Anda di halaman 1dari 10

Pemeriksaan

Bau Urine

Tanggal Pemeriksaan :
Sampel : …

1. Tujuan : Untuk mengetahui bau urine

2. Prinsip : Urine dibau dengan panca indra hidung

3. Alat dan Bahan : 1) Beaker Glass 250 ml


2) Sampel Urine

4. Cara Kerja : 1) Masukkan Urine ke dalam beaker glass 250 ml


2) Kemudian di dekatkan ke hidung dan kibaskan ke arah hidung

5. Interprestasi Hasil :-

6. Harga Normal : Tidak Menusuk

7. Hasil :

8. Kesimpulan :
Pemeriksaan
Volume Urine

Tanggal Pemeriksaan :

Sampel : …

1. Tujuan : Untuk mengetahui volume urine


2. Prinsip : Volume urine diukur dengan gelas ukur dan hasil dibaca setinggi
miniskus bawah
3. Alat dan Bahan : 1) Gelas ukur 50 cc
2) Beaker glass 250 cc (2 buah)
3) Sample urine
4. Cara Kerja : 1) Tuangkan urine dari beaker glass ke dalam gelas ukur 50 cc secara
perlahan supaya tidak terjadi busa. Bila terjadi busa hilangkan busa
dengan kertas saring
2) Lihat volume urine pada skala gelas ukur setinggi miniskus bawah
5. Interprestasi Hasil :-
6. Harga Normal : - Urine orang dewasa 24 Jam : 800 – 1300 ml
- Urine anak – anak 6 – 12 th : - + ½ dari volume orang dewasa
- Urine anak – anak 1 – 6 th : - + ¼ dari volume orang dewasa
- Urine sewaktu : tidak ada harga normalnya
7. Hasil :
8. Kesimpulan :
Pemeriksaan
Warna Urine

Tanggal Pemeriksaan :

Sampel : …

1. Tujuan : Untuk mengetahui warna urine


2. Prinsip : Warna urin diuji pada penebalan 7 – 10 cm, dengan cahaya terang
dan latar belakang putih pada sikap serong
3. Alat dan Bahan : - Tabung Reaksi
- Latar belakang Putih
- Sampel Urin
4. Cara Kerja : 1) Masukkan urine kedalam tabung reaksi panjang ¾ penuh
2) Miringkan tabung reaksi hingga membentuk sudut 60 o
3) Warna urine diuji pada penebalan 7 – 10 cm, dengan cahaya terang dan
latar belakang putih
5. Interprestasi Hasil :-
6. Harga Normal : Kuning muda – kuning tua
7. Hasil :
8. Kesimpulan :
Pemeriksaan
Kejernihan Urine

Tanggal Pemeriksaan :

Sampel : …

1. Tujuan : Untuk mengetahui kejernihan urine


2. Prinsip : Kejernihan urin diuji pada keseluruhan permukaan tabung, dengan cahaya
pantul dan latar belakang putih pada sikap serong
3. Alat dan Bahan : - Tabung Reaksi
- Sampel Urin
4. Cara Kerja : 1) Masukkan urine kedalam tabung reaksi panjang ¾ penuh
2) Miringkan tabung reaksi hingga membentuk sudut 60 o
3) Kejernihan urine diuji pada keseluruhan permukaan tabung, dengan
cahaya pantul dan latar belakang putih
5. Interprestasi Hasil :-
6. Harga Normal : Jernih – agak jernih
7. Hasil :
8. Kesimpulan :
Pemeriksaan
PH Urine

Tanggal Pemeriksaan :

Sampel : …

1. Tujuan : Untuk mengetahui derajat keasaman urine


2. Prinsip : Berdasarkan perubahan warna pada pH strip, maka warna yang terjadi
dibandingkan secara visual pada standart warna pH strip
3. Alat dan Bahan : - Ph Strip
- Pinset
- Beaker glass 250 cc
- Sampel Urine
4. Cara Kerja : 1) Masukkan urine kedalam beaker glass 250 cc
2) Ambil kertas pH strip dengan pinset, kemudian celupkan ke dalam urine - +
1 menit, bandingkan perubahan warna yang terjadi pada standart warna pH
strip
5. Interprestasi Hasil :-
6. Harga Normal : Urine sewaktu : 4,6 – 8
7. Hasil :
8. Kesimpulan :
Pemeriksaan
Busa Urine

Tanggal Pemeriksaan :

Sampel : …

1. Tujuan : Untuk mengetahui kemungkinan protein dan bilirubin dalam urine secara
kasar
2. Prinsip : Berdasarkan perubahan warna pada busa, maka bila urine dikocok :
- Busa putih tidak hilang dalam waktu 5 menit adalah protein
- Busa kuning tidak hilang dalam waktu 5 menit adalah biliubin
3. Alat dan Bahan : - Tabung Reaksi
- Gelas ukur 10 ml
- Penyumbat tabung
- Sampel Urin
4. Cara Kerja : 1) Ukurlah urine dengan gelas ukur sebanyak 5 ml
2) Masukkan urine tersebut kedalam tabung reaksi kemudian tabung reaksi
disumbat dengan penyumbat tabung dan kocok kuat – kuat, tunggu 5 menit

5. Interprestasi Hasil : - Jika terjadi busa putih/kuning yang hilang kurang dari 5 menit maka adanya
protein / bilirubin negatif
- Jika terjadi busa putih yang tidak hilang dalam waktu 5 menit maka adanya
protein positif
- Jika terjadi busa kuning yang tidak hilang dalam waktu 5 menit maka adanya
bilirubin positif
6. Harga Normal : Busa putih/kuning yang hilang dalam waktu kurang dari waktu 5 menit
7. Hasil :
8. Kesimpulan :
Pemeriksaan
Berat Jenis Urine

Tanggal Pemeriksaan :

Sampel : …

1. Tujuan : Untuk mengetahui berat jenis urine


2. Prinsip : Berat jenis urine dilihat pada tangkai urinometer dan dibaca setinggi miniskus
bawah
3. Alat dan Bahan : - Gelas ukur 50 cc
- Urinometer
- Sampel Urin
4. Cara Kerja : 1) Tuangkan urine pyang bersuhu kamar kedalamgelas ukur 50 cc, busa yang
terjadi dihilangkan dengan kertas saring/setetes eter
2) Masukkan urinometer ke gelas ukur tersebut kemudian dilepas sambil
diputar supaya urinometer bebas terapung dan tidak menempel pada
dindidng gelas ukur
3) Bacalah berat jenis urine pada skala urinometer setinggi miniskus bawah
5. Interprestasi Hasil :-
6. Harga Normal : - Urine 24 jam : 1016 – 1022
- Urine sewaktu : 1003 – 1030
- Urine pagi : 1015 – 1025
7. Hasil :
8. Kesimpulan :
Pembahasan :

Urinalisis berasal dari bahasa Inggris urinalysis yang merupakan gabungan dari kata
urine dan analysis. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) mengartikan urinalisis sebagai
“pemeriksaan secara kimiawi dan dengan mikroskopis terhadap air kencing”. Urinalisis
adalah pemeriksaan sampel urine secara fisik, kimia dan mikroskopik (Gandasoebrata,
2013).
Tujuan urinalisis secara umum adalah untuk mendeteksi kelainan ginjal, saluran
kemih, serta untuk mendeteksi kelainan-kelainan di berbagai organ tubuh lain seperti hati,
saluran empedu, pankreas, dan lain – lain (Gandasoebrata, 2013). Pemeriksaan ini juga
berguna untuk membantu penegakan diagnosis; untuk penapisan penyakit asimptomatik,
kongenital, atau yang diturunkan; untuk membantu perkembangan penyakit; dan untuk
memantau efektifitas pengobatan atau komplikasi (Lembar dkk, 2013).
Pemeriksaan urine secara kualitatif bertujuan untuk mengidentifikasi zat-zat yang
secara normal ada dalam urine dan zat-zat yang seharusnya tidak ada dalam urine. Secara
kuantitatif (atau 9 semi-kuantitatif) pemeriksaan urine bertujuan untuk mengetahui jumlah
zat-zat tersebut di dalam urine (Riswanto dan Rizki, 2015).
Pemeriksaan makroskopik urin merupakan salah satu jenis urinalisis yang dilakukan
untuk melihat volume, warna, kejernihan, dan bau pada urin.(Khrisna dkk, 2015)
Bau normal urin disebut urinoid, bau ini dapat menjadi lebih tajam pada sampel yang
pekat tetapi tidak berarti menunjukkan adanya infeksi.(Simervile,2005) Urin berbau keton
muncul pada pasien dengan diabetes melitus yang tidak terkontrol. Obat-obatan tertentu
juga dapat mempengaruhi perubahan bau urin.(Aulia dan Lidya, 2014)
Warna normal urin bervariasi dari kuning terang ke kuning gelap bergantung dari
konsentrasi urin. Perubahan warna pada urin pasien tuberkulosis dipengaruhi oleh asupan
cairan dan konsumsi obat-obatan terutama rifampisin. Banyaknya cairan yang masuk ke
tubuh berpengaruh pada gelap atau terangnya warna urin. Semakin banyak cairan yang
masuk maka warna urin akan semakin terang. Warna kuning gelap pada urin juga dapat
disebabkan oleh adanya bilirubin pada urin. Selain itu, terdapat juga pasien dengan warna
jingga pada urin yang disebabkan oleh rifampisin.(Stasinger, 2008) Hal ini menunjukkan
luasnya distribusi obat di dalam tubuh pasien.(Istantoro dan Setiabudy,2012)
Pada pasien tanpa penyakit penyerta warna urinnya dipengaruhi oleh asupan cairan,
warna urin normal bervariasi dari kuning terang sampai kuning gelap. Terdapat juga pasien
yang urinnya berwarna jingga karena mengkonsumsi rifampisin.(Stasinger, 2008)
Kekeruhan pada urin disebabkan oleh adanya partikel-partikel yang ada di dalam
urin. Selain itu, peningkatan jumlah protein, glukosa, serta asam urat juga dapat
menyebabkan terjadinya kekeruhan pada urin.(Stasinger, 2008)
Pada pasien dengan DM, kebanyakan pasien urinnya agak keruh dan ada yang
keruh. Pada keadaan normal, hampir semua glukosa disaring oleh glomerulus dan
direabsorpsi kembali di tubulus kontortus proksimal sehingga urin hanya mengandung
sejumlah kecil glukosa. Reabsorpsi tubular dari glukosa dilakukan dengan cara transpor aktif
sebagai respon tubuh untuk mempertahankan konsentrasi yang adekuat. Ketika kadar
glukosa darah meningkat, seperti yang terjadi pada DM, transpor glukosa pada tubular
berhenti dan akan terjadi glukosuria. Glukosa yang muncul pada urin inilah yang
menyebabkan terjadinya kekeruhan.(Stasinger, 2008)
Peningkatan tekanan darah atau hipertensi dapat menyebabkan gangguan pada
proses filtrasi glomerulus, sehingga meningkatkan jumlah albumin yang lolos dari proses
filtrasi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya proteinuria yang mengakibatkan terjadinya
kekeruhan pada urin.(Stasinger, 2008)
Pada pasien tanpa penyakit penyerta, kekeruhan dapat disebabkan oleh adanya sel
epitel skuamosa, silinder (cast) hialin, dan kristal. Silinder hialin jumlahnya dapat meningkat
pada aktivitas berat. Kristal merupakan bentuk padat dari zat terlarut yang ada di urin. Kristal
normal ditemukan pada urin jika terbentuk dari zat terlarut yang biasa ditemukan pada urin.
( Price dan Standridge, 2003)
Berat jenis urine normal 1,003-1,030, rata-rata 1,020. Berat jenis urine yang tinggi
dikarenakan partikel – partikel dalam urine (osmolalitas). Jika urine mengandung glukosa
dan protein (partikel– partikel padat), maka berat jenis menjadi jauh lebih besar pada
osmolalitas tertentu di bandingkan urine normal. (Price dan Wilson, 2006)
Urine terus-menerus bersifat asam dapat terjadi pada asidosis metabolik atau
respiratorik dan pada pireksia (demam). Sedangkan urine terus menerus bersifat basa
menyatakan adanya infeksi pada saluran kemih oleh organisme yang menguraikan urea.
Urine yang bersifat basajuga terjadi pada asidosis tubulus ginjal (penyakit ginjal dengan
bikarbonat yang tidak dapat di konversi), pada kekurangan kalium, pada sindrom fanconi
(penyakit ginjal dengan eksresi ammonia yang kurang baik).( Price dan Wilson, 2006)
Daftar Pustaka :

Aulia D, Lydia A. Urinalisis. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi
B, Syam AF, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta Pusat: Interna
Publishing; 2014:1.h.231-42.
Gandasoebrata R. 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian rakyat
Istiantoro YH, Setiabudy R. Tuberkulostatik dan Leprostatik. Dalam: Gunawan SG editor.
Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi danTerapeutik
Fakultas Kedokteran
Khrisna DG, Al-Mamari AHJ, Al-Hinai AHA. 2015. Identification of Some Physical,
Chemical, Hematological, Pathological and Biochemical Constituents of Urine by
Macroscopic Analysis and Microscopic Examination. World Journal of Pharmacy
and Pharmaceutical Sciences. Vol. 4(05):865-871.
Lembar, S., Zuwanda, T., Wiryanto, G.A. 2013. Urinalisis dan Pemeriksaan Cairan Tubuh
Sederhana. Jakarta: WIMI.
Price SA, Standridge MP. Tuberkulosis Paru. Dalam: Price SA, Wilson LM. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2003:2.h.852-58.
Price SA, Wilson LM. 2006. Patofisiologi volume 2.Jakarta: ECG. Hlm. 897-905
Riswanto dan Mohammad Rizki. 2015. Urinalisis. Jakarta : Pusat rasmedia
Simerville JA, Maxted WC, Pahira JJ. Urinalysis: A Comprehensive Review. Am Fam
Physician 2005;71(6):1153-62.
Stasinger SK, Lorenzo MSD. Urinalysis and Body Fluids. 5th Edition. Philadelphia: F.A.
Davis; 2008.p.29- 49.

Anda mungkin juga menyukai