Anda di halaman 1dari 2

ARTIKEL

KEBIJAKAN FISKAL DALAM PEMULIHAN EKONOMI AKIBAT COVID-19

Kebijakan fiskal adalah konsep pengelolaan ekonomi diperkenalkan oleh John


Maynard Keynes, yang kemudian umum dipakai dunia sejak peristiwa Depresiasi Besar
(Great Depression) terjadi pasca Perang Dunia I tahun 1929. Menurut Keynes, pemerintah
suatu negara sebenarnya punya hak mengatur pengeluaran dan pemasukan sebuah negara
dengan menetapkan pajak dan membuat kebijakan demi ekonomi makro negara. Dari segi
definisinya, pengertian kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil pemerintah demi
menjaga pemasukan dan pengeluaran negara tetap stabil sehingga perekonomian negara
bisa bertumbuh baik. Lebih spesifik lagi, menurut OJK pengertian kebijakan fiskal adalah
kebijakan tentang perpajakan, penerimaan, utang piutang, dan belanja pemerintah dengan
tujuan ekonomi tertentu.

Kebijakan fiskal pemerintah untuk mencapai target penerimaan negara yaitu


merevisi target penerimaan pajak, menyusun ulang alokasi penerimaan negara dalam APBN
2020 dan menerapkan pajak digital untuk kegiatan melalui media elektronik. Dari sisi
pengeluaran, pemerintah akan melakukan refocusing dan revisi anggaran untuk menekan
angka defisit APBN untuk membantu pembiayaan pemerintah yang telah melakukan 3 kali
stimulus Anggaran yaitu Februari sebesar Rp 8, 5 triliun untuk memperkuat ekonomi dalam
negeri melalui sektor pariwisata, Maret sebesar Rp 22, 5 triliun. berupa kebijakan fiskal dan
nonfiskal untuk menopang sektor industri dan memudahkan ekspor-impor dan akhir bulan
Maret sebesar Rp 405, 1 triliun untuk kebijakan kesehatan.

Tahun 2021 diawali dengan gelombang baru kasus COVID-19 akibat


penyebaran Varian Omicron. penambahan kasus harian global terus
menurun. Kasus harian di Indonesia masih meningkat namun dengan angka
kematian yang relative lebih rendah. Di sisi lain, sampai dengan 18 Februari
2022 tercatat 51,5% populasi masyarakat Indonesia sudah mendapatkan dua
dosis vaksin dan 3% sudah mendapatkan vaksin booster. Perekonomian di
beberapa negara telah kembali ke level pra-pandemi pada tahun 2021,
termasuk Indonesia, AS dan Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada Q4 2021 mencapai 5,02%, atau secara keseluruhan tahun 2021
mencapai 3,69%.

Memasuki tahun 2022, pemulihan ekonomi terjaga. Aktivitas


perekonomian pada bulan Januari masih kuat, baik dari sisi produksi
maupun konsumsi. Dalam pelaksanaaan anggaran terdapat langkah-
langkah strategis pelaksanaan anggaran TA 2022 pada pimpinan K/L yang
meliputi 5 (lima) hal, yaitu: Perbaikan Perencanaan; Percepatan Pelaksanaan
Program/Kegiatan/Proyek; Percepatan Pengadaan Barang dan Jasa;
Percepatan Penyaluran Dana Bansos dan Banper yang tepat sasaran; dan
Peningkatan Monitoring dan Efektivitas Belanja. Kinerja penyerapan bulan-
bulan berikutnya diharapkan semakin baik seiring dengan akselerasi
penyaluran bantuan sosial (bansos) untuk penanganan kemiskinan ekstrem,
dan pelaksanaan berbagai program penanganan COVID-19 dan pemulihan
ekonomi.

Program PC-PEN tahun 2022 yang akan dimonitor secara intensif


diperkirakan mencapai Rp455,62 triliun, terdiri dari penanganan kesehatan
sebesar Rp122,54 triliun, perlindungan masyarakat sebesar Rp154,76 triliun,
dan penguatan pemulihan ekonomi sebesar Rp178,32 triliun. APBN menjadi
pelindung dari masyarakat terhadap pressure dari energi, dan dari sisi
kesehatan. Ini menggambarkan APBN berperan penting sebagai instrumen
pelindung masyarakat, karena guncangan dunia ini masih terjadi dari
berbagai segi, seperti kesehatan , komoditas akibat
geopolitik,dan  recovery yang tidak merata, juga kompleksitas dari kenaikan
suku bunga global.

Tujuan utama dari APBN supaya mempercepat pemulihan dan bisa


dirasakan langsung oleh masyarakat

Agar Indonesia dapat dengan cepat terbebas dari wabah covid-19 seluruh
masyrakat diharapkan mematuhi himbauan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah seperti menggunkan masker ketika keluar rumah dan menjaga
jarak ditempat kerumunan.

Penulis: Widya Lola Agustina

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

Anda mungkin juga menyukai