PENDAHULUAN
1
Varises esofagus biasanya tidak bergejala, kecuali jika sudah robek dan
berdarah. Beberapa gejala yang terjadi akibat perdarahan esofagus adalah muntah
darah, tinja hitam seperti teh atau berdarah, kencing menjadi sedikit, sangat haus,
pusing dan syok pada kasus yang parah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Varises Esofagus
2.1.1 Definisi
Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran
abnormal pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah. Varises esofagus terjadi
jika aliran darah menuju hati terhalang. Aliran tersebut akan mencari jalan lain,
yaitu ke pembuluh darah di esofagus, lambung, atau rektum yang lebih kecil dan
lebih mudah pecah. Tidak imbangnya antara tekanan aliran darah dengan
kemampuan pembuluh darah mengakibatkan pembesaran pembuluh darah
(varises).
a) Tekanan Portal
3
dan perdarahan varises esofagus, tapi tak ada hubungan linier antara tingkat
keparahan hipertensi portal dan risiko perdarahan varises. Namun, gradien tekanan
vena hepatik cenderung lebih tinggi pada penderita yang mengalami perdarahan
dan juga pada paien dengan varises yang lebih besar.
b) Ukuran Varises
Ukuran varises paling baik dinilai dengan endoskopi. Hasil yang bervariasi dari
literatur disebabkan karena tidak adanya definisi mengenai perbedaan varises besar
dan kecil. Banyak studi memperlihatkan bahwa risiko perdarahan varises
meningkat sesuai dengan ukuran varises.
4
Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan varises esophagus adalah sebagai
berikut:
a. Sirosis
5
Pembagian besarnya varises
Tingkat keparahan sirosis paling baik dinilai dengan skor Child-Pugh. Pasien
dengan kelas A paling kecil kemungkinannya untuk meninggal akibat efek
perdarahan varises sedangkan pasien dengan kelas C paling besar kemungkinannya
untuk meninggal.
- Syok hipovolemik.
- Ensefalopati.
- Infeksi, misalnya pneumonia aspirasi.
2.1.4 Patofisiologi
Salah satu tempat potensial untuk komunikasi antara sirkulasi splanknik
intraabdomen dan sirkulasi vena sistemik adalah melalui esofagus. Apabila aliran
darah vena porta ke hati terhambat oleh sirosis atau penyebab lain, hipertensi porta
yang terjadi memicu terbentuknya saluran pintas kolateral di tempat bertemunya
sistem porta dan sistemik. Oleh karena itu, aliran darah porta dialihkan melalui vena
koroner lambung ke dalam pleksus vena subepitel dan submukosa esofagus ,
kemudian kedalam vena azigos dan vena kava superior. Peningkatan tekanan di
pleksus esofagus menyebabkan pembuluh melebar dan berkelok kelok yang
dikenal sebagai varises. Pasien dengan sirosis mengalamai varises dengan laju 5%-
15% per tahun, sehingga varises terdapat pada sekitar dua pertiga dari semua pasien
sirosis. Varises paling sering berkaitan dengan sirosis alkoholik.
6
Ruptur varises menimbulkan pendarahan masif ke dalam lumen, serta
merembesnya darah ke dalam dinding esofagus. Varises tidak menimbulkan gejala
sampai mengalami ruptur. Pada pasien dengan sirosis hati tahap lanjut separuh
kematian disebabkan oleh ruptur varises, baik sebagai konsekuensi langsung
perdarahan atau karena koma hepatikum yang dipicu oleh perdarahan. Meskipun
terbentuk, varises merupakan penyebab pada kurang dari separuh episode
hematemesis. Sisanya sebagian besar disebabkan oleh pendarahan akibat gastritis,
ulkus peptik, atau laserasi esofagus.
Faktor yang memicu ruptur varises belum jelas: erosi mukosa di atasnya
yang sudah menipis, meningkatnya tekanan pada vena yang secara progresif
mengalami dilatasi, dan muntah disertai peningkatan tekanan intraabdomen
mungkin berperan. Separuh pasien juga ditemukan mengidap karsinoma haepato
selular, yang mengisyaratkan bahwa penurunan progresif cadangan fungsional hati
akibat pertumbuhan tumor meningkatkan kemungkinan ruptur varises. Setelah
terjadi, perdarahan varises mereda secara spontan hanya pada 50% kasus.
7
makanan, dan juga hilangnya massa otot dan jaringan adiposa
merupakan fitur mencolok pada stadium akhir penyakit hati.
e. Rasa tidak nyaman dan nyeri pada abdomen - Biasanya dirasakan
di hipokondrium kanan atau di bawah tulang rusuk kanan bawah
(depan, samping, atau belakang) dan di epigastrium atau
hipokondrium kiri
f. Ikterus atau urin berwarna gelap
g. Edema dan pembengkakan perut
h. Pruritus, biasanya terkait dengan kondisi kolestatik, seperti
obstruksi bilier ekstrahepatik, sirosis bilier primer, sclerosing
cholangitis, kolestasis kehamilan, dan cholestasis berulang jinak
i. Perdarahan spontan dan mudah memar
j. Gejala Encephalopathic, yaitu gangguan siklus tidur-bangun,
penurunan fungsi intelektual, kehilangan memori dan, akhirnya,
ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif di tingkat
manapun, perubahan kepribadian, dan, mungkin, menampilkan
perilaku yang tidak pantas atau aneh.
k. Impotensi dan disfungsi seksual
l. Kram otot - umumnya pada pasien dengan sirosis
Riwayat medis masa lalu :
Riwayat ikterus menunjukkan kemungkinan hepatitis akut,
gangguan hepatobiliary, atau penyakit hati yang diinduksi obat
Kekambuhan ikterus menunjukkan kemungkinan reaktivasi,
infeksi dengan virus lain, atau timbulnya dekompensasi hati.
Pasien mungkin memiliki riwayat transfusi darah atau
administrasi berbagai produk darah
Sejarah schistosomiasis di masa kanak-kanak dapat diperoleh
dari pasien yang mengalami infeksi endemik.
Penyalahgunaan obat intravena
Riwayat keluarga yang menderita penyakit hati turun-temurun
seperti penyakit Wilson
8
Gaya hidup dan riwayat penyakit, seperti steatohepatitis alcohol
(NASH), diabetes militus, dan hiperlipidemia
2.1.6 Diagnosis
Esophagogastroduodenoscopy (EGD) adalah gold standard untuk diagnosis
varises esofagus. Jika gold standard tidak tersedia, tahap diagnostik selanjutnya
yang memungkinkan adalah Doppler ultrasonography sirkulasi darah (bukan
endoscopic ultrasonography). Meskipun ini merupakan pilihan kedua yang kurang
baik, tapi dapat menunjukkan temuan varises. Alternatif lain termasuk radiografi /
barium swallow pada esofagus dan lambung, angiografi vena portal dan manometri.
Sangatlah penting untuk menilai lokasi (esofagus dan lambung) dan ukuran varises,
tanda yang mendekati, tanda akut yang pertama, atau perdarahan yang berulang,
dan (jika memungkinkan) mempertimbangkan penyebab dan tingkat keparahan
penyakit hati.
9
Perdarahan varises didiagnosis berdasarkan salah satu dari temuan berikut pada
endoskopi:
Perdarahan aktif dari varix
“Puting putih” disekitar varix
Gumpalan darah sekitar varix
Varises tanpa sumber perdarahan yang lain
2.1.7 Tatalaksana
1. Varises Esofagus tanpa Riwayat Pendarahan
Varises tanpa riwayat pendarahan dapat ditangani menggunakan non-
selektif beta-adrenergik bloker (misalnya, propranolol, nadolol, timolol),
asalkan tidak ada kontraindikasi menggunakan obat tersebut. Misalnya
riwayat diabetes militus tipe insulin dependent, penyakit paru obtruktif yang
parah dan gagal jantung kogestif). Pemberian beta-bloker ditentukan dari
25% penurunan detak jantung istirahat atau penurunan detak jantung 55x
per menit. Penggunaan beta- bloker menurunkan 45% risiko pendarahan
awal. Jika penderita mengalami kontraindikasi terhadap beta-bloker dapat
diberikan nitrat jangka panjang (isosorbide 5-mononitrat) sebagai alternatif.
Penggunaan endoscopic sclerotherapy atau ligasivisera dengan
dikombinasikan propanolol dapat menurunkan risiko pendarahan pada
varises esofagus.
2. Varises Esofagus dengan Riwayat Pendarahan
Pada varises dengan pendarahan hal yang harus dilakukan adalah: menilai
tingkat dan volume pendarahan, melakukan pemeriksaan tekanan darah dan
denyut nadi pasien dengan posisi terlentang dan duduk, melakukan
pemeriksaan hematokrit segera, mengukur jumlah trombosit dan
protrombin time, memeriksa fungsi hati dan ginjal, dan melakukan
pengobatan darurat seperti dibawah ini.
Segera kembalikan tekanan dan volume darah penderita yang
dicurigai sirosis dan pendarahan visera
Lakukan transfuse darah, dilakukan dengan infuse cepat dextrose
dan larutan koloid sampai tekanan darah dan ekskresi urin normal.
10
Lindungi jalan nafas dari pendarahan saluran cerna bagian atas,
terutama jika penderita tidak sadar.
Jika memungkinkan, perbaiki factor pembekuan dengan cairan
plasma dan darah segar, dan vitamin K-1.
Masukkan tabung nasogastrik untuk menilai keparahan
pendarahan sebelum dilakukan endoskopi.
Pertimbangkan terapi farmakologis (octreotide atau somatostatin)
dan endoskopi segera setelah penderita pulih. Tujuannya untuk
menentukan dan mengendalikan pendarahan.
Tujuan pengobatan pada varises esofagus adalah mencegah atau mengatasi
perdarahan. Perdarahan pada varises esofagus harus segera diatasi, jika tidak dapat
terjadi kematian.
Profilaksis Primer
1. Terapi Farmakologik
Propanolol
Isosorbid mononitrat
11
Kombinasi nadolol dan isosorbid mononitrat telah dibandingkan dengan
nadolol saja dalam suatu uji klinik acak dengan pembanding. Terapi kombinasi ini
menurunkan frekuensi perdarahan secara bermakna tetapi tidak ada perbedaan
bermakna yang didapat dalam hal mortalitas.
2. Terapi Endoskopik
Skleroterapi
Ligasi Varises
Ligasi varises telah dibandingkan dengan propanolol pada suatu uji klinik
dengan pembanding, dan memperlihatkan penurunan bermakna dalam hal
frekuensi perdarahan pertama tetapi tak mempengaruhi mortalitas.
3. Pembedahan
Pintasan Portokaval
12
Prosedur devaskularisasi
Farmakologis:
Transfusi darah PRC (sesuai perdarahan yang terjadi dan Hb). Pada kasus varises
trasfusi sampai dengan Hb 10gr%. Sementara menunggu darah dapat diberikan
pengganti plasma (misalnya dekstran/hemacel) atau NaCl 0,9% atau RL.
Untuk varices:
Somatostatin bolus 250 ug + drip 250 ug/jam intravena atau okreotide (sandostatin)
0,1 mg/2 jam. Pemberian diberikan sampai perdarahan berhenti atau bila mampu
diteruskan 3 hari setelah skleroterapi/ligasi varices esofagus.
13
tampak menurunkan kegagalan mengatasi perdarahan pada sebuah penelitian dan
tidak memperlihatkan perbedaan bermakna terhadap plasebo pada penelitian
lainnya. Tujuh penelitian membandingkan keampuhannya terhadap vasopressin
dan memperlihatkan bahwa somatostatin menurunkan kegagalan mengatasi
perdarahan dan terkait dengan efek samping yang lebih sedikit.
Transplantasi Hati
Cara ini mungkin hanya cocok untuk pasien yang mengalami perdarahan
ketika menunggu transplantasi hati meskipun penelitian dengan ligasi varises atau
perbandingan dengan TIPSS dalam situasi ini harus dilakukan. Namun,
transplantasi hati merupakan pilihan yang sangat jarang bagi sebagian besar pasien,
baik karena prosedur ini tidak lazim ada.
Penyekat β
Sebanyak 755 pasien diacak pada 11 uji klinik yang membandingkan antara
pemberian propanolol atau nadolol dan tanpa terapi aktif. Penurunan perdarahan
ulang yang bermakna tampak pada empat uji klinik memperlihatkan penurunan
yang bermakna secara keseluruhan.
Terapi Endoskopi
Saat ini setidaknya ada tujuh publikasi uji klinik yang membandingkan
skeroterapi dengan ligasi variseal yang telah digabungkan dalam sebuah meta-
analisis. Studi ini menyimpulkan bahwa ligasi varises menghasilkan angka
perdarahan ulang yang secara bermakna lebih rendah.
14
Transjugular Intrahepatic Portosystemic Stent Shunt
Pintasan Portokaval
15
2.2 SIROSIS HATI
2.2.1 Definisi
Penyakit Infeksi
Bruselosis Skistosomiasis
Ekinokokus Toxoplasmosis
Penyakit Wilson
16
Alkohol Obstruksi Bilier
17
Patogenesis sirosis menurut penelitian terakhir memperlihatkan adanya
peranan sel stelata. Dalam keadaan normal sel stelata mempunyai peran dalam
keseimbangan pembentukan matriks ekstraselular dan proses degradasi.
Pembentukan fibrosis menunjukkan perubahan proses keseimbangan. Jika terpapar
faktor tertentu yang berlangsung secara terus-menerus, maka sel stelata akan
berubah menjadi sel yang membentuk kolagen. Jika proses berjalan terus maka
fibrosis akan berjalan terus di dalam sel stelata, dan jaringan hati yang normal akan
diganti oleh jaringan ikat.
Sirosis biliaris
Kerusakan sel hati yang dimulai di sekitar duktus biliaris akan menimbulkan
pola sirosis yang dikenal sebagai sirosis biliaris. Penyebab tersering adalah
obstruksi bilaris pasca hepatik. Stasis empedu menyebabkan penumpukan empedu
di dalam massa hayi dan kerusakan sel-sel hati. Hati membaesar, keras, bergranula
halus dan berwarna kehijauan. Ikterus selalu menjadi bagian awal dan utama dari
sindrom ini, demikian pula pruritus, malabsrpsi, dan steatorea.
Klinis
Ukuran hepar bisa membesar (hepatomegali), normal, atau mengecil. Bila teraba,
hati sirotik teraba keras dan noduler.
18
Spider telangiektasi; suatu lesi vaskular yang dikelilingi beberapa vena-
vena kecil. Sering ditemukan di bahu, muka, dan lengan atas. Mekanisme
terjadinya tidak diketahui pasti, ada anggapan dikaitkan dengan
peningkatan rasio estradiol/testosteron bebas.
Eritema palmaris; warna merah saga pada thenar dan hypothenar telapak
tangan. Hal ini juga dikatkan dengan perubahan metabolime estrogen.
Perubahan kuku-kuku Muchrche; berupa pita putih dipisahkan dengan
warna normal kuku. Mekanismenya juga belum biketehui, diperkirakan
akibat hipoalbunemia.
Ginekomastia, hilangnya rambut dada dan aksila (femninisme) pada laki-
laki, dan menstruasi yang cepat berhenti pada wanita. Hal ini kemungkinan
disebabkan peningkatan androstenedion.
Asites; penimbunan cairan dalam rongga peritoneum akibat hipertensi porta
dan hipoalbuminemia.
Caput medusa, juga diakibatkan adanya hipertensi porta.
Ikterus pada kulit dan membran mukosa. Biasanya akan terlihat bila
konsentrasi bilirubin lebih dari 2-3 mg/dl.
Warna urin terlihat gelap seperi air teh.
Fetor hepatikum; bau napas yang khas pada pasien sirosis disebabkan
peningkatan konsentrasi dimetil sulfid akibat pintasan porto sistemik yang
berat.
Gambaran Laboratoris
SGOT dan SGPT meningkat tetapi tak begitu tinggi. Alkali fosfatase
meningkat kurang dari 2 sampai 3 kali batas normal atas. GGT konsentrasinya
tinggi pada penyaki hati alkoholik kronik, karena alkohol selain menginduksi GGT
mikrosomal hepatik, juga bisa menyebabkan bocornya GGT dari hepatosit.
Bilirubin dapat normal pada sirosis kompensata dan meningkat pada sirosis lanjut.
19
sekunder dari pintasan, antigen bakteri dan sistem porta ke jaringan limfoid
selanjutnya menginduksi produksi imunoglobulin.
2.2.5 Diagnosis
2.2.6 Komplikasi
Peritonitis bakterial spontan, yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis
bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intra abdominal. Biasanya tanpa
gejala, namun dapat timbul demam dan nyeri abdomen.
Sindrom hepatorenal, terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa oliguri,
peningkatan ureum dan kratinin tanpa adanya kelainan organik ginjal.
20
Kerusakan hati lanjut menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang berakibat
pada penurunan filtrasi glomerulus.
Ensefalopati hepatik, merupakan kelainan neuropsikiatrik akibat disfungsi
hati
Sindrom hepatopulmonal, terdapat hidrotoraks dan hipertensi
portopulmonal.
TERAPI
Non Farmakologis
Bila tidak ada koma hepatik diberikan diet mengandung protein 1 g/kgBB
dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari.
Menghindari bahan-bahan yang menambah kerusakan hati; alkohol dan
bahan lain yang bersifat toksik terhadap hepar.
Asites: tirah baring, diet rendah garam, konsumsi garam 5,2 gram atau 90
mmol/hari, parasentesis jika asites sangat besar.
Ensefalopati hepatik: diet protein diturunkan sampai 0,5 gr/kgBB/hari.
Farmakologis
21
dikombinasi dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari, bisa ditambah jika
tidak ada respon, dosis maksimal 160 mg/hari.
2.2.7 Prognosis
22
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.S
Usia : 38 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Status : Menikah
No CM : 868xxx
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Muntah darah sejak 12 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan muntah darah sejak 12 jam SMRS.
Muntah darah berwarna merah kehitaman. Muntah darah 1 kali sebanyak
setengah gelas air mineral kecil atau 100ml . Selain itu, pasien juga
mengeluhkan BAB warna hitam cair 1x sehari sebanyak 1 gelas air mineral
kecil. BAB tidak disertai nyeri dan darah menetes saat BAB. Pasien juga
mengeluhkan mual, nyeri ulu hati dan perut terasa penuh. nafsu makan pasien
menurun, badan terasa lemas serta perut terasa membesar, kedua tungkai pasien
juga membengkak. BAK lancar, tidak nyeri, warna kuning muda jernih. Pasien
menyangkal adanya demam, nyeri kepala, sesak napas, batuk. Pasien juga
menyangkal adanya penurunan berat badan yang signifikan.
23
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat tekanan darah tinggi (-), kencing manis (-), asthma (-),
keganasan (-)
Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi sebelumnya
24
Suhu : 36,7oC.
Status Lokalis
Kepala :
- Ekspresi wajah : normal.
- Bentuk dan ukuran : normal.
- Rambut : hitam.
- Udema (-).
- Malar rash (-).
- Hiperpigmentasi (-).
- Nyeri tekan kepala (-).
Mata :
- Alis : normal.
- Exopthalmus (-/-).
- Ptosis (-/-).
- Nystagmus (-/-).
- Strabismus (-/-).
- Udema palpebra (-/-).
- Konjungtiva: anemis (+/+), hiperemis (-/-).
- Sclera: icterus (+/+), hyperemia (-/-), pterygium (-/-).
- Pupil : isokor, bulat, miosis (-/-), midriasis (-/-).
- Kornea : normal.
- Lensa : normal, katarak (-/-).
- Pergerakan bola mata ke segala arah : normal
Telinga :
- Bentuk : normal simetris antara kiri dan kanan.
- Lubang telinga : normal, secret (-/-).
- Nyeri tekan (-/-).
- Peradangan pada telinga (-)
- Pendengaran : normal.
25
Hidung :
- Simetris, deviasi septum (-/-).
- Napas cuping hidung (-/-).
- Perdarahan (-/-), secret (-/-).
- Penciuman normal.
Mulut :
- Simetris.
- Bibir : sianosis (-).
- Gusi : hiperemia (-), perdarahan (-).
- Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-),
kemerahan di pinggir (-), lidah kotor (-).
- Gigi : caries (-)
- Mukosa : normal.
- Faring dan laring : tidak dapat dievaluasi.
Leher :
- Simetris (-).
- Kaku kuduk (-).
- Pemb.KGB (-).
- Trakea : di tengah.
- JVP : R+2cm.
- Pembesaran otot sternocleidomastoideus (-).
- Pembesaran thyroid (-).
Thorax
Pulmo :
Inspeksi :
- Bentuk: simetris.
- Ukuran: normal, barrel chest (-)
- Pergerakan dinding dada : simetris.
- Permukaan dada : petekie (-), purpura (-), ekimosis (-), spider nevi
(-), massa (-), sikatrik (-) hiperpigmentasi (-).
- Fossa supraclavicula dan fossa infraclavicula : cekungan simetris
26
- Penggunaan otot bantu napas: sternocleidomastoideus (-), otot
intercosta(-).
Palpasi :
- Sonor (+/+).
- Nyeri ketok (-).
- Batas paru hepar : ICS 6
Auskultasi :
Palpasi : Iktus cordis teraba ICS V linea midklavikula sinistra, thriil (-).
Abdomen
Inspeksi :
27
- Permukaan Kulit : sikatrik (-), pucat (-), sianosis (-), vena kolateral (-
), petekie (-), purpura (-), ekimosis (-), luka bekas operasi (-),
hiperpigmentasi (-).
Auskultasi :
- Turgor : normal.
- Tonus : normal.
- Nyeri tekan (+) epigastrium
- hepar dan lien sulit dinilai
Perkusi :
28
- Ptekie: -/-
- Clubbing finger: -/-
29
Basofil 0,5 0-1
Segmen 75,2 50 - 70
Limfosit 13,4 20 – 40
Monosit 6,2 2-8
Stab 2,4 35 - 47
30
Basofil 0,2 0-1
Segmen 75,6 50 - 70
Limfosit 10,7 20 – 40
Monosit 8,8 2-8
Stab 2,0 35- 47
ENDOSCOPY
31
V. RESUME
Pasien 38 tahun dengan muntah darah kehitaman (+) , BAB berwana hitam
(+),konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (+), lemas (+), mual (+), nyeri ulu hati
(+), nafsu makan menurun (+), edema tungkai (+), asites (+), kebiasaan merokok
(+).
VII. PENGKAJIAN
1.hematemesis melena yang disebabkan karena perdarahan varises oesofagus.
32
2.sirosis hepatis.
Atas dasar: pada anamnesis didapatkan mual (+), nyeri ulu hati (+) dan perut
terasa penuh (+). nafsu makan pasien menurun, badan terasa lemas serta perut
terasa membesar, bengkak kedua tungkai. pada pemeriksaan fisik ditemukan
sklera ikterik (+/+), nyeri tekan epigastrium (+). pada pasien ini juga terdapat
asites karena pada pemeriksaan abdomen didapatkan shifting dullness (+) dan
undulasi (+)
Rencana tatalaksana
1. Tirah baring
2. IVFD RL 20tpm
3. omeprazol 2x1
4. ondansetron 3x1
5. vit K 3x1
atas dasar : lemas (+), low intake (+). Pada pemeriksaan fisik ditemukan
conjungtiva anemis (+/+) dan pada ekstremitas tampak pucat. Pada pemeriksaan
lab ditemukan hb 6,9 g/dl; E 3,08 juta/ul; hct 23,3%,.
Rencana tatalaksana :
1. Tirah baring
2. IVFD RL 20tpm
33
VIII. PROGNOSA
Quo Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
FOLLOW UP
18-09-2016
Subjective Muntah darah kehitaman (+) 1x, BAB hitam (+) 1x,
nyeru ulu hati (+)
Objective - KU : Tampak sakit sedang
- KS : Compos mentis
- TD : 100/60 mmHg
- Nadi : 88x/ menit
- Frekuensi pernapasan : 24x/menit
- Suhu : 36,5C
- Mata : konjungtifa pucat +/+, Sklera ikterik +/+
- Leher : KGB tidak teraba membesar
- Paru : Sn Vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
- Jantung : BjI-II reguler, murmur-, gallop –
- Abdomen : membucit, nyeri tekan + di epigastrium,
BU +N.
- Ekstremitas : akral hangat, edem -/-
Assessment Hematemesis melena
Planning - RL 20tpm
- Omeprazole 2x1
- Kalnex 3x1
- Vit k 3x1
- Ondansentron 3x1
34
19-09-2016
Subjective Muntah darah kehitaman (-) , BAB hitam (+) 1x, nyeri
ulu hati (+), lemas (+)
Objective - KU : Tampak sakit sedang
- KS : Compos mentis
- TD : 100/60 mmHg
- Nadi : 84x/ menit
- Frekuensi pernapasan : 22x/menit
- Suhu : 36,4C
- Mata : konjungtifa pucat +/+, Sklera ikterik +/+
- Leher : KGB tidak teraba membesar
- Paru : Sn Vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
- Jantung : BjI-II reguler, murmur-, gallop –
- Abdomen : membucit, nyeri tekan + di epigastrium,
BU +N.
- Ekstremitas : akral hangat, edem -/-
Assessment Hematemesis melena
Planning - Kalnex 3x1
- Vit k 3x1
- Omeprazole 2x1
- Ondansentron 3x1
- Tranfusi PRC 500cc
20-09-2016
35
- Mata : konjungtifa pucat +/+, Sklera ikterik +/+
- Leher : KGB tidak teraba membesar
- Paru : Sn Vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
- Jantung : BjI-II reguler, murmur-, gallop –
- Abdomen : membucit, nyeri tekan + di epigastrium,
BU +N.
- Ekstremitas : akral hangat, edem -/-
Assessment Hematemesis melena
Planning - Cefotaxime 3x1gr
- Ondansentron 3x1
- Kalnex 3x1
- Pantoprazole 1x1
21-09-2016
36
Planning - Boleh pulang
37
BAB IV
PENUTUP
38
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Pangestu ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 2006, 291 – 294
39