Anda di halaman 1dari 17

MATERI

PEMERIKSAAN PENGINDRAAN PADA MANUSIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANISA DARA TISTA

NIM : PO.71.20.2.20.030

TINGKAT : 1.B

MATA KULIAH : ILMU BIOMEDIK DASAR (IBD)

DOSEN PEMBIMBING : MEILINA,ESTIANI,SKM.M.KES

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PRODI KEPERAWATAN BATURAJA

TAHUN 2020/2021
A. PEMERIKSAAN PADA INDERA MATA

1. Pemeriksaan fisik mata

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik mata, dokter akan terlebih dahulu


menanyakan apakah pasien memiliki keluhan pada mata atau penglihatan.

Setelah menanyakan riwayat keluhan dan kesehatan pasien, dokter akan


melakukan pemeriksaan fisik mata menggunakan lampu khusus yang disebut slit-
lamp. Melalui alat ini, dokter mata dapat menilai kondisi bagian dalam kelopak
mata, kornea, sklera (bagian putih mata), lensa mata, pupil, iris, serta cairan di dalam bola
mata. Untuk memeriksa bagian mata yang lebih dalam, seperti pembuluh darah, saraf
mata, dan retina, dokter akan melakukan pemeriksaan menggunakan alat yang
disebut oftalmoskop.

2. Pemeriksaan gerakan otot mata

Tes ini bertujuan untuk menilai kekuatan otot mata dalam menggerakkan bola mata.
Pada pemeriksaan ini, dokter akan meminta pasien untuk menutup dan membuka kelopak
mata lalu mengikuti gerakan jari dokter atau objek lainnya.

3. Tes ketajaman penglihatan (uji refraksi)

Prosedur ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jelas penglihatan pasien ketika
melihat suatu objek pada jarak tertentu. Tes ketajaman penglihatan umumnya dilakukan
menggunakan kartu Snellen, yaitu kartu khusus yang terdiri dari beberapa huruf dan angka
dengan ukuran yang bervariasi.

Saat menjalani tes ini, pasien pertama akan diminta untuk melepaskan kacamata atau
lensa kontaknya lalu pemeriksa akan mempersilahkan pasien duduk di ruangan dengan
pencahayaan yang baik. Setelah itu, pemeriksa akan meminta pasien untuk membaca huruf
atau angka pada kartu Snellen yang diletakkan dengan jarak sekitar 6 meter di depan tempat
duduk pasien.
Jika terdapat kelainan refraksi pada mata, pemeriksa kemudian akan menggunakan alat mirip
kacamata yang disebut phoropter untuk menentukan ketebalan lensa kacamata yang cocok
digunakan oleh pasien.

Setelah penglihatan terkoreksi dengan alat tersebut, dokter akan meresepkan kacamata
atau lensa kontak sesuai dengan ukuran lensa yang cocok bagi pasien.

4. Pemeriksaan lapang pandang

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan mata pasien dalam melihat
suatu benda di sekitar ketika mata terfokus pada satu titik.

Pada pemeriksaan ini, pertama-tama pasien akan diminta untuk duduk dan menutup
salah satu matanya menggunakan tangan, lalu dokter akan mengarahkan pasien untuk
memfokuskan pandangan pada satu titik di depan mata yang terbuka. Pasien akan diminta
untuk tidak menggerakkan mata atau kepala selama pemeriksaan berlangsung.

Setelah itu, dokter akan menggerakkan jarinya atau benda tertentu dari berbagai sisi
dan pasien akan diminta untuk mengatakan “iya” ketika benda tersebut atau jari dokter mulai
terlihat. Pemeriksaan ini kemudian akan dilakukan pada mata yang lain.

5. Tes buta warna

Tes buta warna adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi apakah pasien
mengalami buta warna atau kesulitan dalam mengidentifikasi warna tertentu.

Pemeriksaan mata ini paling sering dilakukan dengan metode Ishihara. Pada metode
pemeriksaan buta warna ini, pasien akan diminta untuk menyebutkan tampilan angka atau
pola tertentu yang muncul di kartu berwarna khusus.

Apabila penglihatan pasien normal, maka ia dapat melihat angka yang tertera pada
kartu tersebut. Namun, jika pasien mengalami buta warna, maka angka tersebut akan tidak
terbaca atau tampak seperti angka lainnya.
6. Tonometri

Tonometri merupakan tes yang dilakukan untuk mengukur tekanan di dalam bola
mata atau tekanan intraokular (TIO). Tes ini dilakukan untuk memeriksa apakah terdapat
penyakit yang dapat meningkatkan tekanan bola mata meningkat, misalnya glaukoma.

Metode pemeriksaan tonometri yang umum dilakukan ada dua, yaitu:

 Tonometriaplanasi
Saat melakukan pemeriksaan ini, dokter akan memberikan obat tetes mata yang berisi
anestesi lokal di kedua mata pasien dan pewarna khusus pada mata. Setelah beberapa
menit, ketika efek obat bius lokal sudah mulai bekerja, pasien akan diminta untuk
duduk di depan slit-lamp dengan mata terbuka.
Setelah itu, dokter akan menempelkan alat khusus di kedua permukaan bola mata
pasien untuk menilai tekanan di dalam bola. Karena sudah ditetesi obat bius lokal,
pemeriksaan ini tidak terasa sakit.

 Tonometrinonkontak
Tonometrinonkontak menggunakan udara yang ditiupkan ke mata. Padapemeriksaan
ini, tidak ada alat yang ditempelkan ke bola mata, jadi tidak terasa sakit.

Beberapa pemeriksaan mata terebut akan dilakukan saat Anda melakukan check-


up kesehatan mata. Ingatlah, meski Anda tidak memiliki keluhan pada penglihatan atau
masalah pada mata, berkonsultasi ke dokter mata untuk menjalani pemeriksaan mata tetap
perlu dilakukan setidaknya 2 tahun sekali.

B. PEMERIKSAAN PADA INDERA TRLINGA


Teknik pemeriksaan fisik telinga secara umum terdiri dari inspeksi dan palpasi.
Pemeriksaan fisik telinga harus didahului dengan anamnesis mengenai keluhan yang dialami
oleh pasien. Pemeriksaan fungsional telinga sederhana juga dapat dilakukan dalam
pemeriksaan fisik telinga. Posisi pasien anak dan pasien dewasa dapat berbeda saat
melakukan pemeriksaan ini.
Persiapan
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik telinga, anamnesis mengenai keluhan yang
dialami oleh pasien perlu dilakukan. Anamnesis yang baik diperlukan bersama dengan
pemeriksaan fisik telinga untuk menegakkan diagnosis yang tepat.
Dokter yang akan melakukan pemeriksaan fisik telinga perlu menjelaskan kepada pasien
mengenai tahapan pemeriksaan yang akan dilakukan. Selain itu, pasien perlu mengetahui
bahwa pemeriksaan fisik telinga dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau nyeri, tetapi hal
ini tidak akan memperparah penyakit mereka.
Pada pasien anak, dokter perlu menjelaskan kepada orang tua mengenai posisi pasien saat
pemeriksaan telinga, untuk menghindari risiko yang ditimbulkan bila pasien mengelak atau
bergerak selama pemeriksaan dilakukan.[2,4,5]
Peralatan
Alat yang diperlukan dalam pemeriksaan fisik telinga, antara lain:
 Lampu kepala
 Otoskop
 Spekulum telinga
 Garpu tala 512 Hz
 PneumatoskopSiegel[2-5]
Posisi Pasien
Pada pemeriksaan fisik telinga pasien dewasa, pasien duduk berhadapan dengan
pemeriksa, kaki bersilangan dengan kaki pemeriksa.[5]
Pada pasien anak, pasien duduk di pangkuan orang tua. Satu tangan orang tua diletakan pada
kening pasien, sembari menahan sisi kepala pasien terhadap dada orang tua. Tangan yang lain
memeluk pasien dengan menahan tangan dan tubuhnya.[2]
Prosedural
Untuk inspeksi liang telinga dan membran timpani, gunakan otoskop atau spekulum
telinga dengan lampu kepala. Untuk visualisasi terbaik, pilih ukuran spekulum telinga
terbesar yang sesuai dengan diameter liang telinga. Gunakan spekulum dengan diameter 5
mm pada dewasa, 4 mm pada anak, dan 2,5-3 mm pada bayi. Lakukan pemeriksaan pada
kedua telinga. Bila telinga yang sakit unilateral, periksa telinga yang sehat terlebih dahulu.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan otoskop, pegang otoskop dengan tangan sesuai
dengan sisi telinga yang akan diperiksa, misalnya memegang otoskop dengan tangan kanan
saat memeriksa telinga kanan. Pegang otoskop dengan cara seperti memegang pistol atau
memegang pensil. Lakukan retraksiaurikula ke atas dan ke belakang pada pasien dewasa, dan
lurus ke belakang pada anak.[2-5]
Penilaian
Hal-hal yang perlu dinilai dalam pemeriksaan fisik telinga, antara lain:
 Aurikula: ukuran, bentuk, posisi (microtia, macrotia, cauliflowerear, dan batear), serta
adanya bengkak, luka, fistula, nyeri
 Liang telinga: ukuran (atresia, sempit, lebar), isi (serumen, cairan, benda asing), dan
adanya bengkak atau massa
 Membran timpani: refleks cahaya atau coneoflight, warna (merah,
kebiruan, chalkyplaque), adanya retraksi atau bulging, ketebalan dan transparansi,
serta adanya vesikel atau bula. Jika ditemukan perforasi, perhatikan ukuran, bentuk,
jumlah, dan lokasinya. Lakukan juga pemeriksaan mobilitas dengan pneumatoskop,
lihat apakah mobile, restricted, terfiksir, atau hypermobile
 Telinga tengah dapat terlihat bila terdapat perforasi membran timpani: nilai mukosa,
isi, dan struktur telinga tengah[2-5]
Adanya serumen prop dapat menyulitkan penilaian liang telinga dan telinga tengah.
Oleh karenanya, mungkin dibutuhkan ekstraksi serumen terlebih dulu.[1]
Pada otitiseksterna, bisa ditemukan nyeri pada alpasi tragus atau traksi pinna. Inspeksi akan
menunjukkan eritema, edema, penyempitan kanal auditori eksternal, dan cairan purulen atau
serosa bisa keluar dari liang telinga. Membran timpani bisa sulit diperiksa atau mengalami
inflamasi ringan, tetapi akan mobile normal saat dilakukan insuflasi.
Otitiseksterna akibat infeksi fungi akan menyebabkan gatal tetapi tidak menimbulkan
nyeri seberat otitiseksterna akibat bakteri. Cairan yang kental dan berwarna putih atau abu-
abu bisa ditemukan.[1,6]
Pada otitis media, bisa ditemukan membran timpani yang eritema, bulging, atau
perforasi. Tidak adanya coneoflight tidak bisa menyingkirkan otitis media dari diagnosis
banding.[1,7]
Pemeriksaan Fungsional Sederhana
Selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsional sederhana dapat dilakukan, seperti tes bisik
dan tes penala.
Tes Bisik (WhisperedVoiceTest):
Tes bisik dilakukan untuk skrining adanya gangguan pendengaran. Tes ini dilakukan dengan
membisikkan serangkaian angka dan huruf (misalnya 1-T-5) oleh pemeriksa yang berada
sekitar 60 m di belakang pasien. Pemeriksa sebaiknya melakukan ekspirasi maksimal
sebelum memberikan bisikan. Bisikan diberikan kepada kedua telinga secara bergantian
dengan telinga yang tidak diperiksa ditutup.
Penilaian dilakukan terhadap pengulangan rangkaian angka dan huruf yang
disebutkan oleh pasien. Bila pasien tidak berhasil mengulangi rangkaian angka dan huruf
tersebut, lakukan pemeriksaan penala.
Tes Penala:
Tes penala terdiri atas tes Rinne, Weber, dan Swabach. Tes penala dapat membantu
penyingkiran diagnosis penurunan pendengaran akibat tuli konduktif dan tuli sensorineural
 Tes Rinne: dilakukan untuk membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang. Tes
ini dilakukan dengan meletakkan ujung lengan panjang garpu tala yang telah
digetarkan pada prosesusmastoideus telinga yang diperiksa, kemudian setelah pasien
tidak mendengar suara lagi, posisikan garpu tala sekitar 1 inchi di depan muara liang
telinga. Tes diinterpretasikan sebagai Rinne positif bila suara dari konduksi udara
terdengar lebih keras dibandingkan konduksi tulang, dan Rinne negatif bila suara dari
konduksi tulang lebih keras dari konduksi udara. Rinne positif akan didapatkan pada
telinga normal atau tuli sensorineural. Rinne negatif akan didapatkan pada tuli
konduktif
 Tes Weber: dilakukan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli sensorineural. Tes
ini dilakukan dengan meletakkan ujung lengan panjang garpu tala yang telah
digetarkan pada puncak regio parietalis kepala atau di tengah dahi. Tes
diinterpretasikan sebagai tidak ada lateralisasi bila suara terdengar sama pada kedua
telinga dan ada lateralisasi bila suara terdengar lebih keras pada salah satu telinga.
Bila lateralisasi ke arah telinga sakit, maka telinga sakit menderita tuli konduktif.
Sebaliknya, bila lateralisasi ke arah telinga kontralateral atau sehat, maka telinga sakit
menderita tuli sensorineural
 Tes Swabach: merupakan tes yang dapat dilakukan dalam membedakan tuli
sensorineural dan tuli konduktif dengan membandingkan hantaran suara pada pasien
dan pemeriksa. Tes ini dilakukan dengan meletakkan ujung lengan panjang garpu tala
yang telah digetarkan pada prosesusmastoideus pasien hingga suara tidak terdengar
kemudian segera memindahkannya ke prosesusmastoideus telinga pemeriksa yang
pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar suara, tes
diinterpretasikan sebagai Swabach memendek (tuli sensorineural). Bila pemeriksa
tidak dapat mendengar suara, pemeriksaan dilakukan dengan cara sebaliknya, dari
telinga pemeriksa ke telinga pasien. Bila penderita masih dapat mendengar suara, tes
diinterpretasikan sebagai Swabach memanjang (tuli konduktif)[2-5]
Followup
Bila pemeriksaan fisik telinga telah selesai dilakukan, lakukan pencatatan
pemeriksaan pada rekam medis pasien. Selanjutnya, pemeriksaan penunjang telinga,
seperti pure toneaudiometry, evokedresponseaudiometry, otoacousticemissions, dan
timpanometridapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis kerja dan menyingkirkan
diagnosis banding.

C. PEMERIKSAAN PADA INDERA HIDUNG


Teknik pemeriksaan fisik hidung secara umum terdiri dari inspeksi, palpasi,
rhinoskopi, dan tes fungi penghidu. Pemeriksaan didahului dengan anamnesis mengenai
keluhan yang dialami oleh pasien. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan fisik hidung
menyeluruh pada kedua sisi hidung dan sinus paranasal.
1. Persiapan
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik hidung, anamnesis mengenai keluhan yang
dialami pasien perlu dilakukan. Anamnesis yang tajam disertai pemeriksaan fisik dapat
menegakkan diagnosis yang tepat.
Pemeriksa perlu melakukan penjelasan kepada pasien mengenai tahapan pemeriksaan
yang akan dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan fisik. Selain itu,  pasien perlu
mengetahui bahwa pemeriksaan fisik hidung dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, namun
tidak akan memperparah penyakit pasien.[3,6,7]
2. Peralatan
Alat yang diperlukan pada pemeriksaan fisik hidung, antara lain:
 Lampu kepala
 Spekulum hidung
 Kaca tenggorok[3,6,7]
3. Posisi Pasien
Pada pemeriksaan fisik hidung pasien dewasa, pasien duduk berhadapan dengan
pemeriksa, kaki bersilangan dengan kaki pemeriksa.
Pada pasien anak, pasien duduk di pangkuan orang tua. Satu tangan orang tua diletakan pada
kening pasien sembari menahan sisi kepala pasien. Tangan yang lain memeluk pasien dengan
menahan tangan dan tubuhnya.
Pasien duduk dengan posisi badan condong ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit
dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat hidung. Atur lampu kepala supaya fokus
dan tidak mengganggu pergerakan, kira-kira 20-30 cm di depan dada pemeriksa dengan sudut
sekitar 60 derajat.[3,6,7]
4. Prosedural
Secara umum, prosedur pemeriksaan fisik hidung meliputi inspeksi, palpasi, dan
rhinoskopi.[5]
Inspeksi
Pada inspeksi hidung eksternal, hidung seharusnya berbentuk seperti segitiga dan terdiri dari:
 Pangkal hidung yang merupakan bagian superior dari segitiga
 Puncak hidung yang merupakan sudut terluar dari segitiga
 Nares atau lubang hidung
 Vestibula yang merupakan bagian melebar yang terletak di dalam nares
 Kolumela yang membagi hidung menjadi dua nares dan bersambungan dengan
septum nasi
 Ala atau sayap hidung
Lakukan inspeksi pada permukaan eksternal hidung dari semua sudut. Normalnya,
kulit hidung intak dan berwarna serupa dengan wajah. Kemudian, periksa adanya lesi kulit,
misalnya yang menandakan karsinoma sel basal.
Selain itu, periksa juga adanya sekret hidung, nasal flaring, bengkak pada pangkal
hidung, epistaksis, indentasi, eritema, penebalan hidung, ataupun asimetri.[5]
Inspeksi Septum Nasal
Inspeksi pada septum nasal dilakukan dengan menyinarkan senter secara langsung
dari depan pasien, kemudian memeriksa adanya deviasi. Normalnya, septum nasal berwarna
merah muda, berada di midline, dan intak.
Lakukan juga tes transiluminasi pada septum nasal untuk mendeteksi adanya
perforasi. Sinari septum pada satu sisi dan lihat sisi di sebelahnya. Cahaya yang menembus
septum menandakan adanya perforasi. Penyebab perforasi septum mencakup
infeksi, sifilis, tuberkulosis, lupus eritematosussistemik, penggunaan kokain, dan keracunan
kromium.
Inspeksi Sinus Paranasal
Sinus paranasal adalah kelenjar yang terletak pada kranium dan berfungsi
memproduksi mukus yang melubrikasi hidung. Terdapat 4 sinus paranasal, yaitu :
 Sinus frontalis di kening bagian bawah, sedikit di atas dan medial dari mata
 Sinus maksilaris yang terletak di maksila di dekat dinding samping hidung
 Sinus ethmoidalis yang terletak antara kedua mata
 Sinus sphenoid yang terletak di anterior kelenjar pituitari di ossphenoid
Perhatikan tanda-tanda peradangan pada sinus yang menandakan sinusitis, misalnya
eritema atau nyeri tekan.
Sekret Nasal
Perhatikan adanya cairan yang keluar dari hidung. Sekret yang bening umumnya
menandakan rhinitis alergi atau infeksi virus. Sementara itu, sekret yang purulen umumnya
menandakan infeksi bakteri. Pada inspeksi juga bisa terlihat adanya epistaksis yang umumnya
jinak dan selflimited.
Jika pasien mengalami cedera otak traumatik disertai dengan raccooneyes dan sekret
nasal, curigai adanya fraktur basis kranium.

Palpasi
Palpasi dilakukan pada tulang dan tulang rawan hidung. Palpasi dilakukan dengan
menggunakan jari-jari telunjuk mulai dari pangkal hidung sampai apeks untuk mengetahui
ada-tidaknya nyeri, massa tumor, atau tanda-tanda krepitasi.
Jika ala nasi penderita terasa sangat sakit pada saat kita melakukan palpasi, curigai
adanya furunkelvestibulum nasi.[3,6,7]
Rhinoskopi Anterior
Pemeriksaan rhinoskopi anterior dilakukan dengan menggunakan spekulum hidung.
Area yang perlu dinilai mencakup vestibulum nasi, konkha inferior, septum hidung,
nasofaring, meatus tengah, meatus superior, dan reses sphenoethmoidal. Pemeriksa juga perlu
menilai adanya massa seperti polip, pus dari meatus tengah sampai ke reses sphenoethmoidal,
atau septum deviasi.
Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior dapat pula dinilai Fenomena Palatum Molle
yaitu pergerakan palatum molle pada saat pasien diminta untuk mengucapkan huruf “ i “.
Pada waktu melakukan penilaian fenomena palatum molle usahakan agar arah pandang mata
sejajar dengan dasar rongga hidung bagian belakang. Pandangan mata tertuju pada daerah
nasofaring sambil mengamati turun naiknya palatum molle pada saat pasien mengucapkan
huruf “ i ”. Fenomena Palatum Molle akan negatif  bila terdapat massa di dalam rongga
nasofaring yang menghalangi pergerakan palatum molle, atau terdapat kelumpuhan otot-otot
levator dan tensorvelipalatini.
Bila rongga hidung sulit diamati oleh adanya edema mukosa dapat digunakan tampon kapas
efedrin yang dicampur dengan lidocaine yang dimasukkan ke dalam rongga hidung untuk
mengurangi edema mukosa.
Rhinoskopi Posterior
Pemeriksaan rhinoskopi posterior dilakukan dengan menggunakan kaca khusus untuk
menilai koana posterior dan nasofaring. Pada pasien dapat diberi xylocaine 4% dan efedrin
3% untuk memudahkan dalam melakukan pemeriksaan.
Untuk pemeriksaan ini dipakai kaca tenggorok no. 2-4. Kaca ini dipanaskan dulu dengan
lampu spiritus atau dengan merendamnya di air panas supaya kaca tidak menjadi kabur oleh
napas pasien.
Lidah pasien ditekan dengan spatula lidah, pasien bernapas melalui mulut, kemudian
kaca tenggorok dimasukkan ke belakang uvula dengan arah kaca ke atas. Setelah itu pasien
diminta bernapas melalui hidung. Perlu diperhatikan kaca tidak boleh menyentuh dinding
posterior faring supaya pasien tidak terangsang untuk muntah.  Sinar lampu kepala diarahkan
ke kaca tenggorok dan diperhatikan:
 Septum nasi bagian belakang
 Nares posterior
 Sekret di dinding belakang faring (post nasal drip)
 Dengan memutar kaca lebih ke lateral, akan tampak konka superior, konka media dan
konka inferior
 Evaluasi nasofaring, perhatikan muara tuba, torus tubarius, dan adanya massa di
fossaRossenmuller[9,10]
Tes Fungsi Penghidu
AlcoholSniffTest (AST) dapat dilakukan sebagai skrining untuk menilai fungsi
hidung sebagai organ penghidu. Penderita diminta untuk menutup kedua mata, selanjutnya
kapas yang telah diberi alkohol didekatkan perlahan-lahan ke hidung penderita, dimulai 20–
30 cm dari midsternum. Hasil pemeriksaan dapat dikategorikan sebagai normosmik jika
pasien dapat menghidu dari jarak > 10 cm dan hiposmik jika dapat menghidu hanya pada
jarak 0–10 cm. Pasien dianggap anosmik jika tidak dapat menghidu sama sekali

D. PEMERIKSAAN PADA INDERA LIDAH


Penampilan lidah dalam kondisi yang tidak normal:
1) Pergerakan Lidah:
a. Pada kasus kelumpuhan satu sisi tubuh (hemiplegia) lidah bergerak kearah sisi
tubuh yang lumpuh saat dijulurkan
b. Lidah yang gemetar menunjukkan penyakit seperti tirotoksikosis , igauan
tremens (delirium tremens) dan parkinson. Lidah yang bergetar juga
ditunjukkan oleh pasien yang gugup.
c. Di dalam pembengkakkan syaraf akan terjadi kelumpuhan pada lidah.
Terkadang, lidah akan lemas dan tergeletak tak berdaya di lantai mulut. Kondisi
ini berkaitan dengan menetesnya air liur dan hilangnya kemampuan bicara.
d. Dalam chorea (gerakan ritmis tak disengaja), pasien tidak akan bisa menjaga
lidah yang terjulur untuk diam, lidah akan terus bergerak diluar kemauan
penderita.
2) Kelembaban lidah
Kelembaban lidah menunjukkan indikasi tentang keadaan air tubuh. Kurangnya
volume air dapat menyebabkan kegagalan organ peredaran darah yang ditandai dengan
kelelahan, rasa haus, kegelisahan, anoreksia, mual, muntah-muntah, lidah kering dan pecah-
pecah.
Kekeringan pada lidah menunjukkan hal-hal dibawah ini:
1. Diare
2. Mengalami kenaikan stadium pada penyakit yang parah
3. Uremia Lanjutan
4. Guncangan Hypovolumic
5. Kelelahan karena panas
6. Hyponatraemia
7. Gangguan usus yang akut
8. Kelaparan
9. Puasa berkepanjangan
3) Perubahan Warna Lidah
1. Sianosis pusat. Sianosis adalah warna membiru pada selaput lendir karena
berkurangnya jumlah oksigen dalam darah. Ini terlihat pada kegagalan jantung,
kegagalan saluran pernafasan dan anoksia. Dalam sianosis, bibir menjadi biru
pucat.
2. Jaundice (penyakit kuning). Ini adalah perubahan warna menguning pada
seluruh selaput lendir pada tubuh (termasuk lidah) karena meningkatnya
bilirubun dalam darah. Jaundice terlihat pada hepatitis, penyumbatan saluran
empedu, peningkatan kehancuran sel darah merah, dll.
3. Uremia Lanjutan. Peningkatan urea dan limbah produk nitrogen dalam darah
karena gagal ginjal. Disini lidah menjadi coklat.
4. Keto Asidosis. Ini adalah asidosis dengan kumpulan keton tubuh, biasanya
terlihat pada penderita diabetes. Disini lidah menjadi coklat dengan bau keton
yang khas dari mulut.
5. Kekurangan Riboflavin. Vitamin B2 (riboflavin) membuat lidah berwarna
coklat diiringi rasa sakit dan bibir pecah.
6. Kekurangan Niacin. Vitamin B3 (Niacin) dan vitamin B kompleks lainnya
menyebabkan lidah berwarna merah terang atau daging lidah memerah.
7. Anemia. Anemia adalah kurangnya persentase haemoglobin di dalam darah.
Dalam Anemia yang parah, lidah menjadi pucat.
4) Lapisan pada lidah
1. Nafas berbau. Penyebab utama nafas berbau adalah terbentuknya lapisan pucat
(bio film) pada lidah yang menjadi tempat berkumpulnya ribuan bakteri
anaerobik yang memproduksi gas. Mereka yang mengeluh mempunyai nafas
bau, mungkin pada lidahnya terdapat lapisan tebal di lidah bagian belakang.
2. Demam tifoid. Saat demam tifoid, lidah menjadi putih seperti terlapisi bulu.
3. Kandidiasis. Adalah infeksi karena jamur yang mempengaruhi permukaan
lendir pada tubuh. Pada lidah akan terdapat pengelupasan luka berwarna putih.
4. Pada diabetes hypoadrealism juga akan terdapat pengelupasan luka berwarna
putih.
5. Sifilis sekunder. Sifilis adalah penyakit seksual menular yang disebabkan oleh
infeksi trepenomapallidum. Dalam tingkat sekunder, kita akan melihat bercak
putih yang tidak sakit, plak putih yang dapat dikerok dengan mudah.
6. Leokoplakia. Bercak keratotik putih yang terlihat di lidah dan rongga mulut. Ini
adalah kondisi pra kanker.
7. AIDS. Di sini, kondisinya akan mirip dengan leokoplakia, namun berambut.
8. Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan peritonium (lapisan dalam penutup
rongga perut yang menutupi usus dan menjaga posisinya), pada kondisi ini akan
terdapat bulu putih pada lidah.
9. Penyakit akut. Bulu-bulu juga akan terlihat pada beberapa penyakit akut.
5) Papilla
Papilla adalah tonjolan-tonjolan kecil pada lidah yang berkaitan sebagai perasa. Ada
berbagai jenis papillae pada lidah yang sehat. Dikarenakan oleh penyakit maka akan ada
perubahan-perubahan sebagai berikut.
a. Lidah berambut.Kondisi ini dikarenakan oleh papillae yang molor yang
disebabkan kebersihan mulut yang buruk dan gangguan pencernaan.
b. Lidah Geografis. Munculnya bercak merah dan putih. Bercak-bercak ini terlihat
seperti peta. Penyebab utamanya belum diketahui.
c. Median RhomboidGlossitis adalah kondisi dimana terdapat nodular merah yang
halus pada garis tengah lidah. Ini adalah kelainan bawaan lahir.
d. Kekurangan gizi. Pada kekurangan gizi akan terdapat glossitis (peradangan
pada lidah) menyebabkan hypertrophypapillae yang diikuti atrofi.
e. BenignMigratoryGlossitis (ErythemaMigrans).Adalah peradangan lidah dimana
beberapa daerah dari papilla mengalami deskuamasi, muncul di permukaan
lidah dan berpindah-pindah dalam beberapa hari.
f. Kekurangan Thiamine dan riboflavin. Jika vitamin-vitamin ini kurang dalam
tubuh Anda akan menyebabkan hypertrofifiliform dan fungiformpapillae.
g. Kekurangan Niasin dan zat besi. Dalam kondisi ini akan muncul atrofi papilla.
Lidah yang halus ditemui pada kekurangan zat besi.
h. Kekurangan Vitamin A akan menyebabkan lidah berkerut.
i. Dalam NutrisionalMegaloblastik Anemia lidah menjadi halus
j. Kekurangan Asam Folat. Disinimacrositikmegaloblastic anemia dengan
glossitis akan terlihat.
k. Kekurangan SianoCobalamine. Disinimacrositikmegaloblastic anemia dengan
glossitis dan neuropati perifer (peripheralneuropathy) akan muncul.
l. Demam scarlet. Pada infeksi streptococcal ini, papilla dengan merah terang
akan muncul dari bulu putih yang tebal, kemudian lapisan putih akan
menghilang meninggalkan papilla yang membesar pada permukaan yang
berwarna merah terang, dan ini disebut lidah strawberry
6) Borok pada lidah
1. Borok Apthous. Berbentuk bulat dan terasa sakit akan muncul pada seseorang
yang sering mengalami stres. Mungkin juga dikaitkan karena alergi makanan.
Tempat-tempat yang biasanya terserang adalah lidah, bibir, rongga mulut, dll.
2. Herpes simplex. Adalah letusan vesikular akut yang disebabkan virus herpes
simplex. Saat vesikula pecah, maka akan menyebabkan borok.
3. Borok karena Kanker. Borok karena kanker mengalami tepi yang membalik.
Pendarahan juga terjadi. Kanker lidah biasanya dialami oleh pengunyah
tembakau.
4. Borok Sifilis. Retakan sifilis mengarah memanjang (longitudinal). Pada sifilis
primer hal ini juga berpengaruh pada lidah. Sifilis sekunder beberapa borok
terlihat di bawah permukaan dan samping lidah. Pada sifilis tertier, gumma
mungkin terlihat pada garis tengah punggung lidah.
5. Borok Gigi.Borok ini disebabkan oleh pinggiran yang tajam dari gigi.

E. PEMERIKSAAN PADA INDERA KULIT


Pemeriksaan kulit dimaksudkan untuk mengidentifikasi tahi lalat yang mencurigakan,
pertumbuhan, dan perubahan lain pada kulit Anda. Bentuk, ukuran, batas, warna, dan
karakteristik lain dari pertumbuhan yang mencurigakan dapat membantu dokter untuk
mendiagnosis kondisi medis yang mendasarinya.
Pemeriksaan kulit adalah cara terbaik untuk menemukan kanker kulit sejak dini. Dan
semakin cepat kanker kulit diidentifikasi, semakin mudah untuk diobati. Penting bahwa Anda
melakukan pemeriksaan mandiri secara teratur. Orang dewasa juga harus menjalani
pemeriksaan kulit secara teratur oleh dokter kulit mereka.
  Pemeriksaan kulit di rumah bisa dilakukan kapan saja. Cermin genggam dan cermin
ukuran penuh mungkin membantu untuk melihat leher, punggung, dan bagian bokong Anda.
Daerah yang terpapar sinar matahari secara lebih sering adalah yang paling mungkin untuk
mengembangkan pertumbuhan jaringan yang janggal. Namun, tahi lalat yang mencurigakan
dapat muncul di bagian tubuh mana saja. Itu sebabnya dokter kulit perlu melakukan
pemeriksaan tubuh secara lengkap.
Meskipun pemeriksaan kulit dengan orang lain mungkin tidak nyaman untuk
beberapa orang, akan tetapi merupakan hal pokok bagi dokter untuk mendiagnosis dini
kanker kulit. Anda mungkin diberi pakaian khusus rumah sakit untuk kesopanan. Anda dapat
memilih untuk tidak memeriksakan bokong atau area genital Anda, tetapi jika Anda memiliki
titik atau pertumbuhan yang mencurigakan, Anda mungkin ingin memeriksakannya ke
dokter. Pemeriksaan kulit menyeluruh, juga dikenal sebagai pemeriksaan kulit tubuh total
(TBSE), harus mencakup pemeriksaan dari kulit kepala hingga kaki.
Pastikan untuk memberi tahu dokter Anda tentang area yang menjadi perhatian
sebelum atau selama pemeriksaan. Anda juga harus merasa bebas untuk mengajukan
pertanyaan tentang tanda-tanda yang harus diperhatikan, pencegahan kanker kulit, atau aspek
lain dari kesehatan kulit. Pemeriksaan ini seharusnya hanya memakan waktu sekitar 15
hingga 20 menit.
  Apa yang terjadi jika dokter Anda menemukan sesuatu yang mencurigakan Jika
dokter Anda melihat sesuatu yang mencurigakan, mereka mungkin menggunakan
dermatoscope untuk memeriksa area yang lebih dekat. Sebuah dermatoscope pada dasarnya
adalah kaca pembesar yang menyala.
Jika dokter Anda mencurigai suatu tempat mungkin kanker, mereka akan melakukan biopsi.
Mereka akan mengambil sampel jaringan kecil dari tempat yang mencurigakan dan
mengirimkannya ke laboratorium untuk dianalisis. Di sana, ahli patologi akan mempelajari
jaringan untuk menentukan apakah itu kanker atau bukan. Proses ini biasanya memakan
waktu sekitar satu minggu.
Terkadang, tahi lalat atau tempat yang mencurigakan tidak perlu dihilangkan atau
dibiopsi. Sebagai gantinya, dokter Anda dapat mengambil foto tahi lalat itu dan
menempatkan gambar itu di file Anda. Pada pemeriksaan Anda berikutnya, mereka dapat
membandingkan untuk melihat apakah ada perubahan dalam ukuran atau bentuk tahi lalat.
  Jika biopsi menunjukkan hasil jaringan yang jinak, maka tidak perlu dilakukan
pemeriksaan lain hingga pemeriksaan kulit Anda berikutnya. Jika hasil lab mengungkapkan
kanker kulit, rencana perawatan Anda akan tergantung pada jenis kanker yang Anda miliki.
  Jika Anda memiliki karsinoma sel basal – jenis kanker kulit yang paling umum – atau
karsinoma sel skuamosa, Anda memiliki beberapa pilihan. Lesi kanker kecil dapat
dihilangkan dengan prosedur yang disebut kuretase dan elektrodesikasis. Prosedur ini
menghilangkan pertumbuhan dan kemudian mengeringkan atau membakar area tersebut
dengan jarum panas. Prosedur ini memiliki angka kesembuhan 95 persen.
Lesi yang lebih besar mungkin memerlukan operasi mikrografiMohs. Dalam prosedur ini,
lapisan kulit yang mengandung pertumbuhan kanker akan diangkat. Jaringan tersebut
kemudian diperiksa untuk mengetahui adanya tanda-tanda kanker. Jika ada bagian dari
jaringan yang mengandung sel kanker, lapisan lain diangkat dan diperiksa dengan cara yang
sama sampai tidak ada kanker ditemukan.
 
Bedah Mohs juga dapat digunakan untuk mengangkat melanoma, jenis kanker kulit
yang paling serius. Namun, eksisi, yang merupakan prosedur yang lebih invasif, dapat
digunakan jika pertumbuhan kanker lebih dalam daripada lapisan paling atas kulit Anda.
Jika melanoma telah menyebar ke bagian lain dari tubuh, seperti kelenjar getah bening,
diperlukan perawatan yang lebih intensif. Anda mungkin memerlukan operasi tambahan
untuk menghilangkan pertumbuhan kanker di tempat lain. Kemoterapi atau terapi radiasi
mungkin juga diperlukan.
Jika Anda memiliki salah satu dari yang berikut, Anda dianggap berisiko lebih tinggi
terkena kanker kulit:
 rambut merah dan bintik-bintik
 memiliki lebih dari 50 tahi lalat
 riwayat keluarga dengan kanker kulit
 kelainan genetik yang membuat Anda sangat sensitif terhadap matahari
 kondisi prekanker termasuk keratosis aktinik, nevidisplastik, riwayat kanker kulit, dan
kanker sel basal atau skuamosa
 paparan sinar matahari terlalu banyak
 sering berkunjung ke salon tanning
 setidaknya pernah mengalami kulit terbakar matahari
 perawatan sebelumnya termasuk terapi radiasi, perawatan imunosupresif, atau
perawatan kanker lainnya
Jika Anda memiliki melanoma, Anda mungkin memerlukan pemeriksaan kulit lebih
sering dari setahun sekali. Bicarakan dengan dokter Anda tentang apa yang sesuai untuk
Anda. Pastikan untuk menindaklanjuti pemeriksaan tersebut.
Kanker kulit biasanya mudah diidentifikasi sejak dini. Tetapi satu-satunya cara untuk
mendeteksi lebih awal adalah dengan melakukan pemeriksaan kulit.

Anda mungkin juga menyukai