Anda di halaman 1dari 5

RESUME

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

“Perspektif Psikologi Ego (ERICSSON)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Marjohan M.Pd., Kons.

Oleh:

Annisa Salsabila (22006009)

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
A. RIWAYAT SINGKAT ERICSSON

Erikson adalah seorang psikologi Jerman yang terkenal dengan teori tentang
delapan tahap perkembangan pada manusia. Erikson lahir pada tanggal 15 Juni 1902
di Jerman, wafat pada tanggal 12 Mei 1994. Ayahnya adalah penjual asinan mangga
yang tidak dikenal namanya dan ibunya, Karla Abrhamsen, adalah wanita Yahudi.
Orang tuanya berpisah sebelum Erick lahir. Ibunya ,Karla kemudian menikah Dr.
Theodore Homburger. Erikson menyelesaikan pendidikan di gymnasium. Pada usia
25 tahun ia diundang untuk mengajar di sebuah sekolah swasta di Wina. Erikson
menjadi begitu tertarik pada pendidikan anak-anak.

B. PANDANGAN TENTANG MANUSIA

Erikson menyatakan bahwa pertumbuhan manusia berjalan sesuai prinsip


epigenetik yang menyatakan bahwa kepribadian manusia berjalan menurut 8 tahap.
Berkembangnya manusia dari satu tahap ke tahap berikutnya ditentukan oleh
keberhasilannya atau ketidakberhasilannya dalam menempuh tahap sebelumnya. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa Erikson memiliki pandangan yang sama tentang
konsep dasar kepribadian manusia dalam Islam kepribadian manusia tidak hanya
dipengaruhi oleh keinginan atau dorongan dari individu tapi juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor luar seperti adat, budaya, dan lingkungan tempat dimana mereka
hidup. Erikson berkata bahwa orang-orang harus menemukan identitasnya dalam
potensi-potensi masyarakatnya, sedangkan perkembangannya harus selaras dengan
syarat-syarat yang dirancangkan masyarakat, atau mereka harus mengandung akibat-
akibatnya.

C. STRUKTUR KEPRIBADIAN

Erikson menyatakan bahwa struktur kepribadian manusia dibagi menjadi tiga


bagian, yaitu:

1. Ego Kreatif

Ego kreatif adalah ego yang dapat menemukan pemecahan kreativitas atas
masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Apabila menemukan hambatan atau
konflik pada suatu fase, ego tidak menyerah tetapi bereaksi dengan menggunakan
kombinasi antara kesiapan batin dan kesempatan yang disediakan lingkungan. Ego
yg sempurna memiliki 3 dimensi, yaitu faktualisasi, universalitas dan
aktualitas.Faktualisasi adalah kumpulan sumber data dan fakta serta metode yang
dapat dicocokkan atau diverifikasi dengan metode yang sedang digunakan pada
suatu peristiwa.Universalitas adalah dimensi yang mirip dengan prinsip realita
yang dikemukakan oleh Freud. Dimensi ini berkaitan dengan sens of reality yang
menggabungkan pandangan semesta/alam dengan sesuatu yang dianggap konkrit
dan praktis. Aktualitas adalah metode baru yang digunakan oleh individu untuk
berhubungan dengan orang lain demi mencapai tujuan bersama.

2. Ego otonomi fungsional

adalah ego yang berfokus pada penyesuaian ego terhadap realita. Contohnya yaitu
hubungan ibu dan anak. Meskipun Erikson sependapat dengan Freud mengenai
hubungan ibu dan anak mampu memengaruhi serta menjadi hal terpenting dari
perkembangan kepribadian anak, tetapi Erikson tidak membatasi teori teori
hubungan id-ego dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh ego.

3. Pengaruh Masyarakat

Pengaruh masyarakat adalah pembentuk bagian tersebesar ego, mesikipun


kapasitas yang dibawa sejak lahir oleh individu juga penting dalam perkembangan
kepribadian. Erikson mengemukakan faktor yang memengaruhi kepribadian yang
berbeda dengan Freud. Meskipun Freud menyatakan bahwa kepribadian
dipengaruhi oleh biologikal, Erikson memandang kepribadian dipengaruhi oleh
faktor sosial dan historikal.potensi yang dimiliki individu adalah ego yang muncul
bersama kelahiran dan harus ditegakkan dalam lingkungan budaya. Anak yang
diasuh dalam budaya masyakarat berbeda, cenderung akan membentuk
kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan budaya sendiri.

D. DINAMIKA KEPRIBADIAN

Feist dan Feist (2008) menyatakan bahwa perwujudan dinamika kepribadian


adalah hasil interaksi antara kebutuhan biologis yang mendasar dan pengungkapannya
melalui tindakan-tindakan sosial. Hal ini berarti bahwa perkembangan kehidupan
individu dari bayi hingga dewasa umumnya dipengaruhi oleh hasil interaksi sosial
dengan individu lainnya sehingga membuat individu menjadi matang baik secara fisik
maupun secara psikologis.

Ego mengembangkan perasaan yang berkelanjutan diri antara masa lalu


dengan masa yang akan datang selama proses penyesuaian diri dengan realita.tiap
bagian dari ego berkembang pada tahap perkembangan tertentu dalam rentang waktu
tertentu. Menurutnya, semua yg berkembang mempunyai rencana dasar, dan dari
perencanaan ini muncul bagian-bagian, masing-masing bagian mempunya waktu
khusus utk menjadi pusat perkembangan, sampai semua bagian muncul untuk
membentuk keseluruhan fungsi.

E. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
1. Tahap I : Trust versus Mistrust (0-1 tahun)
Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan pengasuhan dan
kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan anaknya, sang anak akan
mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan mengembangkan asa
(hope). Jika krisis ego ini tidak pernah terselesaikan, individu tersebut akan
mengalami kesulitan dalam membentuk rasa percaya dengan orang lain sepanjang
hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa orang lain berusaha mengambil
keuntungan dari dirinya.

2. Tahap II: Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun)

Dalam tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas tubuhnya.
Orang tua seharusnya menuntun anaknya, mengajarkannya untuk mengontrol
keinginan atau impuls-impulsnya, namun tidak dengan perlakuan yang kasar.
Mereka melatih kehendak, tepatnya otonomi. Harapan idealnya, anak bisa belajar
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak kehilangan
pemahaman awal mereka mengenai otonomi, inilah resolusi yang diharapkan.
Alwisol (2009) melanjutkan bahwa apabila anak tidak berhasil melewati fase ini,
maka anak tidak akan memiliki inisiatif yang dibutuhkan pada tahap berikutnya
dan akan mengalami hambatan terus-menerus pada tahap selanjutnya.

3. Tahap III : Initiative versus Guilt (3-6 tahun)

Pada periode inilah anak belajar bagaimana merencanakan dan melaksanakan


tindakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan ini akan membuat sang
anak takut mengambil inisiatif atau membuat keputusan karena takut berbuat
salah. Anak memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau
mengembangkan harapan-harapan ketika ia dewasa. Bila anak berhasil melewati
masa ini dengan baik, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah memiliki
tujuan dalam hidupnya.

4. Tahap IV: Industry versus Inferiority (6-12 tahun)

Pada saat ini, anak-anak belajar untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan dari
menyelesaikan tugas khususnya tugas-tugas akademik. Penyelesaian yang sukses
pada tahapan ini akan menciptakan anak yang dapat memecahkan masalah dan
bangga akan prestasi yang diperoleh. Keterampilan ego yang diperoleh adalah
kompetensi. Di sisi lain, anak yang tidak mampu untuk menemukan solusi positif
dan tidak mampu mencapai apa yang diraih teman-teman sebaya akan merasa
inferior.

5. Tahap V : Identity versus Identity Confusion (12-20 tahun)

Pada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti
orang dewasa sehingga tampak adanya kontraindikasi bahwa di lain pihak anak
dianggap dewasa tetapi di sisi lain dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan
masa stansarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur
dan kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan nilai utama mulai
menurun. Adapun peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Apabila anak tidak
sukses pada fase ini, maka akan membuat anak mengalami krisis identitas,
begitupun sebaliknya.

6. Tahap VI: Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda, 20-30 tahun)

Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan orang
lain secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan sosial
yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila individu berhasil mengatasi krisis
ini, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta.

7. Tahap VII: Generativity versus Stagnation (masa dewasa menengah, 30-65


tahun)

Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai balasan dari
apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan sesuatu yang dapat
memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan. Ketidakmampuan
untuk memiliki pandangan generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini
tidak berharga dan membosankan. Bila individu berhasil mengatasi krisis pada
masa ini maka ketrampilan ego yang dimiliki adalah perhatian, sedangkan bila
individu tidak sukses melewatinya maka akan merasa bahwa hidupnya tidak
berarti.

8. Tahap VIII: Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir, 65 tahun ke
atas)

Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat kembali masa lalu dan
melihat makna, ketentraman dan integritas. Refleksi ke masa lalu itu terasa
menyenangkan dan pencarian saat ini adalah untuk mengintegrasikan tujuan hidup
yang telah dikejar selama bertahun-tahun. Apabila individu sukses melewati faase
ini maka akan timbul perasaan puas akan diri, sedangkan apabila mengalami
kegagalan dalam melewati tahapan ini akan menyebabkan munculnya rasa putus
asa.

Anda mungkin juga menyukai