Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA MASALAH KESEHATAN LANSIA :

ENDOKRIN ( DIABETES MELITUS TIPE II )

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. MIZANUL AMALIA 10. MIRANTI


2. GRIVELLIA DEKESYA PUTRI YEZA 11. FIKA KURNIAWATI
3. CITRA PURNAMA SARI 12. TIFA YULIAMI
4. FITRI PERDANA ANGGRAINI 13. FITRI WULANDARI
5. NAFELYA NADIA PUTRI 14. CHYNTIA SARI
6. LOLA AMELIA ZULFA 15. DIVANDRIA ANANTA SUCITA
7. RAFIDA HANAFIN 16. ZAHARA KURNIA
8. DESI RATNA SARI 17. RANI OCTALYA
9. DITA RAMADANI 18. FATMATUL ZAHARA

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Nurleny, M.Kep

PRODI S-1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya
kepadakami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Komunitas Pada Masalah Kesehatan Lansia : Endokrin ( Diabetes Melitus Tipe II)”
dengan baik walaupun dalam bentuk yang sederhana.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dosen
yang mengajarkan mata kuliah Keperawatan Komunitas II yang telah memberikan
bimbingan kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini ,selanjutnya ucapan terimakasih
kepada semua orang yang telah membantu kami dalam mengerjakan tugas ini sampai
selesai. Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
semua pihak, sebagai masukan bagi saya dan akansaya jadikan tambahan pengetahuan
dan pengalaman untuk pembuatan makalahberikutnya. Mudah – mudahan makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita

Padang, 3 Mei 2023


DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................

Daftar Isi....................................................................................................................

BAB I Masalah Kesehatan Lansia : Endokrin ( DM tipe 2) ......................................

A. Pengertian Lansia ................................................................................................

B. Masalah Kesehatan Lansia: Endokrin .................................................................

C. Masalah kesehatan Lansia (DM Tipe 2) .............................................................

Defenisi Diabetes Melitus Tipe II .............................................................................

Etiologi Diabetes Melitus Tipe II ..............................................................................

Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe II ......................................................................

Manifestasi Diabetes Melitus Tipe II .......................................................................

Komplikasi ................................................................................................................

Penatalaksanaan ......................................................................................................

Pemeriksaan Penunjang ...........................................................................................

BAB II Asuhan Keperawatan Komunitas .................................................................

BAB III Penanggulangan Diabetes Melitus Tipe 2 ...................................................

Daftar Pustaka ..........................................................................................................


BAB I
MASALAH KESEHATAN LANSIA : ENDOKRIN ( DIABETES MELITUS TIPE II)

A. PENGERTIAN LANSIA
Lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia yang merupakan
proses sepanjang hiduptidak hanya mulai dari sejak permulaan kehidupan menjadi tua proses
alamiah, yang berarti seseorang mulai dari tiga tahap kehidupannyayaitu anakdewasadan
tuaLanjut usia meliputiUsia pertengahan middle age) kelompok usia 45-49 tahun)Lanjut usia
(elderly) antara (60-74 tahun)Lanjut usia old) (75-90 tahun)Usia sangat tua (very old) Diatas
90 tahun (Emmelia2015).
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannyaSecara alamiah semua orang akan mengalami proses
menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir dari fase
kehidupannya. Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dicegah dan
merupakan hal yang wajar dialami seseorang yang diberi karunia umur panjang, dimana
semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa
pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang (Riasmini2019).

B. MASALAH KESEHATAN LANSIA : ENDOKRIN


Perubahan ini akan berdampak pada keseluruhan sistem yang berada pada tubuh lansia
tersebut, diantaranya sistem kardiovaskuler, pembuluh darah, pernafasan, integumen,
imunohematologi, muskuloskeletal, pencernaan, dan endokrin. Dimana perubahan sistem
endokrin pada lansia adalah terjadi penurunan produksi hormon, terjadi penurunan dalam
mendeteksi stres, penurunan kadar estrogen dan progesteron, aldosteron menurun sebanyak
50%, penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%, dan kadar glugosa darah akan meningkat
(Fatmah, 2010). Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh terganggunya sistem edokrin
adalah penyakit kencing manis atau Diabetes Melitus.
C. MASALAH KESEHATAN LANSIA : DIABETES MELITUS TIPE II
1. Defenisi Diabetes Melitus Tipe II
Diabetes Mellitus (DM) pada lansia adalah penyakit yang sering terjadi pada
lanjut usia yang disebabkan karena lansia tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah
yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif (Nughroho
2016).
Diabetes melitus tipe 2 merupakan sebuah kondisi dimana gula darah mengalami
kenaikan yang disebabkan oleh sel beta pankreas memproduksi insulin dalam jumlah
sedikit dan juga adanya gangguan pada fungsi insulin atau resistensi insulinDiabetes
melitus tipe 2 terdiri dari serangkaian disfungsi yang ditandai dengan hiperglikemia dan
akibat kombinasi resistensi terhadap sekresi insulindan sekresi glukagon berlebihan (Rudi
Haryono 2019).
2. Etiologi Diabetes Melitus Tipe II
DM tipe II disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi
insulinFaktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II:
uusiaobesitasriwayat dan keluargaHasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca
pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu:
1. <140mg.dL = ormal
2. 140-200mg/dL = toleransi glukosa terganggu
3. >200mg/dL = diabetes
DM tipe II bervariasi mulai dari yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai efek insulin disertai resistensi insulinMenurut wijayakusuma (2016)
penyakit DM dapat disebabkan DM tipe II disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Pola makan
Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh tubuh dapat memicu timbulnya DMHal ini disebabkan jumlah atau kadar
insulin oleh sel pankreas mempunyai kapasitas maksimum untuk disekresikan
2. Obesitas
Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90kg mempunyai kecenderungan
lebih besar untuk terserang DM dibandingkan dengan orang yang tidak gemuk
3. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
diabetesKecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertnaggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
4. Faktor imunologi
Pada penyakit diabates terdapat bukti adanya suatu respon autoimun ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengancara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
5. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel B pankreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel B pankreas
6. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, sehingga dapat menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal
dalam mensekresikan hormon, termasuk insulin

3. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe II


Pankreas yang disebut sel ludah perut, adalah kalenjer penghasil insulin yang
terletak di belakang lambung . Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang terbentuk seperti
pulau pada beta, karena itu di sebut pulau-pulau langerhans yang berisi sel beta yang
mengeluarkan hormon insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa
darah.
Insulin yang dikeluarkan sel beta tadi dapat diibiratkan sebagai anak kunci yang
dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel,untuk kemudian di dalam sel
glukosa tersebut di metabolismekan menjadi tenaga Bila insulin tidak ada, maka glukosa
dalam darah tidak akan masuk kedalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah
meningkat. Kejadian inilah yang terjadi pada DM tipe II.
Pada keadaan DM tipe II, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih banyak, tetapi
jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang Reseptor insulin ini
diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan DM tipe II
jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak,
tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bal:ar (glukosa) dan kadar glukosa dalam darah
meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM tipe I, bedanya
adalah pada DM tipe II disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau
normal.
Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun
sehingga kadar glukosa darah dalam plasma tinggi (hiperglikemia) Jika hiperglikemianya
parah dan melebihi ambang ginjal maka timbul glukosuriaGlukosuria ini akan
menyebabkan dieuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliurin) dan
timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasiGlukosuria menyebabkan
keseimbangan kalori negatif sehingga menimbulkan rasa lapar (polifagi)Penggunaan
glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi menurun
sehingga tubuh menjadi lemah.

Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil (arteri) sehingga suplai


makanan dan oksigen ke perifer berkurang yang akan menyebabkan luka tidak akan
sembuh-sembuhKarena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat yang mengakibatkan
terjadinya infeksi dan terjadinya ganggren atau ulkus
Gangguan pembuluh darah menyebabkan aliran ke retina menurun sehingga
suplai makanan dan oksigen bekurangakibatnya pandangan menjadi kaburSalah satu
akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi
ginjal sehingga terjadi neuropati. Diabetes mempengaruhi saraf-saraf perifersistem saraf
otonom dan sistem saraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati (Price, 2015)
Penderita diabetes mellitus sebaiknya melaksanakan 4 pilar pengobatan DM yaitu
edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologi (ADA
,2017)Latihan jasmani secara teratur dapat menurunkan kadar gula darah. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah
(Vitahealth, 2016).

4. Manifestasi Diabetes Melitus Tipe II


1) Poliurua
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan instrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau
cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari
hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria)
2) Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel ke dalam vaskuler menyebabkan
penurunan volume instrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi selAkibat dari
dehidrasi sel mulut akan menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan
seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
3) Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka
produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa laparMaka
reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
4) Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di tansport ke dalam sel maka sel kekurangan cairan
dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan
menciut, sehingga jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara
otomatis.
5) Malaise atau kelemahan
6) Kesemutan pada ekstremitas
7) Infeksi kulit dan pruritus
8) Timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat (Purwanto H. 2016)
5. Komplikasi
Pada DM yang tidak terkendali atau tidak segera ditangai dapat terjadi komplikasi
metabolik akut maupun komplikasi vaskuler kronikbaik mikroangiopato maupun
makroangipatiDi Amerika Serikat., DM merupakan penyebab utama dari end-stage rena
disease (ESRD) non traumatic lowering amputation, dan adult blindness.
Sejak ditemukan banyak obat unuk menurunkan glukosa darahterutama setelah insulin
ditemukan, angka kematian penderita diabetes akibat komplikasi akut menurun drastis.
Kelangsungan hidup penderita diabetes lebih panjang dan diabetes dapat dikontrol lebih
lama. Komplikasi kronis akibat diabetes yang tidak terkendali dapat menyebabkan
kerusakan organ- organ tubuh diantaranya :
1. Kerusakan saraf (neuropati)
2. Kerusakan mata (retinopati)
3. Kerusakan ginjal (nefropati)
4. Penyakit jantung koroner
5. Stroke
6. Hipertensi
7. Gangguan pada hati
8. Penyakit paru
9. Gangguan saluran cerna
10. Penyakit pembuluh darah perifer (Ndraha ,2016).
6. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah untuk menormalkan aktivitas dan kadar glukosa
darah untuk mengurangi komplikasi yang ditimbulkan akibat DM. Caranya yaitu
menjaga kadar glukosa dalam batas normal tanpa terjadi hipoglikemia serta memelihara
kualitas hidup yang baik. Beberapa komponen dalam penatalaksanaan DM tipe II yaitu :
a. Manajemen diet
Tujuan dari penatalaksanaan diet antara lain yaitu untuk mencapai dan
mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati normalmencapai dan
mempertahankan berat badan dalam batas normal kurang lebih dari 10% dari
berat badan idaman, mencegah komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan
kualitas hidup (Damayanti, 2015).
b. Terapi nutrisi
Terapi nutrisi khusus untuk meningkatkan pasien dnegan lebih intensif lagi
menilai makan dan asupan gizi, memberikan konseling yang menghasilkan
peningkatan kesehatan dan dapat mengurangi komplikasi DM tipe IITerapi nutrisi
diabetes dapat menghasilkan penghematan biaya dan peningkatan hasil seperti
pengurangan AICTerapi nutrisi dapat dipersonalisasi berdasarkan kebutuhan
pasienkondisi kronis yang ada dan faktor kunci lainnya (Redmon, 2014).

c. Latihan fisik (olah raga)


Dengan berolah raga dapat mengaktifasi ikatan insulin dan reseptor insulin di
membrane plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darahLatihan
fisik yang rutin dapat memelihara berat badan yang normal dengan indeks massa
tubuh manfaat dari latihan fisik ini adalah dapat menurunkan kadar gula darah
dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki
pemakaian insulinmemperbaiki sirkulasi darah dan tonus otot, mengubah kadar
lemak dalam darah (Damayanti, 2015:34)

d. Pemantauan kadar gula darah (monitoring).


Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau self-monitoringblood
glucose (SMBG) memungkinkan untuk mendeteksi dan mencegah hiperglikemi
atau hipoglikemipada akhirnya akan mengurangi komplikasi diabetik jangka
panjangBeberapa hal yang harus dimonitoring adalah. glukosa darah, glukosa
urinketon darahdan keton urinSelain itu juga pengkajian tambahan seperti cek
berat badan secara regularpemeriksaan fisik secara teratur dan pendidikan
kesehatan (Damayanti, 2015:38).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar gula darah
Tabel.1 Kadar glukosa darah sewaktu ( mg/dl)
Kadar glukosa darah Bukan DM Belum Pasti DM
sewaktu DM
Plasma darah < 100mg/dl 100-200 mg/dl >200 mg/dl
Darah kapiler < 90mg/dl 90-200 mg/dl >200 mg/dl
Kadar glukosa darah Bukan DM Belum Pasti DM
puasa DM
Plasma darah <100 mg/dl 100-125 mg/dl >125 mg/dl
Darah kapiler <90 mg/dl 90-100 mg/dl >100 mg/dl

Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes mellitus sedikitnya 2 kali pemeriksaan :


1) Glukosa plasma sewaktu >200mg/dl ( 11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl ( 7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75gr karbohidrat ( 2 jam post pradial PP ) > 200 mg/dl
b. Tes glycated hemoglobin ( AIC)
Pada tes darah inibertujuan untuk memperlihatkan berapa kadar gula darah
rata-rata di dalam tubuh selama dua hingga tiga bulan terakhirAIC nantinya akan
mengukur presentase gula darah yang melekat pada hemoglobin, dan protein
pembawa oksigen dalam sel darah merah. Jika ditemukan semakin tinggi kadar
gula darahnya, maka akan semakin banyak hemoglobin dengan gula yang
menempel. Saat hasil tes menunjukkan tingkat AIC adalah 6,5% atau bahkan
lebih dan terjadi jumlah seperti itu berturut-turut pada dua tes terpisah, maka hal
tersebut telah positif menunjukkan seseorang menderita diabetes. Hasil antara 5,7-
6,4% masih dianggap prediabetes, yang nantinya akan membuat seseorang
dnegan kadar itu beresiko tinggi terkena diabetes; sedangkan untuk kadar
normalnya adalah di bawah 5,7%.
c. Tes gula darah acak
Sampel darah akan diambil pada waktu acakPada pemeriksaan inibiasanya nilai
gula darah dinyatakan dalam miligram per desiliter (mg/dl) atau milimoles per
liter (mmol.L)Tentunya pemeriksaan ini terlepas dari kapan seseorang terakhir
makan, jika kadar gula darah acak ditemukan sebesar 200mg/dl atau 11,1 mmol/L
berarti hasil positif menunjukkan diabetes terutama bila data tersebut dikaitkan
dengan salah satu tanda dan gejala diabetes, seperti sering buang air kecil dan
haus ekstrem.
d. Tes toleransi glukosa oral
Pada tes ini proses yang dijalani pasien tidak berbeda jauh dengan tes gula
darah puasa karena pasien harus berpuasa dalam semalam dan setelah itu kadar
gula darah puasa akan diukur. Akan tetapi yang membuat pemeriksaan ini
berbeda dari sebelumnya adalahpasca diukur pasien akan diminta untuk
meminum cairan bergula setelah itu kadar gula darah kembali diuji dengan cara
berkala yaitu selama dua jam. Jika hasil kadar gula darahnya masih berada di
angka yang kurang dari 140mg/dl atau 7,8mmol/L maka seseorang tersebut
dinyatakan negatif dalam artian masih dalam kadar gula darah yang normal.
Sementara jika ditemukan angka diantara 140 sampai 199mg/dl atau 7,8mmol/L
dan 11,0mmol/L, maka data tersebut menunjukkan seseorang terserang
perdiabetes. Untuk seseorang yang positif diabetes mellitus tipe 2, maka hasilnya
akan menunjukkan kadar di angka 200mg/dl atau 11,1mmol/L atau bisa juga lebih
tinggi setelah dua jam (Rudi Haryono2019).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Pengkajian
Pengkajian atau tahap pengonsepan adalah mengidentifikasi masalah – masalah yang terdapat
dalam suatu wilayah dapat berupa wawancara, observasi dan penyebaran kuesioner (Stanhope M
dan Jeanette, 2007)
Pengkajian tersebut mencakup :
A. Individu
Adalah bagian dari keluarga yang mempunyai hubungan satu sama lainnya dan mempunyai
peran masing-masing individu mempunyai pola pertahanan dan koping dalam menghadapi suatu
masalah
B. Keluarga
Pengkajian yang perlu dilakukan adalah struktur dan karakteristik keluarga, sosial budaya,
lingkungan, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
C. Komunitas
Core = inti = komunitas
No Komponen Sumber informasi
1. Riwayat/sejarah terjadinya perkembangan Sejarah, perpustakaan
2. Demografi dan penduduk Sensus penduduk/rumah
tangga
3. Karakteristik Lokal, kota, provinsi, negara
4. Umur dan jenis kelamin Kelurahan, kecamatan
5. Distribusi suku bangsa Kontak langsung/pribadi
6. Tipe keluarga Puskesmas
7. Status perkawinan Puskesmas
8. Vital statistik : angka kelahiran, angka kematian dan Puskesmas
penyebab
9. Nilai, kepercayaan dan agama Kontak langsung/pribadi
D. Lingkungan Fisik
Perbedaan pengkajian individu dan komunitas :
Komponen Sumber Data Sumber Data
Individu Komunitas
Inspeksi Semua indra Semua indra “Winshield
Semua indra “Winshield survey” berjalan melalui
survey” berjalan melalui komunitas
komunitas
Auskultasi, tanda vital Stetoskop -mendengarkan komunitas
Termometer -observasi iklim, batas,
tensimeter sumber, tanda kehidupan dan
kepadatan penduduk
Review Sistem Dari Kepala-kaki Observasi sistem sosial,
perumahan dan bisnis
Laboratorium Darah, rontgen, tes Pusat Penelitian
urine Dll.

E. Pelayanan kesehatan masyarakat dan sosial / fasilitas pelayanan kesehatan


1. Fasilitas didalam komunitas
2. Fasilitas diluar komunitas
Data yang diperlukan :
a. Pelayanan kesehatan
-Pelayanan, bayaran, jam pelayanan
-Sumber daya
-Karakteristik pemakai
-Statistik ( jumlah kunjungan, hari, bulan, tahun )
b. Pelayanan sosial
-Sama dengan pelayanan kesehatan misalnya konseling, pusat belanja dan lain-lain .
Elemen – elemen winshield survey
No. Elemen Deskripsi
1. Perumahan dan lingkungan daerah Bangunan ; tua, bahan, arsitek, bersatu /
berpisah
2. Lingkungan terbuka Halaman dengan, samping dan
belakang
Luas / sempit
Kualitas : ada / tidak rumput, keadaan :
bersih / kotor
Pribadi / umum
3. Batas Ada batas daerah / jalan, sungai, atau
got.
Kondisinya : bersih / kotor
4. Kebiasaan Tempat berkumpul, dengan siapa, jam
berapa
5. Transportasi Cara datang dan pergi, situasi jalan,
jenis dan alat transportasi
6. Pusat pelayanan Klinik, praktek pelayanan kesehatan : di
kunjungi / tidak, jaraknya : jauh / dekat
7. Toko / warung, pusat perbelanjaan Siapa pemiliknya, jenis apa, bagaimana
mencapainya
8. Orang di jalan Siapa yang di jumpai di jalanan, ibu /
bayi, orang pengangguran, anak
sekolah, binatang liar dll
9. Tempat ibadah Mesjid, gereja, wihara, kuil
10. Kesehatan Ada yang sakit : akut / kronis, dekat
dengan tempat pelayanan kesehatan /
tidak
11. Politik Kampanye, poster dan dampaknya
terhadap kesehatan ada / tidak
12. Media TV, majalah, koran,bagaimana
mencapainya mudah / tidak
Anderson E.T, McFarley J : 2000)

F. Ekonomi
Indikator ekonomi dan sumber informasi ( Anderson E.T, McFarley J : 2000)
No Indikator Sumber
A. Karakteristik Finansial
1. Rumah Tangga
a. Rata-rata pendapatan
-Presentasi RT dibawah miskin Sensus
-Presentasi RT yang menerima Camat
pelayanan Lurah
-Presentasi RT dikepalai wanita
b. Biaya perbulan masing-masing SDA
2. Individu : pendapatan per-orang,
presentase yang miskin

B. Karakteristik Pekerja
1. Kelompok Umum
a. Presentase bekerja Sensus
b. Presentase pengangguran Depnaker
c. Presentase pensiunan Camat / lurah
2. Kelompok Khusus
a. Presentase wanita dengan anak
bekerja
b. Presentase pimpinan
c. Presentase tekhnik
d. Presentase petani
e. Presentasepekerja lain
G. Komponen keamanan dan transportasi
Komponen :
1. Kualitas : pelayanan perlindungan
a. Kebakaran
b. Polusi
c. Sanitasi limbah
Sumber :
-Tata kota
-Dinas kebakaran
-Kantor polisi
-Dinas PU
2. Kualitas air, sumber : PDAM, Sumur
3. Transportasi, sumber departemen perhubungan
4. Swasta / pemerintahan
a. Bus
b. Jalan tol
c. Udara
Laut/kereta api (Riyadi, 2007).

H. Politik dan pemerintahan


 Pemerintahan : RT, RW, lurah dan camat dst
 Kelompok pelayanan masyarakat : PKK, LPMK, karang taruna dll
 Politik : peran serta parpol dalam pelayanan kesehatan
 Kebijakan pemerintahan dalam pelayanan kesehatan (Mubarak,2009)

I. Komunikasi
 Komunikasi formal : koran , TV, dan radio
 Komunikasi informal : papan pengumuman di masjid
 Bahasa yang digunakan bahasa daerah (minang) dan bahasa Indonesia (Mubarak, 2009)
J. Pendidikan
Komponen :
1. Status pendidikan :
a. Tingkat pendidikan
b. Tipe sekolah
c. Bahasa
Sumber :
-Sensus
-Lurah / camat
2.) Pendidikan yang tersedia dalam dan diluar komunitas
a. Pelayanan
b. Sumber
c. Karakteristik pemakai
d. Keadekuatan dapat dicapai
Sumber :
-Dikbud
-Kanwil
-Kakandep
-Ka. Sekolah

K. Rekreasi
1. ) Macam
2.) Tempat / lokasi
3.) Bayaran
4.) Yang menggunakan
2.Diagnosa keperawatan
Data dari hasil pengkajian dikumpulkan untuk dianalisa, dimana nantinya akan ditemukanlah
masalah keperawatan serta etiologi dari maslaah tersebut. Menurut, diagnosa keperawatan dibagi
atas :
a. Masalah : sehat sampai sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan : nyata, resiko dan potensial
d. Rumusan :
3.Resiko …………………………….. (masalah) ……………………… diantara
(populasi/komunitas) b.d (karakteristik komunitas dan lingkungan) yang dimanifestasikan
dengan ……………………………………… (indikator kesehatan/analisa data). (Mubarak,2009)

4.Prioritas masalah
No Mas. kes a b c d E f g h i j k l jumlah

Keterangan : Keterangan pembobotan :


a. Resiko terjadi 1. Sangat rendah
b. Resiko permasalahan 2. Rendah
c. Potensial untuk pendidikan kesehatan 3. Cukup
d. Minat masyarakat 4. Tinggi
e. Mungkin diatasi 5. Sangat tinggi
f. Sesuai program
g. Tempat
h. Waktu
i. Fasilitas kesehatan
j. Dana
k. Sumber dana
l. Sesuai dengan peran perawat
(Mubarak, 2009)
ANALISA DATA

No Diagnosa SLKI SIKI


1. Ketidakseimbangan Kestabilan kadar Manajemen hiperglikemia
Kadar Glukosa glukosa darah Observasi :
Darah b/d Resistensi Kriteria hasil : - Identifikasi kemungkinan penyebab
Insulin - Mengantuk menurun hiperglikemia
- Lelah/lesu menurun - Identifikasi situasi yang menyebabkan
- Mulut kering menurun kebutuhan insulin meningkat
- Rasa haus menurun - Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor keton urin, kadar analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah ortostatik dan
frekuensi nadi

Terapeutik:
- Berikan asupan cairan oral
- Konsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk
- Fasilitasi ambulansi jika ada hipotensi
ortostatik

Edukasi :
- Anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
- Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian
keton urin, jika perlu
- Ajarkan pengelolaan diabetes

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
- Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
2. Rsisiko Berat Badan Berat Badan Manajemen berat badan
Lebih b/d Kriteria hasil : Observasi :
Peningkatan Nafsu - Berat badan membaik - Identifikasi kondisi kesehatan pasien yang
Makan - Indeks Masa Tubuh dapat mempengaruhi berat badan
membaik
Terapaeutik :
- Hitung berat badan ideal pasien
- Hitung presentase lemak dan otot pasien
- Fasilitasi menentukan target berat nadan
yang realistis

Edukasi :
- Jelaskan hubungan antara asupan makanan,
aktivitas fisik, penambahan berat badan dan
penurunan berat badan
- Jelaskan faktor resiko berat badan lebih dan
berat badan kurang
- Anjurkan mencatat berat badan setiap
minggu, jika perlu
- Anjurkan melakukan pencatatan asupan
makan, aktivitas fisik dan perubahan berat
badan
BAB III
PROGRAM KESEHATAN LANSIA DENGAN MASALAH KESEHATAN DIABETES
MELITUS TIPE II

BAB III
PENANGGUALANGAN DIABETES MELITUS TIPE 2

A. Strategi Penanggulangan Diabetes Melitus Tipe 2

Adapun stategi penanggulangannnya sebagai berikut (Moh Joeharno,2009):

1. Primordial prevention Primordial prevention merupakan upaya untuk mencegah


terjadinya risiko atau mempertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap
penyakit secara umum. Pada upaya penanggulangan DM, upaya pencegahan yang
sifatnya primordial adalah :
a. Intervensi terhadap pola makan dengan tetap mempertahankan pola makan
masyarakat yang masih tradisional dengan tidak membudayakan pola makan cepat
saji yang tinggi lemak,
b. Membudayakan kebiasaan puasa senin dan kamis
c. Intervensi terhadap aktifitas fisik dengan mempertahankan kegiatan-kegiatan
masyarakat sehubungan dengan aktivitas fisik berupa olahraga teratur (lebih
mengarahkan kepada masyarakat kerja) dimana kegiatan-kegiatan masyarakat yang
biasanya aktif secara fisik seperti kebiasaan berkebun sekalipun dalam lingkup kecil
namun dapat bermanfaat sebagai sarana olahraga fisik.
d. Menanamkan kebiasaan berjalan kaki kepada masyarakat
2. Health promotion Health promotion sehubungan dengan pemberian muatan informasi
kepada masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan. Dan pada upaya pencegahan
DM, tindakan yang dapat dilakukan adalah :
a. Pemberian informasi tentang manfaat pemberian ASI eksklsif kepada masyarakat
khususnya kaum perempuan untuk mencegah terjadinya pemberian susu formula
yang terlalu dini
b. Pemberian informasi akan pentingnya aktivitas olahraga rutin minimal 15 menit
sehari
3. Spesific protection
Spesific protection dilakukan dalam upaya pemberian perlindungan secara dini
kepada masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan. Pada beberapa penyakit
biasanya dilakukan dalam bentuk pemberian imunisasi namun untuk perkembangan
sekarang, diabetes mellitus dapat dilakukan melalui :
a. Pemberian penetral radikal bebas seperti nikotinamid
b. Mengistirahatkan sel-beta melalui pengobatan insulin secara dini
c. Penghentian pemberian susu formula pada masa neonatus dan bayi sejak dini
d. Pemberian imunosupresi atau imunomodulasi
4. Early diagnosis and promp treatment
Early diagnosis and prompt treatmen dilakukan sehubungan dengan upaya
pendeteksian secara dini terhadap individu yang nantinya mengalami DM dimasa
mendatang sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan sedini mungkin untuk
mencegah semakin berkembangnya risiko terhadap timbulnya penyakit tersebut Upaya
sehubungan dengan early diagnosis pada DM adalah dengan melakukan :
a. Melakukan skrining DM di masyarakat
b. Melakukan survei tentang pola konsumsi makanan di tingkat keluarga pada kelompok
masyarakat
5. Disability limitation
Disability limitation adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah dampak
lebih besar yang diakibatkan oleh DM yang ditujukan kepada seorang yang telah diangap
sebagai penderita DM karena risiko keterpaparan sangat tinggi. Upaya yang dapat
dilakukan adalah :
a. Pemberian insulin yang tepat waktu
b. Penanganan secara komprehensif oleh tenaga ahli medis di rumah sakit
c. Perbaikan fasilitas-fasilitas pelayanan yang lebih baik
6. Rehabilitation
Rehabilitation ditujukan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan kembali pada
individu yang telah mengalami sakit. Pada penderita DM, upaya rehabilitasi yang dapat
dilakukan adalah :
a. Pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendah lemak dan pengkonsumsian
makanan karbohidrat tinggi yang alami
b. Pemeriksaan kadar glukosa darah secara teratur dengan melaksanakan pemeriksaan
laboratorium komplit minimal sekali sebulan
c. Penghindaran atau penggunaan secara bijaksana terhadap obat-obat yang
diabetagonik

B. Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2


Adapun Tahap pencegahannya yaitu (Konsensus2006)
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang termasuk
kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita, tetapi berpotensi untuk
menderita DMPenyuluhan sangat penting perannya dalam upaya pencegahan primer.
Masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat dan lembaga sosial lainnya harus
diikutsertakan. Demikian pula pemerintah melalui semua jajaran terkait seperti
Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan perlu memasukkan upaya
pencegahan primer DM dalam program penyuluhan dan pendidikan kesehatan. Sejak
masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan pengertian mengenai pentingnya kegiatan
jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga badan agar tidak terlalu
gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan. Pencegahan Sekunder.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian pengobatan
yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM.
Salah satu penyulit DM yang sering terjadi adalah penyakit kardiovaskular yang
merupakan penyebab utama kematian pada penyandang diabetes.
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan :

a. Skrinning
Skrinning dilakukan dengan menggunakan tes urin, kadar gula darah puasa dan GIT.
Skrinning direkomendasikan untuk :
 Orang-orang yang mempunyai keluarga diabetes Orang-orang dengan kadar
glukosa abnormal pada saat hamil
 Orang-orang yang mempunyai gangguan vaskuler
 Orang-orang yang gemuk
b. Pengobatan
Pengobatan diabetes mellitus bergantung kepada pengobatan diet dan pengobatan
bila diperlukan. Kalau masih bisa tanpa obat, cukup dengan menurunkan berat badan
sampai mencapai berat badan ideal. Untuk itu perlu dibantu dengan diet dan bergerak
badan.
Pengobatan dengan perencanaan makanan (diet) atau terapi nutrisi medik masih
merupakan pengobatan utama, tetapi bilamana hal ini bersama latihan
jasmani/kegiatan fisik ternyata gagal maka diperlukan penambahan obat oral. Obat
hipoglikemik oral hanya digunakan untuk mengobati beberapa individu dengan DM
tipe II. Obat ini menstimulasi pelapisan insulin dari sel beta pancreas atau
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer.
Tabel 2
A
Obat
k Lamanya jam Dosis lazim/hari
Klorpropamid
t (diabinise) 60 1
Glizipid
i (glocontrol) 12-24 1-2
Gliburid
v (diabeta, Micronase) 16-24 1-2
Tolazamid
i (tolinase) 14-16 1-2
t
Tolbutamid (orinase) 6-12 1-3
a
s Obat Hipoglisemik Oral
c. Diet
Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe DMmakanan yang
masuk harus dibagi merata sepanjang hariIni harus konsisten dari hari kehari. Adalah
sangat penting bagi pasien yang menerima insulin dikordinasikan antara makanan
yang masuk dengan aktivitas insulin lebih jauh orang dengan DM tipe II cenderung
kegemukan dimana ini berhubungan dengan resistensi insulin dan hiperglikemia.
Toleransi glukosa sering membaik dengan penurunan berat badan(Hendrawan2002)
1) Modifikasi dari faktor-faktor resiko
 Menjaga berat badan Tekanan darah
 Kadar kolesterol
 Berhenti merokok
 Membiasakan diri untuk hidup sehat
 Biasakan diri berolahraga secara teratur. Olahraga adalah aktivitas fisik
yang terencana dan terstruktur yang memanfaatkan gerakan tubuh yang
berulang untuk mencapai kebugaran.
 Hindari menonton televisi atau menggunakan komputer terlalu lama,
karena hali ini yang menyebabkan aktivitas fisik berkurang atau minim
 Jangan mengonsumsi permen, coklatatau snack dengan kandungan garam
yang tinggi.
 Hindari makanan siap saji dengan kandungan kadar karbohidrat dan lemak
tinggi.
 Konsumsi sayuran dan buah-buahan
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah
mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. Upaya
rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap. Sebagai
contoh aspirin dosis rendah (80-325 mg/hari) dapat diberikan secara rutin bagi
penyandang diabetes yang sudah mempunyai penyulit makroangiopati. Pada upaya
pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi
penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas
hidup yang optimal.
Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan holistik dan terintegrasi
antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan. Kolaborasi yang baik antar
para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata, bedah ortopedi, bedah vascular,
radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatrist, dll) sangat diperlukan dalam menunjang
keberhasilan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier (Konsensus, 2006).

C. Penanggulangan Diabetes Mellitus Tipe 2

Program penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia

Tujuan program pengendalian DM di Indonesia adalah terselenggaranya pengendalian


faktor risiko untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian yang disebabkan
DM. Pengendalian DM lebih diprioritaskan pada pencegahan dini melalui upaya pencegahan
faktor risiko DM yaitu upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitatif (Rachmadany2010).

Program pencegahan primer di Indonesia telah dilaksanakan oleh PT.Merck Indonesia


Tbk bekerja sama dengan Depkes RI dan organisasi profesi seperti Konferensi Kerja
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dan organisasi kemasyarakatan seperti
Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADI) dan Perhimpunan Edukator Diabetes Indonesia
(PEDI) yaitu program bertajuk Pandu Diabetes dengan simbol Titik Oranye. Melakukan
kegiatan-kegiatan antara lain memberikan informasi dan edukasi mengenai Diabetes Mellitus
dan pemeriksaan kadar gula darah secara gratis bagi sejuta orang yang telah diluncurkan oleh
Menkes pada 15 Maret 2003Mengingat penderita Diabetes sangat rentan untuk terkena
infeksi, hal ini juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi amputasi kaki akibat pekait
Diabetes Mellitus(Rachmadany,2010)

Federasi Diabetes Internasional (IDF) mengeluarkan pernyataan konsensus baru


mengenai pencegahan Diabetes Mellitus, menjelang resolusi Majelis Umum PBB pada bulan
Desember 2006 yang menghimbau aksi internasional bersama. Konsensus IDF baru ini
merekomendasikan bahwa semua individu yang berisiko tinggi terjangkiti diabetes tipe-2
dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan oportunistik oleh dokter, perawat, apoteker dan
dengan pemeriksaan sendiri.
Profesor George Albertimantan presiden IDF sekaligus penulis bersama konsensus baru
IDF mengatakan: "Terdapat banyak bukti dari sejumlah kajian di Amerika Serikat, Finlandia,
Cina, India dan Jepang bahwa perubahan gaya hidup (mencapai berat badan yang sehat dan
kegiatan olahraga yang moderat) dapat ikut mencegah berkembangnya diabetes tipe-2 pada
mereka yang beresiko tinggi. Konsensus baru IDF ini menganjurkan bahwa hal ini haruslah
merupakan intervensi awal bagi semua orang yang beresiko terjangkiti diabetes tipe-2, dan
juga fokus dari pendekatan kesehatan penduduk." (Rachmadany,2010).

Pilar Pengelolaan DM yaitu (Perkeni, 2006):

a. Edukasi
Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan
partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi
pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan
perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif, pengembangan keterampilan dan
motivasi.

Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang:

1) Penyakit DM.
2) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM.
3) Penyulit DM.
4) Intervensi farmakologis dan non farmakologis.
5) Hipoglikemia
6) Masalah khusus yang dihadapi
7) Perawatan kaki pada diabetes.
8) Cara pengembangan sistem pendukung dan pengajaran keterampilan.
9) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

Edukasi secara individual atau pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah


merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan Perilaku hampir sama
dengan proses edukasi yang memerlukan penilaian, perencana animplementasi,
dokumentasi, dan evaluasi.
b. Perencanaan makanan
Biasanya pasien DM yang berusia lanjut terutama yang gemuk dapat dikendalikan
hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan dan teratur. Perencanaan
makan harus disesuaikan menurut kebiasaan masing-masing individu Perencanaan makan
merupakan salah satu pilar pengelolan diabetes, meski sampai saat ini tidak ada satu pun
perencanaan makan yang sesuai untuk semua pasien. Yang dimaksud dengan karbohidrat
adalah gula, tepung, serat.
Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak,
proses penyiapan makanan, dan bentuk makan serta komposisi makanan (karbohidrat,
lemak, dan protein). Jumlah masukan kalori makanan yang berasal dari karbohidrat lebih
penting daripada sumber atau macam karbohidratnya. Gula pasir sebagai bumbu masakan
tetap diijinkanPada keadaan glukosa darah terkendali, masih diperbolehkan untuk
mengkonsumsi sukrosa (gula pasir) sampai 5 % kebutuhan kalori

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi

1) Karbohidrat 45-65%
2) Protein 10-20%
3) Lemak 20-25%

Makanan dengan komposisi sampai 70 - 75% masih memberikan hasil yang


baikJumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari, diusahakan lemak berasal
dari sumber asam lemak tidak jenuh MUFA (Mono Unsurated Fatty Acid), dan
membatasi PUFA (Poli Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh.

Jumlah kandungan serat ± 25 g/ hari, diutamakan serat larutJumlah kalori


disesuaikan dengan status gizi,umur, ada tidaknya stress akut, kegiatan jasmaniUntuk
penentuan status gizi, dapat dipakai Indeks. Massa tubuh (IMT) dan rumus Broca.
Petunjuk Umum untuk Asupan Diet bagi Diabetes:

1) Hindari biskuit, cake, produk lain sebagai cemilan pada waktu makan.
2) Minum air dalam jumlah banyak, susu skim dan minuman berkalori rendah lainnya
pada waktu makan.
3) Makanlah dengan waktu yang teratur
4) Hindari makan makanan manis dan gorengan
5) Tingkatkan asupan sayuran dua kali tiap makan
6) Jadikan nasi, roti, kentang, atau sereal sebagai menu utama setiap makan.
7) Minum air atau minuman bebas gula setiap anda haus.
8) Makanlah daging atau telor dengan porsi lebih kecil.
9) Makan kacang-kacangan dengan porsi lebih kecil

c. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes
tipe IILatihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas
terhadap insulinsehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dimaksud ialahjalan, bersepeda santai, jogging, berenangPrinsip latihan jasmani yang
dilakukan:
1) Continous:
Latihan jasmani harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa
berhentiContoh: Jogging 30 menit, maka pasien harus melakukannya selama 30 menit
tanpa henti.
2) Rhytmical:
Latihan olah raga dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi
secara teratur, contoh berlari, berenang, jalan kaki.
3) Interval:
Latihan dilakukan selang-seling antar gerak cepat dan lambat. Contoh jalan cepat
diselingi jalan lambat jogging diselangi jalan.
4) Progresive:
a) Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan, dari intensitas ringan
sampi sedang selama mencapai 30-60 menit.
b) Sasaran HR = 75-85% dari maksimal HR
c) Maksimal HR = 220-(umur)
5) Endurance:
Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasiseperti jalan
jogging dan sebagainyaLatihan dengan prinsip seperti di atas minimal dilakukan 3
hari dalam seminggu, sedang 2 hari yang lain dapat digunakan untuk melakukan olah
raga kesenangannya. Olah raga yang teratur memainkan peran yang sangat penting
dalam menangani diabetes, manfaat - manfaat utamanya sebagai berikut:
a) Olahraga membantu membakar kalori karena dapat mengurangi berat badan.
b) Olahraga teratur dapat meningkatkan jumlah reseptor pada dinding sel tempat
insulin bisa melekatkan diri.
c) Olahraga memperbaiki sirkulasi darah dan menguatkan otot jantung.
d) Olahraga meningkatkan kadar kolesterol "baik" dan mengurangi kadar kolesterol
"jahat".
e) Olah raga teratur bisa membantu melepaskan kecemasan stress, dan ketegangan,
sehingga memberikan rasa sehat dan bugar.

Petunjuk Berolah Raga Untuk Diabetes Tidak Bergantung Insulin

a) Gula darah rendah jarang terjadi selama berola raga dan arena itu tidak perlu
untuk memakan karbohidrat ekstra
b) Olah raga untuk menurunkan berat badan perlu didukung dengan pengurangan
asupan kalori
c) Olah raga sedang perlu dilakukan setiap hari. Olah raga berat mungkin bisa
dilakukan tiga kali seminggu
d) Sangat penting untuk melakukan latihan ringan guna pemanasan dan pendinginan
sebelum dan sesudah berolah raga. Pilihlah olah raga yang paling sesuai dengan
kesehatan dan gaya hidup anda
e) secara umum
f) Manfaat olah raga akan hilang jika tidak berolah raga selama tiga hari berturut-
turut
g) Olah raga bisa meningkatkan nafsu makan dan berarti juga asupan kalori
bertambah. Karena itu sangat penting bagi anda untuk menghindari makan
makanan ekstra setelah berolah raga
h) Dosis obat telan untuk diabetes mungkin perlu dikurangi selama olah raga teratur.
d. Intervensi Farmakologis
Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan diet dan
gerak badan barulah diberikan obat hipoglikemik oralDi Indonesia umumnya OHO yang
dipakai ialah Metformin 2-3 X 500 mg sehari. Pada pasien yang mempunyai berat badan
sedang dipertimbangkan pemberian sulfonylurea. Pedoman pemberian sulfonilurea pada
DM usia lanjut:
1) Harus waspada akan timbulnya hipoglikemia. Ini disebabkan karena metabolisme
sulfonilurea lebih lambat pada usia lanjut, dan seringkali pasien kurang nafsu makan,
sering adanya gangguan fungsi ginjal dan hati serta pengaruh interaksi sulfonilurea
dengan obat-obatan lain.
2) Sebaiknya digunakan digunakan sulfonyl urea generasi II yang mempunyai waktu
paruh pendek dan metabolisme lebih cepat
3) Jangan mempergunakan klorpropamid karena waktu paruhnya sangat Panjang serta
sering ditemukan retensi air dan hiponatremi pada penggunaan klorpropamid. Begitu
pula bila ada komplikasi ginjal, klorpropamid yang kerjanya 24 - 36 jam tidak boleh
diberikan, oleh karena ekskresi obat sangat berkaian dengan fungsi ginjal.
Hipoglikemia akibat klorpamid dapat berlangsung lamaberbeda dengan hipoglikemi
karena tolbutamide
4) Sulfonilurea dengan kerja sedang (seperti glibenklamid, glikasid), biasanya dosis
awal setengah tablet sehari, kalau perlu dapat dinaikkan 1-2 kali sehari.
5) Dosis oral pada umumnya bila dianggap perlu dapat dinaikkan tiap 1-2 minggu.
Untuk mencegah hipoglikemia pada pasien tua lebih baik tidak memberikan dosis
maksimum
6) Kegagalan sekunder dapat terjadi setelah penggunan OHO beberapa lamaPada kasus
sperti ini biasanya dapat dicoba kombinasi OHO dengan insulin atau langsung
diberikan insulin saja.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannyaSecara alamiah semua orang akan mengalami proses
menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir dari fase kehidupannya.
Diabetes Mellitus (DM) pada lansia adalah penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia
yang disebabkan karena lansia tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau
tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif (Nughroho 2016).
Tujuan utama terapi diabetes adalah untuk menormalkan aktivitas dan kadar glukosa
darah untuk mengurangi komplikasi yang ditimbulkan akibat DM. Caranya yaitu menjaga kadar
glukosa dalam batas normal tanpa terjadi hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang
baik. Beberapa komponen dalam penatalaksanaan DM tipe II yaitu : Manajemen diet, terapi
nutrisi, latihan diet, pemantauan gula darah.

B. Saran

Diharapkan makalah ini bisa dijadikan pedoman untuk menerapkan dan


meningkatkan pengetahuan serta keterampilan untuk melakukan asuhan keperawatan

sehingga dapat memberikan pelayanan profesional. Diharapkan hasil ini dapat

bermanfaat sebagai bahan ajar perbandingan dalam asuhan keperawatan gawat darurat
secara teori dan praktik.
DAFTAR PUSTAKA

Adhi, Bayu. T1, Rodiyatul F. S. dan Hermansyah,2011. An Early Detection Method of Type-2
Diabetes Mellitus in Public Hospital. Telkomnika, Vol.9, No.2, August 2011, pp. 287-294.
Agustina, Tri 2009. Gambaran Sikap Pasien Diabetes Melitus Di Poli Penyakit Dalam Rsud

Dr.Moewardi Surakarta Terhadap Kunjungan Ulang Konsultasi Gizi. KTI D3. Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Indraswari, Wiwi.2010. Hubungan Indeks Glikemik Asupan Makanan Dengan Kadar Glukosa
Darah Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe-2 Di Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Skripsi Sarjana. Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Mohjuarno.2009. Makalah Kontenporer Konsentrasi Epidemiologi Pasca Sarjana:


Penanggulangan Diabetes Melitus. Makassar :Universitas Hasanuddin.

Perkeni.2011. Empat Pilar Pengelolaan Diabetes.[online]. (diupdate 11 November 2011).


http://www.smallcrab.com/.[diakses 20 November 2011]. Rakhmadany, dkk. 2010. Makalah
Diabetes Melitus. Jakarta: Universitas Islam Negeri

Waspadji, Sarwono dkk., 2009. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai