Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

PERPAJAKAN
“MENGULAS PMK No 44/PMK.03/2020”

Dosen Pengampu : Kadek Wulandari Laksmi P, S.E, M.M

Oleh :

Indah Fitriyanti

119211203

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS) DENPASAR

2020/2021
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 44/PMK.03/2020

Guna kurangi beban ekonomi wajib pajak akibat wabah Virus Corona atau COVID-19,
Pemerintah mengeluarkan PMK No 44/PMK.03/2020, dengan beberapa klasifikasi. Insentif yang
disediakan pada PMK No 44/PMK.03/2020 yaitu :
1. PPh 21 DTP (Ditanggung Pemerintah)
2. PPh 22 (Pembebasan)
3. PPh 25 (Potongan 30%)
4. PPN (Pengembalian Pendahuluan)
5. PPh Final DTP (Ditanggung Pemerintah)

Klasifikasi dapat atau tidaknya insentif ini (PMK No 44/PMK.03/2020) dapat dilihat melalui
website DJP Online. Klasifikasi WP yang dapat memanfaatkan PMK ini berlaku kepada WP
yang telah menerbitkan KITE, PDKB dan daftar Kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU)
yang diberikan pemerinta yang bisa mendaptakan insentif ini, jadi tidak semua WP bisa
menfaatkan PMK No 44/PMK.03/2020 ini. Insentif ini berlaku dari April 2020 sampai dengan
September 2020, lalu ada perubahan dari PMK No. 44/PMK.03/2020 menjadi PMK No.
86/PMK.03/2020 yang berlaku sampai masa Desember dan memperbanyak daftar KLU yang
dapat memanfaatkan insentif ini.

1. Insentif PPh 21
Untuk Insentif PPh 21 ini, hanya pegawai yang memiliki NPWP saja yang dapat
memanfaatkan PMK 44 ini, apabila pegawai yang tidak memiliki NPWP terdapat ada
kurang bayar pajak, maka pemberi kerja tetap membayarkannya kebank.
- Pegawai dengan kriteria tertentu sebagaimana PPh Pasal 21 ditanggung Pemerintah
sebagaimana pegawai harus memiliki NPWP, penghasilan bruto tidak lebih dari
200juta setahun, menyesuaikan dengan KLU yang ada.
- Pemberi Kerja harus menyampaikan laporan realisasi PPh Pasal 21 ditanggung
Pemerintah melalui saluran tertentu, membuat Surat Setoran Pajak (SSP) atau cetakan
kode billing yang dibubuhi cap atau tulisan "PPh PASAL 21 DITANGGUNG
PEMERINTAH EKS PMK NOMOR ... /PMK.03/2020" atas PPh Pasal 21
ditanggung. Mengisi Surat Pemberitahuan Berhak/Tidak Berhak Memanfaatkan
Insentif PPh Pasal 21 ditanggung Pemerintah (DTP)

2. INSENTIF PPh FINAL BERDASARKAN


PPh Final (PP 23) Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
yang memiliki peredaran bruto tertentu sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018, dikenai PPh final sebesar 0,5% (nol koma
lima persen) dari jumlah peredaran bruto.
Wajib Pajak mengajukan permohonan Surat Keterangan untuk dapat memanfaatkan
insentif PPh final ditanggung Pemerintah. Untuk laporan realisasi PPh Final (PP 23) ini
meliputi pph terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Wajib Pajak.
Untuk insentif ini tidak ada pengecualian, hanya saja Wajip Pajak yang dapat
memanfaatkan insentif ini harus sesuai dengan daftar KLU yang dilampirkan dalam PMK
No 44/PMK.03/2020.

3. INSENTIF PPh PASAL 22 IMPOR


PPh Pasal 22 Impor dipungut oleh Bank Devisa atau Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
pada saat Wajib Pajak melakukan impor barang. Untuk insentif PPh Pasal 22 Impor ini
dibebaskan oleh pemerintah, dalam artian tidak dikenakan pajak atas impor.
Pembebasan dari pemungutan PPh diberikan melalui Surat Keterangan Bebas
Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh Pasal 22
Impor diterbitkan oleh kepala KPP apabila wajib pajak memenuhi, dan apabila wajib
pajak tidak memenuhi maka akan diterbitkan surat penolakan
Wajib Pajak yang telah mendapatkan pembebasan PPh Pasal22 Impor harus
menyampaikan laporan realisasi pembebasan PPh Pasal 22 Impor setiap 3 (tiga) bulan
sekali.

4. INSENTIF ANGSURAN PPh PASAL 25


Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan
berkala dan Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu. diberikan pengurangan
besarnya angsuran PPh Pasal 25 sebesar 30% (tiga puluh persen) dari angsuran PPh
Pasal 25 yang seharusnya terutang. Wajib Pajak yang telah mendapatkan pembebasan
PPh Pasal22 Impor harus menyampaikan laporan realisasi pembebasan PPh Pasal 22
Impor setiap 3 (tiga) bulan sekali. Mengisi Surat Pemberitahuan Berhak/Tidak Berhak
Memanfaatkan Insentif Pengurangan Besarnya Angsuran PPh Pasal 25.

5. INSENTIF PPN
Insentif PPn diperuntukkan untuk yang lebih bayar. Untuk wajib pajak yang lebih bayar,
PPN insentif ini bias dimanfaatkan untuk restitusi (ganti rugi). menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa PPn lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling banyak
Rp5. 000.000.000

Berikut adalah Jumlah KLU Wajib Pajak Yang Mendapatkan Insetif atau PMK no.
44/PMK.03/2020
- PPH 21
Berjumlah 1.062 KLU dalam bidang industry.
- PPh 22
Berjumlah 431 dalam bidang industry KITE
- PPh 25
Berjumlah 846 dalam bidang industry KITE
- PPN
Berjumlah 431 dalam bidang KITE dan kawasan berikat
- PPh Final (PP 23)
UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)

KLU tersebut dapat dilihat di PMK no.44/PMK.03/2020. Setelah berjalan beberapa waktu, PMK
tersebut diubah menjadi PMK no.86/PMK.03/2020, perubahan tersebut kurang lebih perluasan
KLU dan memperpanjang masa insentif tersebut yang awalnya hanya sampai masa September,
diubah hingga masa Desember 2020.

Anda mungkin juga menyukai