Anda di halaman 1dari 2

KASUS MANAJEMEN BISNIS INTERNASIONAL (SOAL UAS 2018)

Keinginan pemerintah menggenjot hubungan dagang internasional dan investasi


menghadapi banyak ganjalan. Salah satunya dari daya saing.

Rizal Affandi Lukman, Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Kerjasama


Ekonomi Internasional menyatakan daya saing industri nasional sampai saat ini masih
kalah dibanding negara lain. Salah satu faktor disebabkan tingginya harga gas industri
dan tumpang tindih regulasi.

Untuk harga gas, meski pemerintah dua tahun lalu sudah menerbitkan paket kebijakan
ekonomi berisikan penurunan harga gas industri, tapi penurunan baru berlaku untuk
industri pupuk, baja, dan petrokimia. Padahal, dalam Perpres No.40 Tahun 2016
tentang Penetapan Harga Gas Bumi, penurunan harga gas industri rencananya akan
dilakukan terhadap tujuh sektor industri yaitu pupuk, petrokimia, oleochemical, baja,
keramik, kaca, dan sarung tangan.

"Perbedaan harga gas tersebut membuat level playing field tidak sama, maka perlu
kebijakan sektor energi yang tepat agar daya saing ini imbang," katanya dalam Dialog
Pemerintah Badan Usaha tentang Perdagangan Internasional dan Investasi, Senin
(4/9).

Daya saing juga tergerus masalah lain. Pertama, berkaitan dengan pajak. Thomas T
Lembong, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal bilang Menteri Keuangan Sri
Mulyani dalam sidang kabinet beberapa waktu lalu memaparkan bahwa 70%
penghasilan pajak berasal dari pajak penghasilan usaha perusahaan.

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa industri nasional selama ini menghadapi


beban besar dari pungutan pajak. Alhasil, industri nasional susah berkembang dan
berdaya saing. Masalah lain, berbelitnya perizinan usaha yang sampai saat ini masih
terjadi.

Walaupun masih bermasalah, Thomas mengatakan, pemerintah tidak akan


mundur. Pemerintah akan tetap melanjutkan perundingan kerjasama
perdagangan internasional dan investasi.

Pemerintah memandang, penyelesaian kesepakatan kerjasama perdagangan


internasional mempunyai manfaat besar untuk Indonesia dan industri dalam negeri.
Keuntungan bisa didapat dari keringanan tarif bea masuk produk ekspor Indonesia ke
negara mitra dagang. Keuntungan juga bisa didapat dalam investasi.

"Ada bank eksim dari negara besar anggota G-7 yang melarang pemberian jaminan
atas investasi di negara yang tidak punya perjanjian investasi atau perdagangan
dengan mereka, nah ini bisa membuat Indonesia sulit," katanya.
Imam Subagyo, Dirjen Perundingan Kerjasama Internasional Kementerian
Perdagangan mengatakan, ada empat kerjasama perdagangan internasional yang
perundingannya akan dikebut dan diselesaikan tahun ini, antara lain; Kesepakatan
Kerjasama Ekonomi Komprehensif Indonesia- Australia (Indonesia- Australia CEPA),
Kesepakatan Kerjasama Perdagangan Bebas Indonesia- Chile, dan Kesepakatan
Kerjasama Perdagangan Bebas Indonesia- Iran.

Pertanyaan;

Seandainya Saudara seorang konsultan Manajemen Bisnis Internasional,apa


REKOMENDASI anda kepada Pemerintah agar keinginan untuk memajukan Industri
Nasional dapat berlanjut ? Jelaskan jawaban saudara dengan berdasarkan;

1.Analisa SWOT,

2.Mempertimbangkan potensi Sumber Daya Manajemen (5M) yang dimiliki,

3 Rekomendasi disarankan dengan memperhatikan.Aspek Manajemen (POAC).

Diharapkan Saudara dapat menggunakan data terkini dari kondisi Indonesia,agar


rekomendasi Saudara uptodate.

Anda mungkin juga menyukai