Anda di halaman 1dari 3

PENERIMAAN PAJAK DI 2020 BABAK BELUR, PPH MIGAS ANJLOK

TERDALAM

https://ekonomi.bisnis.com/

Penerimaan pajak sepanjang 2020 mengalami penurunan yang cukup dalam


akibat pandemi Covid-19 yang menghantam ekonomi Indonesia. Menteri Keuangan Sri
Mulyani menegaskan bahwa dari total pendapatan negara, penerimaan pajak tahun ini
menjadi pos yang paling terpukul akibat dampak Covid-19. Sri Mulyani memaparkan
total penerimaan pajak 2020 tercatat Rp1.070 triliun.
Realisasi penerimaan pajak ini hanya mencapai 89,3 persen dari target yang
ditetapkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2020 sebesar
Rp1.198,8 triliun. “Penurunan penerimaan pajak ada dua. Satu, wajib pajak mengalami
penurunan dari kegiatan ekonomi. Yang kedua pemerintah memberikan insentif pajak
yang sangat luas,” ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Realisasi Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) TA 2020. Insentif itu mulai dari
insentif Pajak Penghasilan (PPh) 21 Ditanggung Pemerintah (DTP), pengurangan PPh
Pasal 25, restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dipercepat dan PPh final Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) DTP. Dengan demikian, penerimaan pajak
mengalami penurunan 19,7 persen dibandingkan tahun 2019.
Dari data Kementerian Keuangan, pos penerimaan pajak yang mengalami
penurunan paling dalam adalah PPh Migas. Realisasi PPh Migas sepanjang 2020
mencapai Rp33,2 triliun atau lebih tinggi sebesar 4,1 persen dari target di dalam Perpres
72/2020. Namun, realisasi ini turun 43,9 persen dibandingkan tahun lalu. Kondisi ini,
kata Sri Mulyani, dipicu oleh penurunan harga komoditas di pasar global, terutama
harga minyak mentah. Lebih lanjut, realisasi setoran pajak nonmigas mencapai

Catatan Berita/Dyah Puspitasari A/ Umum Halaman


Rp1.036,8 triliun atau hanya 88,8 persen dari target di dalam Perpres dan turun 18,6
persen dari realisasi tahun 2019 sebesar. Lebih rinci, PPh nonmigas mengalami
penurunan menjadi Rp560,7 triliun atau hanya 87,8 persen dan turun 21,4 persen dari
posisi 2019. Sementara itu, PPN hanya mencapai Rp448,4 triliun atau 88,4 persen dari
target dan turun 15,6 persen dari 2019.
Kondisi berbeda terjadi di pos penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
tercatat sebesar Rp21 triliun atau 155,9 persen dari target yang dipatok sebesar Rp13,4
triliun dan turun tipis 0,9 persen dari realisasi 2019. Pajak lainnya, menurut data
Kementerian Keuangan, tercatat sebesar Rp6,8 triliun atau hanya mencapai 90,6 persen
dari target Rp7,5 triliun dan turun 11,7 persen dari realisasi 2019.

Sumber Berita:
1. https://ekonomi.bisnis.com/read/20210106/259/1339479/penerimaan-pajak-di-
2020-babak-belur-pph-migas-anjlok-terdalam, Minggu, 6 Januari 2021.
2. https://nasional.kontan.co.id/news/realisasi-pph-migas-terpukul-paling-dalam-
anjlok-439-di-tahun-2020, Minggu, 6 Januari 2021.
3. https://www.ssas.co.id/cita-wajar-penerimaan-pajak-tahun-2020-minus-197/,
Minggu, 6 Januari 2021

Catatan:
Berdasarkan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2019 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020 menyatakan bahwa
Pendapatan Sumber Daya Alam direncanakan sebesar Rp160.358.258.585.000,00
(seratus enam puluh triliun tiga ratus lima puluh delapan miliar dua ratus lima puluh
delapan juta lima ratus delapan puluh lima ribu rupiah), yang terdiri atas: a. Pendapatan
Sumber Daya Alam Minyak Bumi dan Gas Bumi dan b. Pendapatan Sumber Daya
Alam Non Minyak Bumi dan Non Gas Bumi..
Target Lifting minyak bumi ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 9
tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2021. Sejalan dengan
pergerakan harga komoditas dunia, rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesia
cntd.e price-lcp) di pasar internasional dalam tahun 2021 diperkirakan akan berada pada
kisaran USD45 (empat puluh lima dolar Amerika Serikat) per barel. Sementara itu,
lifting minyak mentah diperkirakan mencapai 705.000 (tujuh ratus lima ribu) barel per
hari, sedangkan lifting gas diperkirakan mencapai 1.007.000 (satu juta tujuh ribu) barel
setara minyak per hari.

Catatan Berita/Dyah Puspitasari A/ Umum Halaman


Untuk Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) yang menggunakan sistem Cost
Recovery (Pengembalian Biaya Operasi) penghitungan Pajak Penghasilan diatur dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan
dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi pada
Pasal 25 ayat (3) menjelaskan bahwa besarnya Pajak Penghasilan bagi Kontraktor,
dihitung berdasarkan penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif pajak yang
ditentukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang pajak penghasilan.
Kemudian pada ayat (4) dijelaskan Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang bagi
Kontraktor yang kontraknya ditandatangani sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah
ini, dihitung berdasarkan tarif pajak perseroan atau Pajak Penghasilan pada saat kontrak
ditandatangani.
Sedangkan KKKS yang menggunakan sistem Gross Split, penghitungan Pajak
Penghasilan diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2017 tentang
Perlakuan Perpajakan Pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dengan
Kontrak Bagi Hasil Gross Split. Dalam pasal 18 ayat 1 dinyatakan, penghasilan neto
untuk satu tahun pajak bagi kontraktor, dihitung berdasarkan penghasilan ditambah
penghasilan penghasilan lainnya dan dikurangi biaya operasi.Kemudian dalam hal
penghasilan setelah pengurangan biaya operasi didapat kerugian, kerugian tersebut
dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut
sampai dengan 10 tahun. “Penghasilan kena pajak bagi kontraktor dihitung berdasarkan
penghasilan neto dikurangi dengan kompensasi kerugian,” tertulis di Pasal 18 ayat (3).
Besarnya pajak penghasilan yang terutang bagi kontraktor, dihitung berdasarkan
penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif pajak yang ditentukan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan di bidang pajak penghasilan. Penghasilan kena pajak
tersbeut setelah dikurangi pajak penghasilan, maka terutang pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak penghasilan.

Catatan Berita/Dyah Puspitasari A/ Umum Halaman

Anda mungkin juga menyukai