Anda di halaman 1dari 41

SISTEM GERIATRI & PEDIATRI

KELOMPOK 1 MODUL 1
Gangguan Pertumbuhan dan
Fahriz Yusuf 2017730045 Perkembangan Bayi
Luthfan Ahnaf G 2017730063
Satya Pramana 2017730109 Tutor:
Siti Azaniah Putri 2017730113 dr. Rahmini Shabariah, Sp.A
Anggi Nur Indah S 2017730009
Syafina Firuz S 2017730116
Yulia Astari S 2017730131
Alifira R. Saarah J 2017730005
Aisyah Fildzah A 2017730004
Mia Aulia 2017730068
Kata Sulit : - Kelahiran secara vakum
- KMS
Kata/Kalimat kunci :
• Anak laki-laki 10 bulan BB 7 kg, PB 69 cm, LK 52 cm, belum bisa
tengkurap dan menegakkan kepalanya
• Riwayat Kelahiran :
• Ditolong secara vakum • Data KMS
• BB 2,5 kg, PB 48 cm, LK 33 cm
• Saat lahir tidak langsung menangis, tampak sesak, biru dan kejang Bulan BB PB LK
• Riwayat Imunisasi :
• Hepatitis B 3x, DPT 2x, Polio 2x, BCG 1x 2 3,5 kg 52 cm 43 cm
• Riwayat Psikososial :
• Tidak pernah diberi ASI sejak lahir, hanya diberi susu formula dan
menyusunya lama 4 4 kg 58 cm 46 cm
• Pasien anak ke 8 dari 8 bersaudara
• Pasien sering dibawa ke posyandu oleh ibunya 8 6 kg 62 cm 51 cm
• Ibu pasien usia 40 th, tamat SMA dan tak bekerja
• Ayah pasien usia 45 th, tamat SMA, satpam
• Riwayat tambahan : BB : Berat Badan
• Pasien belum mampu menegakkan kepala, jarang bersuara, kedua PB : Panjang Badan
tangan mengepal, menangis jika melihat orang yang tak dikenal, LK : Lingkar Kepala
merespon bunyi, dapat melihat mainan namun belum mampu
memegangnya, belum bisa duduk
Pola
Asuh Pengasuh
Kebutuhan
Genetik
Asih Dasar Faktor Yang
An. 10 bulan
Gangguan Pertumbuhan Mempengaruhi Lingkungan
Asah
&Perkembangan
Parameter Prenatal
Imunisasi Alur
Pertumbuhan Natal
dan
Diagnosis Postnatal
Perkembangan
Hepatitis B : 3x
Polio : 2x
Pemeriksaan
BCG : 1x Anamnesis
DPT : 2x Fisik

DD

Pem. Penunjang

WD

Tatalaksana
MIND MAP
PERTANYAAN
1. Bagaimana definisi pertumbuhan dan perkembangan serta cara penilaian status pertumbuhan?
2. Bagaimana cara penilaian status perkembangan pada bayi?
3. Bagaimana status imunisasi dan jadwal imunisasi?
4. Bagaimana pengaruh proses kelahiran terhadap pertumbuhan dan perkembangan sesuai
skenario?
5. Bagaimana pengaruh tidak diberikan ASI terhadap pertumbuhan?
6. Bagaimana kebutuhan dasar pada anak?
7. Apa saja faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada bayi?
8. Bagaimana perbaikan gizi pada skenario ini?
9. Bagaimana penanganan pada hidrosefal dan palsi serebralis pada skenario, serta pemeriksaan
penunjang yang dibutuhkan?
10. Bagaiamana prognosis dan komplikasi pada seknario?
DEFINISI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Pertumbuhan : Bertambah besar dalam


aspek fisis akibat multipikasi sel dan
bertambahnya jumlah zat interseluler

Perkembangan : Bertambahnya
keterampilan dan fungsi kompleks

Poorwo, Sumarmo S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Marcdante, dkk.,2013.Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam.Elsevier-Local. Jakarta.
MASA PERTUMBUHAN SEBELUM DEWASA

• Masa Pranatal (0-280 hari)

• Masa Neonatal (0-4 setelah lahir)

• Masa Bayi
• Masa Prasekolah (umur 2 - 6 tahun)
• Masa Sekolah
• Masa Adolesensi ( ♂ : 12 - 20 tahun , ♀ : 10 -18 tahun)

Poorwo, Sumarmo S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Marcdante, dkk.,2013.Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam.Elsevier-Local. Jakarta.
TAHAP – TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK
Perkiraan BB lahir: 3,25 kg
Masa pranatal Kenaikan berat badan
 Masa zigot konsepsi – 2 minggu Triwulan I : 700-1000gram/bulan
Triwulan II : 500-600 gram/bulan
 Masa embrio 2 minggu – 8/12 minggu Triwulan III : 350-450 gram/bulan
Triwulan IV : 250-350 gram/bulan
 Masa janin/fetus 9/12 minggu - lahir
Perkiraan PB lahir: 50 cm
Masa postnatal
 Masa bayi (infancy) Usia 0 – 1 tahun
1 tahun : 75 cm
2 tahun : 85 cm
 Masa anak dini Usia 1 – 3 tahun
4 tahun : 2 x PB Lahir
 Masa prasekolah Usia 3 – 6 tahun 6 tahun : 1,5 x TB setahun
 Masa sekolah Usia 6 – 18/20 tahun Perkiraan LK lahir: 34 - 35
cm
Masa praremaja Usia 6 – 11 tahun
Masa remaja Usia 11 – 20 tahun 6 bulan : 44 cm
1 tahun : 47 cm
2 tahun : 49 cm
Dewasa : 54 cm

Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: Penerbut Buku Kedokteran EGC. 2014.
Sularyo, Titis S., Soetjiningsih, dkk. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. 2002. Ikatan Dokter Anak Indonesia
Tahap Perkembangan Motorik
Usia Perkembangan motorik kasar Perkembangan motorik halus
0-3 bulan  Mengangkat kepala setinggi 45 o  Menahan barang yang dipegangnya
 Dada ditumpu lengan pada saat  Menggapai mainan yang di gerakkan
tengkurap  Menggapai ke arah objek yang tiba-
 Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tiba dijatuhkan dari pandangannya
tengah
3-6 bulan  Berbalik dari telungkup ke terlentang  Tangan tidak mengepal
 Mengangkat kepala setinggi 90 o  Menggenggam pensil
 Mempertahankan kepala tetap tegak dan  Meraih benda yang ada dalam
stabil jangkauannya
 Memegang tangannya sendiri
6-9 bulan  Duduk sendiri dengan posisi kaki bersila  Memindahkan benda dari satu tangan
 Belajar berdiri kedua kaki menyangga ke tangan lainnya
sebagian berat badan  Memungut dua benda
 Merangkak meraih mainan atau  Memungut benda sebesar kacang
mendekati seseorang dengan cara meraup
9-12 bulan  Mengankat badannya ke posisi berdiri  Mengulurkan lengan/badan untuk
 Belajar berdiri selama 30 detik atau meraih mainan yang diinginkan
berpegangan di kursi  Menggenggam erat pensil
 Dapat berjalan dengan dituntun  Memasukkan benda ke mulut

Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: Penerbut Buku Kedokteran EGC. 2014.
Tahap Perkembangan Kognitif
Usia Perkembangan Kognitif
0-3 bulan  Mulai mengembangkan konsep, misalnya menjadi sadar kana sensasi fisik seperti lapar
 Melakukan kontak mata dan menangis untuk menunjukkan kebutuhan
 Senang bermain
 Memasukkan mainan ke dalam mulut

3-6 bulan  Meningkatnya minat terhadap lungkungan


 Menunjukkan minat pada mainan
 Berusaha meraih benda – benda yang jangkauannya agak jauh
 Mengeksplorasi benda dengan menggunakan tangan dan mulut
6-9 bulan  Tertarik pada bagian dari tubuhnya
 Memahami ‘naik’ dan ‘turun’ dan membuat gerakan yang sesuai, seperti mengangkat
lengannya
 Mencari mainan/benda yang dijatuhkan
 Bermain tepuk tangan/ cilukba
 Bergembira dengan melempar benda
 Makan kue sendiri
9-12 bulan  Mengeksplorasi benda dengan bermacam – macam cara
 Menemukan benda yang disembunyikan
 Menirukan gerakan tubuh dengan mudah
 Menyukai minum dengan cangkir
 Bermain dengan permainan bola yang simple
 Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan
 Memasukkan benda ke mulut
 Menunjukkan ketertarikan pada buku gambar

Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: Penerbut Buku Kedokteran EGC. 2014.
Perkembangan Personal Sosial
Perkembangan Bahasa
Usia Tahap Perkembangan Usia Perkembangan Bahasa
1-3 bulan  Mulai tersenyum
 Membalas tersenyum bila diajak bicara Baru lahir  Respon terhadap suara
 Berteriak bila senang  Ketertarikan sosial terhadap wajah
 Bereaksi terkejut pada suara keras dan orang

3-6 bulan  Lebih menyukai ibu


 Tersenyum spontan 2-4 bulan  Cooing, menoleh ke arah pembicara
 Suka tertawa keras
 Berceloteh 4-9 bulan  Babbling (mengulang
 Gembira pada saat melihat makanan konsonan/kombinasi vocal)
6 bulan  Respon terhadap suara
6-9 bulan  Reaksi terhadap suara ibu yang dibuat
berbeda
9-12 bulan  Memahami perintah verbal
 Dekat pada orang dewasa yang sudah
 Menunjuk
dikenal
10-12  Berespons bila namanya dipanggil
bulan  Memahami perintah sederhana
 Melambaikan tangan “da-da”
Status dan Jadwal Imunisasi
• Skenario: HB 3x, DPT 2x, Polio 2x, BCG 1x
• Status imunisasi anak belum lengkap

http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-
2017
Jadwal
Imunisasi

http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-
1.Vaksin hepatitis B (HB). Menurut jadwal imunisasi IDAI, vaksin HB pertama (monovalent) paling baik diberikan dalam
waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal imunisasi
lengkap pemberian vaksin HB monovalen adalah usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB
dan imunoglobin hepatitis B (HBIg) pada ekstrimitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka
jadwal imunisasi lengkap dilakukan pada usia 2,3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal
pemberian pada usia 2,4, dan 6 bulan.

2.Vaksin polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat bayi
dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling sedikit harus
mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3.

3.Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG berdasarkan jadwal imunisasi IDAI dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2
bulan. Apabila diberikan pada usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu.

4.Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau DTPa
atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval jadwal imunisasi lengkap pemberian vaksin
lanjutan tersebut pada usia 2,4, dan 6 bulan. Untuk usia lebih dari 7 bulan diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6
dapat diberikan Td/Tdap pada usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan setiap 10 tahun.

5.Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0,6, dan 12 bulan.
1.Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan pada
usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka dapat
diberikan vaksin MMR/MR.

2.Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum masuk sekolah dasar. Apabila
diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.

3.Vaksin human papilloma virus (HPV). Berdasarkan jadwal imunisasi IDAI, Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun.
Vaksin HPV bivalen diberikan tiga kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalent dengan jadwal 0,2,6 bulan.
Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi
setara dengan 3 dosis.

4.Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang akan
bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun berikutnya.

5.Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0,6, dan 12 bulan.
Jenis Imunisasi
• 1.Vaksin hidup, dilemahkan  berisi virus atau bakteri yang
dilemahkan sehingga tidak menjadi penyakit pada orang yang
memiliki system imun bagus. Vaksin hidup mirip dengan infeksi
natural. (MMR, varicella)
• 2. Vaksin terinaktivasi  vaksin dibuat dengan menginaktivasi atau
membunuh mikroorganismenya. Terkadang dibutuhkan lebih dari 1
dosis untuk membentuk atau memelihara imunitas. (Polio)
• 3. Vaksin toxoid tokxin bakteri yang dilemahkan. (DTaP difteri and
tetanus toxin)
• 4. Vaksin Subunit Vaksin yang berisi bagian dari virus
atau bakteri, bukan seluruh bagian. (DTaP pertussis)
• 5. Vaksin Terkonjugasi  Melawan antigen yang
memiliki lapisan luar dari substansi seperti gula
(polisakarida) yang berguna untuk menyembunyikan
antigen. Vaksin ini mengkonjugasi lapisan tersebut.
(Haemophillus influenza type B HiB)
Dosis vaksin lebih dari satu?
• 1. Pada beberapa vaksin (terutama vaksin inaktivasi) dosis pertama
tidAk memberikan imunitas yang kuat sehingga dibutuhkan >1. (HiB)
• 2. Pada beberapa vaksin akan mulai berkurang keefektifannya,
sehinnga dibutuhkan booster. (DTaP)
• 3. Pada beberapa vaksin, dosis >1 dibutuhkan untuk membentuk
perkembangan respon imun yang kuat atau orang yang tidak memiliki
antibody yang cukup. (MMR)
• Vaksin flu, vaksin annual. Karena untuk mencegah virus flu yang
mungkin berganti setiap seasonnya
Setelah vaksinasi
• Demam, lelah, myalgia
Disebabkan karena respon imun yang dipasang pada
antigen, umumnya sekitar 1-2 hari
Bisa terdapat bengkak dan kemerahan pada daerah injeksi,
dan myalgia terlokalisasi
Asfiksia Neonatrum
• Suatu keadaan bayi tidak bisa bernafas secara spontan, teratur dan adekuat.
• Asfiksia menyebabkan gangguan kompensasi hemodinamik untuk mempertahankan oksigenasi
otak sehingga berisiko terjadi disfungsi neurologik SSP bahkan kematian.
Sistem Efek
Susunan saraf pusat Ensefalopati hipoksik-iskemik (EHI), perdarahan periventrikular, perdarahan
intraventrikular (PIV), leukomalasia periventrikular (PVL), edema serebra, kejang,
hipotonia, hipertonia
Kardiovaskular Iskemia miokardial, kontraktilitas kurang, insufisiensi trikuspid, hipotensi

Paru Persistent pulmonary hypertension, respiratory distess syndrome


Ginjal Nekrosis tubular atau kortikal akut
Adrenal Perdarahan adrenal
Gastrointestinal Perforasi, ulserasi, nekrosis
Metabolik Inappropriate ADH, hiponatremia, hipoglikemia, hipokalsemia, mioglobinuria
Kulit Nekrosis lemak subkutan
Hematologi Disseminated intravascular coagulation
Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Ed. 6. hal. 246, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
Antonucci, Roberto. 2014. Perinatal asphyxia in the term newborn. Journal of Pediatric and Neonatal Individualized
Medicine. Page 4.
Nekrosis dan edema
Hipoksia perinatal pembuluh darah Reperfusi
endotel

Bayi prematur:
Mengurangi aliran leukomalasia
Asidosis jaringan
Asidosis laktat
lokal
darah distal pembuluh periventrikular
darah tsb (PVL)

Curah jantung ↓ / Glukosa ↓, terjadi Bayi cukup


henti jantung akumulasi laktat bulan: edema
serebri, nekrosis
korteks, dan
keterlibatan
ganglia basal
Berkurangnya aliran
Iskemia
darah ke otak

Atrofi korteks, retardasi


Ketersediaan O2
↓ mental, dan spastik
Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Ed. 6., Ikatan Dokter
kuadriplegi atau diplegia
Anak Indonesia. Jakarta. (CP)
Kejan
Differential Etiology
g
Diagnosis
Hipoksia dan Kejang pada bayi
Global Hypoxic-ischemic Encephalopathy, HIE Iskemia di Otak cukup bulan (12-24
hypoxia- (HIE) jam setelah riwayat
ischemia asfiksi saat lahir)

Focal Arterial Stroke, Venous Stroke


hypoxia- Kelainan Metabolik
ischemia - Hipoglikemi Kejang pasca asfiksi
Intracranial Intraventricular, Parenchymal, Subarachnoid, -Hipokalsemi
hemorrhage Subdural

Transiet Hypoglycemia, Hypocalcemia and Kejang pada bayi


Metabolic Hypomagnesemia, Hyponatremia Perdarahan premature (usia 1 –
Deficit intraventrikular 3 hari)

Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Ed. 6., Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
Glass, Hannah C. 2014. Neonatal Seizures: Advances in Mechanisms and Management. NCBI Journal. Table 1.
SATYA
FAHRIZ
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK
1. FAKTOR GENETIK
2. FAKTOR LINGKUNGAN
PRA NATAL PERI NATAL POST NATAL
- Gizi - Asfiksia - Faktor lingkungan
- Mekanis - Trauma lahir - Faktor biologis
- Toksik - Hipoglikemia - Faktor psikososial
- Endokrin -Hiperbilirubinemia - Faktor keluarga dan
- Radiasi - BBLR adat istiadat
- Infeksi - Infeksi
- Stres
- Imunitas
- Anoreksia embrio

Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC


Perubahan gizi pada kasus di skenario
Usia LK
BB TB
(Bulan (cm
(kg) (cm)
) )
0 2,5 48 33 Menghitung Kebutuhan Gizi
2 3,5 52 43
BB ideal x Rekomendasi Kebutuhan
4 4 58 46 Kalori
8 6 62 51 Kebutuhan kalori
= BB ideal x Rekomendasi Kebutuhan
10 7 69 52
Kalori
= 8 x 115 = 920 kkal/hari

Maka, proporsi diet anak adalah…


• Protein = BB x 1,6 x 4 / Kal x 100%
= 8 x 1,6 x 4 / 920 x 100%
= 5%
5% x 920 = 64 kkal/4 = 11,5 gr
BB • Lemak = 45% x 920
ideal = 414 kkal/9
dengan = 46 gr
TB 69
cm • Karbohidrat = 100% – (45 + 5)
= 50%
50% x 920 =
- Tatalaksana Anak Gizi Buruk Edisi 6 . 2011. Jakarta : Departemen Kesehatan 552 kkal/40 = 13,8 gr
- Sjarif, Damayanti R., dkk. 2015. Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. Ikatan Dokter Anak Indonesia
Proporsi Makanan Sesuai Kebutuhan Kalori

• Susu formula mengandung 676 kkal/L.


1 botol susu = 250 mL, maka berikan susu
formula 4 botol/hari

• Sisa kebutuhan kalori = 244 kkal


Penuhi dari makanan pendamping lain.
Hydrocephalus
• Keadaan patologis otak karena tidak seimbangan antara pembentukan
dan absorpsi cairan serebrosipnal yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinal dengan tekanan intrakranial meningkat sehiingga
carian tertimbun daralm rongga-rongga ventrikel otak.

Etiologi
1. stenosis aquaductus sylvii
2. spina bifida dan kranium bifida
3. sindrom Dandy-Walker
4. Kista arachnoid
5. anomali pembululuh darah
Tanda dan Gejala
1. pembesaran kepala
2. muntah
3. nyeri kepala ( meningkatnya tekanan intrakranial )

Tanda dan Gejala


• Cracked pot sign
• Bola mata terdorong kebawah
• Sunset sign
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemasangan Shunt Hidrosepalus
• Shunt ialah sebuah selang yang
dipasang di dalam kepala lalu
dihubungkan untuk mengalirkan
cairan otak ke bagian lain di
tubuh, dengan tujuan agar
mudah terserap ke dalam aliran
darah. Bagian tubuh yang dipilih
untuk mengalirkan cairan otak
adalah rongga perut.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Endoscopic Third
Ventriculostomy
• Penanganan ini dilakukan dengan cara membuat sebuah lubang baru
di dalam rongga otak,biasanya lubang tersebut akan dibuta hingga ke
area ventrikel dariapda otak dengan tujuan agar cairan di dalam otak
bisa mengalir ke luar
• Prosedur ini sering kali diterapkan pada hidrosefalus yang disebabkan
oleh penyumbatan di dalam rongga otak.
Tatalaksana
• Pemberian asetozolamide atau furosemide
• Melakukan reseksi sebagian pada plexus koroid
• Pengeluaran CSS ke organ ekstrakranial

Komplikasi
• Atrofi otak
• Herniasi otak

Prognosis
Dubia Ad Malam,hal tersebut dikarenakan terdapatnya resiko komplikasi
yang membahayakan
PALSI SEREBRALIS
o Suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif, oleh
karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada
susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai
pertumbuhannya.

ETIOLOGI
Pranatal Perinatal Postnatal
 Infeksi intrauterin:  Anoksia/hipoksia  Trauma kepala
TORCH dan sifilis  Perdarahan otak  Meningitis/ensefalitis
 Radiasi  Prematuritas yang terjadi 6 bulan
 Asfiksia intrauterin  Postmaturitas pertama kehidupan
 Toksemia gravidarum  Hiperbilirubinemia  Racun : logam, CO
oetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Gejala klinis
Manifestasi klinis cerebral palsy tergantung dari bagian dan luas jaringan otak
yang mengalami kerusakan :
oSpastisitas, Terdapat peninggian tonus otot dan reflek yang disertai dengan
klonus dan reflek Babinski.
oTonus otot yang berubah.
oAtaksia ialah gangguan koordinasi kerusakan terletak di serebulum.
oGangguan Pendengaran
oGangguan Bicara
oGangguan mata

oetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC


PEMERIKSAAN PENATALAKSANAAN
PENUNJANG o Terapi dengan obat-
o Pemeriksaan mata dan obatan
pendengaran o Fisioterapi
o Pemeriksaan cairan o Tindakan bedah
serebrospinal o Terapi okupasi
o Pemeriksaan EKG o Terapi wicara
o Foto rontgen kepala

PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik, namun makin banyak gejala penyertanya
dan makin berat gejala motoriknya makin buruk prognosisnya.
Komplikasi seperti retardasi mental, epilepsi, gangguan
pendengaran dan visual.
oetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai