Anda di halaman 1dari 5

- Konsep dan Jenis-jenis Emosi, Konsep Diri dan Harga Diri –

 Konsep dan Jenis-jenis Emosi

Emosi (emotion) sebagai perasaan, afek, yang terjadi ketika seseorang ada di dalam
sebuah kondisi atau suatu interaksi yang penting baginya, khususnya bagi kesejahteraannya
(Campos, 2004). Emosi ditandai dengan perilaku yang merefleksikan baik itu kondisi senang
atau tidak senang seseorang atau transaksi yang tengah dialami. Emosi pula dapat bersifat lebih
spesifik yang tertuang dalam bentuk gembira, takut, marah, dan lain-lain, tergantung terhadap
bagaimana transaksi mempengaruhi suatu individu tersebut.

Terkait jenis-jenis emosi, Robert Plutchik merumuskan terkait 8 primary emotions yaitu:
1. Anticipation (Harapan)
2. Joy (Suka cita)
3. Trust (Percaya)
4. Fear (Takut)
5. Surprise (Heran/ Terkejut)
6. Sadness (Kesedihan)
7. Disgust (Muak)
8. Anger (Marah)

 Emosi Remaja

Sejak lama masa remaja dikatakan sebagai suatu masa badai emosional (Hall, 1904).
Artinya di suatu saat adakalanya remaja mudah dapat merasakan sebagai orang yang paling
bahagia dan di saat lain merasa sebagai orang yang paling menyedihkan. Pada kebanyakan kasus
yang terjadi, intensitas dari emosi mereka berada di luar proporsi dari peristiwa yang
membangkitkannya. Remaja dengan sedikit ataupun tanpa provokasi sama sekali, mereka dapat
menjadi seseorang yang sangat marah kepada kedua orang tuanya, memproyeksikan perasaan-
perasaan mereka yang tidak menyenangkan terhadap orang lain. Sehingga, orang dewasa perlu
mengetahui hal tersebut merupakan suatu aspek yang normal untuk dialami seorang remaja dan
sebagian besar remaja mampu memproses masa mereka itu dan pada akhirnya menjadi seorang
dewasa yang kompeten.

 Hormon, Pengalaman, dan Emosi

Di masa pubertas, terjadi perubahan hormonal dan fluktuasi emosi di masa remaja awal
mungkin berkaitan dengan variabilitas hormon di masa itu. Tetapi ketika memasuki masa
dewasa, suasana hati akan menjadi kurang astrem yang disertai berkurangnya fluktuasi
emosional, disebabkan oleh adaptasi remaja terhadap kadar hormon seiring berjalannya waktu
(Rosenblum & Lewis, 2003).

Kemudian, pengalaman lingkungan dapat mempengaruhi emosi remaja, seperti


pengalaman yang menekan. Pengalaman menekan itu terjadi ketika memasuki sekolah
menengah dan munculnya pengalaman seksual dan relasi romantis. Dalam sebuah studi yang
dilakukan bahwa relasi seksual/ romantis yang nyata mampu menjelaskan lebih dari sepertiga
emosi peringkat Sembilan hingga dua belas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan
hormonal dan pengalaman lingkungan berkontribusi dalam perubahan emosi di masa remaja.

 Konsep Diri dan Harga Diri

Konsep diri (Self Concept) mengarah pada evaluasi yang menyangkut bidang-bidang
tertentu dari diri remaja. Remaja melakukan evaluasi diri yang mencakup diberbagai bidang
seperti akademik, penampilan fisik ataupun atletik. Sedangkan harga diri (Self Esteem)
merupakan satu dimensi global. Contohnya, remaja mungkin menangkap jika dia tidak hanya
seorang pribadi, tetapi seorang pribadi yang baik. Sehingga, tentu tidak semua remaja memiliki
gambaran positif terkait dirinya. Singkatnya, konsep diri mengarah terhadap evaluasi pada
bidang-bidang tertentu, sedangkan harga diri lebih bersifat global.

 Mengukur Harga Diri dan Konsep Diri

Mengukur konsep diri dan harga diri tidak mudah dilakukan, terkhusus pada remaja.
Susan Harter (1989) melakukan suatu pengukuran yang berbeda terhadap remaja, yaitu Self
Perception Profile for Adolescents. Alat ini mengukur sejumlah 8 bidang seperti kompetensi
skolastik, kompetensi atletik, penerimaan sosial, penampilan fisik, perilaku, persahabatan yang
karib, daya tarik romantik dan kompetensi pekerjaan ditambah dengan global self worth.

Kemudian, beberapa ahli mengajukan untuk melakukan kombinasi terkait metode dalam
mengukur harga diri. Di samping dari laporan diri (Self Reporting), para ahli mengajukan agar
dilakukan penilaian oleh orang lain dan observasi terhadap perilaku remaja di berbagai situasi.
Sehingga cara itu dapat diharapkan untuk menghasilkan gambaran diri yang lebih lengkap.
Contohnya teman-teman, para guru, orang tua dan orang lain yang tidak mengenal remaja dapat
diminta untuk menilai harga diri remaja. Ekspresi wajah remaja dan sejauh mana remaja
mengutuk dirinya, dapat menjadi indikator juga untuk menilai bagaimana pandangan mereka
terhadap dirinya.

 Teori Erikson: Psikososial


Erikson memberi jiwa baru ke dalam psikoanalisis, yaitu dengan memberikan perhatian
yang lebih kepada ego ketimbang id dan superego. Erikson masih mengakui adanya kualitas dan
inisiatif sebagai bentuk dasar pada tahap awal, tetapi hal itu hanya dapat berkembang dan masuk
melalui pengalaman sosial dan lingkungan. Menurutnya, ego memiliki sifat adaptif, kreatif, dan
otonom. Erikson memiliki pandangan bahwa lingkungan tidak hanya menghambat dan
menghukum 9 (Freud), tetapi mendorong dan membantu seorang individu.

 Tahap Perkembangan Psikososial

Dalam teori psikosisal mencakup delapan tahapan perkembangan manusia, setiap tahapan
memiliki tugas perkembangan yang unik dan menimbulkan krisis yang harus dituntaskan oleh
individu.

1. Trust Vs Mistrust (Satu tahun pertama)

Dalam tahapan ini bayi akan berusaha keras untuk memperoleh pengasuhan dan
kehangatan. Jika Ibu berhasil memenuhi kebutuhan anaknya, maka sang anak akan
mengembangkan kemampuan untuk mempercayai dan mengembangkan harapan. Jika proses
ego ini tidak selesai, individu akan mengalami kesulitan dalam membentuk rasa percaya
terhadap orang lain sepanjang hidupnya.

2. Autonomy Vs Shame (1-3 tahun)

Dalam tahap ini, anak akan belajar terkait kontrol atas tubuhnya. Orang tua menuntun
anaknya, mengajarkan untuk mengontrol keinginan-keinginan, namun dengan perlakuan yang
tidak kasar. Anak melatih kehendak mereka, tepatnya otonomi. Tujuannya agar anak dapat
belajar menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak kehilangan pemahaman
awal mereka terkait otonomi.

3. Initiative Vs Guilt (Usia Prasekolah)

Pada tahapan ini anak belajar bagaimana merencakan dan melaksanakan tindakannya.
Jika anak tidak berhasil akan mengakibatkan sang anak takut mengambil inisiatif atau membuat
keputusan. Anak memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mampu mengembangkan
harapan-harapan ketika masa dewasa. Tetapi jika anak berhasil melewati masa ini dengan baik,
maka keterampilan egonya akan memiliki tujuan dalam hidupnya.
4. Industry Vs Inferiority (Usia Sekolah Dasar)

Anak sudah mulai melakukan pemikiran logis dan anak sudah bersekolah. Sehingga
tuntutan dari dalam dirinya sendiri maupun di luar semakin luas. Jika kemampuan untuk
menghadapi tuntutan lingkungan dihargai, maka akan berkembang rasa bergairah untuk terus
lebih produktif. Jika sebaliknya dialami oleh anak, maka timbul perasaan rendah diri.

5. Identity Vs Role Confusion (Usia Remaja)

Tahapan ini, remaja dihadapkan pada harapan-harapan kelompok dan dorongan yang
kuat untuk lebih mengenal dirinya. Ia harus menentukan bagaimana masa depannya. Jika
berhasil melewati tahapan ini remaja akan menemukan dirinya, jika sebaliknya terjadi anak
akan merasakan kekaburan peran dalam dirinya sendiri.

6. Intimacy Vs Isolation (Usia Dewasa Awal)

Pada tahapan ini individu sudah mulai mencari pasangan. Sehingga konflik yang dihadapi
berupa kesiapan untuk berhubungan secara akrab dengan orang lain. Artinya, jika berhasil
individu akan mendapatkan rasa kemesraan dan keintiman, sedang yang tidak dapat berhasil
akan merasa terasing atau terkucilkan.

7. Generativity Vs Stagnation (Usia Dewasa Menengah)

Krisis yang dihadapi individu berupa adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar
keluarganya yaitu pengabdian masyarakat. Pengalaman di masa lalu dapat menyebabkan
individu mampu berbuat banyak terhadap kemanusiaan, khususnya bagi generasi yang akan
datang. Tetapi, jika tahapan ini individu memperoleh banyak pengalaman negatif maka ia akan
terkurung dalam kebutuhan dan permasalahannya sendiri.

8. Integirity Vs Despair (Usia Dewasa Akhir)

Pada tahapan ini terjadi perefeleksian kehidupan individu di masa lalu. Kepuasan akan
prestasi dan perlakuannya di masa lalu akan menimbulkan perasaan puas. Tetapi jika merasa
semuanya gagal atau belum siap, akan timbul kekecewaan yang mendalam.

 Daftar Referensi
Alwisol. (2019). Psikologi Kepribadian (Ed.rev). Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah.
Santrock, John W. (2007). Remaja (Edisi 11). (Benedictine Widyasinta, Terjemahan). Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai