Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 12

DASAR DASAR BIMBINGAN KONSELING


“Karakteristik Pelayanan Bimbingan Konseling”

Dosen Pengampu :
Dr. Yarmis Syukur, M. Pd,.Kons.

Oleh:

Annisa Salsabila (22006009)

Departemen Bimbingan dan konseling


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
2022
A. Objek Praktis Spesifik Guru Mata
Pelajaran
Peran guru kelas maupun guru mata
pelajaran dalam pelaksanaan kegiatan B. Objek Praktis Spesifik Guru
bimbingan dan konseling sangatlah BK/Konselor
penting. Keberhasilan penyelenggaraan
bimbingan dan konseling di sekolah
Kehadiran guru bimbingan dan konseling
(guru BK) di Indonesia masih relatif baru.
akan sulit dicapai tanpa peran serta guru Karakteristik Pada awal 1970-an, profesi ini baru
kelas ataupun guru mata pelajaran di Pelayanan diperkenalkan di negeri ini. Pada beberapa
sekolah yang bersangkutan.guru kelas BimbinganPelayan
Karakteristik daerah ada pula guru BP yang disebut
maupun guru mata pelajaran Konseling dengan istilah guru pembimbing. sekarang
membutuhkan kehadiran guru kehadiran bimbingan konseling pada
lembaga pendidikan tidak diragukan lagi
bimbingan dan konseling, sebaliknya
karena secara yuridis formal pemerintah
guru bimbingan dan konseling juga telah memberikan legalitas terhadap
membutuhkan informasi, bantuan, dan keberadaan bimbingan konseling di
kerja sama dengan guru kelas dan guru sekolah.
mata pelajaran untuk melaksanakan
tugas-tugas kepembibingannya.
A. Objek Praktis Spesifik Guru Mata Pelajaran

Peran guru kelas maupun guru mata pelajaran dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan
dan konseling sangatlah penting. Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di
sekolah akan sulit dicapai tanpa peran serta guru kelas ataupun guru mata pelajaran di
sekolah yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal tersebut Sardiman (2001:142)
mengemukakan sembilan peran guru yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu:

1. Sebagai Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,


laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
2. Sebagai Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran dan lain-lain.
3. Sebagai Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan
daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar dan
pembelajaran.
4. Sebagai Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Sebagai Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Sebagai Transmitor, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan
dan pengetahuan.
7. Sebagai Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar-mengajar.
8. Sebagai Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Sebagai Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam
bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana
anak didiknya berhasil atau tidak.
Sembilan peran guru sebagaimana telah dikemukakan terkait erat dengan
penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Kesulitan-kesulitan atau
permasalahan yang timbul dalam implementasi kesembilan peran tersebut pada dasarnya juga
merupakan permasalahan yang berada dalam wilayah penyelenggaraan kegiatan bimbingan
dan konseling. Dalam hal ini, guru kelas maupun guru mata pelajaran membutuhkan
kehadiran guru bimbingan dan konseling, sebaliknya guru bimbingan dan konseling juga
membutuhkan informasi, bantuan, dan kerja sama dengan guru kelas dan guru mata pelajaran
untuk melaksanakan tugas-tugas kepembibingannya.
Peran, tugas, dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan
konseling adalah sebagai berikut :
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada anak didik,
2. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-anak didik dan hubungan
antar anak didik yang menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling,
3. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada anak didik yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan,
4. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi
kasus,
5. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bmbingan dan konseling serta upaya tindak selanjutnya. (Anas solahudin,
2010: 179-125)

B. Objek Praktis Spesifik Guru BK/Konselor

Kehadiran guru bimbingan dan konseling (guru BK) di Indonesia masih relatif baru.
Pada awal 1970-an, profesi ini baru diperkenalkan di negeri ini. Pada beberapa daerah ada
pula guru BP yang disebut dengan istilah guru pembimbing. Akhir-akhir ini, penggunaan
sebutan “konselor” lebih dianjurkan. Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (6)
disebut istilah “konselor” untuk profesi pendidik ini. Lebih lanjut dalam buku Rambu-Rambu
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal yang dikeluarkan
Dirjen PMPTK Depdiknas tahun 2007, dijelaskan pendidikan minimal konselor adalah
sarjana (S1) program studi bimbingan dan konseling. Diharapkan setelah lulus pendidikan
akademik dan memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) jurusan bimbingan dan konseling,
lulusan dapat melanjutkan pendidikan profesi konselor (PPK).

Saat sekarang kehadiran bimbingan konseling pada lembaga pendidikan tidak diragukan lagi
karena secara yuridis formal pemerintah telah memberikan legalitas terhadap keberadaan
bimbingan konseling di sekolah. Sebagaimana dinyataka UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
sisdiknas bab 1 pasal 1 Ayat 6 : pendidikan adalah tenaga pendidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, guru bimbingan konseling (konselor), pamong belajar, widyaiswara,
tulor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta
berpartsipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian dalam UU RI No. 20
tahun 2003 pasal 1 ayat 6 menjelaskan bahwa guru BK adalah konselor, konselor adalah
pendidik, karena itu konselor harus berkompetensi sebagai pendidik.

Konselor, yang adalah pendidik (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1 Butir 6) , sebagai tenaga
professional dituntut untuk menguasai dan memenuhi trilogi profesi dalam bidang
pendidikan, khususnya bidang konseling, yaitu

1. lmu Pendidikan
Konselor diwajibkan menguasai ilmu pendidikan sebagai dasar dari keseluruhan
kinerja profesionalnya dalam bidang pelayanan konseling, karena konselor
digolongkan ke dalam kualifikasi pendidik; dan oleh karenanya pula kualifikasi
akademik seorang konselor pertama-tama adalah Sarjana Pendidikan. Atas dasar
keilmuan inilah konselor akan menguasai dengan baik kaidah-kaidah keilmuan
pendidikan sebagai dasar dalam memahami peserta didik (sebagai sasaran pelayanan
konseling) dan memahami seluk beluk proses pembelajaran yang akan dijalani
peserta didik melalui modus pelayanan konseling. Dalam hal ini proses konseling
tidak lain adalah proses pembelajaran yang dijalani oleh sasaran layanan bersama
konselornya. Dalam arti yang demikian pulalah, konselor sebagai pendidik diberi
label juga sebagai agen pembelajaran.

2. Substansi Profesi Konseling


Objek praktis spesifik yang menjadi fokus pelayanan konseling adalah kehidupan
efektif sehari-hari (KES). Dalam hal ini, sasaran pelayanan konseling adalah kondisi
KES yang dikehendaki untuk dikembangkan dan kondisi kehidupan efektif sehari-
hari yang terganggu (KES-T). Dengan demikian, pelayanan konseling pada dasarnya
adalah upaya pelayanan dalam pengembangan KES dan penanganan KES-T.

3. Praktik Pelayanan Konseling


Praktik pelayanan konseling terhadap sasaran pelayanan merupakan puncak dari
keberadaan bidang konseling pada setting tertentu. Mutu pelayanan konseling diukur
dari penampilan paktik pelayanan oleh konselor terhadap sasaran pelayanan.
Pada setting satuan pendidikan misalnya, mutu kinerja konselor di sekolah/ madrasah
dihitung dari penampilannya dalam praktik pelayanan konseling terhadap siswa yang
menjadi tanggung jawabnya.
DAFTAR PUSTAKA

Administrator. (2008). Trilogi Profesi Konselor dan Pengelolaan Berbasis Kinerja. Diakses
(tanggal 22 November 2022) melalui https://www.konselor.or.id/read/29/trilogi-
profesi-konselor.html

Salahudin, A. (2010). Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.

Sardiman. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai