Anda di halaman 1dari 6

Insentif Pajak di Masa Pandemi

Terbitnya PMK Nomor 9 Tahun 2021 mencabut PMK Nomor 86 tahun 2020 jo PMK
Nomor 110 tahun 2020. Kedua PMK tersebut dinyatakan tidak berlaku per tanggal 1
Februari 2021. PMK Nomor 9 Tahun 2021 terdiri dari 22 pasal yang secara garis besar
PMK Nomor 9 Tahun 2021 memperpanjang jangka waktu pemberian beberapa insentif
pajak diantaranya:

1. Masa Pajak Januari 2021 sampai dengan Masa Pajak Juni 2021 untuk

• Insentif PPh Pasal 21


• Insentif PPh Final UMKM berdasarkan PP Nomor 23 Tahun 2018
• Insentif PPh Final Jasa Konstruksi
• Insentif Angsuran PPh Pasal 25, dan
• Insentif PPN

2. Sampai tanggal 30 Juni 2021 untuk

• Insentif PPh Pasal 22 Impor

A. Insentif PPh Pasal 21

Insentif PPh Pasal 21 ditanggung pemerintah diberikan kepada karyawan yang bekerja
pada perusahaan yang bergerak di salah satu dari 1.189 bidang usaha tertentu,
perusahaan yang mendapatkan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), atau
perusahaan di kawasan berikat. Insentif ini diberikan kepada karyawan yang memiliki
NPWP dan penghasilan bruto yang bersifat tetap dan teratur yang disetahunkan tidak
lebih dari Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah). Karyawan tersebut akan mendapatkan
penghasilan tambahan dalam bentuk pajak yang tidak dipotong karena atas kewajiban
pajaknya ditanggung oleh pemerintah. Apabila perusahaan memiliki cabang, maka
pemberitahuan pemanfaatan insentif PPh pasal 21 cukup disampaikan oleh pusat dan
berlaku untuk semua cabang.

B. Insentif Pajak UMKM

Insentif Pajak UMKM ditanggung pemerintah diberikan kepada pelaku UMKM sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2018 (PPh Final PP 23). Dengan demikian wajib
pajak UMKM tidak perlu melakukan setoran pajak. Pihak-pihak yang bertransaksi
dengan UMKM juga tidak perlu melakukan pemotongan atau pemungutan pajak pada
saat melakukan pembayaran kepada pelaku UMKM. Pelaku UMKM yang ingin
memanfaatkan insentif ini tidak perlu mengajukan surat keterangan PP 23, tetapi
cukup menyampaikan laporan realisasi setiap bulan.

C. Insentif PPh Final Jasa Konstruksi

Insentif PPh Final Jasa Konstruksi ditanggung pemerintah diberikan kepada Wajib
pajak yang menerima penghasilan dari usaha jasa konstruksi dalam Program
Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI). Pemberian insentif ini
dimaksudkan untuk mendukung peningkatan penyediaan air (irigasi) sebagai proyek
padat karya yang merupakan kebutuhan penting bagi sektor pertanian kita.

D. Insentif PPh Pasal 22 Impor

Insentif PPh Pasal 22 Impor berupa pembebasan dari pemungutan PPh pasal 22 impor
diberikan kepada Wajib Pajak yang bergerak di salah satu dari 730 bidang usaha
tertentu (sebelumnya 721 bidang usaha), perusahaan KITE, atau perusahaan di
kawasan berikat. Tambahan bidang usaha yang terdapat dalam PMK Nomor 9 Tahun
2021 diantaranya:

• 26520: Industri Alat Ukur Waktu


• 32114: Industri Barang dari Logam Mulia untuk Keperluan Teknik dan atau
Laboratorium
• 32503: Industri Kaca Mata
• 32901: Industri alat tulis dan gambar termasuk perlengkapannya
• 32902: Industri pita mesin tulis/gambar
• 47811: Perdagangan Eceran Kaki Lima dan Los Pasar Komoditi Padi dan Palawija
• 47812: Perdagangan Eceran Kaki Lima dan Los Pasar Komoditi Buah-buahan
• 47813: Perdagangan Eceran Kaki Lima dan Los Pasar Komoditi Sayur-sayuran
• 47819: Perdagangan Eceran Kaki Lima dan Los Pasar Komoditi Tanaman Hias
dan Hasil Pertanian Lainnya

E. Insentif Angsuran PPh Pasal 25

Insentif Angsuran PPh Pasal 25 berupa pengurangan angsuran PPh pasal 25 sebesar
50% dari angsuran yang seharusnya terutang diberikan kepada Wajib pajak yang
bergerak di salah satu dari 1.018 bidang usaha tertentu (sebelumnya 1.013 bidang
usaha), perusahaan KITE, atau perusahaan di kawasan berikat. Tambahan bidang usaha
yang terdapat dalam PMK Nomor 9 Tahun 2021 diantaranya:

• 26520: Industri Alat Ukur Waktu


• 32114: Industri Barang dari Logam Mulia untuk Keperluan Teknik dana tau
Laboratorium
• 32503: Industri Kaca Mata
• 32901: Industri alat tulis dan gambar termasuk perlengkapannya
• 32902: Industri pita mesin tulis/gambar

F. Insentif PPN

Insentif PPN berupa percepatan restitusi hingga jumlah lebih bayar paling banyak Rp
5 miliar. diberikan kepada Pengusaha kena pajak (PKP) berisiko rendah yang bergerak
di salah satu dari 725 bidang usaha tertentu (sebelumnya 716 bidang usaha),
perusahaan KITE, atau perusahaan di kawasan berikat. Tambahan bidang usaha yang
terdapat dalam PMK Nomor 9 Tahun 2021 diantaranya:

• 26520: Industri Alat Ukur Waktu


• 32114: Industri Barang dari Logam Mulia untuk Keperluan Teknik dana tau
Laboratorium
• 32503: Industri Kaca Mata
• 32901: Industri alat tulis dan gambar termasuk perlengkapannya
• 32902: Industri pita mesin tulis/gambar
• 47811: Perdagangan Eceran Kaki Lima dan Los Pasar Komoditi Padi dan Palawija
• 47812: Perdagangan Eceran Kaki Lima dan Los Pasar Komoditi Buah-buahan
• 47813: Perdagangan Eceran Kaki Lima dan Los Pasar Komoditi Sayur-sayuran
• 47819: Perdagangan Eceran Kaki Lima dan Los Pasar Komoditi Tanaman Hias
dan Hasil Pertanian Lainnya

Untuk memanfaatkan beberapa insentif pajak tersebut, Pemberi Kerja atau Wajib Pajak
yang telah menyampaikan pemberitahuan pemanfaatan insentif PPh Pasal 21 DTP,
mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 Impor dan/atau
pemberitahuan pemanfaatan insentif pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25
harus menyampaikan kembali permohonan dan/atau pemberitahuan berdasarkan
PMK ini untuk dapat memanfaatkan insentif pajak. Selain itu, Wajib pajak yang sudah
memiliki surat keterangan bebas (SKB) atau menyampaikan pemberitahuan
pemanfaatan insentif untuk tahun pajak 2020, harus mengajukan permohonan SKB
atau menyampaikan pemberitahuan pemanfaatan insentif kembali untuk
mendapatkan insentif ini di tahun pajak 2021.

Sebagai tambahan, PMK Nomor 9 Tahun 2021 juga menambahkan aturan mengenai
laporan realisasi insentif pajak. Laporan realisasi disampaikan setiap bulan paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya. Atas laporan realisasi tersebut Pemberi Kerja
dapat menyampaikan pembetulan paling lambat akhir bulan berikutnya setelah batas
waktu pelaporan (tanggal 20 bulan berikutnya).

Disahkannya aturan perpanjangan insentif pajak pada awal bulan Februari 2021
menimbulkan berbagai reaksi dari Wajib Pajak. Beberapa Wajib Pajak beranggapan
seharusnya aturan perpanjangan insentif pajak diberikan pada pertengahan bulan
Januari sebelum dilakukan penyetoran Pajak Masa Januari. Menanggapi hal tersebut,
Direktorat Jenderal Pajak memberikan beberapa keringanan kepada Pemberi kerja
atau Wajib Pajak yang hendak memanfaatkan insentif PPh pasal 21 ditanggung
pemerintah atau pengurangan besarnya angsuran PPh pasal 25 mulai masa pajak
Januari 2021, diberikan relaksasi penyampaian pemberitahuannya sampai dengan 15
Februari 2021. Di samping itu, pemberi kerja, wajib pajak UMKM, dan pemotong PPh
final jasa konstruksi P3-TGAI yang akan memanfaatkan insentif PPh ditanggung
pemerintah tahun pajak 2020 dapat menyampaikan laporan realisasinya paling lambat
tanggal 28 Februari 2021.

Perpanjangan Berikutnya

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan


(Kemenkeu) resmi memperpanjang pemberian insentif pajak hingga akhir Desember
2021.

Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor


82/PMK.03/2021 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
9/PMK.03/2021 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona
Virus Disease 2019.

Beleid yang telah berlaku per 1 Juli 2021 ini mengatur ada enam insentif pajak yang
bisa dimanfaatkan oleh masyarakat hingga akhir tahun ini.

Pertama, insentif pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 ditanggung pemerintah (DTP).


Insentif ini diberikan kepada karyawan yang bekerja pada perusahaan yang bergerak
di salah satu dari 1.189 bidang usaha tertentu dapat memperoleh insentif pajak
penghasilan (PPh) pasal 21 ditanggung pemerintah.

Namun demikian, karyawan yang bekerja di perusahaan yang mendapatkan fasilitas


Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dan perusahaan di kawasan berikat tidak lagi
mendapat fasilitas ini.

Kedua, insentif pajak usaha mikro kecil menengah (UMKM) atau PPh final DTP. Dengan
demikian wajib pajak UMKM tidak perlu melakukan setoran pajak.
Beleid tersebut menegaskan, pihak-pihak yang bertransaksi dengan UMKM juga tidak
perlu melakukan pemotongan atau pemungutan pajak pada saat melakukan
pembayaran kepada pelaku UMKM.

Pelaku UMKM yang ingin memanfaatkan insentif ini tidak perlu mengajukan surat
keterangan sebagaiman peraturan terkait, tetapi cukup menyampaikan laporan
realisasi setiap bulan.

Ketiga, insentif PPh final jasa konstruksi DTP. Wajib pajak yang menerima penghasilan
dari usaha jasa konstruksi dalam Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air
Irigasi (P3-TGAI) mendapatkan insentif PPh final jasa konstruksi ditanggung
pemerintah.

Keempat, pembebasan PPh Pasal 22 Impor guna mendorong wajib pajak yang
bergerak di salah satu dari 132 bidang usaha tertentu. Sebelumnya 730 bidang usaha
yang mendapat insentif pembebasan dari pemungutan PPh pasal 22 impor.

Sebagai catatan, perusahaan yang mendapatkan fasilitas Kemudahan Impor Tujuan


Ekspor (KITE) dan perusahaan di kawasan berikat tidak lagi mendapat fasilitas ini.

Kelima, insentif angsuran PPh Pasal 25 untuk wajib pajak yang bergerak di salah satu
dari 216 bidang usaha tertentu. Sebelumnya 1.018 bidang usaha mendapat
pengurangan angsuran PPh pasal 25 sebesar 50% dari angsuran yang seharusnya
terutang.

PMK 82/2021 juga menegaskan perusahaan yang mendapatkan fasilitas KITE dan
perusahaan di kawasan berikat tidak lagi mendapat fasilitas PPh Pasal 25.

Keenam, insentif pajak pertambahan nilai (PPN) berupa restitusi dipercepat.


Pengusaha kena pajak (PKP) berisiko rendah yang bergerak di salah satu dari 132
bidang usaha tertentu. Sebelumnya 725 bidang usaha) mendapat insentif restitusi
dipercepat hingga jumlah lebih bayar paling banyak Rp 5 miliar.

Di sisi lain, untuk perusahaan yang mendapatkan fasilitas KITE dan perusahaan di
kawasan berikat tidak lagi mendapat fasilitas ini.

Untuk dapat menggunakan faslitias ini, pemberi kerja atau wajib pajak harus
menyampaikan atau mengajukan kembali pemberitahuan pemanfaatan insentif PPh
Pasal 21 ditanggung pemerintah, insentif pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal
25, atau permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22 Impor melalui
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdaftar melalui www.pajak.go.id.
Kemudian, pemberi kerja atau wajib pajak yang hendak memanfaatkan insentif PPh
pasal 21 ditanggung pemerintah atau pengurangan besarnya angsuran PPh pasal 25
mulai masa pajak Juli 2021, diberikan relaksasi penyampaian pemberitahuannya
sampai dengan 15 Agustus 2021.

Berikut ini daftar Aturan Lengkap Insentif Pajak karena COVID dari 2020 hingga 2021

Referensi Peraturan:
1) PMK Nomor 9 Tahun 2021
2) SP Nomor 5 Tahun 2021
3) PMK Nomor 110 Tahun 2020
4) PMK Nomor 86 Tahun 2020
5) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 82/PMK.03/2021 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2021 tentang
Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona Virus Disease
2019

Referensi jejaring internet:


1) https://nasional.kontan.co.id/news/ini-6-insentif-pajak-yang-diperpanjang-
hingga-akhir-tahun-2021?page=2
2) https://konsultanpajaksurabaya.com/perpanjangan-insentif-pajak-untuk-
wajib-pajak-terdampak-pandemi-covid19

Referensi Youtube:

1) https://www.youtube.com/watch?v=8ERcoB5T5L8

Anda mungkin juga menyukai