Anda di halaman 1dari 27

REFRESHING

Kelainan pada Hidung


Oleh :
Siti Azaniah Putri
2017730113

Kepaniteraan Stase Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan – Kepala


Leher (THT-KL)
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar
Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
KONGENITAL
• ATRESIA NASAL
• ATRESIA KOANA
• KISTA DERMOID NASAL
• ENSEFALOKEL NASAL
• NASAL GLIOMA
Atresia Nasal
Atresia nasal terjadi akibat kegagalan epitel saat perkembangan janin untuk
membentuk lipatan nasal di sebelah medial dan lateral. Atresia nasal merupakan
kelainan kongenital yang sangat jarang ditemukan
Atresia Koana
Kelainan kongenital akibat membrane nasobuccal Hochstetter gagal berinvolusi
sehingga koana posterior menutup.

UNILATERAL
• Tidak terdiagnosa hingga dewasa
• Pasien merasa salah satu hidung tersumbat dan
ada cairan keluar dari salah satu lubang hidung

BILATERAL
• Terdiagnosa sejak baru lahir
• Hipoksia siklik
• Bayi sulit menyusu
Pemeriksaan fisik:
• Melakukan pemeriksaan hidung menggunakan otoskop
• Melihat pasase udara
• Memasukan kateter dari hidung ke faring
• Meneteskan methylene blue dari hidung dan tidak mengalir ke faring
“CHARGE” yaitu :
Pemeriksaan penunjang: Coloboma of eyes, Heart disease, Atresia,
• Xray lateral view mental Retardation, Genital hypoplasia, Ear
anomalies or deafness
• CT scan

Terapi:
• Intubasi Endotrakeal / Trakeostomi
• Koreksi atresia (Rekanalisasi) menggunakan pendekatan transnasal,
nasoendoskopi, dan transpalatal
Kista Dermoid Nasal
Kista dermoid nasal terjadi akibat adanya kelainan pada dasar tengkorak anterior
serta mengandung elemen ektodermal dan mesodermal yang mengandung kelenjar
keringat, dan kelenjar sebasea, dan folikel rambut

KISTA DERMOID SEDERHANA: Kista tanpa


lubang eksternal

KISTA DERMOID DENGAN SINUS


Lubang eksternal: Lubang atau sinus di atas
dorsum hidung. Sinus terlihat seperti jerawat
dan kadang disertai rambut yang keluar dari
sinus.
Memiliki tangkai penghubung ke intracranial
Tatalaksana: Pembedahan eksisi kista dan saluran sinus
Ensefalokel Nasal
Ensefalokel nasal terjadi akibat adanya herniasi dari meningen, dapat disertai
dengan herniasi jaringan otak ataupun tanpa jaringan otak. Herniasi ini terjadi
karena adanya kecacatan pada dasar tengkorak kongenital di daerah basal, oksipital
atau frontoethmoidal

Ensefalokel muncul sebagai pembengkakan yang


berdenyut subkutan di garis tengah di pangkal
hidung (nasofrontal), samping hidung
(nasoethmoid) atau anteromedial orbital (naso-
orbital)

Penatalaksanaannya adalah dilakukannya


pembedahan saraf dengan memotong batang
tumor dari otak kemudian memperbaiki kelainan
pada tulang ditempat terjadinya herniasi..
Nasal Glioma
Nasal glioma merupakan massa berupa jaringan lunak yang terbentuk akibat
displasia jaringan neurogenik yang letaknya berada di dorsum nasi (glioma
ekstranasal) ataupun di dalam rongga hidung (glioma intranasal)

Massa ini tidak berisi jaringan otak


namun memiliki saluran atau tangkai
yang berhubungan dengan meninges

Pemeriksaan Penunjang: CT Scan

Tatalaksana: Pembedahan Eksisi


Tumor
INFEKSI
• SELULITIS NASAL
• FURUNKULOSIS NASAL
• VESTIBULITIS NASAL
• RINITIS AKUT
• RINITIS ALERGI
• SINUSITIS
Selulitis Nasal
Selulitis nasal Sebagian besar disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus
ataupun Staphylococcus. Selulitis nasal dapat pula terjadi akibat perluasan infeksi
di bagian vestibulum nasi

Manifestasi Klinis :
Hidung merah, bengkak dan terdapat
nyeri tekan

Tatalaksana:
Antibiotik sistemik dan analgesickdan
hot fermentation
Furunkulosis Nasal
Infeksi akut pada folikel rambut atau glandula sebasea pada vestibulum nasi akibat
Staphylococcus aureus
Faktor predisposisi: Trauma akibat mencabut rambut hidung (vibrissae)
Gambaran klinis: Hidung sangat nyeri, kemerahan, bengkak pada vestibulum nasal dan
columella.

Tatalaksana:
Kompres hangat
Analgetik
Antibiotik topikal dan sistemik
Tidak boleh memencet furunkel karena dapat menyebabkan penyebaran infeksi
Jika fluktuasi (+): Insisi dan drainase
Vestibulitis Nasal
Vestibulitis Nasal adalah infeksi pada kulit / dermatitis difus yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus
Faktor predisposisi:
Sekret hidung akibat rhinitis, sinusitis, atau alergi
Sering menggaruk hidung
Nose Picking

Gambaran klinis:
Hiperemis, nyeri, edema
Krusta dan skuama, erosi, ekskoriasi
Infeksi dapat meluas ke bibir bagian atas

Tatalaksana:
Atasi faktor predisposisi yang memicu vestibulitis
Neomycin atau Polymyxin B dengan salep hidrokortison
Rhinitis Akut
Rhinitis akut disebut juga common cold, salesma atau coryza adalah peradangan
atau infeksi mukosa rongga hidung yang dapat disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri dan ditandai dengan gejala pilek dan bersin
Etiologi :
Virus tipe RNA maupun DNA antara lain adenovirus , picorna virus, rhinovirus,
coxsakie, influenza virus, respiratory syncytial virus, dan parainfluenza virus

Manifestasi Klinis :
Rasa panas pada rongga hidung, pilek dan bersin, suhu tubuh normal atau sub febris,
meriang, serta disertai gejala sakit kepala atau myalgia, dapat sembuh dalam 5 -7 hari
(penyebeb virus yang self limiting)

Tatalaksana :
Antihistamin, Dekongestan, analgetik antipiretik, antibiotik
Rhinitis Alergi
Adalah reaksi hipersensitivitas tipe I dari mukosa hidung yang diperantarai oleh Ig
E setelah terjadi paparan dengan allergen
Gejala cardinal : bersin paroksismal, 10-20 bersin dalam sekali waktu, hidung tersumbat
secret serous dan gatal pada hidung

Tanda tanda khas alergi :


• Hidung : nasal crease garis hitam pada dorsum hidung akibat menggosok hidung ke
atas, mukosa hidung edema
• Mata : edema kelopak mata kongesti , cobble stone appearance pada konjungtiva tarsal,
allergic shiners (lingkaran hitam di bawah mata)
• Telinga : Retraksi akibat blockade tube eustacius
• Faring : granular faringitis akibat hyperplasia jaringan limfoid submucosa
• Laring : parau, edema corda vocalis
 Rhinoskopi Anterior : Konka edema dan pucat, sekreta
seromucinus pada rhinitis alergi persisten, rongga hidung
sempit dan konka edema hebat

 Teskulit : untuk mengidentifikasi allergen dengan prick


test
 Eosinofil secret hidung positif bila >20 %
 Bila diperlukan dapat diperiksan Ig E spesifik
 Endoskopi nasal bila tersedia sarana
Tatalaksana :
• Hindari allergen penyebab
• Antihistamin generasi terbaru loratadine 1x 10 mg perhari , cetirizine
• Dikombinasikan dengan dekongestan oral alfa adrenergik untuk konstriksi pembuluh darah sehingga mengurangi
kongesti dan edema hidung contohnya pseudoefedrin Dekongetan topical berupa larutan efedrin 0,5 – 1 %
oksimethazoline 0,025 – 0,05 % bila diperlukan dan tidak boleh leboh dari 1 minggu
• Kortikosteroid oral untuk mengontrol gejala dalam jangka waktu pendek
• Kortikosteroid topical dapat menghambat recruitmen sel inflamasi pada mukosa hidung dan menghambat reaksi alergi
fase lambat seperti beciometasone, flutitasone, momentasone, triamcinolone, acetonide
• Sodium Kromoglikan untuk stabilisasi sel mast dan menghambat degranulasi
Sinusitis
Inflamasi mukosa sinus paranasal. Penyebab utamanya ialah selesma (common
cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi
bakteri. Yang paling sering terkena adalah sinus etmoid dan maksilla.

Tatalaksana :
• Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pada sinusitis akut bakterial. Antibiotic
yang dipilih golongan penisilin seperti amoksisilin
• Analgetic mukolitik
• Steroid oral atau topical
• Pencucian hidung dengan NaCl
• Untuk sinusitis kronik memerlukan operasi yaitu bedah sinus endoskopi fungsional
(BSEF/FESS) dengan indikasi sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi,
sinusitis disertai kista atau kelainan yang ireversibel, dan adanya komplikasi sinusitis
NEOPLASM
A
• Polip Nasal
• Rhinophyma
• Ulkus Roden /
Karsinoma Sel Basal
Polip Nasal
Polip merupakan manifestasi dari inflamasi kronik yang berasal dari hipertofi
mukosa atau sinus membentuk suatu massa yang bertangkai. Merupakan massa
non-neoplastik.

Gambaran Klinis: Stadium polip :


• Hidung tersumbat (obstruksi)
• Hiposmia/anosmia I. Polip masih terbatas di metaus medius
• Post nasal drip II. Polip sudah keluar dari meatus medius, tampak
• Rhinorrhea
• Bersin di rongga hidung tapi belum memenuhi rongga
• Sakit kepala hidung
• Polip tidak berdarah jika disentuh
• Warna pucat, lunak, mengkilat, seperti III. Polip menutup seluruh rongga hidung (massif)
buah anggur
o Tatalaksana:
• Polip awal dapat kembali normal dengan antihistamin, kontrol alergi dan infeksi, pemberian steroid
lokal dan sistemik. Steroid dapat mencegah kekambuhan pasca operasi. Kontraindikasi: hipertensi,
ulkus peptikum, DM, ibu hamil, dan tuberkulosis
 Pembedahan:
1. Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS)
2. Nasal Polipektomi
Rhinophyma
Tumor jinak yang terjadi karena hipertrofi kelenjar sebasea di puncak hidung.
Sebagian besar pasien laki-laki paruh baya

Gambaran klinis:
Ditemukan pada kasus acne rosacea yang berlangsung
lama
Massa berwarna merah muda dan berlobus di atas
hidung disertai pelebaran pembuluh darah superfisial
Tumor yang besar dapat menyebabkan obstruksi nasal
dan menghalangi pengelihatan.

Tatalaksana: Pembedahan eksisi tumor jaringan sebasea


yang berlebih
Ulkus Roden / Karsinoma Sel Basal

Keganasan kulit hidung yang sering ditemukan (87%)

Lesi nodul berpigmen, ulserasi, sulit sembuh


Merusak kartilago hidung, jaringan wajah, dan tulang
sekitarnya.
Lokasi tersering di puncak idung dan ala nasi

Penegkan diagnosis: Biopsi


Tatalaksana: Pembedahan
TRAUMA
• Saddle Nose
• Crooked Nose
• Deviasi Septum Nasal
Saddle Nose / Depresi
Dorsum Nasi / Hidung
Pelana
Etiologi:
1. Fraktur nasal
2. Pengangkatan septum berlebihan pada reseksi submukosa
3. Hematoma septum nasi
4. Abses septum nasi
5. Lesi granulomatosa pada hidung: Kusta, TBC, Sifilis

Tatalaksana:
Rhinoplasty augmentasi yaitu mengisi dorsum dengan tulang rawan, tulang atau
implan sintetis
Crooked Nose / Hidung Bengkok

Dorsum nasi dari frontonasal ke ujung melengkung membentuk


huruf C atau S.

Etiologi: Trauma seperti kecelakaan, trauma saat persalinan, ataupun


saat masa kanak-kanak.

Tatalaksana:
Rhinoplasty atau septorhinoplasty mengoreksi deformitas dan
obstruksi pada hidung.
Deviasi Septum Nasal
Etiologi:
1. Trauma natal, antenatal, masa perkembangan
2. Herediter (keturunan)
3. Massa pada rongga hidung

Tipe:
1. Dislokasi anterior (deviasi septal kaudal)
2. C-shaped deformity
3. S-shaped deformity (menyebabkan obstruksi bilateral)
4. Septal Spur
5. Septal Thickening
o Manifestasi Klinis:
1. Obstruksi
2. Sakit kepala
3. Deformitas
4. Epistaksis
5. Hiposmia/anosmia

o Komplikasi:
1. Pernapasan mulut
2. Sleep apnea
3. Rhinosinusitis rekuren/kronik
4. Infeksi telinga tengah
5. Asma

o Tatalaksana: Pembedahan 1. Reseksi submucosa atau 2. Septoplasty


TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai