Anda di halaman 1dari 32

TRANSUDAT DAN EKSUDAT

Oleh : Jujuk Anton Cahyono, S.Si., M.Sc


Pendahuluan

• Normal : rongga serosa badan mengandung sejumlah kecil


cairan  Pelumas  membran mesotel dapat bergerak
tanpa bergeser
• Transudat dan eksudat : sejumlah cairan yang terakumulasi
secara abnormal dalam rongga badan (peritonium, pleura
dan perikardium)
Transudat

• Transudat : cairan dalam ruang interstitial akibat


peningkatan tekanan hidrostatik (gangguan keseimbangan
cairan) atau penurunan protein plasma intravascular, non
peradangan
• Contoh : cairan pada ibu hamil
• Transudat  akibat peningkatan tekanan dalam pembuluh
 cairan plasma keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam
jaringan atau rongga badan, tanpa peradangan
Eksudat

• Eksudat : cairan ekstravaskuler dan sel yg keluar dari


pembuluh kapiler dan masuk ke rongga serosa yang
ditandai dengan perubahan permeabilitas membran saat
peradangan
Jenis Transudat

1. Hidrotoraks
2. Hidroperikardium
3. Hidroperitoneum
4. Hidroarrosis
Kelainan yang menyebabkan Transudat

1. Penurunan tekanan osmotic plasma karena hipoalbuminemia


2. Sindroma nefrotik
3. Cirrhosis hepatis
4. Peningkatan retensi Natrium dan air
5. Penggunaan natrium dan air yang meningkat
6. Penurunan ekskresi Natrium dan air (contoh : gagal ginjal)
7. Meningkatnya tekanan kapiler / vena
8. Gagal jantung, obstruksi vena porta, obstruksi limfe.
Ciri Transudat

1. Warna agak kekuningan


2. Kejernihan : Jernih
3. Berat jenis < 1,018 (1, 015)
4. Tak ada bekuan/beku lambat / waktu lama
5. Bau tidak khas
6. Protein < 2,5 gr % (tes rivalta negative)
7. Glukosa = plasma
8. Lemak : negative (kecuali bila chylous +)
9. Jumlah lekosit : < 500 /mm3
10. Jenis sel : > mononuclear
11. Bakteri negative atau jarang (+)
Jenis Eksudat

1. Eksudat non seluler


a. Eksudat serosa
Eksudat terdiri dari cairan dan zat-zat terlarut dng << leukosit.
Eksudat serosa td protein dari pembuluh darah + cairan. Contoh =
cairan luka melepuh.
b. Eksudat fibrinosa
Terbentuk jika protein dari pembuluh terkumpul pada daerah
radang yg banyak fibrinogen. Contoh = pleuritis.
c. Eksudat musinosa (Eksudat kataral)
Terbentuk pd membran mukosa, terdapat sel-sel sekresi musin
sekresi sel bukan dari zat darah. Contoh = pilek.
Jenis Eksudat

2. Eksudat Seluler ( Eksudat netrofilik) Eksudat paling sering


dijumpai; td neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah banyak.
Eksudat neutrofil disebut purulen. Eksudat purulen akibat infeksi
bakteri.

3. Eksudat Campuran Sering terjadi campuran eksudat seluler dan


nonseluler; dinamakan sesuai dengan campurannya. Eksudat
fibrino-purulen = fibrin dan neutrofil polimorfonuklear, eksudat
mukopurulen = musin dan neutrofil, eksudat serofibrinosa dsb.
Perbedaan Transudat & Eksudat
TRANSUDAT EKSUDAT
Bukan proses radang Merupakan proses radang
Bakteri (-) Bakteri (+)
Warna kuning muda Warna sesuai penyebabnya
Jernih dan encer Keruh dan kental
Tidak menyusun bekuan Menyusun bekuan
Fibrinogen (-) Fibrinogen (+)
Jumlah leukosit <500 sel/µl Jumlah leukosit >500 sel/µl
Kadar protein < 2,5g/dl Kadar protein > 2,5g/dl
Kadar glukosa sama dengan plasma darah Kadar glukosa lebih kecil dari plasma darah
Zat lemak (-) Zat lemak (+)
Bj 1006 – 1015 Bj 1018 – 1030
Pengambilan Spesimen

• Bahan (dari rongga perut, pleura, pericardium,


sendi, kista, hidrocele,dsb.)
• didapat dengan mengadakan pungsi.
• Sediakan penampung :
• Botol I : heparin Steril untuk pemeriksaan
bakteriologi
• Botol II : Di tambah anticoagulant Na sitrat 20%
atau heparin untuk pemeriksaan kimia dan
hitung sel
• Botol III : Tanpa anticoagulant untuk pemeriksaan
Makroskopis.
Pengambilan Spesimen
Pemeriksaan Transudat & Eksudat

Tujuan : Menentukan jenis cairan dan penyebab masalah


1. Makroskopik
 Warna
 Kejernihan
 Bekuan
 BJ
 pH
2. Mikroskopik
 Hitung Jumlah Sel
 Hitung Jenis Sel (Diff.Count)
3. Kimiawi
 Rivalta
 Protein
 Glukosa
Makroskopis (Volume)

• Ukurlah dan catatlah volume yang didapat dengan


pungsi. jika semua cairan dikeluarkan jumlah itu
memberi petunjuk tentang luasnya kelainan
Makroskopis (Warna)

• Transudat : kekuning-kuningan
• Eksudat : tergantung penyebab kelainan
• Kuning : bilirubin
• Merah /coklat : darah
• Putih kekuningan : pus
• Putih susu : chylus
• Biru kehijauan : bakteri pyocyanus
Makroskopis (Kejernihan)

• Setiap kelainan memberi kekeruhan yang berbeda


• Kekeruhan disebabkan oleh sel
• Transudat : jernih
• Eksudat : agak keruh
Makroskopis (Bau)

• Biasanya baik transudat maupun eksudat


tidakmempunyai bau bermakna, kecuali kalau
terjadipembusukan protein. Infeksi dengan kuman
anaerobdan oleh E.coli mungkin menimbulkan bau
busuk,demikian adanya bau mengarah ke eksudat
Makroskopis (Berat Jenis)

• Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjadinya


bekuan. Penetapan ini penting untuk menentukan jenis
cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup, penetapan
dapat dilakukan dengan urinometer, kalau hanya sedikt
sebaiknya memakai refraktometer. Seperti sudah
diterangkan,nilai berat jenis dapat ikut memberi petunjuk
apakah cairan mempunyai ciri-ciri transudat atau eksudat
• Transudat : 1.006 – 1.015
• Eksudat : 1.018 – 1.030
Makroskopis (Bekuan)

• Perhatikan terjadinya bekuan, dan terangkan


sifatnya (renggang, berkeping, berbutir, sangat halus, dll).
• Bekuan : dari fibrin eksudat
• Jika dicurigai eksudat, campurlah sebagian dengan
anticoagulant supaya tetap cair dan dapat dipakai untuk
pemeriksaan lain-lain.
• Bekuan yang terjadi sangat lambat pada transudat karena
kadar fibrinogen yang rendah disebut FIBRINOUS SWAB
/ PELICLE
Kimiawi

• Pemeriksaan hanya kadar glukosa dan protein


• Susunan serupa dengan plasma darah (tapi tanpa albumin
dan globulin)
• Transudat : kadar glukosa = plasma
• Eksudat : kadar glukosa < plasma (krn banyak leukosit)
• Protein (transudat dan eksudat) hanya fibrinogen saja
• Transudat : kadar fibrinogen rendah (300-400 mg/dl)
• Eksudat : kadar protein 4-6 g/dl
Kimiawi (Test Rivalta)

• Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam cairan


• Prinsip : Seromucin yang terdapat dalam eksudat dan tidak terdapat dalam
transudat akan bereaksi dengan asam acetat encer membentuk kekeruhan
yang nyata. Protein + asam asetat  presipitasi
• Cara Kerja :
• 100 mL aqudest dlm beaker gelas + 1 tetes asam asetat glasial, aduk (pH
4-5) + 1 tetes cairan, Amati adanya kekeruhan pada larutan tersebut.
• Interpretasi:
Negatif : tidak terbentuk kekeruhan putih
Positif lemah : terbentuk kekeruhan putih (seperti kabut)
Positif : kekeruhan nyata sampai presipitat
Kimiawi (Kadar Protein Metode Esbach)

• Kadar protein : transudat < 2,5 g/dl, eksudat > 4 g/dl.

Prosedur kerja :

• Tentukan berat jenis

• BJ : 1010 atau kurang  pengenceran 5-10 kali, BJ : > 1010 pengenceran


20 kali

• Lakukanlah penetapan Esbach cairan yang telah diencerkan


Kimiawi (Zat Lemak)

• Transudat : zat lemak negatif (kecuali jika tercampur dengan chylus)

• Eksudat : zat lemak positif (dinding kapiler dapat ditembus lemak) 


berhubungan dengan tuberculosis

• Cairan yang putih serupa susu  mengetahui apakah disebabkan chylus


atau oleh zat lain
Kimiawi (Zat Lemak)

Cara :
• Cairan + larutan NaOH 0,1 N  lindi.
• Ekstraksi dengan eter. Jika cairan itu menjadi jernih, putihnya 
chylus.
• Jika tidak menjadi jernih, putihnya mungkin disebabkan oleh lecithin
dalam keadaan emulsi.
Kimiawi (Zat Lemak)

• Untuk menyatakan lecithin dilakukan test sebagai berikut :


• Encerkanlah 5x dengan etil alkohol 95%
• Panasilah dalam bejana air. Kalau cairan menjadi jernih, putihnya
disebabkan oleh lecithin. Untuk lebih lanjut membuktikannya teruskanlah
percobaan dengan :
• Saringlah cairan yang telah menjadi jernih itu dalam keadaan masih
panas.
• Filtratnya ditampung dan diuapkan diatas air panas sampai volume
menjadi sebesar semula (sebelum diberi etilalkohol) dan biarkan menjadi
dingin lagi.
• Kalau menjadi keruh lagi, adanya lecithin terbukti. Kekeruhan itu
bertambah kalo diberi sedikit air
Mikroskopis (Hitung Jumlah Leokosit)

• Jika ada bekuan  + anticoagulans (0,01 ml larutan Na citrate 20%


untuk tiap 1 ml cairan)

• Sel yang dihitung hanya leukosit

• Cairan diencerkan dengan NaCl 0,9% dan dihitung dibawah mikroskop

• Transudat : jumlah leokosit < 500/ul

• Eksudat : jumlah leokosit > 500/ul


Mikroskopis (Hitung Jenis Leokosit)

• Membedakan dua golongan, sel mononuklear (limfosit) dan sel


polinuklear (segment)

• Dalam golongan mononuklear ikut terhitung sel-sel mesotel, sel


plasma, dsb.

• Perbandingan banyak sel dalam golongan, petunjuk kearah jenis


radang

• Radang akut : PN meningkat  pneumonia dan infeksi virus

• Radang kronis : MN meningkat  kemungkinan neoplasma,


limfoma atau tuberkulosis
Mikroskopis (Hitung Jenis Leokosit)

• Buat sediaan apus


• jika cairan jernih ( tidak mengandung banyak sel), pusinglah 10-15
ml dan sediment di+ beberapa tetes serum penderita. Buatlah
sediaan apus dari campuran
• Kalau cairan keruh sekali /purulent, buatlah sediaan apus langsung
memakai bahan itu. Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan
itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis.

• Warnai dengan Giemsa atau Wright.

• Lakukan hitung jenis dalam 100-300 sel. Golongkan PN dan MN


Bakteriologis

• Buat sediaan seperti untuk hitung jenis sel dan diwarnai dengan
Gram dan Ziehl Neelsen (menemukan clostridium)

• Transudat : Tidak ditemukan bakteri

• Eksudat : Ditemukan bakteri

• Pemeriksaan fungi (jamur) : setetes sampel + KOH/NaOH 10% diatas


objek glass, tutup dengan kaca penutup, biarkan selama 20 menit,
kemudian periksa dibawahmikroskop.


Pemeriksaan LDH (Laktat Dehidrogenase)

• Menggunakan metode kinetik

• kadar LDH dipakai untuk informasi tambahan dalam membedakan transudat dan
eksudat.

• Penurunan kadar LDH  perbaikan pada proses inflamasi.

• Kadar LDH meningkat  inflamasi memburuk perlu dilakukan tindakan atau


pengobatan yang lebih agresif

• Nilai rujukan : 100 – 190 IU

• Transudat : < 200 IU

• Eksudat : > 200 IU


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai