RESPIRASI
DISUSUN OLEH
Dr. dr. Yuyun Widaningsih, MKes, SpPK
Syukur Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, Kami telah
menyelesaikanpenyusunan buku Penuntun Praktikum Respirasi Departemen Ilmu Patologi
Klinik. Buku penuntun ini digunakan sebagai bahan ajar acuan untuk kegiatan Praktikum
Patologi Klinik Sistem Respirasi bagi mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin (FKUH).
Buku Penuntun Praktikum ini disusun dengan tujuan mengenalkan kepada
mahasiswa FKUH tentang macam-macam pemeriksaan laboratorium kimia klinik yang dapat
menjadi penunjang diagnosis penyakit-penyakit sistem respirasi. Buku ini juga mengenalkan
alat dan metode pemeriksaan yang dapat digunakan untuk pemeriksaan laboratorium kimia
klinik tersebut. Kami harapkan dengan adanya buku ini dapat menjadi pegangan bagi para
mahasiswa bukan hanya selama kegiatan praktikum, tetapi juga ketika nanti bertugas di
tempat masing-masing setelah lulus.
Kami menyadari bahwa buku ini belumlah sempurna seiring perkembangan dunia
kedokteran dari masa ke masa yang selalu berkembang. Kami senantiasa mengharapkan
masukan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan buku ini kedepannya.
Kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari seluruh pihak yang terlibat dalam
penyusunan buku ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Makassar, 2021
Ketua Departemen
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Tes dan Interpretasi Cairan Pleura 1
A. Makroskopik 3
B. Mikroskopik 5
C. Tes Kimia 8
D. Mikrobiologi 13
TES SPUTUM 17
Tes Analisis Gas Darah 22
Daftar Pustaka 28
PENDAHULUAN
Pada keadaan normal, rongga pleura yang berada di antara pleura visceralis dan
parietalis hanya mengandung sedikit cairan, yaitu ±1-10 cc. Cairan pleura ini berfungsi
sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu bernapas.
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi cairan pleura
yang abnormal dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan.
Efusi pleura dibagi menjadi 2 kelompok besar menurut jenis cairan pleura, yaitu
1. Efusi transudat, disebabkan oleh penyakit non-infeksi, misalnya payah jantung,
sirosis hepatis, dll.
2. Efusi eksudat, disebabkan oleh penyakit infeksi, terutama infeksi M.tuberculosis.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan efusi pleura, antara lain :
1. Peninggian permeabilitas kapiler karena inflamasi seperti pada pneumonia atau
pleuritis
2. Penurunan tekanan koloid osmotik karena hipoproteinemia
3. Peninggian tekanan hidrostatik karena meningkatnya tekanan vena, misalnya
pada payah jantung kongestif, dimana kadar protein sangat bervariasi tergantung
pada hambatan aliran limfe karena hipertensi vena
4. Hambatan aliran limfe karena tumor, inflamasi, fibrosis
5. Peningkatan tekanan negative intrapleura, seperti atelektasis
6. Perpindahan cairan dari rongga peritoneum ke rongga pleura
7. Obat-obatan, misalnya hidralazin, isoniazid, fenitoin, bromokriptin, dan
prokainamid)
Indikasi pengambilan cairan pleura :
1. Untuk mengetahui etiologi efusi (transudat atau eksudat)
2. Untuk mengurangi gejala klinik, misalnya dispneu, perut rasa sesak atau sakit
mendadak
3. Untuk menghindari terjadinya kumpulan darah atau nanah, misalnya hemitoraks
atau empiema
Tes cairan pleura adalah tes terhadap spesimen cairan yang terdapat dalam
rongga pleura dengan tujuan sebagai petunjuk penting mengenai penyebab penimbunan
cairan, menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit, efektifitas pengobatan, dan
komplikasi penyakit serta mengetahui interpretasi hasil-hasil tes yang dilakukan.
Tes cairan pleura meliputi tes makroskopik, mikroskopik, kimia, dan mikrobiologi,.
4. Bekuan
Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Prinsip tes : fibrinogen yang ada dalam sampel dapat
menyebabkan sampel membeku
- Alat : tabung yang jernih
B. MIKROSKOPIK
1. Jumlah Eritrosit
Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : sampel diencerkan memakai larutan pengencer
Hayem dengan perbandingan 1 : 200
- Prinsip tes : sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam kamar
hitung (hemositometer) dengan memperhitungkan
faktor pengenceran
- Alat dan bahan :
• Larutan Hayem
• Kamar hitung Improved Neubauer
• Pipet eritrosit dan selang pengisap
• Mikroskop
• Kaca objek dan kaca penutup
Analitik :
- Cara kerja :
• Isap sampel ke dalam pipet eritrosit sampai tanda 0,5
• Isap larutan Hayem sampai tanda 101
• Kocok isi pipet beberapa menit agar isi pipet bercampur baik, setelah itu
buanglah 4-5 tetes isi pipet
• Siapkan kamar hitung dengan kaca penutup di atasnya
2. Jumlah leukosit
Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : sampel diencerkan memakai larutan pengencer Turk
dengan perbandingan 1:20, bila menggumpal, maka
diencerkan dengan NaCl 0,9%
- Prinsip tes : sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam kamar
hitung (hemositometer) dengan memperhitungkan
faktor pengenceran
- Alat dan bahan :
• Larutan Turk atau NaCl 0,9%
• Kamar hitung Improved Neubauer
• Pipet leukosit dan selang pengisap
• Mikroskop
• Kaca objek dan kaca penutup
Analitik :
- Cara kerja :
• Isap sampel ke dalam pipet leukosit sampai tanda 0,5
C. TES KIMIA
1. Protein Total (secara kuantitatif)
Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
2. Tes Rivalta
Pra analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Prinsip tes : adanya seromusin akan memberikan gambaran
awan putih
- Alat :
• Gelas ukur
• Aquadest
• Asam asetat glacial
3. Tes Glukosa
Pra Analitik :
- Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
- Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan)
- Metode : heksokinase
- Prinsip tes : larutan kerja (buffer/ATP/NADP/HKG-6-PDH)
ditambahkan ke dalam sampel dan akan terjadi
reaksi :
HK
Glukosa + ATP G-6-P + ADP
Heksokinase mengkatalisis fosforilase menjadi
glukosa-6-fosfat oleh ATP
G-6-PDH
G-6-P + NADP glukonat-6-P +NADPH + H
Pembacaan dilakukan dengan menggunakan
Fotometer
- Alat :
• Pipet mikro 50µL
• Tabung mikro
PENDAHULUAN
Permukaan saluran napas selalu basah dan berlendir karena sekresi kelenjar mukosa
dan submukosa serta sel goblet. Hal ini merupakan mekanisme proteksi terhadap benda
asing dan kotoran yang terhirup sewaktu bernapas.
Dalam keadaan normal, sekresi kelenjar ini sedikit sekali. Jumlahnya akan bertambah
jika ada : 1) iritasi atau peradangan, 2) perangsangan imunologik, 3) perangsangan
N.vagus, 4) pemberian obat-obat kolinergik. Akumulasi mukus atau sekret ini
menyebabkan rangsangan batuk. Material yang dikeluarkan waktu batuk yang berasal
dari trachea dan bronchi disebut sputum atau dahak.
Sputum bukanlah bahan atau ludah yang berasal dari tenggorokan, hidung atau mulut.
Hal ini harus dijelaskan kepada penderita yang dahaknya akan diperiksa.
Cara pengambilan sputum penderita disuruh batuk yang dalam, namun sebelumnya
berkumur dulu untuk mengurangi kontaminasi dari bakteri dan bahan-bahan yang
terdapat dalam mulut maupun nasofaring. Orang dewasa mungkin tidak ada kesukaran
untuk batuk, tapi pada anak-anak kadang agak sulit, untuk itu ada beberapa cara :
1. Usap nasofaring
2. Drainage postural : anak disuruh telungkup di pinggir tempat tidur dengan kepla
ke bawah kemudian ditepuk-tepuk belakangnya dan disuruh batuk. Sputum yang
keluar ditampung pada tempat penampungan sputum
3. Cough swab technique : anak disuruh buka mulut, lidah ditahan dengan spatel,
epiglottis dirangsang dengan lidi berkapas hingga anak batuk. Bahan yang
dibatukkan akan terkumpul pada lidi yang berkapas itu. Dengan cara ini
kontaminasi sekret nasofaring hampir tidak ada.
Orang dewasa yang kurang kooperatif, maka batuknya dapat diinduksi. Induksi dilakukan
dengan menyemprotkan ke dalam nasofaring salah satu bahan di bawah ini :
- NaCl 10%, biasanya ditambahkan propyleneglikol
- Acetylcholine, sekarang banyak dipakai dan biasanya diberikan bersama
dengan bronkodilator
- Aquadest
METODE
1. Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai apakah sampel itu ludah atau dahak
Dapat dilakukan dengan menggunakan mata biasa atau dengan bantuan lup
Meliputi :
A. Volume :
Normal : tidak ada atau sedikit sekali
Abnormal : permulaan TBC paru, bronchitis kronik, bronkiektasis, udem paru,
ruptur abses hepar ke paru.
PENDAHULUAN
Tes Analisis Gas Darah (AGD) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium untuk
menilai keadaan ventilasi, oksigenasi dan keseimbangan asam basa. Dalam materi ini
akan dibahas secara ringkas hal-hal yang menyangkut fisiologi respirasi dan
keseimbangan asam basa, penafsiran hasil tes AGD serta tatalaksana berdasarkan hasil
interpretasi AGD.
Dibandingkan dengan tes laboratorium lain, tes AGD menuntut perhatian yang lebih
besar karena sifatnya yang harus segera dilakukan, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi hasil,serta dampak yang besar terhadap pasien yang umumnya adalah
pasien gawat
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes AGD:
-
Kesalahan yang terjadi pada saat persiapan pasien. Pasien yang takut diambil
darahnya mengakibatkan keadaan hiperventilasi dan hal ini akan menurunkan pCO2.
Oleh karena itu pengambilan darah dilakukan pada saat pasien dalam keadaan
tenang
-
Temperatur juga berpengaruh pada pemeriksaan gas darah, suhu pasien hendaknya
dicatat untuk keperluan koreksi. Darah pada suhu 370C dalam 10 menit pH berubah
0,10. pCO2 1 mmHg dan Pa O2 0,1 vol%, sedangkan pada suhu 40C dalam 10 menit
pH hanya berubah 0,01, pCO2 0,01 mmHg dan Pa O2 0,01 vol%.
-
Pengambilan darah arteri sebaiknya menggunakan semprit gelas, karena semprit
plastik dapat menyerap CO2 dan O2 Jika menggunakan semprit plastik maka
pemeriksaan harus dilakukan dalam waktu 10 menit untuk mengurangi efek
penyerapan tersebut. Untuk mendapatkan spesimen darah yang murni, darah
didalam semprit tidak boleh berhubungan dengan udara. Hal ini dapat dicapai dengan
segera membuang udara di dalam semprit dan menutup lubang jarum dengan tutup
karet
-
Antikoagulan yang dipakai untuk tes AGD adalah heparin dengan dosis 20 –
100 IU dari konsentrasi 1000 IU/ml untuk setiap ml darah. Supaya darah dan heparin
Tes Allen
- Tangan dikepal kearah ibujari , arteri radialis dan ulnaris ditekan
- Tangan kemudian dibuka (tetapi tidak ekstensi maksimal), telapak tangan dan
jari-jari
- Tekanan pada arteri ulnaris dilepaskan.
2. Analitik
Tehnik pengambilan darah arteri radialis
- Diraba a.radialis dan ulnaris mengikuti aplikasi tes Allen
- Bagian kulit yang akan ditusuk dibersihkan dengan menggosokkan alkohol dan
penusukan jarum tidak dilakukan pada daerah kulit yang kemerahan atau
abnormal
Carrol, KC., Butel., J.S. Morse., Mietzner, T.A., S.A. Jawetz., Melnick & Adelberg’s.
Medical Microbiology, 27th Ed, International Ed, McGraw-Hill, Singapore. 2016
1. TES:
A. Pra analitik
1. Persiapan pasien:
2. Persiapan sampel:
3. Prinsip tes:
4. Alat:
B. Analitik
1. Cara kerja:
2. Hasil yang diperoleh:
C. Pasca analitik
Interpretasi:
Makassar, 2021
Pembimbing, Mahasiswa,
( ) ( )
Pas Foto
NIM : ..................................................... berwarna
latar merah
Kelompok : .....................................................
3 x 4 cm
Pembimbing : .....................................................
Koordinator Praktikum,
( )