatisma,maka pada mata tersebut dipasang lensa positif
yang cukup besar untuk membuat pasien menderita kelainan refraksi
astigmatisma miopikus
8. Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat dan ditanya garis pada kipas
yang paling jelas terlihat
9. Bila perbedaan tidak terlihat,lensa positive lensa positif diperlemah sedikit
demi sedikit hingga pasien dapat melihat garis yang terjelas dan kabur
10. Dipasang lensa silinder negative dengan sumbu sesuai dengan garis
terkabur pada kipas astigmat
11. Lensa silinder negative diperkuat sedikit demi sedikit pada sumbu tersebut
hingga sama jelasnya dengan garis lainnya
12. Bila sama jelasnya,dilakukan tes kartu snellen kembali
Bila tidak didapatkan hasil 6/6 mungkin lensa positif yang diberikan
terlalu berat, harus dikurangi perlahan-lahan atau ditambah lensa negative
perlahan-lahan sampai tajam penglihatan menjadi 6/6. Derajat astigmat adalah
ukuran lensa silinder negatif yang dipakai hingga gambar kipas astigmat
tampak sama jelas.5,8
Pemeriksaan penglihatan jauh dilakukan tanpa akomodasi. Dengan
teknik nonsikloplegik agar kekuatan koreksi lensa negatifnya tidak terlalu
eksesif. Pada beberapa kasus dimana mata tetap berakomodasi, terutama pada

16

pasien usia muda dipakai sikloplegik. Penglihatan dekat harus diperiksa


sebelum pasien diberi agen sikloplegik. Uji refraksi dengan sikloplegik
diindikasikan jika akomodasinya tidak bisa relaksasi dan pada pasien dimana
gejalanya tidak konsisten dengan kesalahan refraksi manifes (nonsikloplegik)
atau pada pasien yang membutuhkan koreksi refraksi yang akurat. Biasanya
agen yang dipakai adalah tropikainamid dan siklopentolat. Tropikainamid
memiliki onset cepat dan durasi kerja pendek namun siklopentolat memberi
efek sikloplegik yang lebih kuat sehingga pemeriksaan lebih akurat.
Perbedaan signifikan antara refraksi manifes dan sikloplegik sering terjadi
pada anak-anak yang kemampuan akomodasinya masih kuat. Pada orang
dewasa bila ada perbedaan signifikan maka dilakukan uji refraksi postsikloplegik beberapa hari kemudian untuk menentukan koreksi akhir yang
tepat. 5,8
Uji koreksi visus dapat dilakuakn dengan frame dan trial lenses atau
dengan foropter yaitu alat dimana terdapat sejumlah lensa korektif sehingga
pasien dapat membandingkan level koreksi yang berbeda ketika melihat
Snellen chart.6

Gambar 10
Pemeriksaan dengan foropter
www.aoa.org

17

II.6.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengoreksi kelainan
refraksi adalah penggunaan kacamata, lensa kontak, bedah refraktif, ataupun
penggunaan obat-obatan tertentu.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa kualitas hidup paling buruk adalah
pada pengguna kacamata lalu pengguna lensa kontak dan yang paling baik
adalah pasien yang menjalani bedah refraktif untuk koreksi penglihatannya. 9

II.6.1. Kacamata
Kacamata merupakan alat yang paling sederhana dan aman untuk
mengoreksi kelainan refraksi. Kacamata harus dikoreksi dalam jangka waktu
tertentu jika terjadi perubahan visus. Biasanya dilakukan pemeriksaan ulang
setiap 1-2 tahun. Mata miopia dikoreksi dengan lensa cekung atau negatif,
hiperopia dikoreksi dengan lensa cembung atau positif, dan astigmatisma
dikoreksi dengan lensa silindris. Mata presbiopia dikoreksi dengan lensa
bifokal.1,3,6

II.6.2. Lensa Kontak


Lensa kontak merupakan suatu lensa tipis dari bahan fleksibel (soft
contact lens) atau rigid (rigid gas permeable lens) yang berkontak dengan
kornea. Lensa kontak menmberikan koreksi penglihatan yang lebih baik
dibanding kacamata. Lensa kontak dapat diresepkan untuk mengoreksi
miopia, hiperopia, astigmatisma, anisometropia, anisokonia, afakia, setelah
operasi katarak, atau pada keratokonus. Soft contact lens atau rigid gas
permeable lens dapat mengoreksi miopia, hiperopia, dan presbiopia. Lensa
kontak toric yang memiliki kirvatura berbeda yang disatukan pada permukaan
depan lensa dapat diresepkan untuk mengoreksi astigmatisma. 1,6

18

Gambar 11
Perbedaan soft contact lens dan RGP
http://www.allaboutvision.com/contacts/

Lensa kontak dapat digunakan untuk pasien yang tidak mau memakai
kacamata. banyak pasien yang menyatakan bahwa ia merasa lebih nyaman
dan penglihatannya lebih baik dengan koreksi lensa kontak. Kontraindikasi
relatif untuk pemakaian lensa kontak adalah gangguan kelopak mata, adanya
film air mata berlebihan atau abnormalitas permukaan okular misalnya karena
keratokonjungtivitis, sicca, blepharoconjunctivitis, acne rosacea, conjunctival
cicatrization, corneal exposure, neurotrophic keratitis, atauabnormalitas
corneal lainnya. Kontraindikasi relatif lainnya adalah penggunaan topical
corticosteroids, inflamasi segmen anterior, filtering bleb, hygiene buruk,
lingkungan sekitar kotor, riwayat komplikasi kornea karena lensa kontak, dan
pasien yang tidak mengerti resiko pemakiannya. 1,6
Komplikasi yang dapat terjadi adalah microbial keratitis yang dapat
menyebabkan hilangnya penglihtan. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah
tarsal papillary conjunctivitis dan perubahan bulbar conjunctival, epithelial
keratopathy, corneal neovascularization, nonmicrobial infiltrates, dan corneal
warpage. Perubahan endotel dapat terjadi termasuk polymegethism,
pleomorphism, dan jarang berupa reduksi densitas sel endotelial. Stromal
edema sering terjadi, penipisan kornea juga pernah dilaporkan. Gejala
klinisnya dapat bermacam-macam. Asupan oksigen ke kornea penting
diperhatikan terutama pada pasien dengan kelainan refraksi tinggi akibatnya

19

lensa kontak yang dipakai lebih tebal dan lebih berpotensi menimbulkan
masalah.1
1. Soft Contact Lens
Soft contact lens terbuat dari poly-2-hydroxyethyl methacrylate
dan plastik fleksibel serta 30-79% air. Diameternya sekitar 13-15 mm dan
menutupi seluruh kornea. lensa ini dapat digunakan untuk miopia dan
hiperopia. Karena lensa ini mengikuti lengkung kornea maka tidak dapat
dipakai untuk mengoreksi astigmatisma yang lebih dari astigmatisma
minimal. Karena ukurannya yang lebih besar soft contact lens lebih
gampang dipakai dan jarang kemasukan benda asing antara pada ruang
lensa dan kornea serta adaptasinya juga cepat. 1,6

Gambar 12
soft contact lens
http://www.davidorf.com/los-angeles/latest-news.htm

Gambar 13
Lensa kontak bifokus
http://www.allaboutvision.com/

2. RGP (rigid gas permeable) lens

20

Lensa RGP terbuat dari fluorocarbon dan campuran polymethyl


methacrylate. Diameternya 6.5-10 mm in diameter dan hanya menutupi
sebagian kornea mengapung di atas lapisan air mata.
Lensa RGP memberikan penglihatan yang lebih tajam dibanding
soft contact lens, pertukaran oksigen yang lebih baik sehingga dapat
mencegah infeksi dan gangguan mata lain. Durasi pemakaian lensa RGP
dapat lebih lama dibanding soft contact lens. Lensa RGP disesuaikan
ukurannya pada setiap mata dengan lebih tepat dan teliti. Kerugiaannya
adalah lensa RGP kurang nyaman dibanding soft contact lens dan masa
adaptasinya yang lebih lama. Lensa RGP dapat mengoreksi kelainan
seperti keratoconus dimana terdapat irregularitas bentuk kornea yang tidak
dapat dikoreksi soft contact lens. 1,6
Lensa kontak toric dipakai untuk mengoreksi astigmat. Lensa ini
memiliki dua power untuk sferis dan silindris. Agar berada pada posisi
yang tepat dan stabil biasanya lensa ini lebih berat dan memiliki penanda
di bawah. 1,6

Gambar 14
Lensa kontak toric
http://www.davidorf.com/los-angeles/latest-news.htm

21

3. Gabungan
Terdapat pula lensa kontak yang merupakan gabungan soft contact
lens dan RGP yang memadukan keuntungan keduanya yakni lebih mudah
dipakai dan pertukaran oksigen yang baik.

Gambar 15
Lensa kontak gabungan soft contact lens dan RGP
http://ads.allaboutvision.com/

II.6.3. Operasi
Pembedahan dan terapi laser bisa digunakan untuk memperbaiki
miopia, hiperopia dan astigmata. Tetapi prosedur tersebut biasanya tidak
mampu memperbaiki penglihatan sebaik kacamata dan lensa kontak. Sebelum
menjalani prosedur tersebut, sebaiknya penderita mendiskusikannya dengan
seorang ahli mata dan mempertimbangkan keuntungan serta kerugiannya.
Pembedahan refraktif biasanya dijalani oleh penderita yang penglihatannya
tidak dapat dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak dan penderita yang
tidak dapat menggunakan kacamata atau lensa kontak.6,10
Beberapa operasi untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah laser in
situ keratomileusis (LASIK), photorefractive keratectomy (PRK), intracorneal

22

ring segments (INTACS), conductive keratoplasty (CK), phakic intraocular


lenses, clear lensectomy, radial dan astigmatic keratotomy. 6,10

BAB III
LAPORAN KASUS
II.1.

Identifikasi
Nama

: Nn. Y

Umur

: 14 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

II.2.

Agama

: Islam

Bangsa

: Indonesia

Pekerjaan

: Pelajar

Alamat

: Jalan Supersemar no 1188 RT 15 RW 03

MRS

: 15 Mei 2008

Anamnesis (Autoanamnesis, 15 Mei 2008)


Keluhan Utama:
Penglihatan mata kanan dan mata kiri kabur
Riwayat Perjalanan Penyakit:
3 bulan yang lalu penderita mengeluh penglihatan mata kanan dan mata kiri
kabur, hal ini dirasakan pertama kali oleh penderita pada saat melihat tulisan

23

di papan tulis. Penderita menyadari pada saat pindah duduk nomor empat dari
depan, biasanya pasien duduk di depan. Mata kabur juga dirasakan pada saat
melihat jauh Penderita juga mengeluh pusing setelah membaca tulisan
dipapan tulis dan melihat jauh. Kadang-kadang pada saat melihat benda
penderita merasakan adanya bayangan. Penderita juga tidak bisa melihat garis
lurus. Mata berair tidak ada, mata nyeri tidak ada, melihat pelangi (-) dan
penglihatan berasap (-), .mata kucing (-)
Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat memakai kacamata disangkal.

Riwayat penglihatan kabur sebelumnya disangkal.

Riwayat memelihara kucing disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga:

Riwayat kedua orang tua memakai kacamata (+)

Status Gizi :
Habitus

: athleticus

Berat Badan

: 32 kg

Tinggi Badan : 145 cm


Status Ekonomi:
Cukup
II.3.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum

: tampak sakit ringan

Keadaan sakit

: sakit ringan

24

Kesadaran

: compos mentis

Tekanan Darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 80 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Pernafasan

: 20 x/menit

Suhu

: 36,7oC

Status Oftalmologikus
OD

OS

Visus

5/18 F1

5/12

TIO

PH : 6/6 F1
18.5 mmHg

PH : 6/6 F1
18.5 mmHg

KBM

Orthoforia

GBM

Segmen Anterior

25

Alis mata
Palpebra

Tenang

Tenang

Konjungtiva

Tenang

Tenang

Kornea

Jernih

Jernih

BMD

Jernih

Jernih

Iris

Sedang, jernih

Sedang,jernih

Pupil

Gambaran baik

Gambaran baik

Lensa

B, R, RC (+)

B, R, RC (+)

RFOS (+)

RFOS (+)

Lonjong, batas tegas, warna

Lonjong, batas tegas, warna

merah normal, c/d 0,2, a/v 2/3

merah normal, c/d 0,2, a/v 2/3

Makula

RF agak menurun

RF agak menurun

Retina

Kontur pembuluh darah baik

Kontur pembuluh darah baik

Segmen Posterior
Refleks fundus
Papil

Koreksi kacamata pada pemeriksaan Objektif


Right ;

Left :

S : + 1,75

S : + 0,5

C : - 2,62

C : - 1,5

A : 94

A : 102

Pemeriksaan subjektif

II.4

Dextra :

Sinistra :

S : - 1,25

S : - 1,25

C : - 0,75 axis 900

C : - 0,75 axis 900

Diagnosis Kerja
Miopia astigmatisma compositum ODS

26

II.5

Penatalaksanaan
Resep kacamata menggunakan lensa konveks dan silindris
Dextra :

Sinistra :

S : - 1,25

S : - 1,25

C : - 0,75 axis 900

C : - 0,75 axis 900

Pupil distance: 60 / 62
II.6

Prognosis
Quo ad vitam

: bonam

Quo ad functionam

: bonam

27

BAB IV
ANALISIS KASUS
Seorang perempuan berumur 14 tahun pelajar berkebangsaan Indonesia
datang dengan keluhan penglihatan mata kanan dan mata kiri kabur terutama saat
melihat tulisan dipapan tulis dan melihat jauh disertai pusing, merasakan ada
bayangan saat melihat benda dan tidak bisa melihat garis lurus. Pada penderita ini
tidak ditemukan mata berair, mata nyeri, melihat seperti asap dan melihat seperti
pelangi. Riwayat penyakit dahulu yaitu riwayat kacamata disangkal, riwayat
memelihara kucing disangkal, dan riwayat penglihatan kabur sebelumnya disangkal.
Terdapat riwayat penyakit dalam keluarga dari kedua orang tuanya.
Pada keluhan utama didapatkan beberapa kemungkinan diagnosis banding
mata tenang visus turun antara lain kelainan refraksi, katarak, retinopati, ambliopia,
glaukoma kronis, retinoblastoma, toksoplasmosis. Dari identifikasi dan riwayat
perjalanan penyakit beberapa diagnosis banding tersebut dapat disingkirkan antara
lain katarak dengan tidak adanya keluhan melihat seperti asap, untuk glaukoma tidak
adanya nyeri pada mata dan melihat seperti pelangi, retinoblastoma

dapat

disingkirkan dari umur penderita, ambliopia dengan tidak adanya riwayat penglihatan
kabur dan kacamata sebelumnya, dan tidak memelihara kucing dapat menyingkirkan
toxolpasmosis.
Pada status oftalmologikus, visus mata kanan 5/18 F1, PH 6/6 F1 dan visus
mata kiri 5/12, PH 6/6 F1. Tekanan Intraokuler dan segmen anterior pada kedua mata
dalam batas normal. Sedangkan pada segmen posterior didapatkan kelainan pada
papil yang berbentuk lonjong dan reflex fundus agak menurun pada kedua bola mata.
Dari status oftalmologikus dapat disingkirkan diagnosis banding lainnya seperti

28

retinopati. Jadi pada penderita ini

dapat ditegakkan diagnosis berupa kelainan

refraksi.
Untuk menunjang diagnosis, dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang,
yaitu pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif. Pada pemeriksaan subjektif
dengan menggunakan trial lens, didapatkan pada mata kanan spheris -1,25; cylindris
0,75; axis 90, dan

mata kiri berupa spheris -1,25; cylindris-0,75; axis 90.

Sedangkan pemeriksaan objektif dengan menggunakan autorefraktor didapatkan pada


mata kanan spheris +1,75; cylindris 2,62; axis 94, dan mata kiri berupa spheris
+0,5; cylindris-1,5; axis 120. Dengan adanya pemeriksaan penunjang, maka
beberapa kelainan refraksi dapat dipersempit. Spheris yang bernilai negative dan
didapatkan nilai pada cylindris serta axis, dapat disimpulkan penderita ini mengalami
myopia astigmatisma compositus ODS. Penatalaksanaannya diberikan kacamata
dengan lensa konveks dan kacamata silindris yang sesuai dengan pemeriksaan
subjektif agar keluhan penderita dapat dikoreksi. Prognosis penderita secara vitam
dan functionam adalah bonam.

29

30

Anda mungkin juga menyukai