Tugas 12 DDBK
Tugas 12 DDBK
Dosen Pengampu :
Dr. Yarmis Syukur, M. Pd,.Kons.
Oleh:
Peran guru kelas maupun guru mata pelajaran dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan
dan konseling sangatlah penting. Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di
sekolah akan sulit dicapai tanpa peran serta guru kelas ataupun guru mata pelajaran di
sekolah yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal tersebut Sardiman (2001:142)
mengemukakan sembilan peran guru yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu:
Kehadiran guru bimbingan dan konseling (guru BK) di Indonesia masih relatif baru.
Pada awal 1970-an, profesi ini baru diperkenalkan di negeri ini. Pada beberapa daerah ada
pula guru BP yang disebut dengan istilah guru pembimbing. Akhir-akhir ini, penggunaan
sebutan “konselor” lebih dianjurkan. Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (6)
disebut istilah “konselor” untuk profesi pendidik ini. Lebih lanjut dalam buku Rambu-Rambu
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal yang dikeluarkan
Dirjen PMPTK Depdiknas tahun 2007, dijelaskan pendidikan minimal konselor adalah
sarjana (S1) program studi bimbingan dan konseling. Diharapkan setelah lulus pendidikan
akademik dan memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) jurusan bimbingan dan konseling,
lulusan dapat melanjutkan pendidikan profesi konselor (PPK).
Saat sekarang kehadiran bimbingan konseling pada lembaga pendidikan tidak diragukan lagi
karena secara yuridis formal pemerintah telah memberikan legalitas terhadap keberadaan
bimbingan konseling di sekolah. Sebagaimana dinyataka UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
sisdiknas bab 1 pasal 1 Ayat 6 : pendidikan adalah tenaga pendidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, guru bimbingan konseling (konselor), pamong belajar, widyaiswara,
tulor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta
berpartsipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian dalam UU RI No. 20
tahun 2003 pasal 1 ayat 6 menjelaskan bahwa guru BK adalah konselor, konselor adalah
pendidik, karena itu konselor harus berkompetensi sebagai pendidik.
Konselor, yang adalah pendidik (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1 Butir 6) , sebagai tenaga
professional dituntut untuk menguasai dan memenuhi trilogi profesi dalam bidang
pendidikan, khususnya bidang konseling, yaitu
1. lmu Pendidikan
Konselor diwajibkan menguasai ilmu pendidikan sebagai dasar dari keseluruhan
kinerja profesionalnya dalam bidang pelayanan konseling, karena konselor
digolongkan ke dalam kualifikasi pendidik; dan oleh karenanya pula kualifikasi
akademik seorang konselor pertama-tama adalah Sarjana Pendidikan. Atas dasar
keilmuan inilah konselor akan menguasai dengan baik kaidah-kaidah keilmuan
pendidikan sebagai dasar dalam memahami peserta didik (sebagai sasaran pelayanan
konseling) dan memahami seluk beluk proses pembelajaran yang akan dijalani
peserta didik melalui modus pelayanan konseling. Dalam hal ini proses konseling
tidak lain adalah proses pembelajaran yang dijalani oleh sasaran layanan bersama
konselornya. Dalam arti yang demikian pulalah, konselor sebagai pendidik diberi
label juga sebagai agen pembelajaran.
Administrator. (2008). Trilogi Profesi Konselor dan Pengelolaan Berbasis Kinerja. Diakses
(tanggal 22 November 2022) melalui https://www.konselor.or.id/read/29/trilogi-
profesi-konselor.html
Sardiman. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.