Anda di halaman 1dari 43

KOASISTENSI 3B

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Transudat dan Eksudat


Aska Adhitama Fanmira, S.KH
Efusi Organ

 Efusi rongga tubuh terjadi ketika ada kelainan penimbunan cairan dalam rongga tubuh (pleura,
peritoneal atau ruang pericardial).
 Gejala klinis seperti dispnea, kelesuan, intoleransi latihan dan distensi abdomen, dapat disebabkan
oleh adanya efusi, penyakit yang bertanggung jawab untuk menghasilkan efusi atau keduanya
 Analisis efusi merupakan komponen penting dari diagnosis: hal ini penting karena dapat
mengidentifikasi proses patologis terkait akumulasi cairan dan dapat membantu mengarahkan
kepada diagnosis spesifik, atau dapat menunjukkan prosedur investigasi lebih lanjut
Patofisiologi

 Penurunan tekanan onkotik plasma


 Peningkatan tekanan hidrostatik
 Peningkatan permeabilitas vaskular
 Aliran limfatik yang terganggu
Lokasi Efusi (Pleural, Perikardial, peritoneal)

Efusi Pleural Efusi Perikardial


 Thoracocentesis (posisi berdiri atau terlentang)  Pemeriksaan radiografi toraks penting
 Bagian lateral toraks di cukur (untuk bedah) di untuk mengetahui letak jantung yg paling
ruang interkostal kelima-kesebelas.
 Cairan Diambil Pada Interkostal 7 Dan 8 dekat dengan dinding tubuh
 radiografi atau ultrasonografi harus digunakan  Sayatan kulit dibuat dengan skalpel dan
untuk mengidentifikasi daerah yang akan blade dan over-the-needle catheter
dilakukan thoracocentesis. dimasukan ke dalam dada
 Pericardiocentesis diawali dengan
menyayat kulit skalpel dan blade
kemudian over-the-needle catheter
dimasukan ke dalam dada menuju jantung
dan masuk ke pericardium dan cairan
dapat diaspirasi
Lokasi Efusi (Pleural, Perikardial, peritoneal)

Efusi Peritoneal

 Tempat yang biasa dilakukan untuk abdominosentesis adalah pada garis tengah
ventral, atau sedikit ke kanan untuk menghindari limpa, 1-2 cm ekor ke umbilikus
 Pemeriksaan ultrasonografi harus digunakan untuk mengidentifikasi area untuk
abdominosentesis.
 Cairan diambil menggunakan jarum 18g atau 20 g
Perbedaan Transudat Rendah Protein dan
Transudat Tinggi Protein

 Transudat tinggi protein memiliki TP 20 g/l sedangkan transudate rendah


protein <15 g/L
 Transudat rendah protein sering kali berhubungan dengan hypoalbuminemia
sedangkan transudate tinggi protein disebabkan karena peningkatan tekanan
hidrostatik
ANALISIS CAIRAN
Pemeriksaan Makroskopis

 Volume
• Alat : Gelas ukur
• Cara : Mengamati banyaknya cairan
• Interpretasi :

• Semakin besar volume cairan berarti makin besar kerusakan


ANALISIS CAIRAN
Pemeriksaan Makroskopis

 Warna dan Kejernian


Alat : Tabung reaksi
Cara : Melihat warna dan kejernian sampel
Nilai rujukan : Tidak berwarna dan jernih
Interpretasi :
 Transudat : Jernih dan kekuning-kuningan
 Eksudat :
• Kuning  bilirubin,
• Merah/coklat  darah,
• Putih-kuning dan keruh  pus/nanah,
• Putih susu dan keruh  chylus,
• Kehijauan  pyocyaneus
ANALISIS CAIRAN
Pemeriksaan Makroskopis

 Berat Jenis (BJ)


Alat : Hidrometer
Nilai rujukan:
  1.017  Transudat
  1.017  Eksudat

 Bau
 Transudat tidak berbau
 Eksudat kadang berbau busuk karena infeksi bakteri

 Koagulasi
Cara : sampel disimpan selama 1 jam  ada bekuan atau tidak
Interpretasi :
 Transudat : tidak beku
 Eksudat : ada bekuan  ada proses radang
ANALISIS CAIRAN
Pemeriksaan Mikroskopis

 Jumlah leukosit
Alat :
• larutan turk atau NaCl 0,9%, kamar hitung improved neubauer, pipet
leukosit dan mikroskop
Cara kerja :
• Sampel diambil menggunakan pipet leukosit sampai tanda 0,5
• Larutan turk atau NaCl diambil sampai tanda 11  homogenkan
• Siapkan kamar hitung dengan kaca penutup diatasnya
• Isi kamar hitung dengan perlahan-lahan
• Hitung jumlah leukosit pada keempat kamar hitung  hasil dikali 50
Interpretasi :
 Transudat :  1000 sel/l
 Eksudat :  5000 sel/l
ANALISIS CAIRAN
Pemeriksaan Kimia

 Protein
Persiapan sampel disentrifuge terlebih dahulu  ambil supernatan
Alat : fotometer
Interpretasi :
 Transudat : kadar protein  3 gram/dl
 Eksudat : kadar protein  3 gram/dl

 Glukosa
Persiapan sampel disentrifuge terlebih  ambil supernatan
Alat : fotometer
Metode : hexokinase
Interpretasi :
 Transudat : kadar glukosa sama dengan glukosa darah
 Eksudat : kadar glukosa lebih rendah dari glukosa darah
ANALISIS CAIRAN
Pemeriksaan Kimia

 Laktit Dehidrogenase (LDH)


Alat : fotometer
Metode : kinetik UV
Interpretasi :
 Transudat :  200 IU/L
 Eksudat :  200 IU/L
Eksudat Septik dan Non-septik

Eksudat Septik Eksudat Non-septik


• Kasus :penetrating wounds atau luka • Eksudat non-septik dapat berkembang dari
tembus, sekunder akibat pembedahan, peradangan organ atau neoplasia.
perluasan atau ruptur dari lesi yang • Secara sitologis, eksudat non-septik
terinfeksi yang berdekatan dan, jarang dicirikan oleh dominasi neutrofil non-
dari bakteremia degenerasi dan tidak adanya bakteri) dan
• penyebab paling umum dari efusi makrofag mungkin menunjukkan
fagositosis neutrofilik.
abdominal septik adalah ruptur atau
kebocoran dari saluran • Kebocoran iritan steril (urin, empedu) juga
gastrointestinal dapat menyebabkan eksudat non-septik,
yang didiagnosis dengan tes biokimia.
• Eksudat septik biasanya mengandung
banyak neutrofil yang mengalami • Uroperitoneum
degenerasi; jumlah sel biasanya >13 x • Peritonitis empedu
109/l dan terdapat bakteri intraseluler • Feline infectious peritonitis
dan/atau ekstraseluler.
Perbedaan Transudat dan Eksudat
Parameter Transudat Eksudat
Penyebab  tekanan hidrostatik  permeabilitas kapiler
 tekanan osmotik  absorbsi limfatik
Wujud Jernih, serous, kekuning- Jernih atau keruh
kuningan  
Bau Tidak berbau Kadang berbau busuk
Berat jenis (BJ)  1.017  1.017
Koagulasi - Membeku spontan karena
ada fibrinogen
Sero-mucin - +
Sel  Sedikit endotel  Neutrofil
 Limfosit kecil  Limfosit
 Eritrosit  Eritrosit
Bakteri - Biasanya +
Protein  3 gram/dl  3 gram/dl
Glukosa ± sama dengan glukosa  glukosa plasma
plasma
LDH  200 IU/L ( 6 0 % serum)  200 IU/L ( 60 % serum)
Jumlah sel bernukleus   1000   5000
 Mesothelial  Neutrofil
 Makrofag  Makrofag
Kasus Eksudat
Feline Infectious Peritonitis (FIP)
Penyakit yang disebabkan oleh coronavirus (FCoV) yang
dapat menyebabkan gangguan respirasi akut atau
enteritis pada kucing.

Masuk kedalam tubuh melalui rute oral – sel epitel usus – diare (FECV)

 Feline Enteric Corona-virus (FECV)


 Feline Infectious Peritonitis Virus (FIPV)
• Bereplikasi di dalam sel makrofag dan sel monosit.
• Memiliki gejala demam, anoreksia, kehilangan bobot badan
dan letargi.
Feline Infectious Peritonitis (FIP)

Virus – mutasi – difagositosis – replikasi di makrofag dan kelenjar getah


bening – sirkulasi darah – seluruh tubuh.

- Bentuk basah – efusif yang ditandai dengan akumulasi eksudat inflamasi


berlebihan yang dimediasi imun dalam rongga tubuh.

- Bentuk kering – non-efusif, ditandai dengan adanya lesi granulomatosa atau


piogranulomatosa terutama di mesenterika. kelenjar getah bening, hati, ginjal,
SSP dan mata.
Deskripsi Kasus

- Seekor kucing betina berambut pendek berumur 1,5 tahun dengan berat sekitar 5 kg.
- Lesu, anoreksia, dan polidipsia
- Pemeriksaan klinis :
Dehidrasi, anemia, keluarnya cairan hidung ringan dan kenaikan suhu 104 ℉, respirasi 30 kali/menit
dan detak jantung 140kali /menit. 
- Pemeriksaan darah lengkap (CBC) dan profil biokimia serum mengungkapkan leukositosis neutrofilik,
anemia dan hiperglobuliemia. 
- Perut membesar dan dispnea
• Perhitungan darah lengkap (CBC) dan profil biokimia serum
mengungkapkan leukositosis neutrofilik, anemia dan
hiperglobuliemia,
HASIL NEKROPSI
Gambar. 1 Terdapat cairan tebal berwarna
kekuningan di rongga peritoneum
Gambar. 2 Organ rongga perut ditutupi cairan
berwarna kekuningan
Gambar. 3 Limpa dan hati ditutupi oleh
fibrinous
 Pemeriksaan mikrobiologis – diinokulasi pada agar darah domba dan agar Sabourad
dextrose agar, tidak menunjukkan apa apa.
 Tes Rivalta – dilakukan dan memberikan tampilan seperti jeli yang menunjukkan adanya
eksudat terkait FIP. 

Berdasarkan tanda-tanda, kucing didiagnosis sebagai


kasus peritonitis feline infusif / basah berupa feline
infectious peritonitis (FIP).
Pengobatan dan Pencegahan
 Tidak ada pengobatan yang efektif untuk FIP.

 Pencegahan dengan strategi manajemen yang efektif. 

 Memelihara kucing di kandang bersih, karena virus dapat tetap


aktif dalam feses hingga 7-8 minggu.

 Melakukan vaksinasi.
Kasus Transudat
ASCITES

• Ascites adalah akumulasi cairan serosa dalam rongga peritoneum.


• Ascites berkaitan dengan infeksi, peradangan, gagal hati kronis,
gagal jantung kongestif, sindrom nefritik, dan malnutrisi.
• Kejadian ascites ditandai dengan adanya pembengkakan abdomen,
dispnea, lethargy, anoreksia, muntah.
• Diagnosa ascites: koleksi cairan abdominal, analisis urin, radiografi
dan ultrasonografi, pemeriksaan hematologi dan serum biokimia,
paracentesis abdominal serta analisis biokimia dan sitologi dari
cairan ascites, biopsi dan tes fungsi organ.
SINYALEMEN

• Jenis Hewan : Anjing


• Ras : German shepherd
• Umur : 8 Bulan
• Berat badan : 18 kg
ANAMNESA

 Anjing ke klinik HART Gejala Klinis :


• Pembengkakan simestris pada abdomen, dyspnea,
anoreksia sejak 5 hari yg lalu, membran mukosa pucat
dan mengalami takikardia.
• Saat diauskultasi terdengar sensasi pergerakan seperti
gelombang.
• Suhu tubuh 39,1 ºC.
METODE PENGAMBILAN SAMPEL

• Dilakukan pengambilan sampel feses untuk mengetahui adanya


infestasi endoparasit
• Sampel darah juga diambil untuk pemeriksaan hematologi
• Dilakukan abdominal paracentesis untuk uji biokimia dan analisis
sitologi
• Cairan ascetic di drainase untuk membantu mengatasi dyspnea.
• Albumin dan Normal saline diberikan bersamaan selama 3 hari
berturut-turut untuk mencegah hipervolemia dan hipoalbuminemia.
METODE PENGAMBILAN SAMPEL
HASIL PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
HASIL PEMERIKSAAN BIOCHEMICAL
HASIL PEMERIKSAAN BIOCHEMICAL

 Peningkatan SGOT menandakan insufisiensi hepatic dengan kerusakan


yang ditandai dengan kebocoran enzim dari sel hepatic ke dalam pembuluh
darah.
 Hipoglikemia diindikasikan insufisiensi hepatik.
HASIL PEMERIKSAAN CAIRAN ASCITES
HASIL PEMERIKSAAN CAIRAN ASCITES

 Analisis cairan ascites menunjukkan bahwa cairan tersebut adalah


transudat dan tidak terdapat infeksi bakteri (PMN < 250 cells/mm3).
 Uji SAAG mengacu kepada sirosis hati.
HASIL PEMERIKSAAN FESES = NEGATIF
Diagnosis Sementara

Sirosis Hati (peningkatan enzim hati SAAG = 3-1.6 = 1.4 >1.1 gm/dl)
Differensial Diagnosis

 Spontaneous Bacterial (SBP): demam, sakit perut, nyeri perut,


jumlah leukosit polimorfonuklear (PMNL)> 250 sel / mm3.
 Hipertensi Portal: asites, trombosis vena porta, Schistosomiasis.
Terapi

• Cairan abdominal di drainase setiap 24 jam dan diikuti dengan pemberian


infus NaCl dan albumin secara IV untuk mengatasi kekurangan cairan
dan protein dari abdominocentesis.

• Fursemide Tab (40 mg) Sig: 2 tabs, BID, PO x 5 days

• Hepatosyl /Urodeoxycholic Acid (UDCA),300 mg. Sig: 1 tab, BID, PO x


15 hari

• Megapen ( Ampicillin + Cloxacillin), 250mg. Sig: 1 tab, BID, PO x5 days


Grazie tutti

Anda mungkin juga menyukai