• Bagi Erickson, pada waktu manusia lahir, ego hadir hanya sebagai potensi
namun, untuk menjadi aktual dia harus hadir dalam lingkungan kultural. ego
berkembang melalui berbagai tahap kehidupan mengikuti prinsip epigenetik,
artinya tiap bagian dari ego berkembang pada tahap perkembangan tertentu
dalam rentangan waktu tertentu
• Instink adalah sumber perangsang somatis dalam yang dibawa sejak lahir,
keinginan adalah perangsang psikologis sedangkan kebutuhan adalah
perangsang jasmani.
EMPAT MACAM SIFAT INSTINK :
1. Sumber
2. Tujuan
3. Objek instink
4. Pendorong atau Penggerak
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
• Pemahaman akan delapan tahapan perkembangan psikoseksual Erikson membutuhkan
pemahaman terhadap beberapa poin penting
1. Prinsip Epigenetik
Menurut Erikson, ego berkembang melalui berbagai tahap kehidupan mengikuti prinsip
epigenetik, istilahyang dipinjam dari embriologi. Perkembangan epigenetik adalah
perkembangan tahap demi tahap dari organ-organ embrio.
Ego berkembang mengikuti prinsip epigenetik. prinsip epigenetik dengan fisik anak adalah
dimulai dari merangkak – duduk – berdiri – berjalan – berlari.
Erikson menjelaskan prinsip epigenetiknya sebagai berikut : “semuanya yang berkembang
mempunyai rencana dasar, dan dari perencanaan ini muncul bagian-bagian, masing-masing
bagian mempunyai waktu khusus untuk menjadi pusat perkembangan, sampai semua bagian
muncul untuk membentuk keseluruhan fungsi.”
2.ASPEK PSIKOSEKSUAL
• Terdapat enam pokok fikiran yang dapat dipakai untuk memahami teori
perkembangan psikososial Erikson :
1.Prinsip Epigenetik
2.Interaksi Bertentangan
3.Kekuatan Ego
4.Kekuatan Ego
5.Konflik dan peristiwa pancaragam
6.Di setiap tahap perkembangan
RITUALISASI VERSUS RITUALISME
Tahap ini paralel dengan fase anal dari Freud. Teori Erikson lebih luas; anak memperoleh kepuasan
bukan hasil dari keberhasilan mengontrol otot-otot anus saja, tetapi juga dari keberhasilan
mengontrol fungsi tubuh yang lain, seperti urinasi, berjalan, melempar, memegang, dan sebagainya.
Kesemuanya itu dikembangkan melalui hubungan interpersonal, sehingga anak juga mengalami
ragu dan malu, belajar bahwa usahanya untuk menjadi otonom bisa berhasil bisa juga gagal.
1. Aspek Psikoseksual : Otot Anal – Uretral
2. Krisis Psikososial : Otonomi VS Malu dan Ragu
3. Virtue : Kemauan
4. Ritualisasi – Ritualisme : Bijakasana VS Legaisme
USIA BERMAIN (3-6 TAHUN)
Tahap ini sama dengan periode falis dari Freud, namun isi kegiatan atau proses perkembangan
didalamnya antara Freud dengan Erikson berbeda. Menurut Erikson ada banyak perkembangan
penting pada fase bermain ini, yakni identifikasi dengan orang tua, mengembangkan gerakan
tubuh, keterampilan bahasa, rasa ingin tahu, dan kemampuan menentukan tujuan.
1. Aspek Psikoseksual : Perkelaminan – Gerakan
2. Konflik Psikososial : Inisiatif VS Perasaan Berdosa
3. Virtue : Tujuan – Sengaja
4. Ritualisasi – Ritualisme : Dramatik VS Impersonasi
USIA SEKOLAH (6–12 TAHUN)
Pada usia ini dunia sosial anak meluas keluar dari dunia keluarga, anak bergaul dengan teman
sebayanya, guru, dan orang dewasa lainnya. Pada usia ini keingin-tahuan menjadi sangat kuat
dan hal itu menjadi berkaitan dengan perjuangan dasar menjadi berkemampuan. Anak yang
berkembang normal akan tekun belajar membaca dan menulis, belajar berburu dan menangkap
ikan, atau belajar keterampilan yang dibutuhkan masyarakat.
1.Aspek Psikososial : Terpendam (Laten)
2. Krisis Psikososial : Ketekunan VS Inferiorita
3. Virtue : Kompetensi
4. Ritualisasi – ritualisme : Formal VS Formalisme
ADOLESEN (12–20 TAHUN)
Tahap ini merupakan tahap yang paling penting diantara tahap perkembangan lainnya, karena
pada akhir tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego yang cukup baik. Adolesen
adalah fase adaptif dari perkembangan kepribadian, fase mencoba-coba. Mereka mencoba-
coba berbagai cara dan mencoba-coba peran baru sambil terus berusaha menemukan identitas
ego yang mantap.
1. Fase Psikososial : Pubertas
2. Fase Psikososial : Identitas dan Kecanduan Identitas
3. Virtue : Kesetiaan
4. Ritualisasi – Ritualisme : Ediologi VS Totalisme
DEWASA AWAL (20–30 TAHUN)
Tahap ini ditandai dengan perolehan keintiman pada awal periode, dan ditandai
perkembangan berketurunan pada akhir periode. Bagi sebagian dewasa awal periode
ini cukup singkat, mungkin hanya beberapa tahun, tetapi bagi beberapa dewasa awal
yang lain bisa membutuhkan waktu puluhan tahun.
1. Tahap Psikoseksual : perkelaminan
2. Krisis Psikososial : Keakraban VS Isolasi
3. Virtue : cinta
4. Ritualisasi – Ritualisme : Afiliasi VS Elitism
DEWASA (30–65 TAHUN)
Menjadi tua bukan berarti menjadi tidak generatif. Usia tua bisa menjadi waktu
yang orang senang bermain, menyenangkan, dan keajaiban, tetapi juga bisa
menjadi tempat orang pikun, depresi dan putus asa
1.Aspek Psikoseksual : Generalisasi Sensualitas
2. Krisis Psikososial : Intergritasi VS Putus Asa
3. Virtue : Kebijaksanaan (wisdom)
4. Ritualisasi – Ritualisme : Integral VS Sapentisme
TAHAP – TAHAP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Fase-Fase Krisis Psikososial Aspek Psikososial Hubungan Khusus Perangkat Psikososial Tujuan Psikososial Akibat Psikososial
I Percaya VS Tidak Percaya Oral Sensory Ibu Mengambil, kemudian Harapan, Kepercayaan Rasa curiga, Distorsi indrawi
Bayi (0-1 tahun) Memberikan dan Penakut
II Otonom VS Pemalu dan Ragu- Anal Muscular Orang Tua Menguasai, kemudian Melepaskan Kehendak, Ketergantungan Tergantung pada orang lain,
Awal Anak/ Balita (1-3 tahun) Ragu Kurangnya harga diri, dan
merasa Malu atau Ragu-ragu
III Inisiatif VS Rasa Bersalah Infantile Genital Locomotor Keluarga Pergi Keluar, Bermain Tujuan, Keberanian Malignasi Berdiam diri,
Bermain (3-6 tahun) Ketidakpedulian, Takut
Mengambil Resiko.
IV Berkarya VS Inferioritas Latency Tetangga, Berteman, dan Menyelesaikan Sesuatu, Kerja Kompetensi Rendah diri, Keahlian
Sekolah (6-12 tahun) Sekolah Sama Sempit dan Lamban.
V Identitas Ego VS Keraguan Puberty Teman, Geng, Model Menjadi Diri Sendiri, Berbagi Kesetiaan, Loyalitas Kejahatan, Diskriminasi
Adolesen/ remaja (12-20 Peran dengan Orang Lain Kelompok, Fanatisme dan
tahun) Penolakan.
Intimitas VS Isolasi Genetality Teman-teman, Partner (sex), Menemukan Jati Diri dalam Diri Cinta Terasing
VI Sahabat, Saingan Orang Lain
Dewasa Awal (20-30 tahun)
Generativitas VS Tidak Rumah Tangga, Rekan Kerja Mencipta, Menjaga Kepedulian Mandeg dan Tidak
VII Berbuat Apa-Apa Produktif, Penolakan.
Dewasa (30-65 tahun)
Integritas VS Kekecewaan Kemanusiaan atau “milikku”, Pasrah Diri, Merasa Cukup, Kebijaksanaan Depresi dan Keputusasaan.
VIII Kehidupan Mananti Ajal Tiba
Dewasa Akhir/ Manula (>65
tahun)
STRUKTUR KEPRIBADIAN
• Ego Kreatif
Ego bersifat adaptif dan kreatif, berjuang aktif (otonomi) membantu diri menangani dunianya.
Ego semacam itu disebut juga ego kreatif, ego yang dapat menemukan pemecahan kreatif
atas masalah baru pada setiap kehidupan.
Ego yang sempurna digambarkan erikson memiliki tiga dimensi, faktualitas, universalitas, dan
aktualitas:
1.Faktualitas
2.Universalitas
3.Aktualitas
NEXT
• Menurut Erikson, ego sebagian bersifat tak sadar, mengorganisir dan mensintesa
pengalaman sekarang dengan pengalaman diri masa lalu dan dengan diri masa yang
akan datang. Erikson menemukan tiga aspek ego yang saling berhubungan, yakni:
• Body ego : Mengacu ke pengalaman orang dengan tubuh/fisiknya sendiri.
• Ego ideal : Gambaran mengenai bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang
bersifat ideal.
• Ego identity : Gambaran mengenai diri dalam berbagai peran sosial
EGO OTONOMI FUNGSIONAL
• Ciri khas psikologi ego dari Erikson dapat diringkas sebagai berikut:
• Erikson menekankan kesadaran individu untuk menyesuaikan diri dengan pengaruh sosial. Pusat perhatian
psikologi ego adalah kemasakan ego yang sehat, alih-alih konflik salah suai yang neurotik.
• Erikson berusaha mengembangkan teori insting dari Freud dengan menambahkan konsep epigenetik
kepribadian.
• Erikson secara eplisit mengemukakan bahwa motif mungkin berasal dari implus id yang tak sadar, namun
motif itu bisa membebaskan diri dari id seperti individu meninggalkan peran sosial di masa lalunya.
• Erikson menganggap ego sebagai sumber kesadaran diri seseorang. Selama menyesuaikan diri dengan realita,
ego mengembangkan perasaan berkelanjutan diri dengan masa lalu dan masa yang akan datang.
PENGARUH MASYARAKAT