Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 10 :

 Puput Aimatusholicha (20040111057)


 Delila Afkarina Kamila (200401110239)

Teori Kepribadian Relasi Objek Melanie Klein

A. Pendahuluan
B. Tokoh dan Teori Dasar

Teori Melanie klein (1882-1998)


Bernama asli melanie reizes klein lahir tanggal 30 maret 1882 di wina, austria.
Melanie klein adalah wanita yang mengembangkan teori yang menekankan pada
konsep pengasuhan dan hubungan penuh cinta kasih antara orang tua dan anak
walaupun demikian ia sendiri tidak mengalami hubungan yang seperti itu dengan
anak perempuanya, melitta. Perpecahan antara ibu dengan putrinya ini terjadi
diawal kelahiran putrinya. Melitta adalah anak pertama dari tiga bersodara. Ia
lahir dari orang tua yang sebenaranya tidak saling mencintai. Saat melitta berusa
15 tahun, orang tuanya berpisah dan melitta menyalahkan ibunya atas perpisahan
ini, juga atas perceraian mereka yang terjadi kemudian. Semakin melitta dewasa
hubunganya dengan ibunya semakin tidak harmonis terutama ketika melitta
menikahi walter schmideberg seorang analisis lain yang sangat berlawanan
dengan klein. Cerita mengenai melanie klein dan anaknya menimbulkan
prespektif baru yang menekankan bahwa teori relasi objek betul betul
menempatkan pentingnya hubungan ibu dengan putrinya.

Teori Relasi Objek


Teori relasi objek merupakan bagian dari teori freud mengenai teori insting,
tetapi penyebabnya berbeda setidaknya dalam tiga hal. Pertama, teori relasi objek
tidak terlalu menekankan dorongan dorongan biologis dan lebih menekankan pada
pentingnya pola yang konsisten dalam hubungan interpersonal. Kedua, kebalikan
dari teori freud yang bersifat paternalistis dan menekan pada kekuatan dan kontrol
ayah, teori relasi objek cenderung lebih maternal dengan menekankan ke intiman
dan pengasuhan ibu. Ketiga, teori relasi objek umumnya lebih memandang kontak
dan hubungan sebagai motif utama tingkah laku manusia bukan kesenangan
seksual. Jika klein disebut sebagai ibu dari teori relasi objek, maka freud adalah
ayahnya.Tujuan dan objek berdampak pada faktor psikologis walaupun
kelihatanya tiap dorongan yang berbeda mempunyai tujuan masing masing,
namun tujuan dasar keduanya selalu sama yaitu untuk mengurangi ketegangan
dengan mencapai kesenangan, dalam istilah freudian, manusia adalah objek suatu
dorongan, bagian dari seseorang atau sesuatu yang dapat membuat tercapainya
suatu tujuan.
Klein dan teori relasi objek lainya memulai dari asumsi dasar yang di
kemukakan freud tersebut. Kemudian mereka berspekulasi mengenai bagaimana
kenyataan atau khayalan seorang bayi di awal hubungan dengan ibunya atau
dengan payudara ibunya. Juga bagaimana keduanya menjadi model dari hubungan
interpersonalnya dimasa datang. Meskipun klein terus menyebut dirinya sebagai
freudian, namun ia melanjutkan teori psikoanalisnya di luar batasan yang telah di
tetapkan oleh freud. Dilain pihak, freud sendiri cenderung mengabaikan klein.

C. Kehidupan Psikis Pada Bayi


Jika Freud menekankan pada beberapa tahun pertama dalam kehidupan
manusia, maka Klein lebih menekankan dalam kehidupan psikis bayi, klein lebih
menekankan pada pentingnya 4 sampai 6 bulan pertama. Baginya seorang bayi
tidak memulai hidupnya sebagai individu yang kosong. Bayi membawa
predisposisi untuk mengurangi pengalaman kecemasan yang dihasilkan oleh
dorongan insting hidup dan insting mati. Kesiapan bayi untuk bertindak atau
bereaksi seperti yang diharapkan secra filogenetis merupak faktor bawaan, sebuah
konsep yang juga disetujui oleh freud.

1. Fantasi
Fantasi atau khayalan hidup yang aktif dimiliki oleh seorang bayi sejak ia lahir.
Fantasi ini merupakan representasi psikis dari ketidak sadaran insting id yang
tidak bisa dicampur adukan dengan fantasi kesadaran yang dimiliki oleh anak
anak dan dewasa. Ketika klein (1932) menulis mengenai dinamika kehidupan
fantasi pada bayi, ia tidak mengatakan bahwa bayi yang baru kahir bisa
merangkum pemikiranya melalui kata kata. Maksudnya adalah bahkan sejak
masih sangat kecil, bayi memiliki gambaran ketidak sadaran dari “baik” dan
“buruk”. Contohnya perut penuh adalah baik; perut kosong tidak baik.
Selanjutnya, klein mengemukakan bahwa bayi yan tertidur saat sedang mengisap
jarinya sedang berfantasi bahwa ia mengisap punting payudara ibunya yang baik.
Seiring dengan berkembangnya sang bayi fantasi ketidak sadaran yang muncul
belakangan ini di bentuk melalui kenyataan yang dialami dan predisposisi
bawaan. Salah satu dari preposisi adalah qedifus complex atau keinginan anak
untuk menghancurkan salah satu orang tuanya dan untuk terlibat secara seksual
dengan orang tuanya.

2. Objek
Klein setuju dengan Freud bahwa manusia mempunyai dorongan bawaan atau
insting, termasuk insting kematian. Dorongan-dorongan tersebut berupa objek.
Objek-objek tersebut adalah dorongan lapar untuk mendapatkan payudara baik,
dorongan berhubungan badan dan memiliki organ seksual, juga lainnya. Klein
(1948) yakin bahwa sejak masa bayi awal, anak sudah berkaitan dengan objek-
objek eksternal ini, dan kemudian mulai berminat pada wajah dan tangan yang
dapat memenuhi kebutuhan mereka. Dalam khayalan aktifnya bayi
mengintroyeksi atau mencapai struktur psikis pada objek-objek eksternal,
termasuk penis ayahnya, tangan dan wajah ibunya, serta bagian tubuh lainnya.

D. Teori Posisi
Klein memandang bayi manusia secara konstan terlibat dalam konflik
mendasar antara insting hidup dan insting mati, yaitu antara baik dan buruk, cinta
dan benci, serta mencipta dan merusak. Seiring dengan pergerakan ego menuju
integrasi dan menjauhi disintegrasi, secara alamiah bayi akan memilih sensasi
yang menyenangkan dari pada yang membuatnya frustrasi. Dalam usahanya
untuk menghadapi dikotomi baik dan buruk atau dalam menghadapi objek internal
dan eksternal, bayi mengatur pengalaman mereka berdasarkan posisi tertentu.
Klein memilih iitilah "posisi" daripada "tahapan perkembangan" untuk
mengindikasikan bahwa posisi dapat maju dan mundur. Posisi bukanlah
merupakan periode perkembangan dalam rentang waktu tertentu dalam fase
kehidupan manusia. Meskipun ia menggunakan label-label psikiatris atau
patologis, Klein bertujuan menempatkan posisi untuk mewakili pertumbuhan dan
perkembangan normal. Dua posisi yang dikemukakannya adalah posisi paranold
schizoid dan posisi depresif.

 Posisi paranoid-schizoid
Pada bulan-bulan awal hidupnya, bayi melakukan kontak dengan payudara
baik dan payudara buruk. Pengalaman yang berkelanjutan ini memberikan pilihan
antara keberhasilan dan frustrasi akan kegagalan, yang kemudian mcngancam
keberadaan ego bayi tersebut. Kedua keinginan yang bertentangan ini kemudian
memaksa bayi untuk menciptakan khayalan merusak payudara dengan
mengigit, mengoyak, ataupun merobeknya.Untuk mengimbangi perasaan yang
bertolak belakang ini, ego membelah diri untuk menjaga kelangsungan insting
hidup dan mati sebagai bagian dari payudara ibunya. Saat ini, bayi mulai merasa
takut akan payudara yang mengancam dibanding merasa takut akan insting
kematiannya.

Namun, ia juga berhubungan dengan payudara ideal yang menyediakan rasa


cinta, rasa nyaman, dan rasa terima kasih. Oleh karena itu, bayi mengadopsi posisi
yang disebut Klein sebagai posisi paranoid-schizoid, yaitu cara bayi untuk
mengatur pengalamannya yang juga mengandung perasaan paranoid sebagai
pelaksana pemisahan objek internal dan eksternal menjadi objek yang baik dan
buruk. Pada saat ini, egonya mempersepsi dunia eksternal sebagai dunia yang
subjektif dan fantastis, bukan objektif dan nyata. Perasaan terancam pada seorang
bayi merupakan perasaan paranoid, yaitu perasaan yang tidak didasari oleh
kenyataan atau bahaya dunia.
Anak harus bisa membedakan payudara baik dan payudara buruk sebab kalau
konsep ini bercampur aduk, maka ia akan kehilangan payudara baik sebagai
labuhan akan rasa hangat yang aman. Contohnya, Klein membandingkan posisi
paranoid-schizoid infantil dengan transferens yang dikembangkan oleh pasien
terapi terhadap terapisnya. Meskipun demikian, perasaan ambivalen yang disadari
bukan merupakan esensi dari posisi paranoid-schizoid. posisi paranoid-schizoid
dengan cara yang primitif dan mengandalkan ketidaksadarannya.

Ogden, mereka mungkin menjadikan diri mereka sebagai objek yang pasif


ketimbang sebagai subjek aktif. Mereka cenderung berkata, ia adalah orang yang
berbahaya ketimbang mengatakan saya merasa bahwa ia berbahaya bagi saya.
Orang lain bisa memproyeksikan perasaan paranoid yang tak disadari terhadap
orang lain, yang kemudian melihat orang tersebut sebagai orang yang sempurna
sementara memandang dirinya kosong dan tidak bermakna.

 Posisisi Depresif
Pada saat ini, bayi mengembangkan gambaran yang lebih realistis sebagai
individu yang independen dan dapat melakukan kebaikan dan keburukan. Bayi
memiliki perasaan takut akan kemungkinan kehilangan ibunya, keinginan untuk
melindungi ibunya, dan menjauhkannya dari segala bahaya yang disebabkan oleh
dirinya sendiri dan semua impuls-impuls yang bisa mencelakai sesama manusia
yang sebelumnya diproyeksikan terhadap ibunya. Kekhawatiran akan kehilangan
objek yang dicintainya bergabung dengan perasaan bersalah karena menginginkan
kehancuran konstitusi objek, yang disebut dengan Klein sebagai posisi
depresif. Anak yang sedang berada pada posisi depresif dapat mengenali objek
yang dicintainya menjelma menjadi satu di waktu yang sama.

Anak melihat ibunya sebagai suatu kesatuan dan dalam posisi yang
berbahaya. Kualitas ini merupakan faktor yang menguntungkan bagi hubungan
interpersonal mereka di masa mendatang. Meskipun demikian, resolusi yang tidak
selesai dapat mengakibatkan kehilangan kepercayaan terhadap orang lain, dihantui
akan kematian dan kehilangan orang yang dicintainya, serta bermacam-macam
gangguan psikis.

E. Mekanisme Pertahanan Psikis


Klein (1955) mengemukakan bahwa sejak awal masa bayinya, anak dapat
mengadopsi beberapa mekanisme pertahanan psikis untuk melindungi perasaan
yang beresal dari kecemasan sadistis oral mengenai payudara-payudara sebagai
objek yang destruktif dan menakutkan di satu sisi, namun payudara sebagai objek
yang menyenangkan dan sangat membantunya di sisi yang lain. Untuk
mengontrol kecemasan ini, bayi menggunakan beberapa mekanisme pertahanan
diri, seperti introyeksi (introjection), proyeksi (projection). pemisahan (splitting),
dan identifikasi proyektif (projective identification).

 Introyeksi
Introyeksi yang dimaksud Klein adalah khayalan yang diperoleh bayi
mengenai persepsi dan pengalaman mereka dengan objek eksternal, yang asalnya
dari payudara ibu. Introyeksi dimulai saat pertama kali bayi disusui, ketika
dilakukannya usaha untuk memasukkan puting ibu ke dalam mulut bayi. Namun
kadangkala, bayi juga mengintroyeksikan objek-objek buruk, seperti payudara
buruk dan penis buruk untuk mengambil kendali dari objek-objek tersebut. Objek-
objek yang diintroyeksi bukan representasi akurat dari objek nyata, tetapi sudah
diwarnai dengan khayalan anak-anak. Misalnya, bayi berkhayalan bahwa ibunya
selalu ada bersamanya sehingga mereka merasa sosok ibunya berada di dalam
badannya.

 Proyeksi
Bayi menggunakan introyeksi pada objek baik dan buruk, kemudian mereka
menggunakan proyeksi untuk mengeluarkannya. Proyeksi merupakan khayalan
yang dirasakan oleh seseorang dan impuls-impuls yang sebetulnya dipindahkan
pada orang lain, tidak berasal dari dalam diri sendiri. Contohnya. anak laki-laki
yang mempunyai keinginan untuk mengebiri ayahnya kemungkinan merupakan
proyeksi dengan menyalahkan ayahnya karena mempunyai keinginan seperti
itu. Bayi kemudian mengatributkan perasaan baiknya ini terhadap payudara dan
membayangkannya terus-menerus. Orang dewasa juga kadangkala
memproyeksikan perasaan cintanya terhadap orang lain dan kemudian merasa
yakin bahwa orang itulah yang sebetulnya jatuh cinta padanya.

 Pemisahan
Bayi hanya dapat mengatur aspek-aspek baik dan buruk serta objek eksternal
dengan cara memisahkan impuls-impuls yang tidak sesuai. Hal ini memungkinkan
mereka berhubungan dengan impuls menyenangkan dan impuls destruktif
terhadap objek eksternal. Pemisahan ini bisa berakibat positif atau negatif pada
anak. Apabila pemisahan ini dilakukan secara tidak ekstrem dan tidak kaku, maka
bisa berdampak positif dan bermakna, baik pada bayi maupun pada orang
dewasa. Sebaliknya. jika pemisahan dilakukan secara berlebihnn dan tidak
luwes, maka bisa menyebabkan represi patologis. Misalnya, jika ego anak sangat
kaku untuk dipisahkan menjadi saya yang baik dan saya yang buruk, maka mereka
tidak dapat mengintroyeksikan pengalaman buruknya menjadi ego baik.

 Indentifikasi Proyektif
Proses mengurangi kecemasan yang keempat adalah indentifikasi
proyektif, yang merupakan mekanisme pertahanan psikis di mana bayi
memisahkan bagian dari diri mereka yang tidak dapat diterimanya. Hasil
pemisahan ini kemudian diproyeksikan menjadi objek lain. Misalnya, bayi
biasanya memisahkan bagian dari impuls destruktif mereka dan
memproyeksikannya pada payudara sebagai payudara yang buruk dan membuat
frustrasi.
Berikutnya, identifikasi akan payudara ini diintroyeksikan kembali.
Tidak seperti proyeksi yang sepenuhnya berupa khayalan, indentifikasi proyektif
hanya ada dalam hubungan interpersonal yang nyata. Contohnya, seorang suami
yang mempunyai kecendcrungan kuat untuk mendominasi orang lain, walaupun ia
tidak menginginkan kecenderungan ini, akan memproyeksikan perasaan-
perasaannya tersebut pada istrinya yang kemudian dilihatnya sebagai istri yang
suka mendominasi orang lain.

F. Intenalisasi
Ketika teori relasi objek berbicara mengenai internalisasi, hal ini berarti bahwa
orang melakukan introyeksi, yaitu memasukkan aspek eksternal kemudian
diolahnya menjadi rangka kerja yang bermakna secara psikologis. Teori Kleinian
menekankan tiga internalisasi penting, yaitu ego, superego, dan Oedipus complex.

1. Ego
Klein meyakini bahwa ego sudah matang pada tahap lebih awal daripada yang
diyakini Freud. Freud menduga ego sudah ada pada saat bayi lahir, namun ia tidak
menghubungkan fungsi psikis tersebut hingga usia tiga atau empat tahun. Freud
meyakini, anak kecil didominasi id, sedangkan Klein mengabaikan id, dan
mendasarkan teorinya pada ego sejak awal kelahiran. Klein yakin bahwa
walaupun ego belum berkembang dengan baik, namun mampu merasakan
kecemasan, mampu menggunakan mekanisme pertahanan, dan mampu
membentuk objek relasi awal pada khayalan dan kenyataan. Ego mulai muncul
ketika menyusu pada ibunya. Pada saat ini ego mengetahui apakah ia
mendapatkan kasih sayang dan cinta atau tidak mendapatkannya. Gambaran ini
menjadi titik utama pembentukkan ego selanjutnya. Payudara menjadi relasi objek
yang pertama bagi bayi, dan selanjutnya menjadi prototipe untuk perkembangan
ego dan hubungan interpersonal di kemudian hari.

2. Superego
Gambaran superego Klein berbeda dari Freud. Konsep superego yang
dikemukakan Freud terdiri dari dua subsistem, yaitu : (a) ego ideal yang
menghasilkan perasaan inferior (b) yang menghasilkan perasaan bersalah.
Sedangkan konsep superego yang dikemukakan Klein adalah superego
berkembang lebih awal dibanding asumsi Freud, pertumbuhan oedipus complex
yang tidak mencukupi, pandangan Klein mengatakan bahwa superego lebih keji
dan kasar. Artinya, Klein menyatakan bahwa pada masa dewasa, superego akan
menghasilkan perasaan inferior dan bersalah (sama dengan Freud). Namun, pada
anak-anak awal, superego akan menghasilkan perasaan terancam.

3. Oedipus Complex.
Konsep Klein mengenai Oedipus complex adalah :
a) Dimulai pada masa oral-anal, dan mencapai puncaknya pada tahap genital.
Freud mengatakan pada masa phalik atau genital.
b) Klein yakin bahwa bagian terpenting dari oedipus complex adalah bahwa
ketakutan anak akan ancaman orangtua karena anak berkhayal bahwa anak
melukai orangtuanya.
c) Klein menekankan pentingnya anak menjaga perasaan positif terhadap
kedua orangtua selama tahun oedipal (4) Klein yakin bahwa oedipus
complex menyediakan kebutuhan yang sama terhadap anak laki-laki dan
perempuan, yaitu membangun sikap positif dengan objek yang
menyenangkan dan menghindari objek yang menakutkan

4. Perkembangan Oedipal pada Perempuan


Perkembangan Oedipal feminin yaitu selama bulan pertama dalam kehidupan
seorang anak melihat payudara ibunya sebagai objek baik atau buruk. Pada usia
enambulan melihatnya sebagai hal yang positif, kemudian melihat ibunya
secarakeseluruhan. Pada masa ini, seorang bayi berimajinasi dan berkhayal bahwa
penisayahnya dapat memberikan beberapa hal kepada ibunya seperti bayi, maka
anakperempuan ini mengembangkan hubungan positif terhadap penis ayahnya
danberkhayal ayahnya bisa memenuhi dengan bayi-bayi. Namun, anak perempuan
iniakan merasa tersaingi dengan ibunya. Ketika anak perempuan dapat
melewatiperkembangan oedipus dengan mulus, maka akan menjadi feminin
danmengembangkan hubungan positif dengan orangtuanya. Namun pada situasi
yangtidak terlalu ideal bayi perempuan memiliki paranoid bahwa ibunya akan
menyakitinya dengan cara menyembuhkan dan mengambil bayi-bayinya,
kecemasan initimbul dari dalam diri anak yang merasa dilukai ibunya. Perasaan
ini akan hilang ketika dia melahirkan bayi yang sehat. Menurut Klein, rasa iri
akan datang dari keinginan anak perempuan untuk diinternalisasi oleh penis
ayahnya dan memperoleh bayi darinya. Khayalan ini menjadi penyebab semua
keinginan akan penis eksternal

5. Perkembangan Oedipal pada laki-laki


Anak laki-laki memandang payudaranya sebagai objek baik dan buruk. Pada
bulan pertama anak laki-laki mengganti tahap oralnya dari payudara menjadi
penisayahnya. Pada masa ini, anak menjadi feminin dimana mengadopsi sikap
homoseksual pasif terhadap ayah, kemudian menjadi hubungan heteroseksual
dengan ibunya.Klein percaya bahwa posisi homoseksual pasif ini merupakan
faktor awalterbentuknya hubungan heteroseksual yang sehat dengan ibunya.
Sederhananya, seseorang anak laki-laki harus memiliki perasaan yang baik
terhadap penis ayahnyaterlebih dahulu, sebelum menilai kepemilikannya terlebih
dahulu.Klein percaya bahwa setiap orang yang dilahirkan dengan dua dorongan
kuat, instinghidup dan insting mati. Tahap yang paling penting dalam kehidupan
adalah beberapabulan pertama yang merupakan tahap dimana hubungan dengan
ibu dan objeksignifikan lainnya menjadi model untuk hubungan interpersonal di
kemudian hari.Kemampuan orang dewasa untuk mencintai atau berhubungan
dengan relasiobjek yang didapatkan pada masa-masa awal kehidupan.

G. Pandangan Mengenai Relasi Objek


Semenjak pemikiran Melanie Klein yang menggambarkan teori relasi objek
dengan sangat jelas dan kuat. Beberapa ahli turut mengembangkan teori ini.
Diantaranya adalah Margaret Mahler, Heinz Kohut, John Bowlby, dan Mary
Ainsworth.

1. Margareth Mahler

Pada awalnya Mahler tertarik pada kelahiran psikologis individual yang terjadi
saat tiga tahun pertama kehidupan seseorang, yaitu ketika seorang anak secara
bertahap mengubah rasa aman menjadi rasa otonomi. Gagasan ini berasal dari
hasil observasi yang dilakukan oleh Mahler sendiri yang membahas tentang
perilaku anak Psikologi Kepribadian Melanie Klein yang terganggu dalam
berinteraksi dengan ibunya. Kemudian, ia juga turut mengobservasi bayi-bayi
normal yang telah dekat dengan ibunya selama 36 bulan pertama
kehidupannya. Menurut Mahler, kelahiran psikologis adalah seorang anak dapat
menjadi individu yang terpisah dari pengasuhnya, sehingga akan mendorong
munculnya kepekaan akan identitas. Kelahiran psikologis dan individu akan dapat
dicapai, jika seorang anak dapat melewati serangkaian proses yang terdiri dari tiga
tahap perkembangan utama dan empat subtahap. Tahap perkembangan mayor
yang pertama adalah autisme normal. Tahap ini digambarkan oleh Mahler dalam
bentuk perbandingan antara kelahiran psikologi dengan telur burung yang tidak
menetas. Menurut pandangannya, burung tersebut telah mampu untuk memenuhi
kebutuhan nustrisinya secara autis karena asupan makanan yang dibutuhkan telah
terdapat pada cangkang telurnya.

Hal ini dapat diibaratkan sebagai bayi yang baru lahir, yang memenuhi
kebutuhan dasarnya dari asuhan ibunya yang kuat dan protektif. Hal tersebut tidak
seperti yang Klein kemukakan tentang konsep rasa takut yang dialami oleh bayi
yang baru lahir. Mahler justru menekankan pada periode tidur yang panjang dan
narsisme awal yang absolut dimana seorang bayi tidak menyadari kehadiran orang
lain. Autisme normal dipandang sebagai tahap tanpa objek yangberarti waktu
yang dibutuhkan si bayi untuk mencari payudara ibunya.

Mahler juga tidak setuju dengan gagasan Klein yang menyatakan bahwa bayi
memasukan payudara dan objek lain ke dalam egonya. Hal tersebut merupakan
proses simbiosis yang normal, yang merupakan tahap perkembangan kedua,
dalam teori Mahler. Selama masa ini bayi berperilaku dan berfungsi layaknya ia
dan ibunya adalah sistem omnipotent, yang berarti satu kesatuan dalam batasan
umum. Hal ini jika dianalogikan dengan telur burung, maka pada saat itulah
cangkang telur sudah mulai retak, akan tetapi membran psikologisnya masih
dalam bentuk simbiosis yang melindungi janinnya. Bayi akan mengirimkan sinyal
kepada ibunya yang akan menunjukan bahwa dirinya sedang
lapar, sakit, senang, dan sebagainya. Selain tiga tahap perkembangan yang
utama, Mahler juga membagi tahap-tahap perkembangan lainnya menjadi empat
subtahap yang saling tumpang tindih. Yang pertama adalah tahap diferensiasi
yang terjadi pada usia lima sampai tujuh bulan hingga sepuluh bulan. Pada usia
ini, senyuman kepada ibunya menandakan suatu ikatan yang spesifik pada orang
lain.

Bayi-bayi yang sehat secara psikologis akan memperluas keingintahuan mereka


dengan dunia luar yang tidak ada hubungannya dengan ibu mereka. Sedangkan
bayi yang tidak sehat akan merasa takut pada orang asing dan cenderung untuk
menghindarinya. Pada saat ini, mereka mulai berlatih untuk memasuki subtahap
pemisahan individuasi yang terjadi pada usia tujuh sampai sepuluh bulan hingga
sekitar usia lima belas atau enam belas bulan. Mereka juga telah menentapkan
suatu ikatan yang spesifik dengan ibunya dan mulai mengembangkan satu ego
yang otonomi. Menurut Mahler,anak-anak pada usia ini memiliki keinginan untuk
saling berbagi setiap pencapaian keterampilan dan pengalaman baru yang
diperoleh dari ibunya. Pada tahap rapprochement, anak-anak menunjukan tingkat
kecemasan yang lebih tinggi karena terpisah dengan ibunya dibanding pada tahap
sebelumnya. Hal ini dikarenakan peningkatan keterampilan kognitif yang
membuat mereka lebih sadar akan terjadinya pemisahan ini, sehingga mereka
mencoba berbagai macam cara untuk memperoleh kedekatan dengan ibunya
kembali seperti yang telah mereka rasakan dahulu. Subtahap yang terakhir dari
teori Mahler adalah objek kesetiaan konstan yang terjadi pada anak ketika berusia
tiga tahun.

Kunci utama dari Teori Mahler terletak pada uraiannya yang membahas tentang
kelahiran psikologis yang berdasarkan pengamatan empiris pada hubungan ibu
dan anak. Walaupun banyak dari teorinya yang berasal dari reaksi bayi, sebelum
bayi dapat berbicara , gagasannya juga dapat dengan mudah untuk diterapkan
pada orang dewasa. Menurut Mahler setiap kesalahan yang diperbuat pada tiga
tahun pertama dari kelahiran psikologisnya, akan dapat menimbulkan regresi
menuju ke tahap belum tercapainya pemisahan dari ibu dan juga pemahamannya
terhadap identitas diri.
2. Heinz Kohut Heinz Kohut

Kohut banyak menyinggung tentang para psikoanalisis dan pada akhirnya dia
menerbitkan sebuah buku berjudul The analysis of The Self pada tahun
1971. Pada buku tersebut konsep mengenai ego diganti dengan konsep mengenal
diri sendiri.Di dalam teorinya, Kohut lebih menekankan proses dimana diri
berkembang dari suatu gambaran yang tak ter diferensiasi atau samar-samar
hingga menjadi identitas individu yang jelas dan tepat. Diri juga merupakan fokus
seorang anak pada hubungan antar pribadi, yang merupakan awal dari
terbentuknya hubungan dengan orang tua dan objek lainnya. Kohut percaya
bahwa bayi memiliki sifat narsistik yang alami. Hal ini berpusat pada diri sendiri
dalam mencari kesejahteraan secara eksklusif bagi diri mereka sendiri, serta
adanya harapan agar dikagumi oleh orang lain sebagai diri mereka sendiri dan atas
apa yang telah mereka lakukan. Kebutuhan narsistik menurut Kohutdidasari oleh
kebutuhan untuk menampilkan kemegahan diri dan kebutuhan untuk mencapai
suatu gambaran yang ideal mengenai salah satu atau kedua orang tuanya. 
Akan tetapi, hal tersebut harus berubah seiring dengan masa pertumbuhannya
menjadi dewasa. Jika hal tersebut tidak dapat terjadi,maka di dalam dirinya akan
timbul suatu kepribadian narsistik secara patologis padadiri mereka ketika
dewasa. Gambaran akan kemegahan haruslah berubah menjadi suatu pandangan
yang realistis pada diri mereka sendiri. Gambaran orang tua yang ideal juga
haruslah tumbuh menjadi gambaran yang realistis pula. Kedua gambaran ini tidak
dapat hilang sama sekali.Orang dewasa yang sehat tetap akan memiliki sikap-
sikap yang positif terhadap diri sendiri dan tetap akan memandang kualitas yang
dimiliki oleh orang tuanya tersebut. Orang dewasa yang narsistik berarti dirinya
tidak atau belum melampui kebutuhan yang bersifat kekanak-kanakan ini dan
tetap menjadi individu.

3.Teori Kedeketan John Bowlby

John Bowlby merupakan salah satu orang yang mengikuti pelatihan dari
Melanie Klein, khususnya pada bidang psikiatri anak. Pada tahun 1950-an,
Bowlby merasa tidak puas dengan teori relasi objek, disebabkan karena
kurangnya teori motivasi dan kurang empirisnya teori relasi objek. Kemudian ia
mengintegrasikan teori relasi objek dalam satu perspektif yang evolusioner.Teori
kedekatan (attachment theory) yang dikemukakan Bowlby ini mempercayai
bahwa proses kedekatan pada masa anak-anak berdampak penting pada
saat masa dewasa. Bowbly mengamati tiga tahap kecemasan dari perpisahan
(separationanxiety). Pertama adalah tahap protes (protest), yaitu dimana anak
tidak tidak mau diasuh selain pengasuhnya sendiri.
Kemudian tahap putus asa (despair), tahap dimana bayi menunjukkan reaksi
ketika bayi terpisah dengan pengasuhya, misalnya diam, sedih, lesu dan lain-lain.
Tahap yang terakhir adalah tahap melepaskan (detachment), pada tahap ini bayi
mulai bisa melepaskan orang lain secara emosional, mereka tidak lagi merasa
kecewa jika ditinggalkan oleh pengasuhnya. Bowlby mengembangkan teori
kedekatan yang dipublikasikan dalam suatu trilogy yang berjudul Attachment and
Loss. Ada dua asumsi utama pada teori Bowlby ini, yaitu pertama adalah rasa
aman yang dirasakan anak yang diperoleh dari tanggungjawab dan hubungan
pengasuhnya. Kedua adalah suatu hubungan yang mengikat menjadi
terinternalisasi dan bertindak misalnya persahabatan dan cinta. Gaya kedekatan
merupakan suatu hubungan antara dua orang, bukan sebuah karakter yang
diberikan pada bayi oleh pengasuhnya. Hubungan ini merupakan hubungan dua
arah antara bayi dan pengasuhnya yang dapat mempengaruhi perilaku satu sama
lainnya.
4.Maria Ainsworth dan Teori Situasi Asing

Psikologi Kepribadian Melanie Klein terpengaruh oleh teori dari Bowlby,


Ainsworth dan rekan-rekannya yang mengembangkan suatu teknik untuk
mengukur jenis gaya kedekatan yang ada antara pengasuh dan bayinya, yang
dikenal situasi asing (strange situation). Percobaan pada teknik ini menghasilkan
tiga skala gaya kedekatan, yaitu:

 Rasa aman (secure attachment) bayi merasa gembira dan antusias ketika
ibu mereka kembali dan mau memulai kontak. Perasaan aman dan
bergantung pada pengasuh merupakan pondasi untuk keinginan bermain
dan eksplorasi.
 Cemas menolak (anxious-resistant) bayi bersifat ambivalen. Jika
pengasuhnya meninggalkan mereka, mereka akan menjadi kesal dengan
cara yang tidak biasa. Namun, ketika pengasuhnya kembali, mereka
berupaya membina kontak sekaligus juga menolak kedekatan dengan
ibunya.
 Cemas menghindar (anxious-avoidant). Mereka sudah bisa menerima
kehadiran orang asing walaupun pengasuhnya meninggalkannya. Bayi
yang tergolong dalam kedua jenis gaya kedekatan yang diikuti perasaan
tidak aman (cemas menghindar dan cemas menolak) cenderung kurang
memiliki kemampuan untuk terlibat dalam permainan dan eksplorasi
efektif.

H. Aplikasi Teori dalam Psikoterapi

Klein, Mahler, Kohut, dan Bowlby adalah psikoanalis yang terlatih dalam
praktik-praktik ortodoks Freudian. Meskipun demikian, masing-masing dari
mrrrka memodifikasi penanganan psikoanalitisnya sesuai dengan orientasi
teoretisnya. Banyak ahli mengemukakan teori yang bervariasi mengenai
pendekatan terapi. Kepeloporan Klein menggunakan psikoanalisis terhadap
anak-anak tidak diterima dengan baik oleh analis-analis lain selama tahun 1920-an
hingga 1930-an. Penolakan gagasan mengenai psikoanalisis terhadap masa kanak-
kanak ini terutama dilakukan oleh Anna Freud, yang menyatakan bahwa terapis
tidak dapat mengembangkan transferens pada anak kecil yang masih sangat dekat
dengan orang tuanya karena mereka tidak memiliki khayalan atau gambaran yang
tidak sadar. Oleh karena itu, ia mengklaim bahwa anak kecil tidak biasa
memperoleh keuntungan dari terapi psikoanalisis.Sebaliknya, Klein percaya
bahwa, baik anak-anak yang sehat maupun yang mengalami gangguan harus
melakukan psikoanalisis. Anak-anak yang mengalami gangguan akan
memperoleh keuntungan dari penanganan terapeutik. sementara anak-anak yang
sehat akan memperoleh keuntungan dari analisis prophilactic. Konsisten dengan
keyakinannya, ia bersikeras melakukan analisis terhadap anak-anaknya sendiri. Ia
juga bersikeras bahwa keberhasilan psikoanalisis terhadap
anak ditentukan dengan adanya transferens negative, sebuah pandangan yang
tidak disetujui Anna Freud dan banyak psikonalis lainnya. Untuk memunculkan
transferens negatif dan khayalan agresif, Klein menyediakan mainan kecil, pensil
dan kertas, cat, krayon, dan sebagainya untuk setiap anak. Ia mengganti
pendekatan analisis mimpi dan asosiasi bebas dari Freud dengan terapi bermain.
Ia percaya bahwa anak kecil dapat mengekspresikan berbagai keinginan mereka
yang tidak sadar dan sadar melalui terapi bermain. Terapi bermain juga
mendukung adanya transferens negative, yaitu ketika pasien Klein yang masih
anak-anak menyerangnya secara lisan.

Hal ini memberinya peluang untuk menginterpretasikan alasan-alasan tidak


sadar di balik serangan-serangan tersebut (Klein, 1943). Tujuan dan terapi
Kleinian adalah mcngurangi perusuan kecemasan yang depresif dan ketakutan
yang mengancam dan untuk mengurangi kekerasan objek yang terinternalisasi.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, Klein mendorong pasien-pasiennya untuk
mengalami kembali emosi dan khayalan awal, nanum kali ini dengan bantuan
terapis. Tugas terapis adalah menunjukkan perbedaan antara kenyataan dan
khayalan serta antara tidak sadar dan yang sadar. Ia juga mengizinkan pasiennya
untuk mengekspresikan transferens positif dan negatif. Situasi ini penting agar
terbentuk pemahaman pasien mengenai bagaimana khayalan tidak sadar
berhuhungan dengan situasi-situasi sehari-hari. Begitu hubungan ini dibuat,
pasien-pasien merasakan berkurangnya penderitaan yang diakibatkan oleh objek
yang diinternalisasinya, berkurangnya kecemasan depresifnya, dan mampu
memproyeksikan ketakutan internal yang dialaminya pada dunia luar.

I. Integrasi
Teori relasi objek dan kedekatan terus mendorong dilakukannya beberapa riset
empiris. Contohnya, teori retasi objek digunakan untuk menjelaskan terbentuknya
gangguan makan (eating disorder). Penelitian ini berasumsi bahwa
ketidakmampuan anak untuk mengurangi perasaan cemas dan frustrasinya
disebabkan pengasuhan orang tua yang tidak responsif dan tidak konsisten.
Seperti yang terjadi pada gangguan makan, ketika seseorang merasa cemas,
mereka cenderung mencari ketenangan dari sumber eksternal, yaitu makanan.
Makanan ini dirasakan sebagai objek yang mampu menenangkan kecemasannya.
Penelitian sebelumnya sudah ada yang mendukung asumsi ini, yang terjadi
terutama pada wanita. Salah satu contohnya adalah penelitan dari Smolak dan
Levine (1993) yang menemukan hubungan antara bulimia dengan pemisahan
yang berlebihan (overseparation atau detachment) dari orang tua, sedangkan
anoreksia
berhuhungan dengan tingkat tingginya perasaan bersalah dan konflik
seputar pemisahannya dengan orang tua.
Maka dari itu dalam islam mengajarkan agar para ibu menyusui anaknya
dengan sempurna, yang tertera pada Al-qur’an (Q.S. Al-Baqarah : 233) :
‫والوالدات يرضعن اوالدهن حولين كاملين لمن اراد ان يتم الرضاعة‬
Artinya : “ Para Ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya”.
Maka tidak diragukan lagi bahwa ASI adalah makanan pertama bayi yang
besar manfaatnya.

J. Evaluasi dan Kritik Teori


Kelebihan :
 Kemampuan dalam mengorganisasi atau mengelola informasi tentang
perilaku bayi
 Klein membangun teori mereka secara berhati-hati berdasarkan
pengamatan terhadap hubungan ibu dan anak
 Sebagai panduan untuk praktisi, teori ini dinilai lebih baik dibanding
sebagai pengorganisasi data atau hipotesis teruji yang dihasilkannya
 Memiliki konsistensi yang tinggi
 Analisis Klein berfokus pada menafsirkan emosi sangat “mendalam”
dan primitif dan fantasi, sehingga analisisnya sangat akurat dan
terpercaya
Kekurangan :
 Teori relasi objek mendapat nilai yang rendah dalam kemampuannya
menghasilkan penelitian
 Teori kedekatan dinilai tinggi dalam hal ketidakmampuannya untuk
diulangi (diuji kebenarannya)
 Teori ini hanya memunculkan sangat sedikit hipotesis yang bisa diuji
 Diluar masa kanak-kanak teori relasi objek kurang bermanfaat sebagai
pengorganisasi (pengolahan) pengetahuan
 Subjek dari pengamatan teori ini bersifat sempit karena hanya
membahas dari hubungan antara orangtua dan anak

Daftar Pustaka
https://ahkammuhammad.wordpress.com/psikologi/teori/melanie-klein/
https://www.psikologimultitalent.com/2017/05/teori-relasi-objek-menurut-
para-ahli.html
https://123dok.com/document/yrk1kn7z-makalah-teori-relasi-objek-
melanie-klein.html
Feist ,J & Feist, GJ.2011.Teori Kepribadian 1. Terjemahan Teheries of
Personality Hendriatno. Jakarta : Salemba Humanika

Anda mungkin juga menyukai