Anda di halaman 1dari 41

CLINICAL PATHOLOGY

BASIC MEDICAL DISEASE


URINALISIS
• Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urin secara fisik, mikroskopik dan kimia. Salah satu
tes laboratorium untuk memberikan informasi mengenai keadaan organ-organ yg ada di
dalam tubuh manusia.
• Tujuan urinalisis berdasarkan rekomendasi dari NCCLS (National Comittee for Clinical
Labarotry Standards) adalah sebagai berikut:
1. Menunjang diagnosis suatu penyakit
2. Memantau Perjalanan Penyakit
3. Memantau efektifitas pengobatan serta komplikasi penyakit
4. Skrining dan pemantauan penyakit asimptomatik congenital
atau herediter
1. Tes Makroskopis

Alat dan Bahan


-Gelas takar
-Carik Indikator PH
-Urinometer
-Termometer ruangan
• Cara Kerja
- Sampel Urin di tuang kedalam gelas takar dan tentukan
volume
- Perhatikan warnanya, apakah normal atau tidak normal
- Celupkan 1 carik indikator pH, baca pH urin.
-Menetapkan Berat Jenis :
- Tuang sampel urin yang suhunya sesuai suhu kamar
ke urinometer, hilangkan busanya dengan kertas
saring. Tempatkan hydrometer ke urin, dan pastikan
terapung bebas.
Bacalah pada dasar meniscus.
- Koreksi pembacaan BJ dengan memperhatikan suhu kamar
Suhu tera : 15 0C
Suhu Ruangan : 32 0C
BJ yang dibaca :1,015 (Misalnya)
Setiap kenaikan suhu 30C di atas suhu tera, tambahkan nilai 0,001 pada
bacaan BJ.
Jadi:
BJ= (Suhu Ruangan- Suhu Tera) x 0,001 + BJ terbaca
3
= (32-15) X 0,001 + 1,015
3
= 1,020
Nilai Rujuk:
1. Kejernihan warna: Normal jernih atau sediit keruh dan berwarna
kuning muda
2. Derajat pH; 4,5-8.0
3. Bau Amonia
4. Volume 600-2500ml/ 24 jam, rata-rata 1500ml/24 jam
5. Berat jenis: 1,005-1,025
2.TES MIKROSKOPI

• Alat dan bahan:


- Tabung Sentrifus
- Alat Sentrifus
- Corong
- Kaca Objek+kaca penutup
- Pipet tetes
-Mikroskop
• Cara Kerja:
1. 10-15 ml urin dimasukkan ke tabung sentrifus,lalu disentrifus
selama 5 menit pada 1500-2000 rpm.
2. Buang cairan dibagian atas tabung, sisakan endapan urin
kira-kira 1 ml.
3. Sentakkan dinding tabung dengan jari untuk mencampurkan sisa urin dengan
endapan.
4. Ambil suspensi endapan dengan pipet tetes, tempatkan 1 tetes di atas kaca obyek
kemudian tutup dengan kaca penutup
5. Periksa sedimen dibawah mikroskop dengan:
- Lensa objektif 10 X ( LPK: Lapangan pandang kecil) untuk sedimen seperti
torak, kristal dan elemen lainnya
- Lensa Objektif 40 X (LPB: Lapangan pandang besar) untuk jumlah
rata-rata eritrosit dan lekosit
3.TES KIMIA URIN
3.1 TES PROTEIN URIN

• Alat dan Bahan


- Tabung reaksi + Rak
- Asam sulfosalisil 20%
- Asam asetat 10%
- Pembakar ( bunsen/spiritus)
• Cara Kerja:
a. Reaksi dengan Asam sulfosalisil 20%:
1. Terdapat 2 Tabung reaksi, tabung no 2 sebagai pembanding
2. Tuangkan masing-masing 2ml urin
3. Tabung 1 tambahkan asam sulfosalisil 20%, kocok tabung
4. Perhatikan ada tidaknya kekeruhan pada tabung 1
bandingkan dengan tabung 2
• NEG: tidak ada kekeruhan
• +/- : kekeruhan sangat halus ( protein < 0,02 gr%)
• 1+:keruh ( 0,01-0,05gt%)
• 2+ : kekeruhan tampak 0,05-0,2 gr
• 3+: Amat keruh (0,2-0,5 gr%)
• 4+ : Keruh tebal dan bergumpal (protein > 0,5gr%
• B. Reaksi dengan Asam Asetat 10% dan Pemanasan
1. Tuang urin yang jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh.
2. Panaskan kurang lebih 2 menit dan timbulnya kekeruhan. Bagian bawah
bagian bawah tabung digunakan sebagai pembanding. Kekeruhan yang
timbul disebabkan oleh protein, foafat atau karbonat.
3. Tambahkan 3-5 tetes asam asetat 10% untuk melarutkan fosfat dan karbonat.
4. Panaskan lagi bagian atas tabung, kekeruhan yang timbul adalah presipitasi
protein.
5. Penilaian dilakukan seperti pada percobaan dengan sulfosalisil 20%
3.2 Tes Glukosa Urin
Alat dan Bahan:
- Tabung reaksi+ Rak
- Larutan benedict kualitatif
- Pembakar Bunsen
Cara Kerja:
- 5 ml larutan benedict ke dalam tabung reaksi
- tambah 5-8 tetes sample urin
- panaskan selama 2 menit
- lihat perubahan warna setelah dikocok
Interpretasi:
Negatif; cairan tetap biru, jernih, bisa agak hijau atau keruh
1+ : Hijau kekuningan (glukosa 0,5-1,0 gr%)
2+ : Kuning kehijauan (glukoasa 1,0-1,5 gr%)
3+ : Kuning (Glukosa 1,5-2,5gr%)
4+ : Jingga/Merah (Glukosa 2,5-4gr%)
TES DAN INTERPRETASI CAIRAN PLEURA

• Pada keadaan normal rongga pleura mengandung hanya sedikit cairan yaitu
1-10 cc. Efusi pleura suatu keadan dimana terjadi akumulasi cairan pleura
yang abnormal dalam rongga pleura, dapat disebabkan oleh transudasi dan
eksudasi. Tes cairan pleura adalah tes terhadap specimen cairan rongga
pleura dengan tujuan sebagai petunjuk penting mengenai penyebab
penimbunan cairan, menunjang diagnosis, perjalanan penyakit, efektivitas
pengobatan dan komplikasi penyakit.
Prosedur punksi cairan pleura:

• Penderita dimasukkan dala ruang tindakkan pleura


• Penderita didudukkan tegak dan bahyna disandarkan ke bantal aray memeluk bantal dalam
keadaan dudul. Kemudian dilakukan perkusi dinding toraks belakang untuk menentukan
ketinggian cairan pleura dalam rongga pleura
• Tempat melaukak punksi ialah ruang interkostal 6, 7 atau 8
• Pada tempat punksi dilakukan desinfeksi dengan bahan desinfektan.
• Dengan handscon steril, abbocath ukuran 16 ditusukkan kealam dinding toraks bagian belakang,
kemudia cairan di aspirasi sebanyak 50 cc dgn spoit steril, lalu dimasukkan kedalam botol
bersih/steril lalu selanjutnya dikirim ke laboratorium untuk tes analisis
I. Tes Makroskopi
• 1 Volume
• Pra Analitik:
• Persiapan pasien: Tidak dilakukan Persiapan khusus
• Persiapan sampel: Identifikasi sampel ( nama, umur, jenis kelamin dan
alamat)
• Prinsip tes: semakin banyak cairan semakin besar kerusankan pada
rongga pleura
• Analitik:
• Cara Kerja: Melihat Jumlah cairan pleura
• Nilai Rujukan: 1-10 cc

• Pasca Analitik
• Interpretasi: Semakin banyak cairan pleura bearti makin besar kerusakan
2.Volume dan Kejernihan

• Pra Analitik:
• Persiapan pasien: Tidak dilakukan Persiapan khusus
• Persiapan sampel: Identifikasi sampel ( nama, umur, jenis kelamin dan
alamat)
• Prinsip tes: Setiap kelainan memberi warna dan kejernihan berbeda
• Alat: Tabung jernih
• Analitik:
• Cara kerja: Melihat warna dan kejernihan sampel
• Nilai Rujukan: jernih
• Pasca Analitik:
• Interpretasi:
Warna transudat biasanya kekuning-kuningan dan jernih seperti pada gagal jantung
kongestif
• Warna eksudatif dapat berbeda-beda seperti:
• Kuning: Bilirubin
• Merah atau cokelat: Mengandung darah yang bisa disebabkan pecah pembuluh darah
• Warna putih kuning dan keruh: mengandung pus, bisa terjadi jika ada abses paru,
pneumonia
• Putih seperti susu: chylus akibat terjadinya cedera saluran geth bening pada dada
• Kehijauan: Pyocyaneus
3. Berat Jenis
• Pra Analitik:
• Persiapan pasien: Tidak dilakukan Persiapan khusus
• Persiapan sampel: Identifikasi sampel ( nama, umur, jenis
kelamin dan alamat)
• Prinsip tes: Menentukan berat jenis cairan pleura
• Alat: Urinometer atau refraktometer
• Analitik
• Cara kerja: melihat berat jenis sampel yang tertera dalam alat
• Nilai Rujukan: <1,018 berarti transudat; > 1.018 berarti eksudat.
• Pasca Analitik:
• Interpretasi
• Berat jenis <1,018: Transudat (payah jantung, asites)
• Berat jenis >1,018: Eksudat ( Keganasan, tbc dan infeksi lainnya)
TES CAIRAN PERIKARDIUM

• Pengambilan cairan perikardium dilakukan dengan cara perikardiosentesis.


Jumlah cairan yang diambil disesuaikan dengan jenis pemeriksaan.
Pemeriksaam di maksudkan untuk diagnosis dan evaluasi pengobatan
Persiapan Pasien
• Penjelasan tentang penyakit
• Tindakan yang akan dilakukan
• Penjelasan tekhnik
• Penderita tidak perlu di puasakan
• Tekhnik perikardiosintesis:
• Pasien posisi 450
• Lokasi punksi dianastesi lokal
• Jarum 16-18 dihubungkan dgn spoit 10-50 ml ditusukkan sedalam 2-4 cm sampai terasa
tahanan lapisan perikardium.lokasi penusukan sela iga V dan VI
• Aspirasi cairan dan tampung dalam wadah yg telah di sediakan
Tes Makroskopis

• Pra analitik
• Persiapan sampel: tidak ada persiapan kbusus
• Alat dan bahan: gelas, tabung. Ph urinomemeter, pipet.

• Analitik:
• Cara kerja
• Masukkan sampel ,kedalam gelas
• Pindahkan sampel dalam ruang tabung perhatikan warna dan bandingkan
• Masukkan urinometer dalam sampel mengukur berat jenis
• Diamkan selama 1 jam dan perhatikan bekuan yang terjadi.
• Nilai Rujukan:
• Volume : 10-50
• warna : bening
• PH :7,3-7,4
• Bekuan : Negatif
• Pasca Analitik
• Interpretasi:
• Volume :>150ML Terjadi akumulasi cairan yang
menunjukan beratnya penyakit jantung
• warna : Kuning keputihan  Proses inflamasi
: Merah kecoklatan  ruptur otot jantung
pH : > 7,4 transudat. <7,3 eksudat
BJ : <1.018 transudat >1,018 Eksudat

• Bekuan : (+) Eksudat


B. Tes Mikroskopis
• 1. Hitung Jumlah Leukosit
• Pra Analitik
• Pesiapan Sampel: tidak ada persiapan khusus
• Alat dan bahan:
• Larutan NaCl 0,9%
• Kamar hitung improved neubauer
• Pipet leukosit dan selang penghisap
• Mikroskop
• Kaca penutup
• Analitik
• Prinsip tes: Sampel diencerkan dan dimasukka kedalam kamar hitung dan dihitung
dengan memperhatikan faktor pengenceran.
• Cara Kerja :
• Isap sampel ke dalam pipet lekosit sampai 0,5
• Isap laritan NaCl sampai tanda 11, kocok isi pipet beberapa menit agar isi pipet
bercampur dengan baik.
• Siapkan kamar hitung
• Teteskan isi pipet perlahan-lahan kedalam kamar hitung
• Hitung jumlah lekosit yang nampak dalam 4 kotak lekosit fngn menggunakan lensa
10X hasilnya dikali 50
• Nilai rujukan : Jumlah lekosit <500/mm3
• Pasca Analitik
• InterpretasI : Lekosit >500/mm3 menunjukkan eksudat.
Hitung Jenis Leukosit

• Pra analitik
• Persiapan Sampel: tidak ada persiapan khusus
• Alat dan bahan:
• Kaca objek
• Metil alkohol
• Larutan Giemsa/wrigt/ may-grunwald giemsa
• Mikroskop

• Analitik
• Prinsip tes: cairan perikardium diapuskan diatas kaca objek dan kemudian diwarnai, perbedaan morfologi
lekosit dan daya serap masing-masing jenis lekosit terhadap zat warna
• Cara kerja:
• Sedimen cairan perikardium dibuat apusan pada kaca objek,kemudian dibiarkan kering
• Fiksasi dgn metil alkohol selama 5 menit,. Tetesi sediaan apusan larutan dengan May
Grunwald 1-2 menit. Tambahkan larutan buffer pH 6,4 dan diamkan selama 3 menit
• Warnai dengan larutan giemsa dan biarkan selama 5-10 menit. Cuci dengan air mengalir
lalu keringkan
• Baca apusan dibawah mikroskop dengan pembesaran 40x10

• Nilai rujukan: PMN: 25-45%


• Pasca Analitik
• Dominasi lekosit PMN > 50%  proses inflamasi akut, eksudat
• Limfosit  50% inflamasi kronik
Perbedaan Transudat Eksudat cairan perikardium
Parameter Transudat Eksudat
cairan jernih keruh
warna Kuning pucat Kuning-hijau
Berat jenis <1,018 >1,018
Bekuan - +
pH >7,4 <7,3
protein <3 gr/dl > 3 gr/dl
glukosa = plasma darah < plasma darah
LDH <200 U/I > 200 U/I
Rivalta - + (kekeruhan)
Hitung sel PMN sedikit banyak
Pewarnaan Gram - + / biru ungu
Kultur kuman - +
Tes Cairan Lambung
• Tes Makroskopi
• Volume, warna, bau,
lendir, ph sisa makanan,
pus
• Pra analitik
• Persiapan alat dan bahan:
gelas ukur, tabung reaksi,
pHmeter
• Analitik
• Pindahkan sampel ke
gelas ukut, hitung volume
cairan, lalu ke tabung
reaksi ukur ph meter,
warna sampel bau pus,
dan lendir.
Nilai Rujukan
• Volume: 25-75ml
• Warna: abu abu mutiara agak keruh
• Bau: agak asam
• Ph: 1,3-3,5
• Lendir: -
• Pus:-
• Sisa makanan: -
Tes Mikroskopi
• Pasien Puasa
• Alat dan Bahan: Slide, Mikroskop, pewarnaan Sudan III, pewarnaan gram
• Cara kerja:
• Slide 1 caira lambung tanpa pewarnaan, menilai ada tidakmya eritrosit, lekosit, sel epitel
• Slide 2 cairan lambung + Sudan III, menilai adanya butiran lemak
• Slide 3cairan lambung + Pewarnaan gram perharikan jenis bakteri

• Nilai rujukan: eritrosit, lekosit, sel epiteel,butiran lemak normal ditemukan


dalam getah lambung dalam jumlah kecil. Bakteri: tidak ada.
Tes Cairan Ascites
• Tes Makroskopis
• Pra analitik
• : gelas ukur, tabung steril dan jernih, pH indikator
• Analitik: Volume: semakin meningkat semakin menekan organ
semakin patologik
warna : adanya kelainan memberikan warna yg berbeda dan timbul
kekeruhan
pH : Nilai keasaman berhubungan dengan proses patologis
penyebab penyakit
Beku : Proses pembekuan disebabkan tingginya kadar
protein
Volume Makin >volume cairan ascites= >
patologik
warna Adanya kelainan warna dan kekeruhan
(kuning & jernih, kehijauan, kuning, merah
/ kuning kemerahan)
pH >7,4 (transudate; sirosis),
• Interpretasi < 7,3 (eksudat ; empiema)
bekuan +=eksudat
-=transudat
• MIKROSKOPI
1. Hitung jumlah total leukosit
2. Hitung jumlah eritrosit
3. Hitung jenis leukosit (tes seromucin/ tes protein kualitatif)
Hitung jumlah total Hitung jumlah eritrosit Hitung jenis leukosit
leukosit
<1000 sel (transudat) >100.000 mm3 -> trauma / (+) eksudat, awan putih
>1000 (eksudat) keganasan kebiruan
< 100.000 mm3 -> punksi (-) transudate, tidak
percobaan terbentuk
Tes Cairan Sendi
Tes Persiapan pasien Nilai rujukan interpretasi
Volume (-) 0,1-3,5 >3,5 ml abnormal
Warna dan kejernihan Tidak berwarna dan jernih • Kurang jernih= non
inflamasi
• Kuning keputihan =
inflamasi spesifik
• Kuning kehijauan =
septik atau purulent
• Merah
kecoklatan=hemotagik
Viskositas Panjang tanpa putus 4-5 • v.tinggi= non inflamasi
Bekuan spontan cmm • Menurun <4cm=
inflamasi & septik
• Bervariasi = hemoragik
Tidak membeku (+) proses peradangan
Bekuan mucin Mucin normal terlihat M.normal=kenyal dlm
bekuan kenyal dalam cairan cairan
jernih M.sedang=bekuan krg kuat,
tdk batas tegas
M.jelek= bekuan keping2
dlm c.keruh
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai