Anda di halaman 1dari 23

Dosen pengajar : Firman S.Kep., Ners., M.

Kes

Keperawatan Dasar II

“Persiapan Pasien dan Prosedur Pemeriksaan Penunjang”

Disusun oleh:

Rochmat Tanzila

(P202001061)

Kelas B2

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya

sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa

kami ucapan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun

materinya.

Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih

jauh lagi agar makalah ini bisa membaca praktekkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak

kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan

makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….i

BAB 1

PENDAHULUAN…………………………………………………….........ii

A. LATAR BELAKANG…………………………………………......1

B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………2

C. MANFAAT…………………………………………………………2

BAB 2

PEMBAHASAN…………………………………………………………….3

A. SOP Pemeriksaan darah………………………………………3

B. SOP Pemeriksaan urine………………………………………4

C. SOP Pemeriksaan fese………………………………………….5

D. SOP Pemeriksaan sputum……………………………………6

E. SOP Pemeriksaan cariran vagina/genitalia…………………7

F. Nama dan kegunaan pemeriksaan diagnostic pada pasien

DBD, DM, TB, Typoid serta nilai normalnya………………8

BAB 3

PENUTUP…………………………………………………………………18

A. KESIMPULAN……………………………………………………18

B. SARAN……………………………………………………………18

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB1

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pemeriksaan penunjang merupakan penelitian perubahan yang

timbul pada  penyakit, perubahan ini bisa berupa penyebab atau akibat,

pemeriksaan akibat, pemeriksaan penunjang  juga sebagai sebagai ilmu

terapan terapan yang berguna berguna membantu membantu petugas

petugas kesehatan kesehatan dalam mendiagnosis dan mengobati pasien.

Tenaga kesehatan khusus nya perawat sangat penting mengetahui

bagaimana melakukan pemeriksaan penunja kan pemeriksaan penunjang

dan persiapan apa pan apa saja yang dapat dilakukan yang dapat dilakukan

sebelum melakukan pemeriksaan penunjang tersebut. Untuk dapat

melakukan nya tentu diperlukan pemahaman dan pengajaran khusus yang

diharapkan perawat dapat mengerti serta memahami apa itu pemeriksaan

penunjang sehingga perawat dapan mengaplikasi kan langsung kepada

pasien

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja SOP pemeriksaan darah?

2. Apa saja SOP pemeriksaan urin?

3. Apa saja SOP pemeriksaan feses?

4. Apa saja SOP pemeriksaan sputum?

5. Apa saja SOP pemeriksaan cairan vagina/genitalia?

6. Apa nama dan kegunaan pemeriksaan diagnostic pada pasien DBD,

DM, TB, Typoid serta nilai normalnya?

C. Manfaat

1. Untuk mengetahui SOP pemeriksaan darah

2. Untuk mengetahui SOP pemeriksaan urin

3. Untuk mengetahui SOP pemeriksaan feses

4. Untuk mengetahui SOP pemeriksaan sputum

5. Untuk mengetahui SOP pemeriksaan cairan vagina/genitalia

6. Untuk mengetahui nama dan kegunaan pemeriksaan diagnostic pada

pasien DBD, DM, TB, Typoid serta nilai normalnya

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. SOP Pemeriksaan Darah

1. Pengertian

Adalah tes darah yang dilakukan untuk mengetahui ju,lah sel

datrah merah, putih, dan trombosit dalam tubuh

2. Tujuan

Untuk mengetahui ada dan tidaknya kelainan sel darah pada

pasien

3. Prosedur

a) Sebelum memulai pemeriksaan, petugas memeriksa

reagensia Diluent, reagen Lyse, dan pembuangan air limbah

b) Petugas menghidupkan alat, kemudain melakukan pencucian,

lalu background nilai harus WBC=0,0/mm3, RBC=0,0/mm3,

Hb=0.0gr%, PLT0,0/mm3

c) Petugas mengambil sampel darah yang terlebuh dahulu

dimasukkan kedalam tabung yang berisi antikoagulam yaitu

EDTA, campur perlahan hingga homogeny

d) Petugas memasukkan sampel kedalam aspirasi probe lalu

tekan ASPIRATE

4. Unit terkait

a) Pasien rawat jalan

b) Pasien rawat inap

3
c) Pasien gawat darurat

d) Petugas laboratorium

B. SOP Pemeriksaan Urine

1. Pengertian

Adalah prosedur untuk memeriksa kondisi visual, kimiawi, dan

mikroskopik urine

2. Tujuan

Untuk mengetahui kelainan atau kondisi pada sitem kemih.

Menemukan adanya unsure-unsur organic dan anorganik dalam urine

secara mikroskopis, untuk mengetahui gangguan metabolism (radang

sakuran kemih

3. Prosedur

a) Memindahkan urine bahan dari botol pengambilan ke gelas

Erlenmeyer 30ml kemudian kocok

3
b) Mengeisi tabung sentrifuge selama 5-10 menit sebanyak
4

volume atau sekitar 5-10ml

c) Memutar dalam centrifuge sekama 5-10 menit dengan

kecepatan 2000rpm

d) Menuang cairan bagian atas sehingga volume cairan dan

sedimen menjadi kira-kira 1 ml. kocoklah tabung untuk

mencampur kembali sedimen

e) Denghan menggunakan pipet tetes, teteska satu tetes

sedimen tersebut pada proyek glass yanbg telah dibersihkan

4
kemudian tutup dengan dockglass lalu periksa dibawah

mikroskop dengan lensa objektif 10x (Lpangan Penglihatan

Kecil), kemudian dilanjutkan dengan perbesaran objektif 40x

(Lapangan Penglihatan Besar)

4. Unit Terkait

Pihak Laboratorium

C. SOP Pemeriksaan Feses

1. Pengertian

Adalah prosedur untuk memeriksa sampel feses atau tinja

2. Tujuan

Untuk melihat adanya kelainan dalam tinja atau gangguan

pada system pencernaan

3. Prosedur

a) Cara pemeriksaan secara makroskopik

 Amati feses ditempat yang terang, meliputi: warna,

bau, konsistensi, adanya darah, lendir, cacibg, atau

serat.

b) Cara pemeriksaan feses secara makroskopik

 Spesiman feses diambil menggunakan ujung lidi dan

diletakkan pada objek glass yang sudah ditetesi

larutan eosin/lugol2%/NaCL 0,9%.

 Setelah ditutup dengan cover glass, segera periksa

dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x.

5
4. Unit Terkait

Poli Umum

D. SOP Pengambilan Sputum

1. Pengertian

Adalah pemeriksaan dahak untuk mendeteksi adanya bakteri

penyebab infeksi saluran pernapasan

2. Tujuan

a) Untuk megetahui apakah didalam sputum pasien terdapat

kuman Mycrobacterium Tuberculosa

b) Untuk menegakkan diagnose TB Paru dan pemberian QAT

3. Prosedur

a) Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh berkumur-

kumur dengan air, lepaskan gigi palsu jika ada

b) Pasien dipersilahkan ke tempat khusus pengambilan sputum

c) Soutum diambil dari batukkan yang pertama

d) Ajarkan cara batuk efektif

e) Cara membatukkan sputum dengan menarik napas dalam dan

kuat (pernapasan dada) kemudian batukkan sputum dari

bronchus→ trakea→ mulut → pot penampungan.

f) Bila sudah, periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata

yang dibatukkan adalah air (saliva), maka pasien harus

mengalang membatukkan sputum

6
g) Sebaiknya pilih sputum yang mengandung butir keju, darah,

dan unsur lain

h) Bila sputum susah keluar, dapat diberikan obat glyseril

gulaykolat (ekspektoran) 200mg atau dengan mimun air teh

manis saat malam sebelum pengambilan sputum

i) Pot penampungan sputum diletakkan di tempat khusus yang

telah ditentukkan, dilengkapi data-datanya dan siap dikirim ke

laboratoium untuk dilakukan pemeriksaan

E. SOP Pemeriksaan Cairan Vagina atau Genitalia

1. Pengertian

Adalah suatu tindakkan spesifik terhadap kuman trichimonas

vaginalis maupun kuman neisseria gonorrhea dalam secret genital

2. Tujuan

Untuk mengetahui ada tidaknya yeast, trichomonas vaginalis,

atau cliucells juga untuk mengindikasikan adanya bakteri neisseria

gonorrhea

3. Prosedur

a) Penerimaan sediaan dari ruangan pengambilan specimen

 Sediaan harus diterima bersama dengan form catatan

medis

 Cocokkan no kode sediaan dengan no di catatan

medis

 Sediaan berisi dua hapusan

7
b) Teteskan satu tetes NaCL 0,9% pada salah satu hapusan,

aduk dengan ujung kaca penutup

c) Tetup dengan kaca penutup

d) Teteskan 1 tetes KOH 10% pada hapusan yang lainnya, cium

ada tidak bau amis, aduk rata dengan kaca penutup

e) Periksa sediaan NaCl terlebuh dahulu dibawah mikroskop

dengan lensa objektif 10x dan 40x untuk melihat adanya

trichomonas vaginalis dan clue cells

f) Periksan sedian KOH 10% dibawah mikroskop dengan lensa

objektif 10x dan 40x untuk melihat adanya candida

g) Masukkan sediaan kedalam campuran hpocloride 0,5%

4. Unit/dokumen terkait

a) Register laboratorium

b) Blangko hasil laboratorium

c) Blangko permintaan pemeriksaan laboratorium

F. Pemeriksaan Diagnostik pada Pasien DBD, DM, TB, Typoid

1. DBD (Demam Berdarah Dengue)

a) Molecular Test

Untuk orang dengan gejala infeksi virus dengue,

biasanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan molekuler

untuk 1-7 hari pertama dalam perjalanan penyakit.

Pemeriksaan molecular akan melibatkan tes amplifikasi asam

nukleat (NAAT). NAAT adalah istilah umum yang merujuk

8
pada tes molekuler yang digunakan untuk mendeteksi materi

genomik virus. Tes NAAT adalah metode diagnosis yang lebih

sering digunakan, karena mereka dapat memberikan bukti

infeksi yang dikonfirmasi. 

b) Pemeriksaan Antigen Virus Dengue

Pemeriksaan antigen virus dengue atau tes NS1

mendeteksi protein NS1 non-struktural dari virus dengue.

Protein ini disekresikan ke dalam darah selama infeksi

dengue. Pemeriksaan ini telah dikembangkan untuk

digunakan dalam serum. Sebagian besar pemeriksaan

menggunakan antibodi berlabel sintesis untuk mendeteksi

protein NS1 dengue.

Hasil pemeriksaan ini menunjukkan infeksi dengue

tetapi tidak memberikan informasi serotipe. Mengetahui

serotipe virus yang menginfeksi tidak diperlukan untuk

perawatan pengidap. Namun, jika informasi serotipe

diperlukan untuk tujuan pengawasan, sampel harus diuji oleh

NAAT. 

c) Pemeriksaa Jaringan Untuk Virus Dengue

Tes jaringan untuk virus dengue dapat dilakukan pada

biobsi atau specimen autopsy. Pemeriksaan ini dilakukan

untuk memeriksa sampel jaringan dengan menggunakan

NAAT. Jenis pemeriksaan specimen pemeriksaan ini

9
memperbaiki hati, ginjal, limpa, dan jaringan paru-paru optimal

untuk pengujian virus dengue

Terjadinya penurunan kadar trombosit dalam tubuh

bisa menjadi indikasi bahwa anda sedang terserang pentakit

DBD. Jumlah trombosit dalam tubuh seseorang normalnya

yakni berkisar antara140.000-450.000 per mikroliter (mcL)

2. DM (Diabetes Melitus)

a) Pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS)

Anda tidak perlu puasa terlebih dahulu. Dokter akan

membersihkan ujung jari Anda dengan bahan antiseptik, dan

menyuntikkan jarum kecil. Darah yang keluar akan dicek oleh

alat khusus (glukometer) dan hasil dapat diketahui langsung

pada saat itu.

b) Pemeriksaan gula darah puasa (GDP)

Anda perlu puasa 8-10 jam sebelum pengambilan

darah. Dokter akan membersihkan lipatan siku Anda dengan

cairan antiseptik dan mengambil darah menggunakan

suntikan. Sampel darah akan dikirim ke laboratorium untuk

dibaca hasilnya.

c) Pemeriksaan gula darah 2 jam post prandial (GD2PP)

Setelah melakukan pemeriksaan gula darah puasa

(GDP), Anda dipersilahkan makan dan minum, dan setelah 2

jam, darah akan diambil lagi untuk pemeriksaan gula darah 2

10
jam post prandial (GD2PP). Prosedurnya sama dengan GDP.

Dokter akan membersihkan lipatan siku Anda menggunakan

antiseptik dan mengambil darah dengan suntikan. Sampel

darah akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.

d) Pemeriksaan HbA1c

Awalnya pemeriksaan ini dilakukan khusus untuk

orang yang sudah didiagnosis diabetes melitus, namun

menurut pedoman PERKENI terbaru, HbA1C dapat digunakan

untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus. Dokter akan

melakukan antiseptik pada lipat siku Anda dan mengambil

darah dengan suntikan.Sampel darah akan dikirim ke

laboratorium untuk dibaca hasilnya.

Namun, pada kondisi tertentu seperti anemia, riwayat

transfusi darah 2-3 bulan terakhir, atau gangguan ginjal dan

hemoglobinopati (kondisi yang mempengaruhi umur sel darah

merah), HbA1C tidak dapat dipakai sebagai alat diagnosis

maupun evaluasi.

e) Pemeriksaan penyaring berupa tes toleransi glukosa oral

(TTGO)

Pemeriksaan ini dilakukan pada orang-orang dengan

hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal

ataupun kriteria DM. Golongan ini adalah kelompok

prediabetes yang harus menjalani pemeriksaan TTGO.

11
Sebelum pemeriksaan ini, diperlukan puasa 8 jam sebelum

pemeriksaan. Selanjutnya, sampel darah diambil untuk

pemeriksaan GDP.Setelah itu, tim medis akan

menginstruksikan untuk minum larutan glukosa 75 gram

(orang dewasa) atau 1.75 gr/kgBB (untuk anak-anak) yang

dilarutkan pada 250 ml dan harus diminum dalam waktu 5

menit.

Setelah itu, Anda berpuasa kembali dan setelah 2 jam

Anda akan kembali menjalani pengambilan darah kembali

sebagai sampel kedua. Sampel darah akan dikirim ke

laboratorium untuk diperiksa. Selama pemeriksaan, Anda

harus tetap istirahat dan tidak merokok.

Nilai normal pada 3 jenis pemeriksaan, yaitu :

 Glukosa darah puasa <100

 HbA1C <5,7

 Gkukosa plasma 2 jam stelah TTGO <140

4. TB (Tuberkulosis)

a) Tes kulit (montoux test)

Tes ini dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan

yang disebut dengan tuberkulin. Itu sebabnya, tes ini disebut

juga dengan nama uji tuberkulin. Tuberkulin disuntikkan di

bagian bawah lengan Anda. Setelah itu, Anda akan diminta

12
untuk kembali ke dokter dalam waktu 48-72 jam setelah

tuberkulin disuntikkan.

Tim medis akan mengecek apakah terdapat

pembengkakan (benjolan) atau pengerasan atau disebut

indurasi di bagian tubuh Anda. Jika ternyata ada, tim medis

akan mengukur indurasi tersebut.

Hasil diagnosis TBC akan bergantung pada ukuran

pembengkakan tersebut. Semakin besar area yang bengkak

akibat suntikan tuberkulin, semakin besar pula kemungkinan

Anda terinfeksi oleh bakteri TBC.

b) The interferon gamma release assays (IGRA)

IGRA adalah jenis pemeriksaan TBC terbaru yang

dilakukan dengan mengambil sedikit sampel darah Anda. Tes

darah dilakukan untuk mengetahui bagaimana sistem imun

tubuh Anda merespons bakteri penyebab TBC.

c) Sputum smear microscopy (tes dahak/ pemeriksaan BTA)

Saat Anda batuk, dokter akan mengambil sampel dari

dahak Anda. Dahak kemudian akan dioleskan ke lapisan kaca

tipis. Proses ini disebut dengan smear.

Setelah itu, cairan tertentu akan diteteskan ke sampel

dahak tersebut. Dahak yang telah tercampur dengan tetesan

cairan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk

mengetahui adanya bakteri TBC.

13
Terkadang, ada cara lain yang dapat meningkatkan

akurasi sputum smear, yaitu dengan menggunakan mikroskop

fluorescent. Cahaya yang dikeluarkan dari mikroskop jenis ini

menggunakan lampu berkekuatan merkuri yang tinggi,

sehingga lebih banyak area sampel dahak yang terlihat dan

proses mendeteksi bakteri akan jauh lebih cepat.

d) Rontgen thorax TB paru

Pemeriksaan TBC ini mungkin dilakukan setelah satu

spesimen tes dahak BTA menunjukkan hasil positif dan dua

spesimen lainnya negatif. Anda juga akan diminta melakukan

rontgen thorax apabila hasil tes Anda negatif semua dan Anda

telah diberikan obat antibiotik non-TB paru, tapi tak ada

perbaikan.

Dari foto rontgen thorax dapat diketahui apakah

terdapat tanda-tanda infeksi bakteri di paru-paru. Hasil foto

rontgen thorax yang abnormal menunjukan bakteri TB aktif

menginfeksi bagian paru-paru. Itu sebabnyan sering disebut

dengan gambaran tuberkulosis aktif.

Nilai normal: 4 – 20 U/L, Pleuritis TB > 40 U/L,

Meningitis TB > 8 U/L.

4. Typhoid

a) Pemeriksaan darah lengkap

14
Pada pemeriksaan darah lengkap (complete blood

count) akan didapatkan leukopenia dan neutropenia. Pada

anak-anak umumnya terjadi leukositosis yang dapat mencapai

20.000-25.000/mm3. Selain itu, laju endap darah juga akan

meningkat

b) Tes widal

Tes Widal mengukur aglutinasi antibodi terhadap

antigen H dan O dari Salmonella typhi. Aglutinin titer H

dianggap kurang sensitif, dan titer O dianggap lebih

spesifik. Sebuah studi di Vietnam menemukan bahwa titer

aglutinin H ≥ 100 dan aglutinin O ≥ 200 sudah dapat

mendiagnosis tifoid 74% benar, bila dibandingkan dengan

baku emas biakan darah yang positif infeksi tifoid. 

c) Biakan darah (blood culture)

Biakan darah merupakan standar diagnosis tifoid yang

telah lama diterapkan dalam upaya memastikan adanya

bakteri Salmonella typhi dalam darah. [14] Sampel darah

diambil pada waktu pasien mengalami demam, sesegera

mungkin sebelum pemberian antibiotika. Dengan teknik dan

perlakuan yang benar dalam pemeriksaan biakan darah ini,

sensitivitasnya dapat mencapai sekitar 73%-97%.

d) Kultur dan sampel lainnya

15
Selain biakan darah, sampel pemeriksaan kultur dapat

diambil dari berbagai organ, cairan, dan jaringan tubuh.

Baku emas utama untuk tifoid adalah biakan sumsum

tulang (bone marrow), tapi pemeriksaan ini mahal, prosedur

pengambilannya menyakitkan pasien, dan tidak praktis untuk

negara-negara berkembang yang justru endemik tifoid [14].

Karenanya, yang umum dilakukan adalah biakan darah

karena lebih praktis, meski kurang sensitif dibanding kultur

sumsum tulang

e) Tes serologi

Pemeriksaan serologi lainnya yang lebih menjanjikan

adalah antibody-in-lymphocyte-supernatant (ALS) assay,

dengan mengambil sampel darah perifer.[16] Reaktifitas ALS

terhadap serotipe Typhii membran bakteri diukur dengan

mendeteksi IgA menggunakan ELISA. Tes ini positif pada

pasien yang dicurigai tifoid secara klinis.

f) Polymerase chain reaction (PCR)

Polymerase chain reaction/ PCR spesifik terhadap

pendeteksian organisme dalam darah, namun pemeriksaan ini

biasanya dilakukan untuk penelitian (epidemiological

research) dan tidak untuk diagnostik.

g) Pemeriksaan histologist

16
Pemeriksaan histologis spesifik sebagai penentu

adanya infeksi tifoid dengan pengambilan sampel biopsi dari

tifoid nodul yang berlokasi dalam jaringan dan organ

tubuh. Secara mikroskopik akan tampak infiltrasi jaringan oleh

makrofag (sel-sel tifoid) yang berisi bakteria, eritrosit, dan

limfosit yang berdegenerasi. Akan tetapi pemeriksaan ini

invasif dan tidak praktis sebagai penentuan diagnosis yang

cepat.

h) Pemeriksaan lainnya

Penderita tifoid yang berlanjut dapat mengalami

gangguan protrombin time, activated partial thromboplastin

time, dan penurunan kadar fibrinogen. Bila terjadi peningkatan

sirkulasi degradasi produk fibrin maka umumnya mengarah

kepada keadaan subklinis disseminated intravascular

coagulation (DIC).

17
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemeriksaan penunjang merupakan penelitian perubahan yang

timbul pada  penyakit, perubahan ini bisa berupa penyebab atau akibat,

pemeriksaan akibat, pemeriksaan penunjang penunjang  juga sebagai

sebagai ilmu terapan terapan yang berguna berguna membantu membantu

petugas petugas kesehatan kesehatan dalam mendiagnosis dan mengobati

pasien.

Tujuan serta manfaat pemeriksaan penunjung terhadap pasien yaitu

untuk  membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosis penyakit yang di

derita pasien. Hasil Pemeriksaan penunjang ini berfungsi sebagai alat untuk

memantau  perkembangan  perkembangan penyakit penyakit pasien, pasien,

menambah menambah data penunjang penunjang selain data  pemeriksaan

pemeriksaan fisik, memberi memberi kejelasan kejelasan dan kepastian

kepastian tentang tentang kesungguhan kesungguhan  penyakit  penyakit

yang diderita diderita pasien, pasien, serta untuk memudahkan memudahkan

dokter untuk  mendiagnosis.

B. SARAN

Sebagai mahasiswa keperawatan penting bagi kita untuk mempelajari

bagaimana dan  bagaimana dan apa yang apa yang harus dilakukan harus

dilakukan dalam pemeriksaan dalam pemeriksaan penunjang terhadap

penunjang terhadap  pasien.

18
DAFTAR PUSTAKA

CDC. Diakses pada 2020. Dengue: Testing Guidance.

Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Dengue fever.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan

Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.

https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2019/01/4.-Konsensus-Pengelolaan-dan-

Pencegahan-Diabetes-melitus-tipe-2-di-Indonesia-PERKENI-2015.pdf

Diakses pada 18 April 2020Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2019/12/Pedoman-Pengelolaan-Glukosa-

Darah-Mandiri-2019.pdf Diakses pada 18 April 2020 Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas.

http://repo.unand.ac.id/21867/1/Buku%20Diabetes%20Melitus%20%28Lengkap

%29.pdf Diakses pada 18 April 2020

Anda mungkin juga menyukai