Erickson memberi jiwa baru ke dalam Teori Psikoanalisis, dengan memberi perhatian
yang lebih besar kepada Ego daripada Id dan Superego. Dia masih menghargai Teori
Freud, namun mengembangkan ide-ide khususnya dalam hubungannya dengan tahap
perkembangan dan peran sosial terhadap pembentuk Ego. Ego berkembang melalui
respon terhadap kekuatan dalam dan kekuatan lingkungan sosial. Ego bersifat adaptif
dan kreatif, berjuang aktif (otonomi) membantu diri menangani dunianya. Erickson
masih mengakui adanya kualitas dan inisiatif sebagai bentuk dasar pada tahap awal,
namun hal itu hanya bisa berkembang dan matang melalui pengalaman sosial dan
lingkungan. Dia juga mengakui sifat rentan Ego, defense yang irasional, efek traumaanxiety-guilt yang langgeng, dan dampak lingkungan yang membatasi dan tidak peduli
terhadap individu. Namun menurutnya Ego memiliki sifat Adaptif, Kreatif, dan Otonom
(adaptable, creative, dan autonomy). Dia memandang lingkungan bukan semata-mata
menghambat dan menghukum (Freud), tetapi juga mendorong dan membentu individu.
Ego menjadi mampu-terkadang dengan sedikit bantuan dari terapis-menangani
masalah secara efektif.
Perkembangan kepribadian dalam teori psikoanalisis Erickson
1. Trust VS Mistrust (0-1/1,5 tahun).
Perkembangan basic trust, essensial. Dalam derajat tertentu diperlukan juga
perkembangan ketidakpercayaan (mistrust) untuk mendeteksi suatu bahaya atau suatu
yang tidak menyenangkan & membedakan orang-orang yang dapat dipercaya / tidak.
2. Otonomi VS Rasa Malu dan Ragu ( early chilhood : 1/1,5-3 tahun).
Mulai mengembangkan kemandirian. Bisa timbul kegelisahan, ketakutan dan
kehilangan rasa pencaya diri apabila suatu kegagalan terjadi.
3. Inisiatif VS Rasa Bersalah (late chilhood:3-6th).
Komponen positif adalah berkembangnya inisiatif. Modalitas dasar psikososialnya :
membuat, campur tangan, mengambil inisiatif , membentuk, melaksanakan pencapaian
tujuan dan berkompetisi
4. Industri VS Inferiority ( usia sekolah:6-12 tahun).
Dimulai industrial age. Pengalaman berhasil memberikan rasa produktif, menguasai
dan kompetitif. Kegagalan menimbulkan perasaan tidak adekuat & inferioritas merasa
diri tidak tidak berguna.
5. Identitas dan Penolakan VS difusi Identitas ( masa remaja: 12-20 tahun).
Tahap perkembangan sebelumnya memberi kontribusi yang berarti pada
pembentukkan Identitas dapat terjadi krisis identitas. Fungsi dasar remaja :
mengintegrasikan berbagai identifikasi yang mereka dapat pada masa kanak-kanak
untuk melengkapi proses pencarian identitas.
6. Intimasi dan Solidaritas VS Isolasi (Early adulthood : 20-35 th).
Perkembangan identitas mendasari perkembangan keakraban indvidu dengan orang
lain. Kemampuan mengembangkan hubungan dengan sejenis/lawan jenis. Salah satu
aspek keintiman adalah solidaritas. Jika keintiman gagal dicapai, individu cenderung
menutup diri.
7. Generativitas VS Stagnasi/ mandeg ( middle adulthood : 35-65 th ).
Generativitas bertitik tolak pada pentingnya dan pengarahan generasi berikutnya.
Penting menumbuhkan upaya-upaya kreatif dan produktif . Bila generativitas gagal,
terjadi stagnasi.
a.
8. Integritas VS Keputusasaan (later years: diatas 65 th).
Secara ideal telah mencapai integritas Integritas : menerima keterbatasan hidup,
merasa menjadi bagian dari generasi sebelumnya, memiliki rasa kearifan sesuai
bertambahnya usia, merupakan integrasi akhir dari tahap-tahap sebelumnya.
Bila integritas gagal : timbul keputusasaan, penyesalan terhadap apa yang telah
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.