Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Hernia

merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan
muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang
biasa melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.
3.2 Epidemiologi
75% dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul didaerah
sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak dari pada hernia direct yaitu
2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi dari pada di sisi kiri. Perbandingan
pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Hernia femoralis kejadiannya
kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi 40% dari itu muncul sebagai kasus
emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi. Hernia femoralis lebih sering
terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia
inguinal. Meskipun kasus hernia femoralis pada pria dan wanita adalah sama,
insiden hernia femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih sering dibandingkan
dikalangan pria, karena secara keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis
pada wanita.(2,3)

3.3 Anatomi

Gambar 1. Anatomi anterior

Gambar 2. Anatomi posterior


3.3.1

Kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak


2-4 cm kearah caudal lagamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin
internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau
ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster,
pleksus pampiniformis, arteri testicularis n ramus genital nervus genitofemoralis,
ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis.
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi.
Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke
caudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian
superficial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum
lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia
transfersalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar kanalis inguinalils
adalah bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah.
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum
Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus, dan
ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral
dari trigonum adalah hernia indirect.

Gambar 1. Segitiga Hesselbach's

Gbr 3. Bagian dalam regio


inguinal

3.3.2

Aponeurosis Obliqus External

Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial


dan profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan
transversus abdominis, mereka membentuk sarung rectus dan akhirnya
linea alba. external oblique aponeurosis menjadi batas superficial dari
kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior
superior ke tuberculum pubicum
3.3.3

Muskulus Oblique Internus


Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis .
bagian medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari
aponeurosis transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk
membentuk conjoined tendon. adanya conjoined tendon yang sebenarnya
telah banyak diperdebatkan, tetapi diduga oleh banyak ahli bedah muncul
pada 10% pasien.

3.3.4

Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutanb dari otot transversalis dan
aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2
lapisan: "The fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu
terletak sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian
luar; ia keluar dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari
spermatic cord dan berikatan ke linea semulunaris.

3.3.5

Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan
dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik
fixasi yang penting dalam metode perbaikan laparoscopic sebagaimana
pada teknik McVay.

3.3.6

Preperitoneal Space
Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh
darah dan saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli
bedah adalah nervus cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral.
nervus cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan L3 dan
kadang cabang dari nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang
permukaan anterior otot iliaca dan dibawah fascia iliaca dan dibawah atau

melelui perlekatan sebelah lateral ligamentum inguinal pada spina iliaca


anterior superior.
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2
dan kadang dari L3. Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi
cabang genital dan femoral. Cabang genital masuk ke kanalis inguinalis
melalui cincin dalam sedangkan cabang femoral masuk ke hiatus femoralis
sebelah lateral dari arteri. ductus deferens berjalan melalui preperitoneal
space dari caudal ke cepal dan medial ke lateral ke cincin interna
inguinal.Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space,
dan jumlah jaringan lemak sangat bervariasi.
3.4 Etiologi
Penyebab terjadinya hernia:
1.

Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat
kemudian dalam hidup.

2.

Akibat dari pembedahan sebelumnya.

3.

Kongenital
a. Hernia congenital sempurna. Bayi sudah menderita hernia kerena
adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
b. Hernia congenital tidak sempurna. Bayi dilahirkan normal (kelainan
belum tampak) tapi dia mempunyai defek pada tempat tempat tertentu
(predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi
hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan
intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
3 Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek
bawaan tetapi disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama
hidupnya, antara lain :
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh
pasien yang sering mengejan yang baik saat BAB maupun
BAK.

b. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia


jaringan ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk
juga dapat terkena hernia karena banyaknya jaringan lemak
pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat
penyokong pada LMR.
c. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
d. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan
intraabdominal.
e. Sikatrik.
f.

Penyakit yang melemahkan dinding perut.

g. Merokok
h. Diabetes mellitus.
3.5 Klasifikasi Hernia
3.5.1
-

Bagian-bagian Hernia

Kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis.


Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia
adiposa, hernia intertitialis.

Isi hernia. Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia,
misalnya usus, ovarium dan jaringan penyangga usus (omentum).

Pintu hernia. Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui


kantong hernia.

Leher hernia. Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan


kantong hernia.

Locus minoris resistence (LMR)

Gambar 2. Bagian-bagian hernia


3.5.2 Jenis Hernia
1. Berdasarkan terjadinya:
a. Hernia kongenital:
- Hernia kongenital sempurna: karena adanya defek pada
-

tempat-tempat tertentu.
Hernia kongenital tak sempurna: bayi dilahirkan normal
(kelainan belum tampak) tetapi mempunyai defek pada
tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan
setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut

karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intra abdominal.


b. Hernia akuisita
2. Berdasarkan klinis:
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus
keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring
atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus. Dapat direposisi tanpa operasi.
b. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat
kembali ke cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi.
Tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika
telah mengalami perlekatan organ disebut hernia akreta.
c. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan
vaskularisasi viscera yang terperangkap dalam kantung hernia
(isi hernia). Pada keadaan sebenarnya gangguan vaskularisasi
telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat
gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.

d. Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh


cincin hernia, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, dan
sudah disertai tanda-tanda ileus mekanis (usus terjepit sehingga
aliran makanan tidak bisa lewat).
3. Berdasarkan arah hernia:
a. Hernia eksterna:
Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena
menonjolnya ke arah luar, misalnya:
-

Hernia inguinalis medialis (15%) dan lateralis (60%)


Hernia femoralis
Hernia umbilicalis
Hernia epigastrika
Hernia lumbalis
Hernia obturatoria
Hernia semilunaris
Hernia parietalis
Hernia ischiadica

Gambar 3. Hernia eksterna

Gambar 4.
b. Hernia interna:
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum
thorax, bursa omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam
cavum abdomen.
Pada cavum abdominalis:
-

Hernia epiploica Winslowi


Hernia bursa omentalis
Hernia mesenterika
Hernia retro peritonealis

Pada cavum thorax:


-

Hernia diafragmatika traumatika


Hernia diafragmatika non-traumatika:
Kongenital: misalnya hernia Bochdalek dan hernia

Morgagni
Akuisita: misalnya hernia hiatus esophagus

4. Menurut lokasinya :
a. Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis

ini merupakan yang tersering dan dikenal dengan istilah turun


berok atau burut.
b. Hernia umbilikus adalah di pusat.

10

c. Hernia femoralis adalah di paha.


5. Menurut isinya :
a. Hernia usus halus
b. Hernia omentum
6. Menurut penyebabnya :
a. Hernia kongenital atau bawaan
b. Hernia traumatic
c. Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.
3.6 Patofisiologi Hernia
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8 dari
kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan
testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup,
karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis
inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka
terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis
lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia
lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan
locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intraabdominal meningkat seperti batuk batuk kronik, bersin yang kuat dan
mengangkat barang barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu
jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding

11

rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi protat, asites, kehamilan,
obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat
semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi
obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi
nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul
edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.
Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi
perut terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses. Komplikasi
hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi
usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis.
3.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul,
muncul

terutama

pada

waktu

melakukan

kegiatan

yang

dapat

meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti mengangkat barang atau


batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan dengan
tangan (manual). Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya
hernia. Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada
hernia inkarserata. Nyeri pada keadaan strangulasi, sering penderita datang
ke dokter atau ke rumah sakit dengan keadaan ini.
2. Pemeriksaan Fisik

12

Ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum


inguinale di medial vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.
Benjolan tersebut berbatas atas tidak jelas, bising usus(+).
Gejala/tanda

Obstruksi usus pada


hernia inkarserata

Nekrosis/gangren pada
hernia strangulata

Nyeri

Kolik

Menetap

Suhu badan

Normal

Normal/meninggi

Denyut nadi

Normal/meninggi

Meninggi/tinggi sekali

Leukosit

Normal

Leukositosis

Rangsang peritoneum

Tidak ada

Jelas

Sakit

Sedang/berat

Berat sekali/toksik

Tabel 1. Hernia inkarserata dengan obstruksi usus dan hernia strangulata


yang menyebabkan nekrosis atau ganggren
a. Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu

berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.


Hernia inguinal
- Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral
ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
- Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.

Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan


tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.

b. Palpasi

Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka
dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.

Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan


lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita
tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.

13

Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis


inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di
lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia
inguinalis medialis.

Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini
disebut sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi
mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal
hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus
eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari
berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh
menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum
inguina dan lateral tuberkulum pubikum.

Hernia inkarserata : nyeri tekan.


c. Perkusi (1,2). Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
d. Auskultasi (1,2,4). Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada
hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
e. Colok dubur. Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda
f.

Howship romberg (hernia obtutaratoria).


Tanda tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi
meningkat, tekanan darah meningkat.

Teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test, Tumb test dan
valsava test
Pemeriksaan Finger Test :
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:

14

Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 3. Finger Test


Pemeriksaan Ziemen Test :
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.

jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 4. Ziement Test


Pemeriksaan Thumb Test :

Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

15

Gambar 5. Thumb Test


Pemeriksaan Valsava Test :
Tes ini akan meningkatkan tekanan intratekal. Jika terdapat proses desak ruang
dikanalis vetebralis bagian cervical, maka dengan meningkatkan tekanan
intertekal akan menimbulkan nyeri radikuler atau nyeri saraf sesuai dengan
tingkat proses patologik di kanalis vetebralis bagian cervical. Menurut valsava
cara peningkatan interatekal adalah dengan meminta pasien mengejan pada saat
menahan nafas.

3.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan laboratorium

Leukosit > 10.000 18.000 / mm3

Serum elektrolit meningkat

b.Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) pada daerah inguinal dengan pasien
dalam posisi supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan
memiliki sensitifitas dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan USG
juga berguna untuk membedakan hernia incarserata dari suatu nodus limfatikus
patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang teraba di inguinal. Pada pasien
yang sangat jarang dengan nyeri inguinal tetapi tak ada bukti fisik atau sonografi
yang menunjukkan hernia inguinalis.

16

CT scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari


adanya hernia obturator.
3.9 Diagnosis Banding
1. Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber
infeksi di tungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari
tingkat umbilikus.
2. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak
preperitoneal pada hernia femoralis.
3. Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat
menonjol di fosa ovalis.
4. Hernia scrotalis dapat dibedakan dengan hidrokel atau elefantiasis
skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk
membedakannya
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia
erat hubungannya dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak lain
yang disertai dengan peninggian tekanan intra-abdomen, sedangkan
penyakit lain seperti limfadenitis femoralis tidak berhubungan dengan
aktivitas demikian.
3.10 Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi.
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali
pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap
sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi
pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan
sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih
elastis dibandingkan dengan orang dewasa.

17

Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian


sedative dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak
disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak
berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera. Pada
tindakan reposisi ini posisi penderita dapat dilakukan denagn posisi seperti
pada gambar :

Gambar 11 : Reposisi dengan posisi trendelenburg

b. Bantalan penyangga ( sabuk Truss)


Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai
seumur hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih
saja dipakai sampai sekarang.

18

Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara


lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan
sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat
menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada funikulus spermatikus yang
mengandung pembuluh darah dari testis.
2.

Pembedahan (Operatif) :
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan
hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu
diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy,
yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
a. Hernioplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang.
b.Herniotomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu
dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam
abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus
abdominus ke ligamen inguinal.

a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Indikasi :
1. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)
2. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
3. Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)
4. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)

19

Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan


inkarserasi / strangulasi. Herniotomy pada dewasa lebih dulu faktor-faktor
penyebab harus dihilangkan dulu, misal BPH harus dioperasi sebelumnya.
Tehnik Operasi

Incisi inguinal 2 jari medial SIAS sejajar ligamentum inguinale ke


tuberculum pubicum

Incisi diperdalam sampai sampai nampak aponeurosis MOE : tampak crus


medial dan lateralis yang merupakan anulus eksternus

Aponeurosis MOE dibuka kecil dengan pisau , dengan bantuan pinset


anatomis dan gunting dibuka lebih lanjut ke kranial sampai anulus internus
dan ke kaudal sampai membuka annulus inguinalis eksternus. Hati2
dengan N.Ilioinguinalis dan N.Iliohypogastrik. M.cremaster disiangi
sampai nampak funiculus spermaticus

Funiculus dibersihkan dicantol dengan kain kasa dibawa ke medial,


sehingga nampak kantong peritoneum

Peritoneum dijepit dengan 2 bh pinset kemudian dibuka selanjutnya usus


didorong ke cavum abdomen dengan melebarkan irisan ke proksimal
sampai leher hernia, kantong sebelah distal dibiarkan

Leher hernia dijahit dengan kromik dan puntung ditanamkan di bawah


conjoint tendo dan digantungkan

Selanjutnya dilakukan hernioplasty secara :

Ferguson
Funiculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE dan MOI abdominis. MOI &
transversus dijahitkan pada ligamentum inguinale dan meletakkan funiculus di
dorsalnya. kemudian aponeurosis MOE dijahit kembali, sehingga tidak ada lagi
canalis inguinalis.

20

Bassini
MOI dan transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinal, Funiculus
diletakkan disebelah ventral, aponeurosis MOE tidak dijahit, sehingga canalis
inguinalis tetap ada. Kedua musculus berfungsi memperkuat dinding belakang
canalis,sehingga LMR hilang

Gambar 13: Teknik bassini


Halsted
Dilakukan penjahitan MOE, MOI dan m.transversus abdominis, untuk
memperkuat / menghilangkan LMR. Funiculus spermaticus diletakkan di subcutis
Cara Ferguson dan Bassini dilakukan pada orang dewasa. Cara Halsted dilakukan
pada orang tua, supaya dinding perut lebih kuat

Kemudian luka ditutup lapis demi lapis

1. Aponeurosis MOE jahit simpul dengan cromic catgut


2. Subcutan fat dijahit simpul dengan catgut

21

3. Kulit dijahit dengan zyde secara simpul

b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih
penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan
herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus
inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia
transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m.
oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke
ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia
tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum
cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang
diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks
untuk menutup defek.
Shouldice
Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar tehnik Shouldice adalah
Bassini multi layer, di klinik khusus hernia Shouldice digunakan kawat baja no 32
atau 34 untuk menjahit defek dinding posterior kanal inguinal. Tetapi penggunaan
benang monofilamen sintetis non absorbsi lebih biasa dipakai diluar Toronto.
Adapun tahapan hernioplasty menurut Shouldice:
Langkah pertama:
Setelah dilakukan insisi garis kulit sampai fasia, dengan preparasi saraf
ilioinguinal dan iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari fasia transversalis
sampai ke cincin interna, membuang kantong dan ligasi setinggi mungkin.

22

Dilanjutkan dengan memotong fasia transversalis dan membebaskan lemak pre


peritoneal.

Gambar 14 :

Gambar 15 :
Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal dengan
jahitan jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang flap
superior, usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4 mm. Bagian flap
superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya dengan jelujur
membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya

23

gambar 16

dengan menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke


tiga (gambar B). Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk
lapisan ke empat (gambar C).
Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya
dengan jelujur membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya
dengan menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke
tiga (gambar B). Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk
lapisan ke empat (gambar C).
Lichtenstein Tension free
Tehnik pemasangan mesh pada Lichtenstein seperti berikut (Wexler, 1997) :
1. Dilakukan terlebih dahulu herniotomi
2. Letakkan bahan mesh ukuran 10x5 cm diletakkan di atas defek, disebelah
bawah spermatik kord.
3. Dilakukan penjahitan dengan benang non absorbsi 3-0 ke arah :
- Medial : perios tuberkulum pubikum.
- Lateral : melingkari spermatik kord.

24

- Superior : pada konjoin tendon.


- Inferior : pada ligamentum inguinal.
Gambar 17 : setelah pemasangan mesh

Karena penjahitan pada tehnik Shouldice dilakukan cara jelujur tidak


terputus pada titik yang berbeda kesegarisannya menyebabkan tarikan yang terjadi
menyebar dan terdistribusi dibanyak titik sehingga rasa nyeri menjadi tidak
dominan disatu tempat. Hal inilah yang menyebabkan keluhan rasa nyeri pasca
operasi

menjadi

lebih

ringan

dibanding

tehnik

konvensional

lainnya

(Abrahamson, 1997).
Penggunaan material sintetis sebagai penutup defek miopektineal dinding
belakang kanalis inguinal memerlukan persyaratan tertentu, prostesis yang dipakai
harus cukup kuat sebagai penyangga, tidak bersikap alergen, mempunyai potensi
untuk menimbulkan respon inflamasi dan cepat berintegrasi dengan jaringan
sekitar. Agar integrasi menjadi solid, prostesis berupa anyaman yang berpori
sehingga jaringan tumbuh diantara pori-pori tersebut. Polypropylene mesh
dikategorikan memiliki sifat tersebut serta mampu bersifat permanen sehingga
tidak diperbolehkan kontak langsung dengan organ visera karena akan
menimbulkan perlengketan serta obstruksi atau pembentukan fistula. Saat ini
polypropylen mesh dipilih sebagai prostesis baku dalam petatalaksanaan hernio
plasty (Wexler, 1997).

25

Hernioplasty

dengan

polypropylene

mesh

mencegah

terjadinya

peregangan sewaktu rekonstruksi dinding belakang kanalis inguinal sehingga


perasaan nyeri pasca operasi dapat berkurang dengan nyata. Diikuti pemulihan
dan kembali kepada aktivitas rutin yang lebih dini, serta pencegahan rekurensi
jangka panjang. Pemulihan dan kemampuan kerja setelah operasi ternyata sangat
dipengaruhi oleh rasa sakit (Callesen, 1999). Bax (1999) melaporkan dengan
polypropylene mesh lebih dari 60% pekerja kasar dan lebih dari 90% pekerja
kantoran telah dapat bekerja dalam 10 hari. Ismail (2000) melaporkan 74 %
penderita telah kembali mengemudikan mobil dalam 10 hari, 49 % diantaranya
dalam 7 hari.
Untuk mencegah rekurensi jangka panjang penggunaan material harus
cukup lebar untuk menutup seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5
cm), tidak terjadi lipatan-lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di daerah
kanalis inguinal interna

BAB III
KESIMPULAN
Hernia

merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan
muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa
melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri
atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.
Penyebab terjadinya hernia:
1.

Lemahnya dinding rongga perut

2.

Akibat dari pembedahan sebelumnya.

3.

Kongenital
c. Hernia congenital sempurna. Bayi sudah menderita hernia kerena
adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
d. Hernia congenital tidak sempurna. Bayi dilahirkan normal (kelainan
belum tampak) tapi dia mempunyai defek pada tempat tempat tertentu

26

(predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi
hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan
intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
4

Aquisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan
tetapi disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya,
antara lain :
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien
yang sering mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.
b. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan
ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat
terkena hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya
yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
c. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
d. Distensi

dinding

abdomen

karena

peningkatan

intraabdominal.
e. Sikatrik.
f. Penyakit yang melemahkan dinding perut.
g. Merokok
h. Diabetes mellitus.
Untuk pengobatannya hernia diatasi dengan konservatif dan operasi

27

tekanan

DAFTAR PUSTAKA

1.

Sjamsuhidajat R., de Jong W. 2005. Bagian III: Tindakan Bedah Organ dan
Sistem Organ, Prostat. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC,
Jakarta, Indonesia, hal. 700-718

2.

A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. wardhani, W.Setiowulan. Kapita Selekta


Kedokteran, Edisi III, jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2000. Hal 313-317

3.

Dr.P. Bhatia & Dr.S.J. John. Laparoscopic hernia repair (a ster by step
approarch). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital
& Endosurgery Institute. New Delhi. 2003.

4.

Henry, MM, Thompson, JNT. 2005. Clinical Surgery Edisi II.

5.

Sari, D.K, et al. 2005. Chirugica. Yogyakarta; Tosca Enterprise

6.

Mansjoer A dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Media

7.

Aesculapius : Jakarta
Isselbacher et al. 1999. Harrisons Principles of Internal Medicine.
Terjemahan oleh : dr. Asdie AH. EGC : Jakarta

28

8.

Grace PA, Borley NR. At a glance: ilmu bedah. Ed. III. Jakarta: Erlangga.
2002. h118-119

9.

Sari DK, Mirzanie H, Leksana, Slamet AW. Chirurgica (re-package


edition). Jakarta: Tosca Enterprise. 2005. Bab-IV. h1-7.

29

Anda mungkin juga menyukai