DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Nurleny, M.Kep
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya
kepadakami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Komunitas Pada Masalah Kesehatan Lansia : Endokrin ( Diabetes Melitus Tipe II)”
dengan baik walaupun dalam bentuk yang sederhana.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dosen
yang mengajarkan mata kuliah Keperawatan Komunitas II yang telah memberikan
bimbingan kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini ,selanjutnya ucapan terimakasih
kepada semua orang yang telah membantu kami dalam mengerjakan tugas ini sampai
selesai. Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
semua pihak, sebagai masukan bagi saya dan akansaya jadikan tambahan pengetahuan
dan pengalaman untuk pembuatan makalahberikutnya. Mudah – mudahan makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita
Kata Pengantar..........................................................................................................
Daftar Isi....................................................................................................................
Komplikasi ................................................................................................................
Penatalaksanaan ......................................................................................................
A. PENGERTIAN LANSIA
Lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia yang merupakan
proses sepanjang hiduptidak hanya mulai dari sejak permulaan kehidupan menjadi tua proses
alamiah, yang berarti seseorang mulai dari tiga tahap kehidupannyayaitu anakdewasadan
tuaLanjut usia meliputiUsia pertengahan middle age) kelompok usia 45-49 tahun)Lanjut usia
(elderly) antara (60-74 tahun)Lanjut usia old) (75-90 tahun)Usia sangat tua (very old) Diatas
90 tahun (Emmelia2015).
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannyaSecara alamiah semua orang akan mengalami proses
menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir dari fase
kehidupannya. Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dicegah dan
merupakan hal yang wajar dialami seseorang yang diberi karunia umur panjang, dimana
semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa
pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang (Riasmini2019).
1. Pengkajian
Pengkajian atau tahap pengonsepan adalah mengidentifikasi masalah – masalah yang terdapat
dalam suatu wilayah dapat berupa wawancara, observasi dan penyebaran kuesioner (Stanhope M
dan Jeanette, 2007)
Pengkajian tersebut mencakup :
A. Individu
Adalah bagian dari keluarga yang mempunyai hubungan satu sama lainnya dan mempunyai
peran masing-masing individu mempunyai pola pertahanan dan koping dalam menghadapi suatu
masalah
B. Keluarga
Pengkajian yang perlu dilakukan adalah struktur dan karakteristik keluarga, sosial budaya,
lingkungan, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
C. Komunitas
Core = inti = komunitas
No Komponen Sumber informasi
1. Riwayat/sejarah terjadinya perkembangan Sejarah, perpustakaan
2. Demografi dan penduduk Sensus penduduk/rumah
tangga
3. Karakteristik Lokal, kota, provinsi, negara
4. Umur dan jenis kelamin Kelurahan, kecamatan
5. Distribusi suku bangsa Kontak langsung/pribadi
6. Tipe keluarga Puskesmas
7. Status perkawinan Puskesmas
8. Vital statistik : angka kelahiran, angka kematian dan Puskesmas
penyebab
9. Nilai, kepercayaan dan agama Kontak langsung/pribadi
D. Lingkungan Fisik
Perbedaan pengkajian individu dan komunitas :
Komponen Sumber Data Sumber Data
Individu Komunitas
Inspeksi Semua indra Semua indra “Winshield
Semua indra “Winshield survey” berjalan melalui
survey” berjalan melalui komunitas
komunitas
Auskultasi, tanda vital Stetoskop -mendengarkan komunitas
Termometer -observasi iklim, batas,
tensimeter sumber, tanda kehidupan dan
kepadatan penduduk
Review Sistem Dari Kepala-kaki Observasi sistem sosial,
perumahan dan bisnis
Laboratorium Darah, rontgen, tes Pusat Penelitian
urine Dll.
F. Ekonomi
Indikator ekonomi dan sumber informasi ( Anderson E.T, McFarley J : 2000)
No Indikator Sumber
A. Karakteristik Finansial
1. Rumah Tangga
a. Rata-rata pendapatan
-Presentasi RT dibawah miskin Sensus
-Presentasi RT yang menerima Camat
pelayanan Lurah
-Presentasi RT dikepalai wanita
b. Biaya perbulan masing-masing SDA
2. Individu : pendapatan per-orang,
presentase yang miskin
B. Karakteristik Pekerja
1. Kelompok Umum
a. Presentase bekerja Sensus
b. Presentase pengangguran Depnaker
c. Presentase pensiunan Camat / lurah
2. Kelompok Khusus
a. Presentase wanita dengan anak
bekerja
b. Presentase pimpinan
c. Presentase tekhnik
d. Presentase petani
e. Presentasepekerja lain
G. Komponen keamanan dan transportasi
Komponen :
1. Kualitas : pelayanan perlindungan
a. Kebakaran
b. Polusi
c. Sanitasi limbah
Sumber :
-Tata kota
-Dinas kebakaran
-Kantor polisi
-Dinas PU
2. Kualitas air, sumber : PDAM, Sumur
3. Transportasi, sumber departemen perhubungan
4. Swasta / pemerintahan
a. Bus
b. Jalan tol
c. Udara
Laut/kereta api (Riyadi, 2007).
I. Komunikasi
Komunikasi formal : koran , TV, dan radio
Komunikasi informal : papan pengumuman di masjid
Bahasa yang digunakan bahasa daerah (minang) dan bahasa Indonesia (Mubarak, 2009)
J. Pendidikan
Komponen :
1. Status pendidikan :
a. Tingkat pendidikan
b. Tipe sekolah
c. Bahasa
Sumber :
-Sensus
-Lurah / camat
2.) Pendidikan yang tersedia dalam dan diluar komunitas
a. Pelayanan
b. Sumber
c. Karakteristik pemakai
d. Keadekuatan dapat dicapai
Sumber :
-Dikbud
-Kanwil
-Kakandep
-Ka. Sekolah
K. Rekreasi
1. ) Macam
2.) Tempat / lokasi
3.) Bayaran
4.) Yang menggunakan
2.Diagnosa keperawatan
Data dari hasil pengkajian dikumpulkan untuk dianalisa, dimana nantinya akan ditemukanlah
masalah keperawatan serta etiologi dari maslaah tersebut. Menurut, diagnosa keperawatan dibagi
atas :
a. Masalah : sehat sampai sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan : nyata, resiko dan potensial
d. Rumusan :
3.Resiko …………………………….. (masalah) ……………………… diantara
(populasi/komunitas) b.d (karakteristik komunitas dan lingkungan) yang dimanifestasikan
dengan ……………………………………… (indikator kesehatan/analisa data). (Mubarak,2009)
4.Prioritas masalah
No Mas. kes a b c d E f g h i j k l jumlah
Terapeutik:
- Berikan asupan cairan oral
- Konsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk
- Fasilitasi ambulansi jika ada hipotensi
ortostatik
Edukasi :
- Anjurkan menghindari olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
- Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian
keton urin, jika perlu
- Ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
- Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
2. Rsisiko Berat Badan Berat Badan Manajemen berat badan
Lebih b/d Kriteria hasil : Observasi :
Peningkatan Nafsu - Berat badan membaik - Identifikasi kondisi kesehatan pasien yang
Makan - Indeks Masa Tubuh dapat mempengaruhi berat badan
membaik
Terapaeutik :
- Hitung berat badan ideal pasien
- Hitung presentase lemak dan otot pasien
- Fasilitasi menentukan target berat nadan
yang realistis
Edukasi :
- Jelaskan hubungan antara asupan makanan,
aktivitas fisik, penambahan berat badan dan
penurunan berat badan
- Jelaskan faktor resiko berat badan lebih dan
berat badan kurang
- Anjurkan mencatat berat badan setiap
minggu, jika perlu
- Anjurkan melakukan pencatatan asupan
makan, aktivitas fisik dan perubahan berat
badan
BAB III
PROGRAM KESEHATAN LANSIA DENGAN MASALAH KESEHATAN DIABETES
MELITUS TIPE II
BAB III
PENANGGUALANGAN DIABETES MELITUS TIPE 2
a. Skrinning
Skrinning dilakukan dengan menggunakan tes urin, kadar gula darah puasa dan GIT.
Skrinning direkomendasikan untuk :
Orang-orang yang mempunyai keluarga diabetes Orang-orang dengan kadar
glukosa abnormal pada saat hamil
Orang-orang yang mempunyai gangguan vaskuler
Orang-orang yang gemuk
b. Pengobatan
Pengobatan diabetes mellitus bergantung kepada pengobatan diet dan pengobatan
bila diperlukan. Kalau masih bisa tanpa obat, cukup dengan menurunkan berat badan
sampai mencapai berat badan ideal. Untuk itu perlu dibantu dengan diet dan bergerak
badan.
Pengobatan dengan perencanaan makanan (diet) atau terapi nutrisi medik masih
merupakan pengobatan utama, tetapi bilamana hal ini bersama latihan
jasmani/kegiatan fisik ternyata gagal maka diperlukan penambahan obat oral. Obat
hipoglikemik oral hanya digunakan untuk mengobati beberapa individu dengan DM
tipe II. Obat ini menstimulasi pelapisan insulin dari sel beta pancreas atau
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer.
Tabel 2
A
Obat
k Lamanya jam Dosis lazim/hari
Klorpropamid
t (diabinise) 60 1
Glizipid
i (glocontrol) 12-24 1-2
Gliburid
v (diabeta, Micronase) 16-24 1-2
Tolazamid
i (tolinase) 14-16 1-2
t
Tolbutamid (orinase) 6-12 1-3
a
s Obat Hipoglisemik Oral
c. Diet
Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe DMmakanan yang
masuk harus dibagi merata sepanjang hariIni harus konsisten dari hari kehari. Adalah
sangat penting bagi pasien yang menerima insulin dikordinasikan antara makanan
yang masuk dengan aktivitas insulin lebih jauh orang dengan DM tipe II cenderung
kegemukan dimana ini berhubungan dengan resistensi insulin dan hiperglikemia.
Toleransi glukosa sering membaik dengan penurunan berat badan(Hendrawan2002)
1) Modifikasi dari faktor-faktor resiko
Menjaga berat badan Tekanan darah
Kadar kolesterol
Berhenti merokok
Membiasakan diri untuk hidup sehat
Biasakan diri berolahraga secara teratur. Olahraga adalah aktivitas fisik
yang terencana dan terstruktur yang memanfaatkan gerakan tubuh yang
berulang untuk mencapai kebugaran.
Hindari menonton televisi atau menggunakan komputer terlalu lama,
karena hali ini yang menyebabkan aktivitas fisik berkurang atau minim
Jangan mengonsumsi permen, coklatatau snack dengan kandungan garam
yang tinggi.
Hindari makanan siap saji dengan kandungan kadar karbohidrat dan lemak
tinggi.
Konsumsi sayuran dan buah-buahan
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah
mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. Upaya
rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap. Sebagai
contoh aspirin dosis rendah (80-325 mg/hari) dapat diberikan secara rutin bagi
penyandang diabetes yang sudah mempunyai penyulit makroangiopati. Pada upaya
pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi
penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas
hidup yang optimal.
Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan holistik dan terintegrasi
antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan. Kolaborasi yang baik antar
para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata, bedah ortopedi, bedah vascular,
radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatrist, dll) sangat diperlukan dalam menunjang
keberhasilan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier (Konsensus, 2006).
a. Edukasi
Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan
partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi
pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan
perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif, pengembangan keterampilan dan
motivasi.
1) Penyakit DM.
2) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM.
3) Penyulit DM.
4) Intervensi farmakologis dan non farmakologis.
5) Hipoglikemia
6) Masalah khusus yang dihadapi
7) Perawatan kaki pada diabetes.
8) Cara pengembangan sistem pendukung dan pengajaran keterampilan.
9) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
1) Karbohidrat 45-65%
2) Protein 10-20%
3) Lemak 20-25%
1) Hindari biskuit, cake, produk lain sebagai cemilan pada waktu makan.
2) Minum air dalam jumlah banyak, susu skim dan minuman berkalori rendah lainnya
pada waktu makan.
3) Makanlah dengan waktu yang teratur
4) Hindari makan makanan manis dan gorengan
5) Tingkatkan asupan sayuran dua kali tiap makan
6) Jadikan nasi, roti, kentang, atau sereal sebagai menu utama setiap makan.
7) Minum air atau minuman bebas gula setiap anda haus.
8) Makanlah daging atau telor dengan porsi lebih kecil.
9) Makan kacang-kacangan dengan porsi lebih kecil
c. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes
tipe IILatihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas
terhadap insulinsehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dimaksud ialahjalan, bersepeda santai, jogging, berenangPrinsip latihan jasmani yang
dilakukan:
1) Continous:
Latihan jasmani harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa
berhentiContoh: Jogging 30 menit, maka pasien harus melakukannya selama 30 menit
tanpa henti.
2) Rhytmical:
Latihan olah raga dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi
secara teratur, contoh berlari, berenang, jalan kaki.
3) Interval:
Latihan dilakukan selang-seling antar gerak cepat dan lambat. Contoh jalan cepat
diselingi jalan lambat jogging diselangi jalan.
4) Progresive:
a) Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan, dari intensitas ringan
sampi sedang selama mencapai 30-60 menit.
b) Sasaran HR = 75-85% dari maksimal HR
c) Maksimal HR = 220-(umur)
5) Endurance:
Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasiseperti jalan
jogging dan sebagainyaLatihan dengan prinsip seperti di atas minimal dilakukan 3
hari dalam seminggu, sedang 2 hari yang lain dapat digunakan untuk melakukan olah
raga kesenangannya. Olah raga yang teratur memainkan peran yang sangat penting
dalam menangani diabetes, manfaat - manfaat utamanya sebagai berikut:
a) Olahraga membantu membakar kalori karena dapat mengurangi berat badan.
b) Olahraga teratur dapat meningkatkan jumlah reseptor pada dinding sel tempat
insulin bisa melekatkan diri.
c) Olahraga memperbaiki sirkulasi darah dan menguatkan otot jantung.
d) Olahraga meningkatkan kadar kolesterol "baik" dan mengurangi kadar kolesterol
"jahat".
e) Olah raga teratur bisa membantu melepaskan kecemasan stress, dan ketegangan,
sehingga memberikan rasa sehat dan bugar.
a) Gula darah rendah jarang terjadi selama berola raga dan arena itu tidak perlu
untuk memakan karbohidrat ekstra
b) Olah raga untuk menurunkan berat badan perlu didukung dengan pengurangan
asupan kalori
c) Olah raga sedang perlu dilakukan setiap hari. Olah raga berat mungkin bisa
dilakukan tiga kali seminggu
d) Sangat penting untuk melakukan latihan ringan guna pemanasan dan pendinginan
sebelum dan sesudah berolah raga. Pilihlah olah raga yang paling sesuai dengan
kesehatan dan gaya hidup anda
e) secara umum
f) Manfaat olah raga akan hilang jika tidak berolah raga selama tiga hari berturut-
turut
g) Olah raga bisa meningkatkan nafsu makan dan berarti juga asupan kalori
bertambah. Karena itu sangat penting bagi anda untuk menghindari makan
makanan ekstra setelah berolah raga
h) Dosis obat telan untuk diabetes mungkin perlu dikurangi selama olah raga teratur.
d. Intervensi Farmakologis
Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan diet dan
gerak badan barulah diberikan obat hipoglikemik oralDi Indonesia umumnya OHO yang
dipakai ialah Metformin 2-3 X 500 mg sehari. Pada pasien yang mempunyai berat badan
sedang dipertimbangkan pemberian sulfonylurea. Pedoman pemberian sulfonilurea pada
DM usia lanjut:
1) Harus waspada akan timbulnya hipoglikemia. Ini disebabkan karena metabolisme
sulfonilurea lebih lambat pada usia lanjut, dan seringkali pasien kurang nafsu makan,
sering adanya gangguan fungsi ginjal dan hati serta pengaruh interaksi sulfonilurea
dengan obat-obatan lain.
2) Sebaiknya digunakan digunakan sulfonyl urea generasi II yang mempunyai waktu
paruh pendek dan metabolisme lebih cepat
3) Jangan mempergunakan klorpropamid karena waktu paruhnya sangat Panjang serta
sering ditemukan retensi air dan hiponatremi pada penggunaan klorpropamid. Begitu
pula bila ada komplikasi ginjal, klorpropamid yang kerjanya 24 - 36 jam tidak boleh
diberikan, oleh karena ekskresi obat sangat berkaian dengan fungsi ginjal.
Hipoglikemia akibat klorpamid dapat berlangsung lamaberbeda dengan hipoglikemi
karena tolbutamide
4) Sulfonilurea dengan kerja sedang (seperti glibenklamid, glikasid), biasanya dosis
awal setengah tablet sehari, kalau perlu dapat dinaikkan 1-2 kali sehari.
5) Dosis oral pada umumnya bila dianggap perlu dapat dinaikkan tiap 1-2 minggu.
Untuk mencegah hipoglikemia pada pasien tua lebih baik tidak memberikan dosis
maksimum
6) Kegagalan sekunder dapat terjadi setelah penggunan OHO beberapa lamaPada kasus
sperti ini biasanya dapat dicoba kombinasi OHO dengan insulin atau langsung
diberikan insulin saja.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannyaSecara alamiah semua orang akan mengalami proses
menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir dari fase kehidupannya.
Diabetes Mellitus (DM) pada lansia adalah penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia
yang disebabkan karena lansia tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau
tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif (Nughroho 2016).
Tujuan utama terapi diabetes adalah untuk menormalkan aktivitas dan kadar glukosa
darah untuk mengurangi komplikasi yang ditimbulkan akibat DM. Caranya yaitu menjaga kadar
glukosa dalam batas normal tanpa terjadi hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang
baik. Beberapa komponen dalam penatalaksanaan DM tipe II yaitu : Manajemen diet, terapi
nutrisi, latihan diet, pemantauan gula darah.
B. Saran
bermanfaat sebagai bahan ajar perbandingan dalam asuhan keperawatan gawat darurat
secara teori dan praktik.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Bayu. T1, Rodiyatul F. S. dan Hermansyah,2011. An Early Detection Method of Type-2
Diabetes Mellitus in Public Hospital. Telkomnika, Vol.9, No.2, August 2011, pp. 287-294.
Agustina, Tri 2009. Gambaran Sikap Pasien Diabetes Melitus Di Poli Penyakit Dalam Rsud
Dr.Moewardi Surakarta Terhadap Kunjungan Ulang Konsultasi Gizi. KTI D3. Fakultas
Indraswari, Wiwi.2010. Hubungan Indeks Glikemik Asupan Makanan Dengan Kadar Glukosa
Darah Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe-2 Di Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Skripsi Sarjana. Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Waspadji, Sarwono dkk., 2009. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI.