Anda di halaman 1dari 38

P2M TB & ISPA

dr. Farida Heriyani, MPH


Program P2M:
• P2 TBC
• P2 IMS HIV/AIDS
• P2 Kusta
• P2 ISPA
• P2 Malaria
• P2 Flu Burung
• P2 DBD
• P2 DIARE
• Pencegahan Penyakit / Imunisasi
• Surveilens Epidemiologi
P2M TB
Latar Belakang
• Di Indonesia ....TB merupakan masalah
kesehatan utama
• Jumlah penderita TB di Indonesia : urutan ke-3
di dunia
• Insidensi TB : 110 per 100.000 penduduk
• 75% penderita usia produktif
• Pemberantasan TB paru scr nasional telah
berlangsung lebih dari 40 th sejak th 1969
namun hasilnya belum memuaskan.
• Munculnya HIV-AIDS .... mempengaruhi
keberhasilan pemberantasan TB.
• Th 1993 WHO mengumumkan GLOBAL
EMERGENCY thd TB paru
• Angka drop out yg tinggi, pengobatan yg tdk
adekuat, & resistensi thd OAT ---- kendala??
P2M TB
• Visi
Masyarakat yg mandiri dlm hidup sehat
di mana TB tdk lg menjadi masalah
kesmas
• Misi :
 menjamin setiap pasien TB
mempunyai akses thd pelayanan yg
bermutu utk menurunkan angka
kesakitan & kematian karena TB
 menurunkan risiko penularan TB
 mengurangi dampak sosial dan
ekonomi akibat TB
• Tujuan :
Menurunkan angka kesakitan dan kematian
TB, memutus rantai penularan dan mencegah
terjadinya MDR TB
• Target :
 penemuan pasien baru BTA (+) minimal
70% dr perkiraan,
 angka kesembuhan minimal 85%
Kebijakan
• dilaksanakan sesuai azas desentralisasi dg
kab/kota sbg ttk berat manajemen
program, meliputi : perencanaan,
pelaksanaan, monev serta menjamin
ketersediaan sumber daya (dana, tenaga,
sarana prasarana)
• Penanggulangan TB mgnkan strategi
DOTS
• Penguatan strategi DOTS utk peningkatan
mutu pelayanan, penemuan & pengobatan
guna memutus rantai penularan
• Penemuan & pengobatan dilaksanakan di
seluruh UPK
• dilaksanakan mll promosi, penggalangan
kerjasama & komitmen dg program/sektor
terkait dlm wujud GERDUNAS TB
• Peningkatan kemampuan lab diberbagai UPK
• OAT diberikan scr gratis & dijamin
ketersediaannya
• Ketersediaan SDM yg kompeten
• Lebih diprioritaskan kpd klp miskin & klp
rentan thd TB
• Berkolaborasi dg penanggulangan HIV
• Pasien tdk dijauhkan dr keluarga, masy, dan
pekerjaannya
• Memperhatikan komitmen internasional
kegiatan
• Tatalaksana pasien TB :
a. Penemuan tersangka TB
b. diagnosis
c. pengobatan
• Manajemen program :
a. Perencanaan
b. pelaksanaan (pencatatan pelaporan,
pelatihan, bintek, pemantapan mutu lab,
pengelolaan logistik)
c. pemantauan & evaluasi
• Kegiatan penunjang
 promosi
 kemitraan
 penelitian
• Kolaborasi TB/HIV di Indonesia, meliputi :
a. Membentuk mekanisme kolaborasi
b. menurunkan beban TB pd ODHA
c. menurunkan beban HIV pd penderita TB
Penemuan Pasien TB
• Strategi :
 secara pasif dg promosi aktif
 pemeriksaan thd kontak pasien TB
 pemeriksaan BTA SPS
Kegiatan P2TB di Puskesmas
1. Penemuan tersangka TB paru (Case
Finding TB Paru)
• Melalui “passive case finding”
• Jika diagnosis tegak, mk petugas scr aktif
datang ke rumah penderita utk memeriksa
anggota keluarga & tetangganya utk
dilakukan pemeriksaan sputum jk dicurigai
TB paru “Program Kontak Serumah”
2. Penegakan Diagnosis TB Paru
 oleh dokter & petugas
 berdasarkan gejala klinis &
pemeriksaan fisik ----- pemeriksaan
dahak SPS &/ pemeriksaan rontgen
 utk TB anak : teknik skoring
3. Pengobatan Penderita TB Paru dg DOTS
Sesuai dg kategori pengobatan TB paru yg
telah ditetapkan : kategori 1, kategori 2,
kategori sisipan, dan kategori anak

4. Pengendalian Pengobatan dibawah


pengawasan PMO
Pengawasan minum obat oleh keluarga
pasien dan kader di daerah pasien berada.
5. Follow up penderita TB
Melalui pemeriksaan ulang dahak pd akhir
fase intensif

6. Imunisasi BCG
7. Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan
 formulir daftar suspek yg diperiksa dahak
(TB 06)
 formulir permohonan lab (TB 05)
 kartu pengobatan (TB 01)
 kartu identitas penderita (TB 02)
b. Pelaporan
 formulir daftar suspek yg diperiksa dahak
(TB 06)
 registrasi kohort pengobatan penderita TB

8. Penyuluhan
Dilakukan di dalam & di luar gedung
STRATEGI DOTS
• Pengawasan langsung menelan obat jangka
pendek
• Sejak th 1994
• Tujuan :
 mencapai angka kesembuhan yg tinggi
 mencegah drop out pengobatan
 mengatasi efek samping obat jk timbul
 mencegah resistensi obat
Kunci utama dlm strategi DOSTS
1. Komitmen
2. Penegakan diagnosis yg benar & baik
3. Ketersediaan & kelancaran distribusi
obat
4. Pengawasan menelan obat
5. Pencatatan dan pelaporan
Target
1. Case Detection Rate (CDR) ≥ 70%
jlh pasien TB baru BTA (+) X 100%
perkiraan jlh pasien TB baru BTA (+)

2. Proporsi pasien TB diantara suspek : 5-15%


jlh pasien BTA (+) yg ditemukan x 100%
jlh seluruh suspek yg diperiksa
3. Angka Kesembuhan : ≥ 85%
jlh pasien TB baru BTA (+) yg sembuh X 100%
jlh pasien TB baru yg diobati

4. Angka konversi ≥ 85%


5. Error rate lab < 5%
jlh sediaan positif palsu + negatif palsu X 100%
jlh seluruh sediaan yg dicross check
P2 ISPA
Salah satu program yg menitikberatkan
kegiatannya pd pemberantasan penyakit
ISPA

Dasar Pemikiran :
• angka kesakitan ISPA msh tinggi
• kejadian pd bayi & balita msh tinggi
Tujuan
• Menurunkan angka kesakitan ISPA
• Menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat ISPA pd bayi & balita
• Meningkatkan peran serta masy thd
kesehatan pribadi & lingkungan
• Mengadakan pemantauan wilayah
setempat
Program
• Kegiatan di dalam & di luar gedung,
meliputi :
 pendataan sasaran
 penemuan kasus pneumonia
 kunjungan rumah penderita
pneumonia
 kunjungan pneumonia berat yg tdk
dirujuk
 Kunjungan rumah care seeking thd
masy yg punya faktor risiko (< 2 th, gizi
krg, BBLR, polusi udara tinggi,
kepadatan tinggi, def vit A, imunisasi
krg)
 rujukan pneumonia dg tanda bahaya
umum
 pencatatan & pelaporan
Peran P2 ISPA di puskesmas
• Melakukan kegiatan penyuluhan/KIE
• Melatih kader kesehatan, desa siaga, &
posyandu dlm mengenali tanda2 pneumonia
dan upaya pencegahannya
• Mendeteksi dini kasus pneumonia
• Melakukan tatalaksana kasus pneumonia
sedini mgk
• Merujuk kasus pneumonia berat ke RS
• Melakukan kunjungan rumah kasus
pneumonia berat yg tdk melakukan kunjungan
ulang
• Menerapkan kewaspadaan universal dlm
tatalaksana kasus
• Melaporkan ke dinkes setempat dlm waktu 24
jam sejak terdeteksi suspek klaster pneumonia
(klp penderita yg mengalami kontak scr
epidemiologis mnrt tempat & waktu)
• Membantu dinkes dlm kegiatan surveilans
pneumonia
• Berkoordinasi dg pejabat setempat dlm upaya
penanggulangan faktor risiko ISPA
• Membantu penanggulangan episenter
pandemi influenza jenis baru
• Melakukan pencatatan & pelaporan
• Melakukan evaluasi pencapaian kinerja &
pemecahan masalah
Indikator Pemantauan & Evaluasi
Progran P2 ISPA
• Indikator Utama
1. Cakupan penemuan pneumonia balita
jlh penderita pneumonia yg ditemukan X 100%
estimasi kasus pneumonia balita di dae tsb

Target dlm 1 th adlh 5/100 dr populasi balita di


wilayah kerja puskesmas tsb
2. Proporsi kasus pneumonia yg ditangani
dg penatalaksanaan standar, yaitu jk
penderita ISPA diklasifikasikan dg benar &
diberi pengobatan scr standar

Jlh penderita yg ditangani sesuai standar


x 100%
Jlh seluruh kasus pneumonia yg diobati
3. Proporsi kesembuhan balita pneumonia

Jlh penderita yg sembuh stlh diberi tatalaksana


standar x100%
Jlh seluruh penderita yg diobati
Indikator Lainnya
1. Proporsi puskesmas dg tenaga terlatih

Jlh puskes dg tenaga terlatih di s/ wilayah


x 100%
Jlh seluruh puskes yg ada di wilayah tsb

Diharapkan dlm 1 puskes terdpt 10 orang kader


terlatih
2. Persentase ketersediaan
kotrimoksazol

Jlh persediaan kotri di puskes dlm 1 periode


x 100%
Jlh kotri yg cukup utk target kasus pneumonia
balita slm 1 periode
3. Proporsi puskesmas yg memiliki sound
timer

Jlh puskes yg punya sound timer di s/ wilayah


x 100%
Jlh puskesmas di wilayah tsb

Diharapkan tiap puskes memiliki min 3


sound timer
4. Proporsi tenaga puskesmas yg memiliki
“Buku Tatalaksana Penderita ISPA”

Jlh buku yg didistribusikan di s/ wilayah


x 100%
Jlh semua puskesmas di wilayah itu
5. Proporsi kader yg memiliki paket media
penyuluhan

Jlh paket penyuluhan yg tlh didistribusikan di s/ wil


x100%
jlh semua puskesmas di wil itu

Anda mungkin juga menyukai