Anda di halaman 1dari 4

UAS

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

Disusun Oleh :

Genitrix Monica Ruslani


20402056

Dosen MK :

Dra. Ariantje J Sundah M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
2022/2023
Soal!
1. menjelaskan apa yang dimaksud atau yang digambarkan mengenai ego kreatif menurut
Erickson.
2. Perkembangan kepribadian teori psikososial: Prinsip dan tahap.
3. Jelaskan aspek psikoseksual dalam teori perkembangan Erickson.
4. Konflik psikososial.
- Prinsip epigenetik.
- Interaksi bertentangan.
- Kekuatan ego.
- Konflik dan peristiwa.
- Tahap perkembangan.
5. Apa yang anda pahami tentang ritualisasi ritualisme.

Jawaban!
1. Ego kreatif adalah ego yang dapat menemukan pemecahan kreativitas atas masalah baru
pada setiap tahap kehidupan. Apabila menemukan hambatan atau konflik pada suatu fase,
ego tidak menyerah tetapi bereaksi dengan menggunakan kombinasi antara kesiapan
batin dan kesempatan yang disediakan lingkungan.
2. Prinsip : Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal dengan
teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu
teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya
bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting
dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego. 

 Tahap Trust vs. Mistrust (Lahir–18 Bulan)

 Membangun otonomi (Autonomy vs Shame and Doubt).


 Berinisiatif vs rasa bersalah (Initiative vs Guilt).
 Merasa mampu (Industry vs Inferiority).
 Membangun identitas (Identity vs Confusion).
 Menjalin kedekatan (Intimacy vs Isolation).
 Dewasa (Generativity vs Stagnation).
 Kematangan (Integrity vs Despair).

3. Aspek psikososial adalah titik berat teori ini, yang berarti karakter seseorang terbentuk
dalam tahapan sepanjang hidupnya. Teori perkembangan psikososial Erik Erikson hampir
mirip dengan teori milik Sigmund Freud. Hanya saja, yang lebih ditekankan pengalaman
sosial sejak masih anak-anak hingga lanjut usia.
4. 1. Prinsip Epigenetik: Perkembangan kepribadian mengiuti prinsip epigenetik.
2. Interaksi Bertentangan: Di setiap tahap ada konflik psikososial, antara elemen sintonik
(syntonic = harmonious) dan distonik (dystonic = disruptive). Kedua elemen itu
dibutuhkan oleh kepribadian.
3. Kekuatan Ego: Konflik psikososial di setiap tahap hasilnya akan mempengaruhi atau
mengembangkan ego. Dari sisi jenis sifat yang dikembangkan, kemenangan aspek
sintonik akan memberi ego sifat yang baik, disebut Virtue. Dari sisi enerji, virtue akan
meningkatkan kuantitas ego atau kekuatan ego untuk mengatasi konflik sejenis, sehingga
virtue disebut juga sebagai kekuatan dasar (basic strengh).
4. Aspek Somatis: Walaupun Erikson membagi tahapan berdasarkan perkembangan
psikososial, dia tidak melupakan aspek somatis/biologikal dari perkembangan manusia.
5. Konflik dan Peristiwa Pancaragam (Multiplicity of Conflict and Event): Peristiwa pada
awal perkembangan tidak berdampak langsung pada perkembangan kepribadian
selanjutnya. Identitas ego dibentuk oleh konflik dan peristiwa masa lalu, kini, dan masa
yang akan datang.
6. Di setiap tahap perkembangan, khususnya dari masa adolesen dan sesudahnya,
perkembangan kepribadian ditandai oleh krisis identitas (identity crisis), yang dinamakan
Erikson “titik balik, periode peningkatan bahaya dan memuncaknya potensi”.

5. Ritualisasi versus Ritualisme


Pada setiap tahap perkembangan orang berinteraksi dengan pola-pola tertentu, disebut
ritualisasi (ritualization). Pengertian ritualisasi dapat disingkat sebagai berikut:
Ritualisasi adalah pola-kultural berinteraksi dengan orang dan obyek lainnya, yang
membuat interaksi menjadi menyenangkan (playful).
Ritualisasi adalah kesepakatan saling hubungan antara dua orang (atau lebih) yang terus
menerus berlangsung dan mempunyai nilai adaptif (dapat dipakai dalam berbagai
kesempatan).
Ritualisasi membuat individu dapat bertingkahlaku secara efektif dan tidak canggung di
masyarakat.
Ritualisasi memasukkan orang ke dalam masyarakat dengan mengajarkan kepada mereka
memuaskan keinginan memakai cara-cara yang dapat diterima budaya.
Pola hubungan sosial bisa positif menjadi ritualisasi, sebaliknya negatif menjadi
ritualisme. Ritualisme adalah pola hubungan yang tidak menyenangkan kedua belah
pihak, karena salah satu menduduki posisi yang lebih superior, dan yang lain inferior.
Ciri-ciri ritualisme adalah sebagai berikut:
Perhatian orang dalam ritualisme terfokus pada dirinya sendiri. Orang menjadi lebih
peduli dengan performansi dirinya daripada mempedulikan hubungannya dengan orang
lain atau dengan makna apa yang mereka lakukan.
Sifatnya tidak menyenagkan, tetapi compulsive (terpaksa dilakukan). Ritualisme juga
terpola secara cultural, menjadi tingkah laku yang menyimpang, abnormal, dan aneh.
Ritualisme sering melibatkan orang lain, dalam kedudukan untuk dipungkiri keadaannya.

Ritualisasi-ritualisme : Keramat versus Pemujaan


Bayi menangkap hubungannya dengan ibu sebagai sesuatu yang keramat (numinous).
Pola interaksi numenous membuat bayi sangat menghargai ibunya dan mudah diatur
sehingga dapat mendukung tugas perkembangannya. Numinous akhirnya akan menjadi
dasar bagaimana orang menghadapi/berkomunikasi dengan orang lain, dengan penuh
penerimaan, penghargaan tanpa ada ancaman dan perasaan takut. Interaksi interpersonal
menjadi pemujaan (idolism). Ada dua sisi idolisme akibat penolakan ibu: membuat anak
memuja diri sendiri, atau sebaliknya anak memuja orang lain. Keduanya akan berakibat
orang tidak pernah berhenti mencari pola interaksi yang sempurna, dengan memaksa
orang untuk mengidolakan dirinya, atau memuja orang yang diidolakannya.

Anda mungkin juga menyukai