PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
DOSEN PENGAMPU:
Oleh:
2023
A. RIWAYAT SINGKAT ERICSSON
Erikson adalah seorang psikologi Jerman yang terkenal dengan teori tentang
delapan tahap perkembangan pada manusia. Erikson lahir pada tanggal 15 Juni 1902
di Jerman, wafat pada tanggal 12 Mei 1994. Ayahnya adalah penjual asinan mangga
yang tidak dikenal namanya dan ibunya, Karla Abrhamsen, adalah wanita Yahudi.
Orang tuanya berpisah sebelum Erick lahir. Ibunya ,Karla kemudian menikah Dr.
Theodore Homburger. Erikson menyelesaikan pendidikan di gymnasium. Pada usia
25 tahun ia diundang untuk mengajar di sebuah sekolah swasta di Wina. Erikson
menjadi begitu tertarik pada pendidikan anak-anak.
C. STRUKTUR KEPRIBADIAN
1. Ego Kreatif
Ego kreatif adalah ego yang dapat menemukan pemecahan kreativitas atas
masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Apabila menemukan hambatan atau
konflik pada suatu fase, ego tidak menyerah tetapi bereaksi dengan menggunakan
kombinasi antara kesiapan batin dan kesempatan yang disediakan lingkungan. Ego
yg sempurna memiliki 3 dimensi, yaitu faktualisasi, universalitas dan
aktualitas.Faktualisasi adalah kumpulan sumber data dan fakta serta metode yang
dapat dicocokkan atau diverifikasi dengan metode yang sedang digunakan pada
suatu peristiwa.Universalitas adalah dimensi yang mirip dengan prinsip realita
yang dikemukakan oleh Freud. Dimensi ini berkaitan dengan sens of reality yang
menggabungkan pandangan semesta/alam dengan sesuatu yang dianggap konkrit
dan praktis. Aktualitas adalah metode baru yang digunakan oleh individu untuk
berhubungan dengan orang lain demi mencapai tujuan bersama.
adalah ego yang berfokus pada penyesuaian ego terhadap realita. Contohnya yaitu
hubungan ibu dan anak. Meskipun Erikson sependapat dengan Freud mengenai
hubungan ibu dan anak mampu memengaruhi serta menjadi hal terpenting dari
perkembangan kepribadian anak, tetapi Erikson tidak membatasi teori teori
hubungan id-ego dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh ego.
3. Pengaruh Masyarakat
D. DINAMIKA KEPRIBADIAN
E. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
1. Tahap I : Trust versus Mistrust (0-1 tahun)
Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan pengasuhan dan
kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan anaknya, sang anak akan
mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan mengembangkan asa
(hope). Jika krisis ego ini tidak pernah terselesaikan, individu tersebut akan
mengalami kesulitan dalam membentuk rasa percaya dengan orang lain sepanjang
hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa orang lain berusaha mengambil
keuntungan dari dirinya.
Dalam tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas tubuhnya.
Orang tua seharusnya menuntun anaknya, mengajarkannya untuk mengontrol
keinginan atau impuls-impulsnya, namun tidak dengan perlakuan yang kasar.
Mereka melatih kehendak, tepatnya otonomi. Harapan idealnya, anak bisa belajar
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak kehilangan
pemahaman awal mereka mengenai otonomi, inilah resolusi yang diharapkan.
Alwisol (2009) melanjutkan bahwa apabila anak tidak berhasil melewati fase ini,
maka anak tidak akan memiliki inisiatif yang dibutuhkan pada tahap berikutnya
dan akan mengalami hambatan terus-menerus pada tahap selanjutnya.
Pada saat ini, anak-anak belajar untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan dari
menyelesaikan tugas khususnya tugas-tugas akademik. Penyelesaian yang sukses
pada tahapan ini akan menciptakan anak yang dapat memecahkan masalah dan
bangga akan prestasi yang diperoleh. Keterampilan ego yang diperoleh adalah
kompetensi. Di sisi lain, anak yang tidak mampu untuk menemukan solusi positif
dan tidak mampu mencapai apa yang diraih teman-teman sebaya akan merasa
inferior.
Pada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti
orang dewasa sehingga tampak adanya kontraindikasi bahwa di lain pihak anak
dianggap dewasa tetapi di sisi lain dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan
masa stansarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur
dan kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan nilai utama mulai
menurun. Adapun peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Apabila anak tidak
sukses pada fase ini, maka akan membuat anak mengalami krisis identitas,
begitupun sebaliknya.
6. Tahap VI: Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda, 20-30 tahun)
Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan orang
lain secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan sosial
yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila individu berhasil mengatasi krisis
ini, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta.
Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai balasan dari
apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan sesuatu yang dapat
memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan. Ketidakmampuan
untuk memiliki pandangan generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini
tidak berharga dan membosankan. Bila individu berhasil mengatasi krisis pada
masa ini maka ketrampilan ego yang dimiliki adalah perhatian, sedangkan bila
individu tidak sukses melewatinya maka akan merasa bahwa hidupnya tidak
berarti.
8. Tahap VIII: Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir, 65 tahun ke
atas)
Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat kembali masa lalu dan
melihat makna, ketentraman dan integritas. Refleksi ke masa lalu itu terasa
menyenangkan dan pencarian saat ini adalah untuk mengintegrasikan tujuan hidup
yang telah dikejar selama bertahun-tahun. Apabila individu sukses melewati faase
ini maka akan timbul perasaan puas akan diri, sedangkan apabila mengalami
kegagalan dalam melewati tahapan ini akan menyebabkan munculnya rasa putus
asa.