KIMIA
KLINIK
TRANSUDAT
DAN
EKSUDAT
TRANSUDAT
● Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang
terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau
turunnya protein plasma intravascular yang meningkat
(tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi)
Persiapan pasien
Pasien abstinentia: 2-7 hari
Pagi hari, Sampel harus dikumpulkan di ruang pribadi dekat
laboratorium
Wadah penampung bermulut lebar, bertutup
Pasien mencatat waktu pengeluarannya
Pengeluaran secara masturbasi
Jangan memakai kondom karena mengandung spermicidal
Pengambilan spesimen
1. Pengambilan spesimen semen dilakukan sendiri oleh pasien
2. memasukkan cairan sperma ke dalam suatu botol yang bersih
dan kering
3. botol berisi semen tersebut dikirimkan ke laboratorium sesegera
paling baik dalam 30 menit atau kurang. setelah Spesimen ini tidak
langsung diperiksa karena harus "mencair" dahulu.
Pemeriksaan Morfologi sperma
Setelah spesimen "mencair", buat apusan tipis pada kaca objek (sama
seeperti membuat apusn darah)seperti membuat apusan biarkan sangat
hati-hati, untuk memfiksasi apusan.
Pewarnaan sperma itu giemsa, wright dan papanicolaou
2. Cairan diambil sekitar 20-40mL untuk analisa lengkap di laboratorium (kimia, sitologi,
mikrobiologi) untuk mengatahui jenisnya termasuk transudat atau eksudat,
penegakkan diagnose penyebab efusi, dan lanjutan terapi yang diambil
3. Jika terapi yang diambil ada drainase maka dipasang kateter interkostal ditampung di
wadah steril (Urine Bag Sterile
4. Cairan pada umumnya diambil dengan syringe steril dan dikirim ke laboratorium
5. Cairan harus sudah berada di laboratorium dalam kurun 2 jam setelah sampling dan
dalam kondisi suhu kamar, jika butuh waktu lebih maka pengiriman dilakukan dalam
kondisi suhu 4℃ kecuali yang diperuntukkan pemeriksaan mikrobiologi harus tetap
suhu ruang.
● *Penyimpanan spesimen >48 jam dalam suhu 4℃ tidak akan memberi efek signifikan
pada hitung leukosit, CDC, kimia (kecuali LDH), dan sitologi
Lokasi Pengambilan
Sampel
Prosedur pengambilan sampel
● Pasien dipersiapkan dengan posisi duduk atau setengah duduk, sisi yang sakit menghadap
dokter yang akan melakukan punksi.
● Beri tanda (dengan spidol atau pulpen) daerah yang akan di punksi Pada linea aksilaris anterior
atau linea midaksilaris.
● Desinfeksi -> pasang duk steril
● Anestesi lidokain 2% dimulai dari subkutis, lalu tegak lurus ke arah pleura (lakukan tepat di
daerah sela iga), keluarkan lidokain perlahan hingga terasa jarum menembus pleura.
● Pastikan tidak ada perdarahan.
● Jika jarum telah menembus ke rongga pleura, kemudian dilakukan aspirasi beberapa cairan
pleura.
● Bila jumlah cairan yang dibutuhkan untuk diagnostik telah cukup, tarik jarum dengan cepat
dengan arah tegak lurus pada saat ekspirasi dan bekas luka tusukan segera ditutup dengan kasa
betadin, tetapi jika bertujuan terapeutik maka pada lokasi yang sama dapat segera dilakukan
pengeluaran cairan / udara dengan teknik aspirasi sebagai berikut:
● Dengan menggunakan katetervena No.14
Tusukkan kateter vena No. 14 pada tempat yang telah disiapkan dan apabila telah menembus
pleura, piston jarum di tarik lalu disambung dengan bloodset. Dilakukan sampai dengan jumlah
cairan didapatkan 1000 cc, indikasi lain untuk penghentian aspirasi adalah timbul batuk-batuk.
Dengan bantuan tree way stopcock (jarum pipa dengan stopkran)
○ Pasang jarum ukuran 18 pada sisi 1 dari stopkran, selang infus set pada sisi 2
(untuk pembuangan) dan spuit 50 cc pada sisi 3 (untuk aspirasi).
○ Kemudian posisi kran diubah sehingga arah ke rongga pleura tertutup dan terjadi
hubungan antara spuit dengan selang pembuangan cairan pleura.
○ Kran kembali diputar ke posisi (a), dilakukan aspirasi sampai spuit terisi penuh,
kran diputar ke posisi (b) dan cairan pleura dibuang. Prosedur ini dilakukan
berulang sampai aspirasi selesai dan selanjutnya jarum dapat dicabut.
Stopcock
Persiapan Spesimen
1.Pindahkan cairan pleura dari syringe ke tabung dengan antikoagulan EDTA atau Heparin untuk
mencegah pembekuan. Hindari kontak terlalu lama dengan udara!
2.Jumlah yang dibutuhkan tiap px:
-Pemeriksaan hitung sel 3-5 Ml dari tabung heparin atau EDTA
-Pemeriksaan pH dengan heparinised syringe (yg biasa digunakan AGD) kalau ada, atau ikut
tabung px lain
-Pemeriksaan kimia 5 mL pakai tabung Heparin atau EDTA atau non aditif
-Pemeriksaan mikrobiologi
- 2-5 mL ke tabung darah kultur aerob dan anaerob masing-masing
- 1 tabung steril untuk pewarnaan Gram
- 5 mL untuk inokulasi ke media cair (lebih sensitif dr media padat) untuk diagnosa TB
3.Pemeriksaan Sitologi sekitar 20 mL tergantung besar sedimen yang diperkirakan, makin besar maka
volume makin banyak
Yang harus diperhatikan pada waktu pungsi adalah Pengambilan
cairan tidak boleh seluruhnya karena :
● Untuk menghindari terjadinya shock
● Pada cairan ascites banyak mengandung protein
Guna pemeriksaan :
● Untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa
● Mengusahakan mencari penyebabnya
Syarat pemeriksaan :
● Harus dilakukan dengan cepat karena mudah terjadi desintegrasi,
oleh karena itu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan adalah
pemeriksaan cytology.
ANALITI
K
Marker Tambahan:
1. Kolesterol
2. Bilirubin
3. Albumin gradiet
Persiapan alat
1. Baskom
2. Perlak dan handuk
3. Kassa / tissue
4. Air hangat 1 sampai 2 liter
Cairan yang digunakan Pada anak-anak, jika menggunakan air biasa untuk membilas
lambung akan akan berpotensi hiponatremi karena merangsang muntah.. Pada umumnya
digunakan air hangat (tap water) atau cairan isotonis seperti Nacl 0,9 %. Pada orang dewasa
menggunakan 100-300 cc sekali memasukkan, sedangkan pada anak-anak 10 cc/kg dalam
sekali memasukkan ke lambung pasien.
Prosedur pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan
Bilas lambung dilakukan melalui tindakan pemasangan selang lewat hidung masuk
kedalam lambung ( NGT ).
1. Mencuci tangan
2. Berikan salam terapeutik kepada pasien
3. Perkenalkan kembali nama perawat serta validasi identitas pasien
4. Jelaskan tindakan apa yang akan dilakukan beserta tujuannya (termasuk rasa tidak
nyaman yang kemungkinan akan dialami pasien ketika tindakan berlangsung)
5. Perlak dan alas dipasang disamping pasien
6. Untuk tindakan ini pasien dibaringkan dalam posisi dekubitus lateral sebelah kiri,
dengan bagian kepala lebih rendah daripada kaki.
7. Masukkan cairan 150 sampai 200 ml air atau saline (pada anak 50 sampai 100 ml)
ke dalam lambung.
8. Prosedur ini diulang sampai keluar cairan yang jernih atau sedikitnya menggunakan
2 liter air.
9. Intubasi nasotrakeal atau endotrakeal di perlukan untuk melindungi jalan udara. Prosedur
ini dilakukan paling lama 4 jam setelah obat ditelan.
10. Evaluasi setelah melakukan bilas lambung
11. Rapikan alat-alat
12. Cuci tangan
TERIMA
KASIH