Anda di halaman 1dari 70

02

KIMIA
KLINIK
TRANSUDAT
DAN
EKSUDAT
TRANSUDAT
● Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang
terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau
turunnya protein plasma intravascular yang meningkat
(tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi)

● Transudat merupakan discharge patologis,


merupakan serum darah yang merembes keluar dari
pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela
(interstitial) jaringan atau rongga badan, tanpa radang
Kelainan yang Dapat menimbulkan
transudat :
● Penurunan tekanan osmotic • Meningkatnya tekanan
plasma karena kapiler / vena
hipoalbuminemi • Kegagalan jantung
● Cirrhosis hepatis • Obstruksi vena porta
● Peningkatan retensi Natrium • Perikarditis constrictif
dan air • Obstruksi limfe
● Penggunaan natrium dan air • Hidrothoraks
yang meningkat • Elephantiasis
● Penurunan ekskresi Natrium • Pasca mastektomi radikal
dan air (contoh : gagal • Sindroma nefrotik
ginjal)
Ciri-ciri Transudat Spesifik :
o Warna agak kekuningan oLemak : negative
o Kejernihahan : jernih oJumlah lekosit : <500 mm3
o Berat jenis <1,018 (1,006 - oBakteri negative atau jarang
1,015) (+)
o Tak ada bekuan, atau oTidak ada fibrinogen
membeku lambat / dalam
jangka waktu lama
o Bau tidak khas
o Protein < 2,5 gr % (tes
rivalta negative)
EKSUDAT
● Eksudat, merupakan substansi yang merembes
melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya
pada radang, berupa nanah. Jadi…termasuk
discharge yang patologis.

● Discharge adalah substansi yang dikeluarkan oleh


tubuh, dapat merupakan suatu proses normal
(fisiologis), dapat pula karena penyakit(patologis).
Ciri-ciri EKSUDAT Spesifik :
 Warna (karakteristik purulen = Lemak mungkin positif (infeksi
putih kekuningan, hemoragis = tuberculosis)
merah, dsb) Jenis sel : > polinuklear
 Kejernihan: keruh Bakteri sering (+++)
 Berat jenis => 1,018 (1,018-
1,030)
 Ada bekuan, atau membeku
dalam jangka waktu cepat
 Bau tidak khas. Infeksi kuman
anaerob / E.coli : bau busuk
 Protein > 3 gr % (tes rivalta
positif)
Perbedaan Transudat dan Eksudat
Persamaan Transudat dan
Eksudat

Sama – sama merupakan cairan dari


ultrafiltrat plasma darah dan terjadi akibat
ketidak seimbangan tekanan hidrostatik
didalam pembuluh darah
Pemeriksaan Pemeriksaan Kimia
Makroskopis
CAIRAN OTAK / LCS
PEMERIKSAAN CAIRAN
OTAK
Lumbal puncture atau lumbal pungsi adalah prosedur pengambilan
cairan tulang belakang dan otak (serebrospinal). Prosedur ini
dilakukan dengan menusukkan jarum ke celah tulang belakang di
punggung bagian bawah. Volume cairan serebrospinalis pada orang
dewasa sebanyak 100-150 ml. Pada anak-anak, volumenya lebih kecil
dan bervariasi sesuai panjang badan anak.

Indikasi umum pemeriksaan CSF antara lain:


- meningitis, yaitu inflamasi meninges, membran yang melapisi otak
dan kolumna vertebralis. Penyakit ini sering disebabkan oleh infeksi
- perdarahan susunan saraf pusat
- karsinoma tertentu.
Cairan otak diperoleh dengan cara melakukan
punksi pada Daerah lumbal (L4 dan L5)
Prosedur pungsi lumbal adalah sebagai
berikut:
a. Gunakan masker bedah dan sarung tangan
b. Beri label tabung, meliputi nama, no_ID, tanggal dan waktu
pengambilan.
c. Pastikan pasien tidak banyak gerak
d. Lakukan disinfeksi pada area penusukan
e. Lakukan penusukan
f. Tampung sampel sebanyak 3-4 ml jika memungkinkan
(minimum 1 ml). Bila didapatkan >1 ml sampel, bagi dalam 2-3
tabung dengan masing-masing tabung sekitar 1 ml (1 tabung
untuk sitologi, hematologi, 1 tabung untuk serologi dan 1 tabung untuk
mikrobiologi).
Catatan :
bila ada >1 tabung, pemeriksaan mikrobiologi tidak menggunakan
tabung yang pertama.
g. Cabut jarum dan lakukan penekanan bekas tempat penusukan lalu
plaster.
h. Lepaskan masker dan sarung tangan
i. Cuci tangan dengan sabun antiseptik
Hal yg diperhatikan
● Bahan pemeriksaan sebaiknya diambil sebelum diberi
pengobatan dengan antibiotik atau zat-zat mikroba
lainnya.
● Bahan pemeriksaan diambil pada tempat yang diduga
banyak mengandung organisme yang dituju dengan
tingkat pencemaran yang paling sedikit.
● Bahan pemeriksaan harus cukup jumlahnya sehingga
dapat diperiksa dengan lengkap, selain itu harus disimpan
dalam wadah yang steril.
● Harus diatur agar bahan pemeriksaan dapat segera
dikirimkan ke laboratorium.
● Laboratorium harus diberikan keterangan klinik yang
cukup.
● Untuk pengumpulan bahan pemeriksaan biakan kuman
anaerob perlu tabung yang tertutup ganda yang diisi
dengan karbondioksida dan nitrogen yang bebas oksigen.
Pemeriksaan
1. Makroskopis
Pemeriksaan warna
Normal warna LCS tampak jernih, wujud
3. Pemeriksaan BJ
Normal : 1.003-1.008
dan viskositasnya sebanding air
-Kekuning-kuningan : karena protein yang
4. Pemeriksaan sedimen
tinggi
Sedimen Normal : tidak ada sedimen
-Merah : pendarahan artifisial seperti punksi
-coklat : karena hemolisis dan akan terlihat
5. Pemeriksaan bekuan
jelas sesudah disentrifuge
Normal : tidak ada bekuan
-Keabuabuan : leukosit dalam jumlah besar
– Bekuan : banyak darah masuk
– Bekuan : banyaknya fibrinogen yang
2. Pemeriksaan Terhadap kekeruhan
berubah menjadi fibrin.
Normal : jernih dan tidak berwarna
Pemeriksaan None-Apelt
Reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulin dalam bentuk
kekeruhan yang berupa cincin. Ketebalan cincin berhubungan dengan kadar
globulin, makin tinggi kadarnya maka cincin yang terbentuk makin tebal.
Pemeriksaan Pandy
Reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin dan
globulin) dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak terjadi
kekeruhan atau kekeruhan yang ringan seperti kabut.
CAIRAN EJAKULAT/SEMEN
Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah
pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah serta kualitas
semen dan sperma seorang pria.

Persiapan pasien
Pasien abstinentia: 2-7 hari
Pagi hari, Sampel harus dikumpulkan di ruang pribadi dekat
laboratorium
Wadah penampung bermulut lebar, bertutup
Pasien mencatat waktu pengeluarannya
Pengeluaran secara masturbasi
Jangan memakai kondom karena mengandung spermicidal
Pengambilan spesimen
1. Pengambilan spesimen semen dilakukan sendiri oleh pasien
2. memasukkan cairan sperma ke dalam suatu botol yang bersih
dan kering
3. botol berisi semen tersebut dikirimkan ke laboratorium sesegera
paling baik dalam 30 menit atau kurang. setelah Spesimen ini tidak
langsung diperiksa karena harus "mencair" dahulu.
Pemeriksaan Morfologi sperma

Setelah spesimen "mencair", buat apusan tipis pada kaca objek (sama
seeperti membuat apusn darah)seperti membuat apusan biarkan sangat
hati-hati, untuk memfiksasi apusan.
Pewarnaan sperma itu giemsa, wright dan papanicolaou

Terdapat lima langkah utama dalam metode pewarnaan Papanicolaou,


yaitu :
a. Fiksasi
b. Pewarnaan Inti
c. Pewarnaan sitoplasma
d. Penjernihan ( Clearing )
e. Mounting
CAIRAN PLEURA
Efusi pleura adalah kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan di
antara dua lapisan pleura (membran yang memisahkan paru-paru
dengan dinding dada bagian dalam).
Cairan pleura merupakan ultrafitrat plasma, jumlahnya kurang dari 10
ml dalam masing masing cavum pleura. Kelebihan cairan pleura
terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan antara proses
pembentukan dengan proses pengeluaran cairan pleura dari cavum
pleura.
Jenis cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga
pleura adalah darah, nanah, cairan seperti susu dan
cairan yang mengandung kolesterol tinggi.
Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan
tetapi merupakan tanda suatu penyakit.

Menurut Hudak dan Gallo penyebab efusi pleura adalah :


1. Peningkatan tekanan negatif intra pleura
2. Penurunan tekanan osmotik koloid darah
3. Peningkatan tekanan kapiler subpleural
4. Ada inflamasi atau neoplastik

Manifestasi kinik yang muncul adalah Sesak nafas, Nyeri


dada, Kesulitan bernafas , Peningkatan suhu tubuh jika
ada infeks, Keletihan,Batuk
Penegakan Diagnosis Cairan Pleura
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Radiologi
Lab / Analisa cairan pleura
Proof punksi ( pembuktian dengan melakukan injeksi pada lokasi yg di curigai )
Sitologi cairan pleura
Biopsi pleura
Thoracentesis (pungsi pleura)

- Pungsi pleura (torakosintesis) merupakan tindakan invasif dengan


menginsersi jarum melalui dinding toraks untuk mengeluarkan cairan
dari rongga pleura.
- Tindakan ini memiliki tujuan diagnostik yaitu mendapatkan
spesimen cairan pleura untuk pemeriksaan lebih lanjut dan juga
tujuan terapeutik untuk mengurangi tekanan mekanik terhadap paru.
- Efusi pleura adalah adanya cairan abnormal dalam rongga pleura
yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. Dengan
mendapatkan spesimen cairan pleura dapat diperiksa lebih lanjut,
diantaranya apakah tergolong transudat atau eksudat yang akan
membantu dalam penegakan diagnosis penyakit.
1. Proses pengambilan Efusi Pleura dinamakan THORACENTESIS

2. Cairan diambil sekitar 20-40mL untuk analisa lengkap di laboratorium (kimia, sitologi,
mikrobiologi) untuk mengatahui jenisnya termasuk transudat atau eksudat,
penegakkan diagnose penyebab efusi, dan lanjutan terapi yang diambil

3. Jika terapi yang diambil ada drainase maka dipasang kateter interkostal ditampung di
wadah steril (Urine Bag Sterile

4. Cairan pada umumnya diambil dengan syringe steril dan dikirim ke laboratorium

5. Cairan harus sudah berada di laboratorium dalam kurun 2 jam setelah sampling dan
dalam kondisi suhu kamar, jika butuh waktu lebih maka pengiriman dilakukan dalam
kondisi suhu 4℃ kecuali yang diperuntukkan pemeriksaan mikrobiologi harus tetap
suhu ruang.

● *Penyimpanan spesimen >48 jam dalam suhu 4℃ tidak akan memberi efek signifikan
pada hitung leukosit, CDC, kimia (kecuali LDH), dan sitologi
Lokasi Pengambilan
Sampel
Prosedur pengambilan sampel
● Pasien dipersiapkan dengan posisi duduk atau setengah duduk, sisi yang sakit menghadap
dokter yang akan melakukan punksi.
● Beri tanda (dengan spidol atau pulpen) daerah yang akan di punksi Pada linea aksilaris anterior
atau linea midaksilaris.
● Desinfeksi -> pasang duk steril
● Anestesi lidokain 2% dimulai dari subkutis, lalu tegak lurus ke arah pleura (lakukan tepat di
daerah sela iga), keluarkan lidokain perlahan hingga terasa jarum menembus pleura.
● Pastikan tidak ada perdarahan.
● Jika jarum telah menembus ke rongga pleura, kemudian dilakukan aspirasi beberapa cairan
pleura.
● Bila jumlah cairan yang dibutuhkan untuk diagnostik telah cukup, tarik jarum dengan cepat
dengan arah tegak lurus pada saat ekspirasi dan bekas luka tusukan segera ditutup dengan kasa
betadin, tetapi jika bertujuan terapeutik maka pada lokasi yang sama dapat segera dilakukan
pengeluaran cairan / udara dengan teknik aspirasi sebagai berikut:
● Dengan menggunakan katetervena No.14
Tusukkan kateter vena No. 14 pada tempat yang telah disiapkan dan apabila telah menembus
pleura, piston jarum di tarik lalu disambung dengan bloodset. Dilakukan sampai dengan jumlah
cairan didapatkan 1000 cc, indikasi lain untuk penghentian aspirasi adalah timbul batuk-batuk.
Dengan bantuan tree way stopcock (jarum pipa dengan stopkran)

○ Pasang jarum ukuran 18 pada sisi 1 dari stopkran, selang infus set pada sisi 2
(untuk pembuangan) dan spuit 50 cc pada sisi 3 (untuk aspirasi).

○ Tusukkan jarum melalui ruang interkosta dengan posisi kran menghubungkan


rongga pleura dan spuit, sedangkan hubungan dengan selang pembuangan
terputus. Setelah jarum mencapai rongga pleura dilakukan aspirasi sampai spuit
terisi penuh.

○ Kemudian posisi kran diubah sehingga arah ke rongga pleura tertutup dan terjadi
hubungan antara spuit dengan selang pembuangan cairan pleura.

○ Kran kembali diputar ke posisi (a), dilakukan aspirasi sampai spuit terisi penuh,
kran diputar ke posisi (b) dan cairan pleura dibuang. Prosedur ini dilakukan
berulang sampai aspirasi selesai dan selanjutnya jarum dapat dicabut.
Stopcock
Persiapan Spesimen
1.Pindahkan cairan pleura dari syringe ke tabung dengan antikoagulan EDTA atau Heparin untuk
mencegah pembekuan. Hindari kontak terlalu lama dengan udara!
2.Jumlah yang dibutuhkan tiap px:
-Pemeriksaan hitung sel 3-5 Ml dari tabung heparin atau EDTA
-Pemeriksaan pH dengan heparinised syringe (yg biasa digunakan AGD) kalau ada, atau ikut
tabung px lain
-Pemeriksaan kimia 5 mL pakai tabung Heparin atau EDTA atau non aditif
-Pemeriksaan mikrobiologi
- 2-5 mL ke tabung darah kultur aerob dan anaerob masing-masing
- 1 tabung steril untuk pewarnaan Gram
- 5 mL untuk inokulasi ke media cair (lebih sensitif dr media padat) untuk diagnosa TB
3.Pemeriksaan Sitologi sekitar 20 mL tergantung besar sedimen yang diperkirakan, makin besar maka
volume makin banyak
Yang harus diperhatikan pada waktu pungsi adalah Pengambilan
cairan tidak boleh seluruhnya karena :
● Untuk menghindari terjadinya shock
● Pada cairan ascites banyak mengandung protein

Guna pemeriksaan :
● Untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa
● Mengusahakan mencari penyebabnya

Syarat pemeriksaan :
● Harus dilakukan dengan cepat karena mudah terjadi desintegrasi,
oleh karena itu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan adalah
pemeriksaan cytology.
ANALITI
K

MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS KIMIA


Analisis KIMIA Cairan pleura:
Pemeriksaan Dasar :
1. Protein total
2. LdH (lactat dehydrogenase)

Marker Tambahan:
1. Kolesterol
2. Bilirubin
3. Albumin gradiet

Marker lain yang bermanfaat pada


penyakit tertentu:
1. Glukosa
2. Ph
3. Tumor marker
4. Lipid
5. Amilase
6. Adenosin deaminase dan
lysozyme
CAIRAN
LAMBUNG
CAIRAN SENDI
Cairan sendi adalah cairan pelumas
yang terdapat dalam sendi-sendi. Cairan
itu merupakan ultrafiltrat plasma yang
mengandung asam hialuronat yang
disekresikan oleh lapisan synovia sendi,
asam hialuronat itu menyebabkan
cairan sendi bersifat kental sehingga
cairan itu dapat befungsi sebagai
pelumas.
Pemeriksaan makroskopis:
1. Volume < 2ml
2. Warna, norma=tidak berwarna atau mempunyai warna
kekuning kuningan
3. Kejernihan, normal=jernih

Pemeriksaan kimia: tes bekuan mucin


Tes ini menguji kualitas mucin yang ada dalam cairan sendi.
Cara kerja : 1ml cairan sendi + 1 tetes asam asetat 7N, lalu di
aduk
Jika normal= bekuan kenyal dalam cairan jernih
Jika tidak normal = berkeping-keping cairan keruh.
Pemeriksaan SHK
SKRINNING HIPOTIROID
KONGENITAL
Hipotiroid kongenital adalah keadaan menurun atau tidak berfungsinya kelenjar
tiroid yang didapat sejak bayi baru lahir. Hal ini terjadi karena kelainan anatomi
atau gangguan metabolisme pembentukan hormon tiroid atau defisiensi iodium.
Gejala dan tanda yang dapat muncul:
a. letargi (aktivitas menurun)
b. ikterus (kuning)
c. makroglosi (lidah besar)
d. hernia umbilikalis (bodong)
e. hidung pesek
f. konstipasi
g. kulit kering
h. skin mottling (cutis marmorata)/burik
i. mudah tersedak
j. suara serak
k. hipotoni (tonus otot menurun)
l. ubun-ubun melebar
m. perut buncit
n. mudah kedinginan (intoleransi terhadap dingin)
o. miksedema (wajah sembab)
p. udem scrotum
Secara garis besar dibedakan tiga tahapan utama yang sama
pentingnya dalam pelaksanaan skrining yaitu:
1. Praskrining : Sebelum tes laboratorium diperlukan sosialisasi,
advokasi dan edukasi termasuk pelatihan.

2. Skrining : Proses skrining, bagaimana prosedur yang benar,


sensitivitas dan spesifisitas, validitas, pemantapan mutu
(eksternal/internal)

3. Pascaskrining : Tindak lanjut hasil tes, pemanggilan kembali


bayi untuk tes konfirmasi, dilanjutkan diagnosis dan tatalaksana
pada kasus hasil tinggi HK
1. Persiapan alat
Alat yang akan digunakan harus
dipersiapkan terlebih dahulu.
Alat tersebut terdiri dari:
a. • Sarung tangan steril non
powder
b. • Lancet
c. • Kotak limbah tajam/safety box
d. • Kertas saring
e. • Kapas
f. • Alkohol 70% atau alcohol
swab
g. • Kasa steril
h. • Rak pengering
Dalam melakukan pengambilan spesimen,
petugas perlu memperhatikan hal-hal
dibawah ini : darah berpotensi untuk menularkan infeksi.
1. Semua bercak
Oleh karena itu harus berhati-hati dalam penanganannya.
2. Meja yang digunakan untuk alas menulis identitas pada kartu
kertas saring harus diberi alas plastik atau laken dan harus
diganti atau dicuci setiap hari. Hal ini perlu dilakukan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi spesimen darah ke kertas
saring lainnya.
3. Gunakan alat pelindung diri (APD) saat penanganan
spesimen
4. Sebelum dan setelah menangani spesimen, biasakan
mencuci tangan memakai sabun dan air bersih mengalir
sesuai prosedur Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
Pengambilan spesimen
Hal yang penting diperhatikan pada
pengambilan spesimen ialah :
• Waktu pengambilan (timing) = 48-72 jam /
24-48 jam
• Data/Identitas bayi
• Metode dan tempat pengambilan = tumit bayi
• Pengiriman/transportasi
• Kesalahan pada pengambilan spesimen
Prosedur pengambilan spesimen darah melalui tahapan berikut:
1. Cuci tangan menggunakan sabun dengan air bersih mengalir
dan pakailah sarung tangan
• Hangatkan tumit bayi yang akan ditusuk dengan cara:
- Menggosok-gosok dengan jari, atau
- Menempelkan handuk hangat (perhatikan suhu yang tepat,
atau
- Menempelkan penghangat elektrik, atau
- Dihangatkan dengan penghangat bayi/baby
warmer/lampu pemancar panas/radiant warmer.
2. Supaya aliran darah lebih lancar, posisikan kaki lebih rendah
dari kepala bayi
3. Agar bayi lebih tenang, pengambilan spesimen dilakukan
sambil disusui ibunya atau dengan perlekatan kulit bayi
dengan kulit ibu (skin to skin contact)
4. Tentukan lokasi penusukan yaitu bagian lateral tumit kiri
atau kanan sesuai daerah berwarna merah, (gambar 1 dan 2)
5. Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan
antiseptik kapas alkohol 70%, biarkan kering
6. Tusuk tumit dengan lanset steril sekali pakai
dengan ukuran kedalaman 2 mm. Gunakan
lanset dengan ujung berbentuk pisau (blade tip
lancet)
7. Setelah tumit ditusuk, usap tetes darah
pertama dengan kain kasa steril
8. Kemudian lakukan pijatan lembut sehingga
terbentuk tetes darah yang cukup besar.
Hindarkan gerakan memeras karena akan
mengakibatkan hemolisis atau darah tercampur
cairan jaringan.
9. Selanjutnya teteskan darah ke tengah bulatan kertas
saring sampai bulatan terisi penuh dan tembus kedua
sisi. Hindarkan tetesan darah yang berlapis-lapis
(layering). Ulangi meneteskan darah ke atas bulatan
lain. Bila darah tidak cukup, lakukan tusukan di tempat
terpisah dengan menggunakan lanset baru. Agar bisa
diperiksa, dibutuhkan sedikitnya satu bulatan penuh
spesimen darah kertas saring.
10. Sesudah bulatan kertas saring terisi penuh, tekan
bekas tusukan dengan kasa/kapas steril sambil
mengangkat tumit bayi sampai berada diatas kepala
bayi. Bekas tusukan diberi plester ataupun pembalut
hanya jika diperlukan.
Pengiriman specimen :
• Setelah kering spesimen siap dikirim. Ketika spesimen akan dikirim, masukkan ke
dalam kantong plastik zip lock. Satu lembar kertas saring dimasukkan ke dalam satu
plastik Dapat juga dengan menyusun kertas saring secara berselang–seling untuk
menghindari agar bercak darah tidak saling bersinggungan, atau taruh kertas
diantara bercak darah.
• Masukkan ke dalam amplop dan sertakan daftar spesimen yang dikirim.
• Amplop berisi spesimen dimasukkan ke dalam kantong plastik agar tidak
tertembus cairan/kontaminan sepanjang perjalanan.
• Pengiriman dapat dilakukan oleh petugas pengumpul spesimen atau langsung
dikirim melalui layanan jasa pengiriman yang tersedia.
• Spesimen dikirimkan ke laboratorium SHK yang telah ditunjuk oleh kementerian
kesehatan.
• Pengiriman tidak boleh lebih dari 7 (tujuh) hari sejak spesimen diambil. Perjalanan
pengiriman tidak boleh lebih dari 3 hari.
PEDOMAN PENGUMPULAN SAMPEL
TOKSIKOLOGIS
Banyak prosedur toksikologi
analitis memerlukan
pengumpulan darah, urin, isi
lambung,
dan 'residu kasus', yaitu bahan,
botol, tablet atau semacamnya
yang ditemukan di tempat
kejadian. Sampel cairan dan
jaringan lain yang sesuai juga
harus dikumpulkan
secara rinci, terutama saat
menyelidiki kematian ,
keracunan, namun mungkin
tidak diperlukan untuk
analisis kecuali jika diperlukan
penyelidikan khusus.
Bilas lambung adalah membersihkan lambung
dengan cara memasukan dan mengeluarkan air
ke/dari lambung dengan menggunakan NGT (
Naso Gastric Tube )
Tujuan
1. Membuang Membuang racun yang tidak
terabsorbsi terabsorbsi setelah setelah racun
masuk saluran saluran pencernaan pencernaan
2. Mendiagnosa Mendiagnosa perdarahan
perdarahan lambung
3. Membersihkan Membersihkan lambung
lambung sebelum sebelum prosedur prosedur
endoscopy endoscopy
4. Membuang Membuang cairan atau partikel
partikel dari lambung
Kontraindikasi bilas lambung adalah pasien dengan kondisi:
1. Resiko cedera jalan nafas.
2. Pendarahan gastrointestital.
3. Keracunan bahan korosif.
4. Adanya gangguan elektrolit.

Persiapan alat
1. Baskom
2. Perlak dan handuk
3. Kassa / tissue
4. Air hangat 1 sampai 2 liter
Cairan yang digunakan Pada anak-anak, jika menggunakan air biasa untuk membilas
lambung akan akan berpotensi hiponatremi karena merangsang muntah.. Pada umumnya
digunakan air hangat (tap water) atau cairan isotonis seperti Nacl 0,9 %. Pada orang dewasa
menggunakan 100-300 cc sekali memasukkan, sedangkan pada anak-anak 10 cc/kg dalam
sekali memasukkan ke lambung pasien.
Prosedur pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan
Bilas lambung dilakukan melalui tindakan pemasangan selang lewat hidung masuk
kedalam lambung ( NGT ).
1. Mencuci tangan
2. Berikan salam terapeutik kepada pasien
3. Perkenalkan kembali nama perawat serta validasi identitas pasien
4. Jelaskan tindakan apa yang akan dilakukan beserta tujuannya (termasuk rasa tidak
nyaman yang kemungkinan akan dialami pasien ketika tindakan berlangsung)
5. Perlak dan alas dipasang disamping pasien
6. Untuk tindakan ini pasien dibaringkan dalam posisi dekubitus lateral sebelah kiri,
dengan bagian kepala lebih rendah daripada kaki.
7. Masukkan cairan 150 sampai 200 ml air atau saline (pada anak 50 sampai 100 ml)
ke dalam lambung.
8. Prosedur ini diulang sampai keluar cairan yang jernih atau sedikitnya menggunakan
2 liter air.
9. Intubasi nasotrakeal atau endotrakeal di perlukan untuk melindungi jalan udara. Prosedur
ini dilakukan paling lama 4 jam setelah obat ditelan.
10. Evaluasi setelah melakukan bilas lambung
11. Rapikan alat-alat
12. Cuci tangan
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai