Anda di halaman 1dari 7

6/15/23, 10:14 AM Berita :: PENGERTIAN PEREDARAN BRUTO PADA PASAL 31E UNDANG-UNDANG PPH

home Pusdiklat Pajak

Beranda ≻ Berita ≻ PENGERTIAN PEREDARAN BRUTO PADA PASAL 31E UNDANG-UNDANG PPH

PENGERTIAN PEREDARAN BRUTO PADA

PASAL 31E UNDANG-UNDANG PPH

Pusdiklat Pajak

 Rabu, 13 Mei 2015 11:39 WIB

Abstrak

Pemerintah memberikan insentif kepada Wajib Pajak badan dalam negeri berupa pengurangan
tarif pajak penghasilan sebesar 50% dari tarif PPh pasal 17 Undang-Undang PPh. Pemberian
insentif ini dituangkan dalam pasal 31E Undang-Undang No.36 tahun 2008 tentang PPh. Namun
dalam penghitungannya, pemberian insentif didasarkan pada besaran jumlah Peredaran
Bruto.Pengertian peredaran bruto ini tidak ada penjelasannya dalam Undang-Undang PPh.
Pengertian peredaran bruto juga tidak ada penjelasannya pada Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), pada Internasional Accounting Standard 18 — Revenue.

Ternyata pengertian peredaran bruto sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 31E ayat (1)
Undang-Undang Pajak Penghasilan dijelaskan pada SE-02/PJ/2015 yaitu semua penghasilan
yang diterima dan/atau diperoleh dari kegiatan usaha dan dari luar kegiatan usaha, setelah
dikurangi dengan retur dan pengurangan penjualan serta potongan tunai dalam Tahun Pajak
yang bersangkutan, sebelum dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, meliputi:

1. penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan bersifat final;


2. penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan tidak bersifat final; dan
3. penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak

Kata Kunci: peredaran bruto, penghasilan bruto, retur, potongan tunai.

Latar Belakang

Pemerintah mengeluarkan pasal 31E Undang-Undang PPh tahun 2008 berupa pemberian insentif
l l i t if PPh b 50% N d l hit b i i tif
https://bppk.kemenkeu.go.id/pusdiklat-pajak/berita/pengertian-peredaran-bruto-pada-pasal-31e-undang-undang-pph-511122 1/7
6/15/23, 10:14 AM Berita :: PENGERTIAN PEREDARAN BRUTO PADA PASAL 31E UNDANG-UNDANG PPH
melalui pengurangan tarif PPh sebesar 50%. Namun dalam penghitungannya, pemberian insentif
home Pusdiklat Pajak
didasarkan pada besaran jumlah Peredaran Bruto.Pengertian peredaran bruto ini tidak ada
penjelasannya dalam Undang-Undang PPh. Pengertian peredaran bruto, apakah peredaran bruto
tersebut setelah atau sebelum dikurangi dengan retur penjualan dan potongan penjualan, perlu
didefinisikan, agar pengertian peredaran bruto menurut Undang-Undang PPh tidak didefinisikan
secara bebas, baik menurut Standar Akuntansi atau standar lainnya.  

Pembahasan
Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2000 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan yang selanjutnya disebut Undang-Undang PPhtahun 2000, rincian tarif pajak
penghasilannya diatur pada pasal 17:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

s.d. Rp 50.000.000,00 10%

Di atas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 100.000.000,00 15 %

Di atas Rp 100.000.000,00 30 %

Tarif pajak ini berubah pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan yang selanjutnya disebut
Undang-Undang PPh tahun 2008, menjadi tarif tunggal 28% dan tahun 2010 menjadi 25%. Alasan
perubahan tarif ini adalah:

Tarif Tunggal selaras dengan prinsip netralitas dalam pengenaan pajak atas badan.
Tarif diturunkan secara bertahap untuk meningkatkan daya saing dengan negara lain dalam
menarik investasi luar negeri.

Sehubungan dengan perubahan tarif progesif menjadi tarif tunggal ini, pemerintah mengeluarkan
pasal 31 E Undang-Undang PPh tahun 2008 yaitu:
Wajib Pajak Badan Dalam Negeri Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran
bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas
berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan
Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat
miliar delapan ratus juta rupiah).

Alasan diberikannya insentif ini adalah:


untuk mendukung program pemerintah dalam rangka pemberdayaan UMKM. 
mengurangi beban pajak bagi WP badan UMKM akibat penerapan tarif tunggal PPh Badan.

https://bppk.kemenkeu.go.id/pusdiklat-pajak/berita/pengertian-peredaran-bruto-pada-pasal-31e-undang-undang-pph-511122 2/7
6/15/23, 10:14 AM Berita :: PENGERTIAN PEREDARAN BRUTO PADA PASAL 31E UNDANG-UNDANG PPH

home Pusdiklat
ContohPajak
penghitungan pemberian insentif ini menurut penjelasan pasal 31 E UU PPh 2008 :
Contoh 1:
Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 sebesarRp4.500.000.000,00 dengan Penghasilan
Kena Pajak sebesarRp500.000.000,00.
Penghitungan pajak penghasilan yang terutang:
Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenakan tarif
sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT
Y tidak melebihi Rp4.800.000.000,00. Pajak Penghasilan yang terutang:
50% x 28% x Rp500.000.000,00 = Rp70.000.000,00
Contoh 2:
Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp30.000.000.000,00 dengan
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp3.000.000.000,00. Penghitungan Pajak Penghasilan yang
terutang:
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas:
(Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) x Rp3.000.000.000,00 = Rp480.000.000,00
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas:
Rp3.000.000.000,00 – Rp480.000.000,00 = Rp2.520.000.000,00
Pajak Penghasilan yang terutang:50%x 28% x Rp480.000.000,00 = Rp 67.200.000,00
                                                   28% x Rp2.520.000.000,00           = Rp 705.600.000,00
Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang Rp772.800.000,00

Dari ketentuan dan contoh penghitungan di atas, salah satu faktor penentu dalam pemberian
insentif ini adalah Peredaran Bruto. Pada pasal 31 E tersebut tidak diberikan definisi peredaran
bruto.

Apa pengertian Peredaran Bruto?

1. Pengertian Peredaran Bruto menurut Undang-Undang PPh tahun 2008.

Yang ada pada pada Undang-Undang PPh 2008 pada pasal 6 ayat 1 dan pada pasal 9 bukanlah
kata “Peredaran Bruto”, tetapi kata “Penghasilan Bruto”, serta tidak ada definisi dari kedua kata
tersebut.

Pasal 6 ayat 1 UU PPh menyatakan bahwa Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib
Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan Penghasilan Bruto
dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
Pasal 9 UU PPh 2008 menjelaskan pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dari
Penghasilan Bruto.

Penjelasan pasal 31E tentang Peredaran Bruto dijelaskan pada Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak Nomor SE- 02/PJ/2015 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Pasal 31E Ayat (1)Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak PenghasilanSebagaimana Telah Beberapa Kali
Diubah Terakhir DenganUndang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Peredaran bruto sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 31E ayat (1) Undang-Undang
https://bppk.kemenkeu.go.id/pusdiklat-pajak/berita/pengertian-peredaran-bruto-pada-pasal-31e-undang-undang-pph-511122 3/7
6/15/23, 10:14 AM Berita :: PENGERTIAN PEREDARAN BRUTO PADA PASAL 31E UNDANG-UNDANG PPH

home Pusdiklat PajakPenghasilan merupakan semua penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh dari
Pajak
kegiatan usaha dan dari luar kegiatan usaha, setelah dikurangi dengan retur dan
pengurangan penjualan serta potongan tunai dalam Tahun Pajak yang bersangkutan,
sebelum dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, meliputi:

a.penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan bersifat final;

b.penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan tidak bersifat final; dan

c. penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak.

2.Pengertian Penghasilan Bruto / Peredaran Bruto menurut PSAK.

Menurut PSAK 23 Revisi 2010,


Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk
arus masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan
(income) : meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain).
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul selama dalam aktivitas normal entitas dan
dikenal dengan bermacam-macam sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan
jasa (fees), bunga, dividen, royalti, dan sewa.

Menurut PSAK 23 yang mengatur tentang pengertian Pendapatan, tidak ada pernyataan tentang
pengertian kata “Peredaran Bruto/Penghasilan Bruto”.

3.Pengertian Pengertian Penghasilan Bruto/Peredaran Bruto menurut International


Accounting Standar.

Menurut International Accounting Standard 18 — tentang Revenue.


Revenue: the gross inflow of economic benefits (cash, receivables, other assets) arising
from the ordinary operating activities of an entity (such as sales of goods, sales of
services, interest, royalties, and dividends). [IAS 18.7].Revenue includes only the gross
inflows of economic benefits received and receivable by the entity on its own account.
Income is defined in the Framework for the Preparation and Presentation of Financial
Statementsas increases in economic benefits during the accounting period in the form of
inflows or enhancements of assets or decreases of liabilities that result in increases in
equity, other than those relating to contributions from equity participants. Income
encompasses both revenue and gains. Revenue is income that arises in the course
of ordinary activities of an entity and is referred to by avariety of different names
including sales, fees, interest, dividends and royalties.

Menurut IAS 18 tidak ditemukan definisi tentang Gross Income/Gross Revenue.

https://bppk.kemenkeu.go.id/pusdiklat-pajak/berita/pengertian-peredaran-bruto-pada-pasal-31e-undang-undang-pph-511122 4/7
6/15/23, 10:14 AM Berita :: PENGERTIAN PEREDARAN BRUTO PADA PASAL 31E UNDANG-UNDANG PPH

home Pusdiklat Pajak Gross Income menurut Akuntansi Keuangan


4. Pengertian

Menurut Laurie Reeves, Deman Media dalam artikelnya berjudul ”What Is the Financial
Accounting Definition of "Gross Income"yang dapat dilihat pada
http://smallbusiness.chron.com/financial-accounting-definition-gross-income-20609.html.
Companies have passive and active streams of gross income. Because companies report
taxes differently from individuals, the gross income of a company may have a different
meaning from that of an individual. When calculating gross income on your personal taxes
after applying certain allowed credits and adjustments, the Internal Revenue Service calls
the result “adjusted gross income.” Gross income as defined by financial accounting
terminology for businesses is income from all sources before any expenses,
deductions or taxes apply. A company’s gross income sources can be active or passive.
Active income sources derive from product sales or service, while passive income comes
from earned interest, royalties and income from investments

Dapat diartikan bahwa sumber pendapatan kotor sebuah perusahaan dapat berasal dari
penghasilan aktif atau pasif. Sumber penghasilan aktif berasal dari penjualan produk atau jasa,
sedangkan pendapatan pasif berasal dari bunga yang diperoleh, royalti dan pendapatan dari
investasi. Semua jumlah ini adalah bagian darialiran pendapatan kotor perusahaan.
Pendapatan Bruto seperti yang didefinisikan oleh terminologi akuntansi keuangan untuk bisnis
adalah penghasilan dari semua sumber sebelum biaya, pengurangan atau pajak berlaku.

5. Kesimpulan dari penelusuran pengertian Peredaran Bruto.

Dari penelusuran pengertian “Peredaran Bruto” di atas, bahwa pengertian Peredaran Bruto hanya
ada dalam konteks aturan perpajakan saja yaitu pada pasal 31E Undang-Undang No.36 tahun
2008 tentang Pajak Penghasilan.

6. Contoh peredaran bruto yang diterima Wajib Pajak Badan sesuai SE-02/PJ/2015 dan
penghitungan Insentifnya.

Total peredaran bruto PT B dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp6.000.000.000,00 (enam miliar
rupiah). Rinciannya adalah sebagai berikut:

 a. Peredaran bruto dari penghasilan yang:

1) Dikenai PPh bersifat final berdasarkan

PP Nomor 46 Tahun 2013                       Rp4.500.000.000,00



2) Dikenai PPh bersifat final atas sewa

https://bppk.kemenkeu.go.id/pusdiklat-pajak/berita/pengertian-peredaran-bruto-pada-pasal-31e-undang-undang-pph-511122 5/7
6/15/23, 10:14 AM Berita :: PENGERTIAN PEREDARAN BRUTO PADA PASAL 31E UNDANG-UNDANG PPH
tanah dan/atau bangunan                        Rp 500.000.000,00
home Pusdiklat Pajak
3) Dikenai PPh tidak bersifat final                   Rp1.000.000.000,00

Jumlah                                                 Rp6.000.000.000,00

b. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang:

1) Dikenai PPh bersifat final berdasarkan

PP Nomor 46 Tahun 2013                              (Rp4.000.000.000,00)

2) Dikenai PPh bersifat final atas sewa

tanah dan/atau bangunan                               (Rp 200.000.000,00)

3) Dikenai PPh tidak bersifat final                    (Rp 800.000.000,00)

Jumlah                                                          (Rp5.000.000.000,00)

c. Jumlah penghasilan neto                                      Rp1.000.000,000,00

d. Koreksi fiskal:

1) Peredaran bruto dari penghasilan

yang dikenai PPh bersifat final berdasarkan

PP Nomor 46 Tahun 2013                                 (Rp4.500.000.000,00)

2) Peredaran bruto dari penghasilan yang

dikenai PPh bersifat final atas sewa

tanah dan/atau bangunan                                  (Rp 500.000.000,00)

3) Biaya untuk mendapatkan, menagih,

dan memelihara penghasilan yang dikenai

PPh bersifat final berdasarkan

PP Nomor 46 Tahun 2013                                 Rp4.000.000.000,00

4) Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan

https://bppk.kemenkeu.go.id/pusdiklat-pajak/berita/pengertian-peredaran-bruto-pada-pasal-31e-undang-undang-pph-511122 6/7
6/15/23, 10:14 AM Berita :: PENGERTIAN PEREDARAN BRUTO PADA PASAL 31E UNDANG-UNDANG PPH

home Pusdiklat Pajak

Hak Cipta Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan


Kementerian Keuangan Republik Indonesia

https://bppk.kemenkeu.go.id/pusdiklat-pajak/berita/pengertian-peredaran-bruto-pada-pasal-31e-undang-undang-pph-511122 7/7

Anda mungkin juga menyukai