STRUKTUR KEPRIBADIAN
EGO KREATIF
Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego, yang
tidak ada pada psikoanalisis Freud, yakni kepercayaan dan penghargaan, otonomi
dan kemauan, kerajinan dan kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan
cinta, generativitas dan pemeliharaan, serta integritas. Ego semcam itu disebut
juga sebagai ego kreatif, ego yang dapat menemukan pemecahan kreatif atas
masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Apabila menemui hambatan atau
konflik, ego tidak menyerah tetapi bereaksi dengan menggunakan kombinasi
antara kesiapan dan kesempatanyang disediakan lingkungan. Ego yang sempurna,
digambarkan Erikson memiliki tiga dimensi, yaitu faktualisasi, universalitas, dan
aktualitas:
1. Faktualitas adalah kumpulan fakta, data, dan metoda yang dapat
diverifikasi dengan metoda kerja yang sedang berlaku. Ego berisi
kumpulan fakta dan data hasil interaksi dengan lingkungan.
2. Universalitas berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan (sens of reality)
yang menggabungkan hal yang praktis dan kongkrit dengan pandangan
semesta mirip dengan prinsip realita dari Freud.
3. Aktualitas adalah cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain,
memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan bersama.
PENGARUH MASYARAKAT
PRINSIP EPIGENETIK
Ego berkembang mengikuti prinsip epigenetik, artinya tiap bagian dari ego
berkembang pada tahap perkembangan tertentu dalam rentanagn waktu tertentu
(yang disediakan oleh hereditas untuk berkembang). Tahap perkembangan yang
satu terbentuk dan dikembangkan diatas perkembangan sebelumnya (tetapi tidak
mengganti perkembangan tahap sebelumnya itu). Ini analog dengan
perkembangan fisik anak, yang dimulai dari merangkak – duduk – berdiri –
berjalan – berdiri – berlari. Ketika bayi masih dalam tahap merangkak, mereka
kemudian mengembangkan potensi untuk berjalan, berlari, meloncat, namun
sesudah mereka menguasai kemampuan meloncat, mereka tetap bisa merangkak
dan berjalan. Erikson menjelaskan prinsip epigenetiknya sebagai berikut:
semuanya yang berkembang mempunyai rencana dasar, dan dari perncanaan ini
muncul bagian-bagian, masing-masing bagian mempunyai waktu khusus untuk
menjadi pusat perkembangan, sampai semua muncul untuk mem bentuk
keseluruhanfungsi.
KRISIS
Berdasarkan prinsip epigenetik, setiap krisis selalu eksis dalam tiga fase
berikut. Fase tidak matang / dewasa atau belum berkembang (immature) yaitu
ketika krisis tidak menjadi titik focus perkembangan kepribadian. Fase krisis yaitu
ketika disebabkan berbagai alas an biologis, psikologis dan sosial, ia menjadi titik
focus perkembangan kepribadian. Dan fase resolusi ketika resolusi atau krisis
mempengaruhi perkembangan kepribadian ditahap selanjutnya. Jika krisis krisis
berkaitan dengan delapan tahap perkembangan ini terselesaikan secara positif,
perkembangan kepribadian normal yang akan muncul. Jika satu atau lebih krisis
yang terselesaikan secara negatif, maka perkembangan normal tersebut akan
terhambat.
Erikson menyatakan bahwa setiap tahap dan krisis yang berurutan ini
memiliki relasi yang khusus dengan salah satu elemen dasar masyarakat, dan
karena alasan yang sederhana inilah siklus hidup manusia seiring komponen
komponen kepribadiannya mulai berkembang. Menurut Erikson, ritualisasi adalah
pola pola prilaku yang muncul berulang yang mencerminkan nilai nilai,
keyakinan-keyakinan, kebiasaan-kebiasaan dan prilaku prilaku yang diatur dan
diberi sanksi oleh masyarakat dan budaya tertentu. Sedangkan ritualisme adalah
ritualisasi yang tidak tepat atau keliru, dan mereka adalah penyebab-penyebab
dibanyak patologi sosial dan psikologis.
Aspek Psikoseksual
REFERENSI