Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN

NUTRISI PATOLOGIS DARI SISTEM PENCERNAAN DAN METABOLIK


ENDOKRIN PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS JUVENIL

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH KEPERAWATAN ANAK


Dosen Fasilitator : Rizeki Dwi Fibriansari,S.Kep,Ners,M.Kep

Oleh:
Kerin Tri Utari 162303101065
Iftahul Meilidia 172303101006
Yurita Nur Fariska 172303101031

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
Kata Pengantar

Segala Puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya serta dorongan
dari semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan seksama.
Makalah mengenai “DM JUVENIL” ini disusun dengan sistematis untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak, Program Ilmu Keperawatan , Fakultas
Keperawatan, Universitas Jember.
Dengan selesainya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kekurangan-kekurangan, baik dari
segi materi maupun teknis penulisan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari
rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaanya. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk rekan-rekan yang membaca terkait penyakit DM Juvenil.

Lumajang, 22 Februari 2019

Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 LATAR BELAKANG .................................................... Error! Bookmark not defined.
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................ Error! Bookmark not defined.
1.3 TUJUAN ......................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB 2. ISI ................................................................................ Error! Bookmark not defined.
2.1 Konsep Penyakit :
2.1.1 Definisi......................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.1.2 Etiologi......................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.1.3 Klasifikasi .................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.1.4 Patofisiologi ................................................................. Error! Bookmark not defined.
2.1.5 ManifestasiKlinis ......................................................... Error! Bookmark not defined.
2.1.6 PeriksaanPenunjang ..................................................... Error! Bookmark not defined.
2.1.7 Tatalaksana .................................................................. Error! Bookmark not defined.
Konsep Asuhan Keperawatan :
2.2.1 PengkajianKeperawatan ............................................... Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Diagnosis Keperawatan ............................................... Error! Bookmark not defined.
2.2.3 IntervensiKeperawatan ................................................ Error! Bookmark not defined.
2.2.4 EvaluasiKeperawatan ................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB 3. PENUTUP ................................................................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Kesimpulan ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Saran ............................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus tipe 1 (IDDM) merupakan suatu penyakit autoimun yang mana
sistem imun pasien merusak sekresi insulin oleh sel β pancreas. Sebagian besar kasus
yang terjadi diduga sebagai hasil proses interaksi antara genetic lingkungan. DM Tipe 1
sering disebut Juvenile Onset, Insulin Dependent atau Ketosis Prone karena tanpa insulin
dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Disebut
Juvenile Onset karena onset DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan
memuncak pada usia 11-13 tahun, selain itu juga dapat terjadi pada akhir usia 30 tahun
atau menjelang 40 tahun. Pravelensi DM tipe 1 meningkat pada pasien dengan penyakit
autoimun lain.
Di Indonesia penyandang diabetes mellitus tipe 1 sangat jarang. Demikian pula di
Negara tropis lain. Insiden DM tipe 1di Eropa Utara meningkat dalam 2-3 dekade terakhir.
Ini menunjukkan bahwa barangkali pada DM tipe 1 faktor lingkungan juga berperan
penting disamping yang sudah diketahui yaitu faktor genetik. Secara epidemiologi
diperkirakan bahwa pada tahun 2030 pravelensi DM tipe 1 di Indonesiia mencapai 21,3
juta orang, sedangkan hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2007 diperoleh bahwa
proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah
perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7% dan daerah pedesaan, DM menduduki
ranking ke-6 yaitu 5,8%.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan DM Juvenil?
2. Bagaimana Etiologi dari penyakit DM Juvenil?
3. Apa saja klasifikasi dari penyakit DM Juvenil?
4. Bagaimana Patofisiologi dari penyakit DM Juvenil?
5. Apa saja Manifestasi klinis dari penyakit DM Juvenil?
6. Bagaimana Pemeriksaan penunjang dari penyakit DM Juvenil?
7. Apa saja tatalaksana dari penyakit DM Juvenil?
8. Bagaimana Pengkajian dari konsep asuhan keperawatan penyakit DM Juvenil?
9. Apa saja Diagnosa dari konsep asuhan keperawatan penyakit DM Juvenil?
10. Bagaimana Intervensi dari konsep asuhan keperawatan penyakit DM Juvenil?
11. Bagaimana Implementasi dari konsep asuhan keperawatan penyakit DM Juvenil?
12. Bagaimana Evaluasi dari konsep asuhan keperawatan penyakit DM Juvenil?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui konsep DM Juvenil
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan DM Juvenil dengan gangguan nutrisi
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia
kronik.Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di
antaranya adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari
hormon insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge S. 2005).
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetesdan WHO
merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi (Tabel 1).DM tipe 1
terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang
terjadi dapat disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada DM
tipe 1 sekresi insulin berkurang atau terhenti.Sedangkan DM tipe 2 terjadi
akibat resistensi insulin.Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah normal
atau bahkan meningkat.DM tipe 2 biasanya dikaitkan dengan sindrom
resistensi insulin lainnya seperti obesitas,hiperlipidemia, kantosis nigrikans,
hipertensi ataupun hiperandrogenisme ovarium (Rustama DS, dkk. 2010).
2.1.2 Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes
tipe- 1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor
genetik / keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan
melalui faktor genetik.
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan
proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing,
yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
4. Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.

2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2009).
1. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
a. Immune mediated
b. Idiopatik
2. DM tipe-2
3. DM Tipe lain
a. Defek genetik fungsi pankreas sel
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Kelainan eksokrin pankreas
Pankreatitis; Trauma/pankreatomi; Neoplasia; Kistik fibrosis;
Haemokhromatosis; Fibrokalkulus pankreatopati; dll.
d. Gangguan endokrin
Akromegali; Sindrom Cushing; Glukagonoma; Feokromositoma;
Hipertiroidisme; Somatostatinoma; Aldosteronoma; dll.
e. Terinduksi obat dan kimia
Vakor; Pentamidin; Asam Nikotinik; Glukokortikoid; Hormon tiroid;
Diazoxid; Agonis -adrenergik; Tiazid; Dilantin; -interferon; dll.
4. Diabetes mellitus kehamilan
Sumber: ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009.

2.1.4 Patofisiologi
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD
Clinical Practice Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:
 Periode pra-diabetes
 Periode manifestasi klinis diabetes
 Periode honey-moon
 Periode ketergantungan insulin yang menetap.
1. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena
baru ada proses destruksi sel β-pankreas. Predisposisi genetik tertentu
memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai
berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel β-pankreas yang
berfungsi.Kadar C-peptide mulai menurun.Pada periode ini autoantibodi
mulai ditemukan apabila dilakukan pemeriksaanlaboratorium.
2. Periode manifestasi klinis
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini
sudah terjadi sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena sekresi insulin
sangat kurang, maka kadar gula darah akan tinggi/meningkat. Kadar gula
darah yang melebihi 180 mg/dl akan menyebabkan diuresis osmotik.
Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan dan elektrolit
melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi). Karena gula darah tidak dapat
di-uptake kedalam sel, penderita akan merasa lapar (polifagi), tetapi berat
badan akan semakin kurus. Pada periode ini penderita memerlukan insulin
dari luar agar gula darah di-uptakekedalam sel.
3. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada
periode ini sisa-sisa sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan
diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan insulin
dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg berat
badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung sementara, bisa dalam
hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi ada orang tua
bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang menetap.
4. Periode ketergantungan insulin yang menetap. Periode ini merupakan
periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini penderita akan
membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur hidupnya.
Pitfall dalam diagnosis
Diagnosis diabetes seringkali salah, disebabkan gejala-gejala awalnya
tidak terlalu khas dan mirip dengan gejala penyakit lain. Di samping kemiripan
gejala dengan penyakit lain, terkadang tenaga medis juga tidak menyadari
kemungkinan penyakit ini karena jarangnya kejadian DM tipe 1 yang ditemui
ataupun belum pernah menemui kasus DM tipe 1 pada anak. Beberapa gejala
yang sering menjadi pitfalldalam diagnosis DM tipe 1 pada anak di antaranya
adalah:
1. Sering kencing: kemungkinan diagnosisnya adalah infeksi saluran kemih
atau terlalu banyak minum (selain DM). Variasi dari keluhan ini adalah
adanya enuresis (mengompol) setelah sebelumnya anak tidak pernah
enuresis lagi.
2. Berat badan turun atau tidak mau naik:kemungkinan diagnosis adalah
asupan nutrisi yang kurang atau adanya penyebab organik lain. Hal ini
disebabkan karena masih tingginya kejadian malnutrisi di negara kita.
Sering pula dianggap sebagai salah satu gejala tuberkulosis pada anak.
3. Sesak nafas:kemungkinan diagnosisya adalah bronkopnemonia. Apabila
disertai gejala lemas, kadang juga didiagnosis sebagai malaria. Padahal
gejala sesak nafasnya apabila diamati pola nafasnya adalah tipe Kusmaull
(nafas cepat dan dalam) yang sangat berbeda dengan tipe nafas pada
bronkopnemonia. Nafas Kusmaull adalah tanda dari ketoasidosis.
4. Nyeri perut:seringkali dikira sebagai peritonitis atau apendisitis. Pada
penderita DM tipe 1, nyeri perut ditemui pada keadaan ketoasidosis.
5. Tidak sadar:keadaan ketoasidosis dapat dipikirkan pada kemungkinan
diagnosis seperti malaria serebral, meningitis, ensefalitis, ataupun cedera
kepala (Brink SJ, dkk. 2010)

2.1.5 ManifestasiKlinis
Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak
jauh berbeda.
a) Glukosadarah : meningkat 200-100mg/dL
b) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e) Elektrolit :
- Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
- Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
- Fosfor : lebih sering menurun
f) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (
lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan
DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden ( mis, ISK baru)
g) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan
fungsi ginjal)
j) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
k) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe
1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibody .( autoantibody)
l) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
n) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
o) Diabetes melitus ditegakkan berdasarkan ada tidaknya gejala. Bila dengan
gejala (polidipsi, poliuria, polifagia), maka pemeriksaan gula darah
abnormal satu kali sudah dapat menegakkan diagnosis DM. Sedangkan bila
tanpa gejala, maka diperlukan paling tidak 2 kali pemeriksaan gula darah
abnormal pada waktu yang berbeda (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD
Clinical Practice Consensus Guidelines 2009).
Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah:
1. Kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl atau
2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dl atau
3. Kadar gula darah 2 jam postprandial >200 mg/dl.

2.1.6 PeriksaanPenunjang
Untuk menegakkan diagnosis DM tipe 1, maka perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang, yaitu C-peptide <0,85 ng/ml. C-peptide ini merupakan salah satu
penanda banyaknya sel β-pankreas yang masih berfungsi. Pemeriksaan lain
adalah adanya autoantibodi, yaitu Islet cell autoantibodies(ICA), Glutamic acid
decarboxylase autoantibodies(65K GAD), IA2( dikenal sebagai ICA 512 atau
tyrosine posphatase) autoantibodiesdan Insulin autoantibodies(IAA). Adanya
autoantibodi mengkonfirmasi DM tipe 1 karena proses autoimun. Sayangnya
pemeriksaan autoantibodi ini relatif mahal (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD
Clinical Practice Consensus Guidelines 2009).

2.1.6 Tatalaksana
Non-Farmakologi
a. Rencana Diet
Rencana diet dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan
karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari.Pada pasien diabetes mellitus tipe
1 berat badan dapat menurun selama keadaan dekompensasi.Pasien ini
harus menerima kalori yang cukup untuk mengembalikan berat badan
mereka ke keadaan semula dan pertumbuhan.Rencana diet didapat dengan
berkonsultasi dengan ahli gizi.Untuk mencegah hiperglikemia postprandial
dan glikosuria, pasien dengan diabetic tidak boleh makan karbohidrat
berlebihan.Asupan karbohidrat harus disesuaikan dengan kegiatan
fisik.Lemak yang dimakan harus dibatasi sampai 30% dari total kalori per
hari.
Penderita DM tipe-1 yang menggunakan regimen insulin basal
bolus maka pengaturan makanannya menggunakan penghitungan kalori
yang diubah dalam jumlah gram karbohidrat, yaitu dalam 1 unit
karbohidrat mengandung 15 gram karbohidrat. Pada lampiran piramida
makanan, memperlihatkan pengelompokan jenis makanan penukar dan
anjuran konsumsi per hari.
Kelompokmakananpenukar Porsi KH Gram/KH
Pati/tepung 1 unit 15g/KH
Buah 1 unit 15g/KH
Susu 1 unit 12g/KH
Sayur 1/3 unit 5g/KH
Daging 0 unit 0
Lemak 0 unit 0

b. Latihan Fisik
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena
efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan faktor risiko
kardiovaskular. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan olahraga.
Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat
meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju
metabolism dan istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini sangat
bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan,
mengurangi rasa stress, dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan
juga akan mengubah kadar lemak darah, yaitu meniingkatkan kadar HDL-
Kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida. Semua
manfaat ini penting bagi penyandang diabetes, mengingat adanya
peningkatan resiko untuk terkena penyakit kardivaskular pada diabetes.

Farmakologi

a. Insulin Eksogen
Insulin adalah hormone yang dihasilkan dari sel β pancreas dalam
merespon glukosa. insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas
dalam pengendalian metabolism, efek kerja insulin adalah membantu
transport glukosa dari darah ke dalam sel.
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe
1. Pada DM tipe 1, sel-sel β pancreas penderita rusak, sehingga tidak lagi
dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM
tipe 1 harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme
karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai
dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum pasien, tanda-tanda vital,
riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan
fisik, pola kegiatan sehari-hari.
a. PengkajianKeperawatan
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan
mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum pasien, tanda-tanda
vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
1. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa
medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat
keadaan penyakit infeksi.
2. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Ds yg mungkin timbul :
- Klien mengeluh sering kesemutan.
- Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
- Klien mengeluh sering merasa haus
- Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
- Klien mengeluh merasa lemah
- Klien mengeluh pandangannya kabur
Do :
- Klien tampak lemas.
- Terjadi penurunan berat badan
- Tonus otot menurun
- Terjadi atropi otot
- Kulit dan membrane mukosa tampak kering
- Tampak adanya luka ganggren
- Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam

3. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau
GCS dan respon verbal klien.
4. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
- Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan
nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung
memiliki TD yang meningkat/ tinggi/ hipertensi.
- Pulse rate
- Respiratory rate
- Suhu
- Pemeriksaan Fisik
5. Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
- Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi
otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak
adanya retinopati, kekaburan pandangan.
- Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
- Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.
4. Pemeriksaan penunjang
a) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e) Elektrolit :
- Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
- Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun.
- Fosfor : lebih sering menurun
f) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup
SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control
tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
g) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (
asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi
ginjal)
j) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis
akut sebagai penyebab dari DKA.
k) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/
gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .( autoantibody)
l) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
5. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
- Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnyan
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes mellitus :
1. Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
2. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus padA kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
3. Integritas Ego
Stress, ansietas
4. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
6. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
7. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
8. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

2.2.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM type 1 meliputi:
1. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit diabetes
melitus
Definisi:
Risiko terjadi variasi kadar glukosa atau gula darah dari rentang normal yang dapat
menggangu kesehatan
Faktor risiko:
- Tingkat perkembangan
- Asupan diet
- Pemamtauan glukosa yang tidak adekuat
- Tidak menerima diagnosis
- Tidak mematuhi rencana penatalaksanaan atau rencana tindangan untuk
diabetes
- Kurangnya rencana penatalaksanaan atau rencana tindakan diabetes
- Kurang pengetahuan tentang rencana penatalaksanaan atau rencana tindakan
diabetes
- Penatalaksanaan medikasi/pengobatan
- Status kesehatan mental
- Tingkat aktivitas fisik
- Status kesehatan fisik
- Kehamilan
- Periode pertumbuhan yang cepat
- Stress
- Kenaikan berat badan
- Penurunan berat badan
2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik ditandai
dengansering lelah, lemah, pucat, klien tampak letargi/tidak bergairah.
Definisi:
Rasa letih yang luar biasa dan terus –menerus serta penurunan kapasitas kerja fisik
serta mental pada tingkat yang biasanya
Batasan karakteristik:
- Penurunan konsentrasi
- Penurunan libido
- Ketidaktertarikan dengan lingkungan
- Mengantuk
- Perasaan bersalah karena tidak melaksanakan tanggung jawabnya
- Meningkatnya keluhan fisik
- Intropeksi
- Persepsi membutuhkan energy tambahan untuk menyelesaikan tugas rutin
- Ketelihan
- Menyatakan secara verbal kekurangan energy yang tidak pernah berhenti dan
berlebihan
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (defisiensi insulin)
ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun walaupun intake makanan
adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS
>200 mg/dl
Definisi:
Asupan nutrisi tadak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Batasan karakteristik:
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen
- Gangguan sensasi rasa
- Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal
- Kerapuhan kapiler
- Diare
- Kehilangan rambut berlebih
- Enggan makan
- Asupan makanan kurang dari recommended daily allowance (RDA)
- Bising usus hiperaktif
- Kurang informasi
- Kurang minat pada makanan
- Tonus otot menurun
- Keselahan informasi
- Kesalahan persepsi
- Membrane mukosa pucat
- Ketidakmampuan memakan makanan
- Cepat kenyang setelah makan
- Sariawan rongga mulut
- Kelelahan otot penunyah
- Kelemahan otot untuk menelan
- Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan
fungsi limfosit).
Definisi:
Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan.
Faktor risiko:
- Gangguan peristalsis
- Gangguan integritas kulit
- Vaksinasi tidak adekuat
- Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen
- Malnutrisi
- Obesitas
- Merokok
- Stasis cairan tubuh
5. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.
Definisi:
Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan
sumber adaptasi dan sumber defensive individu, yang dapat menggangu kesehatan.
Faktor risiko :
- Kurang sumber nutrisi
- Pajanan pada pathogen
- Pemajanan zak kimia toksik
- Tingkat imunisasi di komunitas
- Kurang pengetahuan tentang faktor yang dapat diubah
- Malnutrisi
- Agens nosocomial
- Hambatan fisik
- Moda transportasi tidak aman
2.2.3 IntervensiKeperawatan
1. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit diabetes
melitus
Intervensi :
1) Monitor kadar gula darah
2) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
3) Monitor tanda-tanda vital
4) Berikan terapi insulin sesuai program
5) Instruksikan kepada pasien da keluarga mengenai pencegahan dan pengenalan
tanda-tanda hiperglikemia dan hipoglikemia dan managemen hiperglikemia dan
hipoglikemia
6) Instruksikan kepada pasien untuk selalu patuh terhadap diitnya
2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik ditandai
dengan sering lelah, lemah, pucat , klien tampak letargi/tidak bergairah
Intervensi :
1) Diskusikan dengan pasien dan keluarga kebutuhan aktivitas
2) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari
3) Monitor TTV
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (defisiensi insulin)
ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun walaupun intake makanan
adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS
>200 mg/dl
Intervensi :
1) kolaburasi dengan ahki gizi untuk pemberian diit
2) Monitor berat badan tiap hari
3) libatkan kelurga pasien dalam perencanaan makanan sesuai dengan indikasi
4) Berikan terapi insulin sesuai dengan program
5) Ciptakan lingkungan yang optimal saat mengkomsumsi makanan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan
fungsi limfosit).
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan cara cuci tangan yang pada semua orang
yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien sendiri
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif
4) Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
5. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitarnya
3) Pantau adanya keluhan parestesia,nyeri atau kehilangan sensori
BAB 3. PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus tipe 1 merupakan merupakan kondisi tidak terkontrolnya gula
dalam tubuh karena kerusakan sel β pancreas sehingga mengakibatkan berkurangnya
prosuksi insulin sepenuhnya. Diabetes mellitus tipe 1 dapat disebabkan oleh faktor
genetic, lingkungan dan imunologi. Kekurangan insulin pada diabetes mellitus tipe 1
dapat menimbulkan kondisi hiperglikemi dan dapat menunjukkan gejala poliuria,
polidipsia, polifagia, serta penurunan berat badan. Diabetes mellitus tipe 1 dapat
berkomplikasi menjadi diabetes ketoasidosis jika terjadi peningkatan produksi keton.
Pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan dengan tes toleransi glukosa, tes gula
darah puasa, hemoglobin glikosilat, serta pemeriksaan urine. Penatalaksanaan pada
diabetes mellitus tipe 1 yaitu dengan diet, latihan fisik dan pemberian insulin eksogen.
Masalah keperawatan yang sering muncul adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, retensi urine, resiko kekurangan volume cairan, dan ansietas.
1.2 Saran
Peningkatan pengetahuan tentang konsep penyakit serta penatalaksanaan penting
guna membantu proses penyembuhan penyakit. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Brink SJ, Lee WRW, Pillay K, Kleinebreil (2010).Diabetes in children and adolescents, basic
training manual for healthcare professionals in developing countries, 1sted. Argentina:
ISPAD, h 20-21.
Weinzimer SA, Magge S (2005). Type 1 diabetes mellitus in children. Dalam: Moshang T Jr.
Pediatric endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc, h 3-18.
Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N (2010).Diabetes
Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP Aman B. Pulungan, editor.
Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung Seto 2010, h 124-161.
ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009. Pediatric Diabetes 2009: 10.
http://repository.maranatha.edu/3415/3/0910085_Chapter1.pdf (Diakses pada tanggal 1
Maret 2015)
Soal Multiple Choice
1. Berikut tanda dan gejala terjadinya DM Juvenil, kecuali....
a. Polifagi
b. Polidipsi
c. Proliferasi
d. Poliuri
e. BB menurun tanpa sebab
Jawaban: C
2. Apa penyebab DM Juvenil tipe 1....
a. Akibat adanya kerusana pada sel beta di pankreas
b. Obesitas
c. Pola makan yang tidak seimbang
d. Defek genetik pada kerja insulin
e. Kelainan eksokrin pankreas
Jawaban : A
3. Terdapat seorang anak berusia 8 tahun mengalami penurunan berat badan tanpa sebab,
lemas, mual dan muntah, intake makanan adekuat, konjungtiva tampak pucat, pasien
tampak lemah. Masalah keperawatan apa yang muncul pada anak tersebut?
a. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
b. Risiko ketidak seimbangan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit diabetes
melitus
c. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam absobri makanan karena faktor biologi (defisiensi insulin)
e. Risiko cidera berhubungan dengan disfungsi sensori
Jawaban : D
4. 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
2. Monitor kadar gula darah
3. Monitor berat badan tiap hari
4. Berikan insulin sesuai dengan program
5. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
Manakah intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah keperawatan
kedidakseimbangan nutrisi
a. 1, 2, 3
b. 1, 2, 4
c. 1, 4, 5
d. 1, 3, 5
e. 1, 2, 5
Jawaban : B
5. Pengaruh diabetes mellitus pada bayi adalah . . . .
a. Cacat bawaan
b. Sesak nafas
c. Insufisensi plasenta
d. Infeksi
e. Inflamasi
Jawaban: A
6. Dibawah ini yang tidak menjadi pemicu resiko DM menjadi bertambah tinggi adalah . . . .
a. Minum soda dalam keadaan perut kosong
b. Minum sirup dengan keadaan fruktosa tinggi
c. Pemanis buatan yang terdapat pada minuman
d. Menggunakan gula rendah kalori
e. Faktor genetik
Jawaban: D
7. Obesitas adalah salah satu tanda gejala dari DM Juvenil tipe?
a. Tipe 1
b. Tipe 2
c. Tipe lainnya
d. Tipe kehamilan
e. Tipe gangrene
Jawaban: B
8. Berikut adalah pemeriksaan penunjang pada pasien DM Juvenil, kecuali….
a. GDA
b. Biopsi
c. Insulin darah
d. Pemeriksaan urine
e. Haemoglobin glikosilat
Jawaban: B
9. Faktor apa saja yang dapat memicu terjadinya penyakit DM Juvenil
a. Faktor genetic, faktor lingkungan, faktor imunologi, virus dan toksin
b. Faktor genetic, faktor psikologis, virus dan toksin, faktor lingkungan
c. Faktor sosial, faktor lingkungan, faktor imunologi, virus dan toksin
d. Faktor genetic, faktor lingkungan, faktor budaya, virus dan toksin
e. Faktor genetic, faktor lingkungan, faktor imunologi, faktor psikososial
Jawaban: A
10. Pernyataan yang benar dibawah ini yakni . . . .
a. DM ditandai dengan anda tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif
b. DM ditandai dengan produksi insulin yang adekuat dan mengakibatkan naiknya berat
badan
c. DM ditandai dengan adanya gangguan sistemik pada metabolism glukosa
d. DM ditandai dengan peningkatan glukosa darah yang diakibatkan produksi insulin
yang adekuat
e. DM ditandai dengan adanya gangguan sistemik pada metabolism glukosa
Jawaban: A

Anda mungkin juga menyukai