Anda di halaman 1dari 31

Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berhasilnya


menyelesaikan buku Penuntun Praktikum Sistem Respirasi ini bagi mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin tepat pada waktunya.

Buku Penuntun ini merupakan pedoman bagi mahasiswa untuk melakukan


beberapa macam tes yang sering digunakan sebagai pemeriksaan penunjang di bidang
hematologi. Kami harapkan buku ini dapat menjadi pegangan, bukan hanya pada saat
praktikum di laboratorium saat perkuliahan, tetapi juga ketika nanti bertugas di tempat
masing-masing.

Semoga buku ini dapat memberi manfaat, baik pada saat ini, maupun saat yang
akan datang.

Makassar, Januari 2019


Ketua Departemen

Dr. dr. Yuyun Widaningsih, M.Kes, Sp.PK

Penuntun praktikum sistem respirasi Page ii


Daftar Isi

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Tes dan Interpretasi Cairan Pleura 1
A. Makroskopik 3
B. Mikroskopik 5
C. Tes Kimia 8
D. Mikrobiologi 13
TES SPUTUM 17
Tes Analisis Gas Darah 22
Daftar Pustaka 28

Penuntun praktikum sistem respirasi Page ii


TES DAN INTERPRETASI CAIRAN PLEURA

PENDAHULUAN

Pada keadaan normal, rongga pleura yang berada di antara pleura visceralis dan
parietalis hanya mengandung sedikit cairan, yaitu ±1-10 cc. Cairan pleura ini berfungsi
sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu bernapas.
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi cairan pleura
yang abnormal dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan.
Efusi pleura dibagi menjadi 2 kelompok besar menurut jenis cairan pleura, yaitu
1. Efusi transudat, disebabkan oleh penyakit non-infeksi, misalnya payah jantung,
sirosis hepatis, dll.
2. Efusi eksudat, disebabkan oleh penyakit infeksi, terutama infeksi M.tuberculosis.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan efusi pleura, antara lain :
1. Peninggian permeabilitas kapiler karena inflamasi seperti pada pneumonia atau
pleuritis
2. Penurunan tekanan koloid osmotik karena hipoproteinemia
3. Peninggian tekanan hidrostatik karena meningkatnya tekanan vena, misalnya
pada payah jantung kongestif, dimana kadar protein sangat bervariasi tergantung
pada hambatan aliran limfe karena hipertensi vena
4. Hambatan aliran limfe karena tumor, inflamasi, fibrosis
5. Peningkatan tekanan negative intrapleura, seperti atelektasis
6. Perpindahan cairan dari rongga peritoneum ke rongga pleura
7. Obat-obatan, misalnya hidralazin, isoniazid, fenitoin, bromokriptin, dan
prokainamid)
Indikasi pengambilan cairan pleura :
1. Untuk mengetahui etiologi efusi (transudat atau eksudat)
2. Untuk mengurangi gejala klinik, misalnya dispneu, perut rasa sesak atau sakit
mendadak
3. Untuk menghindari terjadinya kumpulan darah atau nanah, misalnya hemitoraks
atau empiema

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 1


4. Untuk mengurangi cairan di dalam rongga pleura, karena akan diganti dengan
obat yang akan dimasukkan ke dalam rongga tersebut
Perbedaan transudat dan eksudat
Parameter Transudat Eksudat
Cairan Jernih Keruh
Warna Kuning muda Kuning-hijau
Berat jenis <1,018 >1,018
Bau Tidak berbau Berbau
Bekuan (-) bekuan (+) bekuan
pH >7,31 <7,31
Protein <3 gr% >3 gr%
Glukosa = plasma darah < plasma darah
Kadar LDH <200 IU >200 IU
Rivalta (-) (+) kekeruhan
Hitung sel PMN Sedikit Banyak
Pewarnaan Gram (-) merah (+) biru-ungu
BTA Tidak ditemukan Ditemukan, berwarna merah
Kultur kuman (-) (+)

Tes cairan pleura adalah tes terhadap spesimen cairan yang terdapat dalam
rongga pleura dengan tujuan sebagai petunjuk penting mengenai penyebab penimbunan
cairan, menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit, efektifitas pengobatan, dan
komplikasi penyakit serta mengetahui interpretasi hasil-hasil tes yang dilakukan.
Tes cairan pleura meliputi tes makroskopik, mikroskopik, kimia, dan mikrobiologi,.

METODE
A. MAKROSKOPIK

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 2


1. Volume
Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Prinsip tes : menentukan volume cairan pleura
- Alat : gelas ukur
Analitik
- Cara kerja : mengukur volume cairan pleura
- Nilai rujukan : 1-10 cc (nilai normal cairan pleura dalam rongga
pleura)
Pasca Analitik
- Interpretasi : makin banyak jumlah cairan pleura berarti makin
besar kerusakan pada rongga pleura

2. Warna dan kejernihan


Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Prinsip tes : setiap kelainan akan memberi warna dan kejernihan
yang berbeda
- Alat : tabung yang jernih
Analitik
- Cara kerja : melihat warna dan kejernihan sampel
- Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih
Pasca Analitik
- Interpretasi :
• Warna transudat biasanya kekuning-kuningan dan jernih
• Warna eksudat dapat berbeda-beda, seperti :
➢ Warna kuning : mengandung bilirubin

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 3


➢ Warna merah atau coklat : mengandung darah
➢ Warna putih-kuning dan keruh : mengandung nanah atau pus
➢ Warna putih seperti susu dan keruh : mengandung chylus
➢ Warna kehijauan : Pyocyaneus

3. Berat Jenis (BJ)


Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Prinsip tes : menentukan berat jenis cairan pleura
- Alat : Urinometer
Analitik :
- Cara kerja : mengukur berat jenis sampel dengan alat
- Nilai rujukan : < 1,018 berarti transudat
> 1,018 berarti eksudat
Pasca Analitik :
- Interpretasi :
• BJ <1,018 → transudat : payah jantung, asites, nefrosis
• BJ >1,018 → eksudat : keganasan, tuberculosis, reaksi obat

4. Bekuan
Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Prinsip tes : fibrinogen yang ada dalam sampel dapat
menyebabkan sampel membeku
- Alat : tabung yang jernih
Analitik :
- Cara kerja : sampel dibiarkan dalam suhu kamar selama 1 jam,

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 4


kemudian dilihat apakah ada bekuan atau tidak
- Nilai rujukan : tidak membeku
Pasca Analitik :
- Interpretasi :
• Ada bekuan (+) → ada proses peradangan
• Makin besar bekuan, makin berat proses peradangan

B. MIKROSKOPIK
1. Jumlah Eritrosit
Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : sampel diencerkan memakai larutan pengencer
Hayem dengan perbandingan 1 : 200
- Prinsip tes : sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam kamar
hitung (hemositometer) dengan memperhitungkan
faktor pengenceran
- Alat dan bahan :
• Larutan Hayem
• Kamar hitung Improved Neubauer
• Pipet eritrosit dan selang pengisap
• Mikroskop
• Kaca objek dan kaca penutup
Analitik :
- Cara kerja :
• Isap sampel ke dalam pipet eritrosit sampai tanda 0,5
• Isap larutan Hayem sampai tanda 101
• Kocok isi pipet beberapa menit agar isi pipet bercampur baik, setelah itu
buanglah 4-5 tetes isi pipet
• Siapkan kamar hitung dengan kaca penutup di atasnya
• Teteskan isi pipet perlahan-lahan ke dalam kamar hitung

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 5


• Kemudian dibaca di bawah mikroskop pada 5 kotak eritrosit dengan
menggunakan lensa 10x, hasilnya dikali 10.000
- Nilai rujukan : <100.000 mm3
Pasca Analitik :
- Interpretasi :
• Sejumlah kecil eritrosit dapat ditemukan dalam semua jenis cairan
pleura (transudat/eksudat)
• Cairan pleura yang bercampur darah dengan hitung eritrosit >100.000
mm3 mempunyai nilai prediksi yang tinggi untuk penyakit keganasan,
infark paru atau trauma

2. Jumlah leukosit
Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : sampel diencerkan memakai larutan pengencer Turk
dengan perbandingan 1:20, bila menggumpal, maka
diencerkan dengan NaCl 0,9%
- Prinsip tes : sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam kamar
hitung (hemositometer) dengan memperhitungkan
faktor pengenceran
- Alat dan bahan :
• Larutan Turk atau NaCl 0,9%
• Kamar hitung Improved Neubauer
• Pipet leukosit dan selang pengisap
• Mikroskop
• Kaca objek dan kaca penutup
Analitik :
- Cara kerja :
• Isap sampel ke dalam pipet leukosit sampai tanda 0,5

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 6


• Isap larutan Turk atau NaCl 0,9% sampai tanda 11, kocok isi pipet
beberapa menit agar isi pipet bercampur baik, setelah itu buanglah 4-5
tetes isi pipet
• Siapkan kamar hitung dengan kaca penutup di atasnya
• Teteskan isi pipet perlahan-lahan ke dalam kamar hitung
• Hitung jumlah leukosit yang tampak dalam 4 kotak leukosit
menggunakan lensa 10x, hasilnya dikali 50
- Nilai rujukan : jumlah leukosit <1000 mm3
Pasca Analitik
- Interpretasi :
• >80% transudat dan <20% eksudat menunjukkan jumlah leukosit <1000
mm3
• Jumlah leukosit >10.000 mm3 dijumpai pada pneumoni, infark paru,
pancreatitis, sindroma pasca infark miokard, SLE

3. Morfologi dan Hitung Jenis


Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Prinsip tes : cairan pleura dihapuskan di atas kaca objek
kemudian diwarnai
- Alat dan bahan :
• Sentrifus
• Kaca objek
• Metil alkohol
• Larutan Giemsa/Wright/May-Grunwald Giemsa (MGG)
• Pengukur waktu
• Mikroskop dan minyak emersi

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 7


Analitik :
- Cara kerja :
• Buat apusan dengan pewarnaan MGG
➢ Ambil cairan pleura yang telah disentrifus, apuskan di atas kaca
objek, biarkan mongering
➢ Fiksasi apusan tersebut dengan metil alkohol selama 5 menit,
lalu bilas dengan air mengalir
➢ Tetesi sediaan apus dengan larutan May-Grunwald ±1-2 menit
➢ Tambahkan larutan buffer pH 6,4, diamkan selama 3 menit
➢ Warna dengan larutan Giemsa yang sudah diencerkan dengan
buffer pH 6,4 dan biarkan 5-10 menit, cuci dengan air mengalir,
lalu keringkan
• Baca apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x
menggunakan minyak emersi
- Nilai rujukan : jumlah netrofil <25%
Pasca Analitik :
- Interpretasi :
• Jumlah netrofil <25% → normal
• Predominasi leukosit PMN biasanya dihubungkan dengan pneumoni,
pankreatitis, infark paru, tumor, dan penyakit vaskuler kolagen
• Limfosit yang meningkat dapat ditemukan pada tuberculosis,
keganasan, infeksi kronik
• Eosinofil dapat ditemukan meningkat pada penyakit alergi, seperti
asma, penyakit parasit

C. TES KIMIA
1. Protein Total (secara kuantitatif)
Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 8


- Prinsip tes : Protein + Cu Cu-Protein kompleks

Alkaline solution
Pembacaan dilakukan dengan menggunakan fotometer
- Alat : tabung yang jernih
Analitik :
- Cara kerja :
• Masukkan 50µ sampel cairan pleura ke dalam tabung mikro, lalu
letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor pemeriksaan
• Tempatkan reagent pada rak reagen sesuai program tes protein
• Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
• Pengukuran akan dilakukan secara otomatis
• Hasil tes akan keluar pada print out
- Nilai rujukan : kadar protein <3%
Pasca Analitik :
- Interpretasi : kadar protein <3% → transudat
kadar protein >3% → eksudat

2. Tes Rivalta
Pra analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Prinsip tes : adanya seromusin akan memberikan gambaran
awan putih
- Alat :
• Gelas ukur
• Aquadest
• Asam asetat glacial

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 9


Analitik :
- Cara kerja :
• Campurkan 2 tetes asam asetat glacial ke dalam 100 ml aquades dalam
gelas ukur
• Teteskan 1 tetes cairan pleura yang akan diperiksa ke dalam campuran
tersebut
• Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi
- Nilai rujukan : tidak ada kekeruhan
Pasca Analitik :
- Interpretasi : (-) kekeruhan → transudat
(+) kekeruhan → eksudat

3. Tes Glukosa
Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Metode : heksokinase
- Prinsip tes : larutan kerja (buffer/ATP/NADP/HKG-6-PDH)
ditambahkan ke dalam sampel dan akan terjadi
reaksi :
HK
Glukosa + ATP G-6-P + ADP
Heksokinase mengkatalisis fosforilase menjadi
glukosa-6-fosfat oleh ATP
G-6-PDH
G-6-P + NADP glukonat-6-P +NADPH + H
Pembacaan dilakukan dengan menggunakan
Fotometer
- Alat :
• Pipet mikro 50µL
• Tabung mikro

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 10


• Rak tabung
• Reagent 1 : buffer/ATP/NADP
• Reagent 2 : HK/G-6-PDH
Analitik :
- Cara kerja :
• Masukkan 50µL sampel ke dalam tabung mikro, lalu letakkan sampel
sesuai nomor pemeriksaan
• Tempatkan reagent pada rak reagent sesuai program tes glukosa
• Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
• Pengukuran dilakukan secara otomatis
• Hasil tes akan keluar pada print out
- Nilai rujukan :
Glukosa darah dan glukosa cairan pleura adalah sama
Pasca Analitik :
- Interpretasi :
• Kadar glukosa transudat = kadar glukosa darah
• Kadar glukosa eksudat lebih rendah
• Kadar glukosa cairan pleura <60 mg% sangat menyokong etiologi
tuberkulosis paru

4. Tes Laktat Dehidrogenase (LDH)


Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Metode : kinetik UV
- Prinsip tes : Pyruvate + NADH + H+ L-Laktat + NAD+
LDH

Pembacaan dilakukan dengan menggunakan


fotometer

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 11


- Alat :
• Pipet mikro 50 µL
• Tabung mikro
• Rak tabung
• Reagent 1 : Phosphate buffer, pH 7,5 64 mmol/L
Pyruvate 0,81 mmol/L
Sodium azide <1 g/L
• Reagent 2 : Good’s buffer, pH 9,6
NADH 1,05 mmol/L
Sodium azide <1 g/L
Analitik :
- Cara kerja :
• Masukkan 50 µL sampel ke dalam tabung mikro, lalu letakkan dalam rak
sampel sesuai nomor pemeriksaan
• Tempatkan reagent pada rak reagent sesuai program tes LDH
• Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
• Pengukuran dilakukan secara otomatis
• Hasil tes akan keluar pada print out
- Nilai rujukan : 100-190 IU
Pasca Analitik :
- Interpretasi :
• Transudat → <200 IU
• Eksudat → >200 IU
• Menurut LIGHT dkk, kriteria untuk eksudat sebagai berikut :
➢ Ratio protein cairan pleura dengan protein serum > 0,5
➢ LDH cairan pleura >200 IU
➢ Ratio LDH cairan pleura dengan LDH serum >0,6

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 12


D. MIKROBIOLOGI
1. Pewarnaan Gram
Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : sampel ditempatkan dalam tabung steril tanpa
antikoagulan
- Prinsip tes : bakteri akan menyerap zat warna Kristal violet.
Dengan penambahan lugol, bakteri Gram (+) akan
tetap mengikat warna ungu, meskipun ada
penambahan alkohol dan fuschin/safranin,
sedangkan bakteri Gram (-) akan melepaskan warna
ungu dengan adanya penambahan alkohol dan akan
mengikat fuschin/safranin menjadi warna merah
- Alat dan bahan :
• Kaca objek
• Mikroskop dan minyak emersi
• Rak pewarnaan
• Bunsen
• Reagent :
➢ Cat Gram A : Kristal violet 2 gr
Alkohol 96% 20 cc
Amonium oxalate 1% dalam aqua 80 cc
➢ Cat Gram B : Jodium 1 gr
Kalium jodida 2 gr
Aquadest 300 cc
➢ Cat Gram C : Aceton 30 cc
Alkohol 70 cc
➢ Cat Gram D : Safranin 1 gr
Alkohol 96% 10 cc
Aquadest 90 cc

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 13


Analitik :
- Cara kerja :
• Buatlah sediaan di atas kaca objek, keringkan pada suhu kamar dan
panaskan di atas api 3-4 menit, dinginkan
• Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan
• Preparat yang telah siap dicat, digenangi dengan cat Gram A selama 1-
3 menit. Kuman Gram (+) dan Gram (-) akan berwarna ungu, kemudian
cat dibuang dan tidak dicuci
• Kemudian digenangi cat Gram B selama ½-1 menit, kemudian dicuci
dengan air mengalir
• Tetesi/celup kaca objek ke dalam cat Gram C sampai warnanya luntur
• Kemudian ditetesi dengan cat Gram D selama 1-2 menit. Gram D
merupakan warna kontras, maka bakteri Gram (+) yang telah mengikat
cat Gram A tidak mampu mengikat Gram D, sehingga bakteri tetap
berwarna ungu, sedangkan bakteri Gram (-) yang telah dilunturkan oleh
cat Gram C (bakteri tidak berwarna) akan mengikat warna cat Gram D
sehingga bakteri akan berwarna merah
• Cuci dengan air dan keringkan di udara
• Setelah kering, lihat di bawah mikroskop pembesaran 100x
menggunakan minyak emersi
- Nilai rujukan :
• Gram (+) → bakteri berwarna ungu, bentuknya jelas (batang atau
coccus)
• Gram (-) → bakteri berwarna merah, bentuknya jelas (batang atau
coccus)
Pasca Analitik :
- Interpretasi : Gram (-) → transudat
Gram (+) → eksudat

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 14


2. Pewarnaan Ziehl Neelsen
Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus
- Persiapan sampel : sampel ditempatkan dalam tabung steril tanpa
antikoagulan
- Prinsip tes : bakteri akan mengikat warna merah sesuai sifatnya

- Alat dan bahan :


• Kaca objek
• Mikroskop dan minyak emersi
• Rak pewarnaan
• Bunsen
• Sengkelit
• Reagent :
➢ Ziehl Neelsen A : Fuschin basis 1 gr
Alkohol 10 cc
Phenol 5% dalam aqua 90 cc
➢ Ziehl Neelsen B : Asam klorida pekat 3 cc
Alkohol 96% 97 cc
➢ Ziehl Neelsen C : Methylen blue 0,2%
Analitik :
- Cara kerja :
• Buatlah sediaan di atas kaca objek, keringkan pada suhu kamar dan
panaskan di atas api 3-4 menit, dinginkan
• Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan
• Preparat yang telah siap dicat, digenangi dengan cat ZN A, kemudian
dipanasi dengan api sampai menguap, tapi tidak mendidih. Bakteri
tahan asam dan tidak tahan asam akan berwarna merah, tunggu 5 menit
kemudian dicuci dengan air

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 15


• Preparat ditetesi cat ZN B. Bakteri tahan asam akan tetap berwarna
merah, sedangkan bakteri tidak tahan asam menjadi tidak berwarna.
Setelah itu preparat segera diangkat dan dicuci dengan air
• Selanjutnya preparat digenangi dengan ZN C selama 2 menit. Bakteri
yang tahan asam tidak akan mengikat warna ZN C, tetapi akan mengikat
warna biru. Setelah itu, preparat dicuci dengan air dan dikeringkan
dalam temperatur kamar
• Keringkan dan lihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x
menggunakan minyak emersi
- Nilai rujukan : BTA (+) → basil terlihat berwarna merah
BTA (-) → basil terlihat berwarna biru
Pasca Analitik :
- Interpretasi : Transudat → tidak ditemukan basil tahan asam
Eksudat → kadang ditemukan basil tahan asam

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 16


TES SPUTUM

PENDAHULUAN
Permukaan saluran napas selalu basah dan berlendir karena sekresi kelenjar mukosa
dan submukosa serta sel goblet. Hal ini merupakan mekanisme proteksi terhadap benda
asing dan kotoran yang terhirup sewaktu bernapas.
Dalam keadaan normal, sekresi kelenjar ini sedikit sekali. Jumlahnya akan bertambah
jika ada : 1) iritasi atau peradangan, 2) perangsangan imunologik, 3) perangsangan
N.vagus, 4) pemberian obat-obat kolinergik. Akumulasi mukus atau sekret ini
menyebabkan rangsangan batuk. Material yang dikeluarkan waktu batuk yang berasal
dari trachea dan bronchi disebut sputum atau dahak.
Sputum bukanlah bahan atau ludah yang berasal dari tenggorokan, hidung atau mulut.
Hal ini harus dijelaskan kepada penderita yang dahaknya akan diperiksa.
Cara pengambilan sputum penderita disuruh batuk yang dalam, namun sebelumnya
berkumur dulu untuk mengurangi kontaminasi dari bakteri dan bahan-bahan yang
terdapat dalam mulut maupun nasofaring. Orang dewasa mungkin tidak ada kesukaran
untuk batuk, tapi pada anak-anak kadang agak sulit, untuk itu ada beberapa cara :
1. Usap nasofaring
2. Drainage postural : anak disuruh telungkup di pinggir tempat tidur dengan kepla
ke bawah kemudian ditepuk-tepuk belakangnya dan disuruh batuk. Sputum yang
keluar ditampung pada tempat penampungan sputum
3. Cough swab technique : anak disuruh buka mulut, lidah ditahan dengan spatel,
epiglottis dirangsang dengan lidi berkapas hingga anak batuk. Bahan yang
dibatukkan akan terkumpul pada lidi yang berkapas itu. Dengan cara ini
kontaminasi sekret nasofaring hampir tidak ada.
Orang dewasa yang kurang kooperatif, maka batuknya dapat diinduksi. Induksi dilakukan
dengan menyemprotkan ke dalam nasofaring salah satu bahan di bawah ini :
- NaCl 10%, biasanya ditambahkan propyleneglikol
- Acetylcholine, sekarang banyak dipakai dan biasanya diberikan bersama
dengan bronkodilator
- Aquadest

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 17


Zat-zat menginduksi tersebut biasanya dicampur dengan bronkodilator atau bronkodilator
diberikan sesudahnya dengan aerosol. Hal ini mencegah terjadinya spasme bronchus,
terutama pada penderita asma bronchiale.
Untuk penampungan sputum, sebaiknya digunakan wadah :
1. Botol atau gelas yang bermulut lebar dan mempunyai tutup yang baik
2. Karton sputum
3. Penampung sputum berparafin
Jika hendak melakukan pemeriksaan bakteriologik, sensitivitas, dan kultur, maka tempat
penampungan harus steril.
Jika dilakukan pemeriksaan terhadap basil TBC, maka sputum jangan ditampung pada
tempat yang terbuat dari plastik atau lilin, karena basil TBC yang bersifat hidrofob akan
melengket pada pinggir plastik atau lilin tersebut. Harus diperhatikan bahwa bagian luar
tempat penampungan tidak terkena sputum karena sputum itu sangat infeksius.
Sputum harus segera dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Kalau di laboratorium
tersebut tidak dapat segera diperiksa, maka sputum tersebut dimasukkan ke dalam
lemari es atau diberi bahan pengawet, umpamanya toluene atau thymol.
Sputum yang hendak diperiksa bisa berasal dari :
1. Sputum sewaktu : untuk ini yang terbak dipakai adalah sputum pagi hari, karena
pada malam hari sudah banyak sputum yang terkumpul dalam bronchus
2. Sputum 24 jam : biasanya untuk mengetahui volume sputum 24 jam atau melihat
lapisan-lapisan sputum

METODE
1. Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai apakah sampel itu ludah atau dahak
Dapat dilakukan dengan menggunakan mata biasa atau dengan bantuan lup
Meliputi :
A. Volume :
Normal : tidak ada atau sedikit sekali
Abnormal : permulaan TBC paru, bronchitis kronik, bronkiektasis, udem paru,
ruptur abses hepar ke paru.

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 18


Volume sputum digunakan untuk mengikuti jalannya penyakit. Jika volume makin
kurang, berarti ada perbaikan penyakit, tetapi bila volume tiba-tiba berkurang atau
tidak ada, kita harus berhati-hati karena mungkin ada sumbatan pada saluran
napas.
B. Bau
Normal : tidak berbau
Abnormal :
- Bau amis : TBC paru, bronchomoniliasis
- Bau busuk : gangrene atau abses paru, bronkiektasis
- Bau keju : nekrosa tumor ganas
- Bau fecal : abses hepar subphrenic yang berperforasi ke paru
Kalau sputum dibiarkan >12 jam, maka sputum akan busuk karena dekomposisi
bakteri-bakteri yang terdapat didalamnya.
C. Warna
Normal : sputum tidak berwarna
Abnormal :
- Kuning karena nanah
- Hijau karena pigmen empedu, infeksi oleh Pseudomonas Aeroginosa, infeksi
oleh basil pyogenus
- Merah karena darah segar, ditemukan pada TBC paru dn mitral stenosis
- Coklat seperti karat, karena perdarahan yang lama, ditemukan pada
pneumonia dan gangrene
- Hitam karena kotoran yang diinhalasi
D. Konsistensi
- Serous pada udem paru
- Mucoid pada bronchitis, asma bronchiale, pneumonia lobair
- Purulen pada abses paru, bronkiektasis
- Mukopurulen pada bronchomoniliasis
- Serosanguineus pada mitral stenosis

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 19


E. Lapisan-lapisan
Jika lapisan sputum agak banyak dan dikumpulkan pada gelas yang tinggi, maka
sesudah beberapa jam akan terlihat 3 lapisan :
- Lapisan paling atas : mucus atau busa
- Lapisan tengah : cairan yang keruh atau jernih
- Lapisan bawah : sedimen, terdiri dari pus, kuman, dan jaringan nekrotik
Lapisan tersebut dapat terlihat jelas pada bronkiektasis dan abses paru dengan
gangren
F. Pemeriksaan makroskopis dengan bantuan lup
Sputum dituangkan ke dalam cawan petri hingga membentuk lapisan tipis
kemudian diperiksa dengan latar belakang hitam dengan memakai lup. Perhatikan
adanya :
• Butir-butir keju : bagian-bagian putih mengeju ini terdiri dari jaringan
nekrotik, ditemukan pada TBC paru dan abses paru. Besarnya dari sebesar
kepala peniti sampai sebesar kacang
• Uliran atau spiral Curschman : panjangnya 1½-5 cm, ditengahnya sering
ada kristal Charcot Leyden, ditemukan pada asma bronchial
• Sumbat Dittrich : terdiri dari pus dan bakteri yang menyumbat bronchus.
Pada waktu batuk, sumbat ini dikeluarkan dengan bau busuk. Ditemukan
pada bronchitis kronik dan bronkiektasis
• Benang-benang bronchus atau torak bronchus yang sebenarnya terdiri dari
fibrin yang melekat pada bronchus dan waktu batuk, fibrin ini ikut
dikeluarkan. Benang bronchus ini lebih jelas bila padanya ditambahkan
sedikit air, maka benang ini akan terapung. Ditemukan pada bronchitis
fibrinase dan pneumonia yang sudah akan menyembuh
• Bronkolith = pneumolith : batu bronchus berukuran sebesar butir pasir
sampai sebesar batu biasa, yang terdiri dari jaringan nekrotik dengan
kalsium

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 20


2. Pemeriksaan Mikroskopis
A. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Wright atau Giemsa
Pada sediaan yang diwarnai dengan Wright atau Giemsa akan ditemukan :
- Leukosit PMN : banyak leukosit PMN berarti pada infeksi pyogen akut
- Eosinofil ; ditemukan pada proses-proses kronik saluran napas, misalnya TBC
paru
- Eritrosit : menunjukkan adanya perdarahan
- Sel epitel skuamous : berasal dari epitel mulut atau faring
- Makrofag : sel besar yang biasanya mengandung pigmen-pigmen dalam
sitoplasmanya
- Epitel bronchus : menunjukkan sputum betul-betul berasal dari saluran napas
bagian bawah
B. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan ZN (Ziehl Neelsen)
Pemeriksaan ini dipakai untuk melihat adanya basil tahan asam (BTA), biasanya
terlihat seperti batang-batang yang berwarna merah dan dilaporkan ZN (+) atau
BTA (+). Bila ditemukan ZN (+) berarti orang itu menderita TBC aktif.

Pemeriksaan lebih lanjut tergantung keperluan, misalnya kultur untuk menetapkan


jenis cocci, bakteri, fungsi, dan sebagainya, kadang-kadang juga dilakukan tes serologis
atau imunologik untuk menetapkan penyebab penyakit maupun mengikuti jalannya
penyakit paru.
Untuk menetapkan pengobatan yang tepat dilakukan tes sensitivitas dan untuk
menetapkan adanya keganasan dilakukan pemeriksaan sitologik, untuk yang terakhir ini
biasanya diperiksa sputum pagi berturut-turut 3-5 hari misalnya dengan pewarnaan
Papanicolau. Hasil negatif dari pemeriksaan sitologik tidak berarti pasti tidak ada
keganasan. Sebaliknya hasil positif apalagi ditunjang hasil pemeriksaan lainnya seperti
pemeriksaan klinik, radiologi dan bronkoskopi sangat membantu para dokter dalam
menegakkan diagnose, terapi, dan prognosa penyakit.

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 21


TES ANALISIS GAS DARAH

PENDAHULUAN
Tes Analisis Gas Darah (AGD) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium untuk
menilai keadaan ventilasi, oksigenasi dan keseimbangan asam basa. Dalam materi ini
akan dibahas secara ringkas hal-hal yang menyangkut fisiologi respirasi dan
keseimbangan asam basa, penafsiran hasil tes AGD serta tatalaksana berdasarkan hasil
interpretasi AGD.
Dibandingkan dengan tes laboratorium lain, tes AGD menuntut perhatian yang lebih
besar karena sifatnya yang harus segera dilakukan, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi hasil,serta dampak yang besar terhadap pasien yang umumnya adalah
pasien gawat
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes AGD:
- Kesalahan yang terjadi pada saat persiapan pasien. Pasien yang takut diambil
darahnya mengakibatkan keadaan hiperventilasi dan hal ini akan menurunkan pCO 2.
Oleh karena itu pengambilan darah dilakukan pada saat pasien dalam keadaan
tenang
- Temperatur juga berpengaruh pada pemeriksaan gas darah, suhu pasien hendaknya
dicatat untuk keperluan koreksi. Darah pada suhu 370C dalam 10 menit pH berubah
0,10. pCO2 1 mmHg dan Pa O2 0,1 vol%, sedangkan pada suhu 40C dalam 10 menit
pH hanya berubah 0,01, pCO2 0,01 mmHg dan Pa O2 0,01 vol%.
- Pengambilan darah arteri sebaiknya menggunakan semprit gelas, karena semprit
plastik dapat menyerap CO2 dan O2 Jika menggunakan semprit plastik maka
pemeriksaan harus dilakukan dalam waktu 10 menit untuk mengurangi efek
penyerapan tersebut. Untuk mendapatkan spesimen darah yang murni, darah
didalam semprit tidak boleh berhubungan dengan udara. Hal ini dapat dicapai dengan
segera membuang udara di dalam semprit dan menutup lubang jarum dengan tutup
karet
- Antikoagulan yang dipakai untuk tes AGD adalah heparin dengan dosis 20 –
100 IU dari konsentrasi 1000 IU/ml untuk setiap ml darah. Supaya darah dan heparin

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 22


bercampur baik, setelah pemgambilan darah arteri semprit diputar diantara kedua
telapak tangan selama 5 detik, kemudian dibolak-balik selama 5 detik berikutnya.
- Proses pengiriman spesimen dapat menjadi sumber kesalahan pada penetapan
AGD. Seperti diketahui sel-sel darah adalah jaringan hidup yang mengkomsumsi
oksigen dan melepaskan CO2. Oleh karena itu proses metabolisme harus dihambat
agar hasil penetapan gas darah mencerminkan keadaan in vivo. Untuk itu pengiriman
hendaknya dilakukan secepat mungkin. Sebaiknya tes dilakukan paling lambat 15
menit setelah pengambilan spesimen sedangkan bila dengan pendinginan maka
dapat diperiksa 2 jam setelah pengambilan spesimen.
- Faktor yang dapat menimbulkan kesalahan pada tahap instrumentasi yaitu tidak
tercampur baiknya antara sel darah dan plasma pada waktu tes. Untuk meyakinkan
bahwa darah tidak membeku, tetes pertama hendaknya dikeluarkan untuk melihat
ada tidaknya bekuan
- Tahap pasca instrumentasi, kesalahan dapat berupa kesalahan dalam pencatatan
hasil, tertukarnya data pasien, kesalahan dokter dalam interpretasi hasil gas darah
sehingga tatalaksana yang diberikan kurang tepat. Hal ini akan mempengaruhi
prognosis pasien.
Untuk analisa gas darah dapat menggunakan :
- Darah arteri
Setiap contoh darah arteri sama dengan darah yang keluar dari ventrikel kiri,
sehingga darah arteri paling baik dipakai dalam tes AGD. Tempat pengambilan
darah arteri hendaknya dipilih arteri yang mempunyai kolateral baik seperti
arteri radialis dan arteri brahialis, arteri femoralis
- Darah vena
Darah vena dipengaruhi oleh kebutuhan metabolisme, sehingga darah vena perifer
tidak dapat dipakai untuk menilai oksigenasi karena pengambilan oksigen oleh
berbagai organ tidak sama. Otak, jantung, otot rangka mengambil oksigen lebih
banyak dibandingkan dengan ginjal dan usus. Darah vena pasien dengan perfusi
baik dapat dipakai untuk pemeriksaan pH dan pCO2. Nilai pH ditambah 0,05 dan
pCO2 dikurangi 7 mmHg. Darah vena yang dipakai dalam tes AGD adalah darah
vena pulmonalis

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 23


- Darah kapiler
Darah kapiler pada pasien dengan perfusi baik akan memberikan hasil yang hampir
sama dengan darah arteri dengan perbedaan pH ± 1,5 mmHg.
Kontraindikasi AGD
- Modifikasi Allen tes negatif.
- Adanya infeksi atau penyakit pembuluh darah perifer pada tempat yang akan
diperiksa
- Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan dengan
antikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi relatif.
Komplikasi
- Hematoma
- Arteriospasm (spasme pembuluh darah arteri)
- Emboli udara atau bekuan darah
- Anaphilaksis yang timbul dari anastesi lokal
- Kontaminasi pada tempat pungsi dan resiko infeksi
- Perdarahan
- Nyeri/sakit
METODE
1. Pra Analitik
Persiapan pasien
- Sebelum dilakukan pengambilan darah arteri harus selalu diperhatikan diagnosis
awal dan keadaan pasien.
- Anamnesis penggunaan obat antikoagulan, serta adanya kelainan pembekuan
darah, penyakit infeksi yang ditularkan melalui darah
- Pasien harus selalu dalam keadaan tenang, istirahat sekitar 15 menit sebelum
pengambilan darah.
Persiapan sampel
- Digunakan whole blood yang diberi antikoagulan heparin, sebaiknya harus segera
dilakukan setelah 15 menit pengambilan darah arteri,
- Bila disimpan selama 1 – 2 jam harus disimpan dalam termos es dan
dipertahankan suhunya 1 – 5 0C.

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 24


Alat dan bahan
- Disposible syringe
- Antikoagulan (lithium heparin)
- Media transpor dengan es
- Alkohol, kain kasa dan plester
- Lidocain 0,5% (bila perlu)
- Alat Opti Critical Care Analyzer
Pemilihan tempat pengambilan darah arteri
Nilai gas darah adalah sama pada semua arteri. Tiga pembuluh darah yang paling
sering digunakan untuk tes analisis gas darah pada orang dewasa adalah arteri
radialis, brachialis, dan femoralis (gambar 1)

Tes Allen
- Tangan dikepal kearah ibujari , arteri radialis dan ulnaris ditekan
- Tangan kemudian dibuka (tetapi tidak ekstensi maksimal), telapak tangan dan
jari-jari
- Tekanan pada arteri ulnaris dilepaskan.

2. Analitik
Tehnik pengambilan darah arteri radialis
- Diraba a.radialis dan ulnaris mengikuti aplikasi tes Allen
- Bagian kulit yang akan ditusuk dibersihkan dengan menggosokkan alkohol dan
penusukan jarum tidak dilakukan pada daerah kulit yang kemerahan atau
abnormal

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 25


- Dapat diberikan anastesi lokal dengan menggunakan spoit
- Jarum sejajar dengan arteri, dianjurkan menggunakan jarum 20 atau 21 G
- Sudut antara jarum dan arteri diusahakan sekecil mungkin. Darah akan terlihat
pada bagian tengah jarum ketika mengenai arteri jika jarum seluruhnya telah ada
dalam arteri dengan perlahan turunkan jarum sampai bagian dalam lumen
Penusukan Arteri Radialis.
Pergelangan tangan diekstensikan 300 dengan palmaris menghadap ke atas.
Penusukan dibuat sudut 450 berlawanan aliran darah dengan permukaan ujung
jarum yang menghadap ke atas

Nilai normal Blood Gas


Arteri Vena campuran Vena
pH 7,40 7,36 7,36
( 7,37 - 7,44 ) ( 7,31 – 7,41 ) ( 7,31 – 7,41 )
PaO2 80 - 100 35 - 40 30 - 50
pCO2 35 - 45 41 - 51 40 - 52
Saturasi O2 > 95 60 - 80 60 - 85
HCO3 22 - 26 22 - 26 22 - 28
Base -2 -+2 -2 -+2 -2 -+2
exsess
3. Pasca Analitik
Interpretasi
1. Tentukan asidemia atau alkalemia dan pengukuran pH atau [ H + ]
- Asidemia = pH < 7,35 atau [ H + ] > 44 nmol/L
- Alkalemia = pH > 7,45 atau [ H + ] < 36 nmol/L

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 26


2. Tentukan penyebab asidemia dan alkalemia. Asidemia menunjukkan adanya
asidosis dan alkalemia menunjukkan adanya alkalosis. Dengan merujuk pCO2
dan kadar HCO3 tentukan penyebab primernya respiratorik atau metabolik.
Asidosis Normal Alkalosis
pH : < 7,35 >7,45
pCO2 : > 45 < 35
[HCO3] : < 22 > 26
3. Tentukan apakah sudah terjadi kompensasi dengan menggunakan rumus
JENIS GANGGUAN pH pCO2 HCO3 BE
ASIDOSIS RESPIRATORIK
- TIDAK TERKOMPENSASI ↓ ↑ N N
- KOMPENSASI SEBAGIAN ↓ ↑ ↓ ↑
- KOMPENSASI SEMPURNA N ↑ ↓ ↑
ALKALOSIS RESPIRATORIK
- TIDAK TERKOMPENSASI ↑ ↓ N N
- KOMPENSASI SEBAGIAN ↑ ↓ ↓ ↓
- KOMPENSASI SEMPURNA N ↓ ↓ ↓
ASIDOSIS METABOLIK
- TIDAK TERKOMPENSASI ↓ N ↓ ↓
- KOMPENSASI SEBAGIAN ↓ ↓ ↓ ↓
- KOMPENSASI SEMPURNA N ↓ ↓ ↓
ALKALOSIS METABOLIK
- TIDAK TERKOMPENSASI ↑ N ↑ ↑
- KOMPENSASI SEBAGIAN ↑ ↑ ↑ ↑
- KOMPENSASI SEMPURNA N ↑ ↑ ↑
Asidosis respiratorik dapat ditemukan pada : emfisema, bronchitis kronis,
pneumonia berat, edema pulmoner, dan asma.
Alkalosis respiratorik dapat ditemukan pada : rasa nyeri, sirosis hepatis, kadar
oksigen darah yang rendah, demam, dan overdosis aspirin..
Asidosis metabolik dapat ditemukan pada : gagal ginjal, ketoasidosis diabetikum,
diare, dan kolostomi.
Alkalosis metabolik dapat ditemukan pada : penggunaan diuretik (tiazid,
furosemid), kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung,
penggunaan kortikosteroid, dan sindroma Cushing.

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 27


Daftar Pustaka

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Horrison

Carrol, KC., Butel., J.S. Morse., Mietzner, T.A., S.A. Jawetz., Melnick & Adelberg’s.
Medical Microbiology, 27th Ed, International Ed, McGraw-Hill, Singapore. 2016

Laurel,Guide to management of Infection Disease,New York,1983.

Textbook / Jurnal yang berhubungan dengan masalah sistem respirasi

WHO. Global surveillance, prevention and control of chronic respiratory diseases.


Geneva : World Health Organization. 2007

Penuntun praktikum sistem respirasi Page 28

Anda mungkin juga menyukai